Tubuh Irena terasa lunglai, mendengar semua cerita Igna, entah dia harus marah atau menangis. Dia benar-benar dilema, sejak tadi Arie menelepon dan mengirimkan pesan padanya namun dia tidak mau menjawab. Perasaanya kacau balau seperti terkena badai, gadis itu menghela napas panjang. Dia bingung harus berbuat apa, air matanya sejak tadi jatuh berlomba-lomba tak tertahan. Satu sisi dia ingin tahu apakah yang dikatakan Iqbal itu benar? Satu sisi dia sedih mendengar kenyataan dan kejujuran yang menyakitkan dari Igna. Sekarang Igna harus mempertanggungjawabkan perbuatanya dengan Iqbal di hadapan polisi. Hukum harus tetap ditegakkan. Apa yang dilakukan Igna dan Iqbal adalah kejahatan dan mereka melakukan itu karena dendam pribadi yang belum jelas kebenarannya. Irena memutuskan untuk pergi ke makam ayahnya, dia sudah lama tidak berkunjung ke sana. Hari masih siang, dia pun membeli bunga dan pergi ke TPU tempat di mana ayahnya dikebumikan. Gadis itu meletakkan sebuket bunga di atas pusara s
Arie Lucas bukanlah orang yang banyak tingkah, di sekolah dia seorang ketua OSIS dan semua orang menyukainya. Sikapnya yang dingin dan cuek pada orang membuatnya hanya sedikit saja memiliki teman. Termasuk dengan Igna dia tidak pernah dekat hanya sekedar tahu karena satu kelas. Teman dekat yang dia miliki di sekolah hanya Mita itu pun karena ayahnya Mita adalah salah satu kolega bisnis Mamanya. Ayah Mita menitipkan gadis itu pada Arie karena hanya pada Arie gadis itu menurut, itu karena Mita menyukainya."Rie bisa jemput aku enggak?""Jemput di mana?" tanya Arie yang sedang asyik bermain game di rumahnya."Aku ada di club malam Freeze.""What? Are you crazy Mita? Ngapain kamu di tempat kayak gitu?" Pemuda tujuh belas tahun itu menghentikan permainannya lalu menghembuskan napas kesal. Bisa-bisanya seorang gadis bermain di club malam. Udah paling bener gadis yang disukainya si tembem lucu itu,
Iqbal tidak berkutik saat pintu kostan-nya diketuk dari luar, dan dia berhadapan langsung dengan seorang Arie Lucas dengan aura dominannya yang khas. Ada Hida sebagai kakaknya Irena, ada Irena dan Igna dengan wajah tertunduk dan Fero. Mereka semua menyambangi Iqbal di kostan-nya. Iqbal awalnya tampak kaget namun dia berusaha bersikap biasa saja, "Wah, ada apa nih rame-rame?" tanyanya dengan senyum sumringah. Namun bukan sambutan ramah dari tamu yang dia dapatkan melainkan sebuah bogeman dari Hida. Iqbal merasa pusing kepalanya dan telinganya terasa berdenging sejenak, sebelum akhirnya dia bangkit dan tertawa sarkas."Main keroyokan?""Lu pantes dipukul." ucap Hida membuat Iqbal tertawa terbahak-bahak."Salah gue apa? Gue enggak ada masalah ya sama lu.""Bacot, mending sekarang lu ikut kita ke kantor polisi." ucap Fero kesal dengan sikap sombong Iqbal. Tak lama, dua orang berseragam datang dan memberikan surat penangkapan pada Iqbal
"Hei, kenapa melamun?" tanya Arie pada gadis yang sekarang jadi pacarnya kembali, mereka sedang berada di luar rumah. Irena sedang merenung sendiri di bawah pohon mangga menatap rembulan di atas langit. Mungkin Igna menjadi bagian dari hidupnya, namun jauh dalam lubuk hatinya dia merasa bersalah, karena saat itu dia kehilangan arah dan Igna ada bersamanya. Canda dan tawa yang dibangun sekarang berubah jadi derai air mata, mengetahui betapa jahatnya Igna dan Iqbal yang hampir membunuh kakaknya juga Fero, mereka menggunakan mobil Arie dan Iqbal pikir mobil itu dikendarai Arie, saat itu Hida pergi dari rumah, saat sedang bermasalah dengannya dan Iqbal membuat mereka menabrak pohon untung mereka tidak apa-apa hanya sedikit luka, dua mobil Arie rusak karena kecelakaan disengaja yang dibuat keduanya."Kamu temuilah Igna besok." ucap Arie yang duduk disampingnya.Irena terkejut mendengar ucapan kekasihnya, dia pun melirik ke arah kanannya di mana ada sosok yang da
Irena baru saja menyelesaikan pekerjaan di kafe. Ponselnya berdering menandakan sebuah panggilan masuk. Dia melihat sebuah panggilan dari kekasihnya yang sekarang berada di Singapore. "Sayang, udah pulang kerja?" tanya pria berdarah Leo itu sepertinya sedang berada di dapur dan memakai celemek warna hitam dengan corak kelinci warna putih. Irena tersenyum kecil melihat sang kekasih yang sedang sibuk memasak mie sepertinya. "Apa yang sedang Kakak lakukan?" tanyanya. "Ini ini aku lagi buat ramyeon. tadi tidak sempat makan jadi aku makan di rumah. Di sini sedang hujan kalau di sana hujan tidak?" "Di sini tidak hujan, cuacanya masih panas. dan cafe sudah mau tutup, bagaimana kalau nanti aku telepon lagi di rumah. Lain kali jangan sampai terlambat makan jaga dirimu baik-baik selama di sana. Kamu tahu bukan aku tidak bisa mengurus mu kalau kamu sakit. Jangan membuat Mama kesal sekarang makan yang lahap lalu istirahat setelah sampai di rumah aku akan telepon balik." ucap
Mak Esih adalah wanita yang kuat, membesarkan dua anak dengan penuh kasih sayang. Dia merasa tidak pernah salah mendidik kedua buah hatinya. Dia ajarkan dengan baik apa yang salah dan apa yang benar. Apa yang boleh dan tidak, dia dan suaminya mendidik kedua anak mereka dengan bimbingan dan kasih sayang, serta nilai agama yang sering diajarkan sepanjang waktu. Maka saat anak lelakinya berbeda jalan dengan orang lain pada umumnya. Wanita berumur enam puluh tahun itu merasa bingung, adakah yang salah dengan cara dia mendidik Hida? Adakah yang salah dengan cara dia memberi makan anaknya? Mak Esih hanya bisa menangis dalam diam. Dia sudah terlanjur, mengizinkan anaknya berhubungan dengan Fero, tapi dia tidak menyangka jika cinta mereka akan sejauh ini. Hingga memutuskan untuk hidup bersama dan menikah. Semalam Hida meminta maaf karena rencananya ini. Dia juga tidak mau menyakiti ibunya, namun jika dia berada di sini, akan lebih baik jika dia pergi. Dia tidak bisa melepaskan Fero, tetapi
Waktu dan usia membuat seseorang menjadikan dirinya lebih dewasa, pengalaman dan juga kejadian di masa lalu menjadikan seseorang menjadi lebih kuat dan lebih menerima cobaan hidup yang mereka jalani. Irena sibuk dengan sejumlah paketan di rumahnya yang menggunung, para kurir sibuk mengangkat barang-barang dibantu beberapa pegawainya, rumah yang biasa sepi malam hari namun siang hari begitu ramai. Ibunya pergi ke Singapore bersama Mama Ayuni, dan kakaknya sudah sebulan tinggal di Thailand, mereka akan saling berkirim pesan terkadang saling komunikasi lewat video call. Ibunya juga sudah 2 minggu di Singapore, Mama Ayuni dan Aunty Dao mengajaknya jalan-jalan agar dia tidak sedih lagi. Sementara itu Arie sibuk dengan pekerjaanya namun terkadang dia akan mengirim pesan padanya dan juga sering menemui ibunya di apartemen sang Mama. Irena sendirian jika malam hari bersama si Black, terkadang Mbak Sri menginap atau anaknya yang bernama Kristina. Irena mendapatkan telepon dari kafe, Mbak Wen
Kedua pasangan itu sampai di bandara Gusti Ngurah Rai, Bali. Seorang pria berumur 40 Tahunan menghampiri mereka. Dia tampak sudah akrab dengan Arie, dia mempersilakan Arie dan Irena masuk ke dalam mobil berwarna hitam itu. Mobil melaju degan kecepatan sedang, Irena menatap setiap tempat yang dilewati mobil itu, dia tersenyum menatap keindahan Bali. Sekitar 1 jam 4 menit kemudian, mobil berhenti di sebuah villa di kawasan Ubud. Mereka berdua turun dari mobil itu dan diantarkan masuk ke dalam Villa. Villa itu sudah dibooking penuh oleh Arie khusus untuk mereka berdua saja, semua sudah diperiksa olehnya. Kamar yang begitu nyaman dan menghadap langsung ke pantai. "Whoaa! Nyamannya kasur ini, langsung ngadep pantai lagi, aku suka banget Kak!" Irena berseru senang sambil matanya berbinar menatap pantai yang begitu indah. "Syukur kalau kamu suka, Aku pergi ke luar dulu ya mau telepon Mama. Kamu mandi saja dulu, mau makan di sini atau di luar?" "Makan di sini saja, aku capek.
Lilin di meja sudah padam, makanan belum diantarkan karena belum ada instruksi dari Arie. para pelayan menunggu dengan cemas karena Tuhan mereka belum mendapatkan jawaban yang diinginkannya. Secara gamblang gadis yang dia cintai menolak untuk menikah dengannya, apa yang salah apakah gadis itu belum memaafkan kesalahannya di masa lalu ataukah gadis itu masih ragu akan kesungguhan cintanya. Keduanya saling menatap sementara tangan sang pria menggenggam erat tangan gadis di hadapannya seolah ingin berkata bahwa apa yang dia lakukan saat ini benar-benar dari hati yang paling dalam, dia sudah mempersiapkan ini dari lama khusus untuk gadis yang ia cintai di malam hari ulang tahun tetapi kenapa gadis itu menolak?"Kakak pasti bertanya alasan aku menolak kakak apa?" "Ya aku masih bingung kenapa kamu menolakku bukankah kamu bilang sendiri kalau kamu sudah memaafkan aku dan kamu ingin aku menunjukkan keseriusan ku padamu. Dan inilah saatnya aku menunjukkan bahwa aku benar-benar menci
Gaun putih melekat indah pada tubuhnya, gaun yang di desain khusus untuk dirinya sendiri. Dia menatap cermin rias di hadapannya, betapa cantiknya dirinya. selama ini dia sering bermimpi menjadi pengantin, bahkan saat kecil, impiannya adalah menikah dengan seorang pangeran berkuda putih. Namun ketika dewasa mimpinya itu berubah, dia ingin menikah dengan laki-laki yang penuh tanggung jawab seperti mendiang ayahnya. Dan semua itu ada dalam diri Arie Lucas. Ibunya menatap kagum sang putri bungsu, hari ini mereka akan mengadakan pesta pernikahan Irena dan Arie. Setelah Bayi mereka berumur 6 bulan, Arie dan Irena memutuskan untuk menikah. Namun anak mereka tidak ada yang tahu bagaimana wajahnya dan di mana keberadaannya. Sementara ini bayi mereka di rumah diurus oleh Aunty Dao dan anaknya. "Nak, sekarang kamu sudah bukan anak kecil lagi, kamu sekarang sudah menjadi ibu dan juga istri, apa jalankanlah kewajibanmu sebagai seorang ibu yang baik dan juga istri yang bertanggung jawab. ja
Wajah Ayuni Nur Latifah terlihat dingin, menatap tajam setiap karyawan yang berada di kantor milik Tuan Hans Lucas. Dia mendatangi resepsionis dan bertanya tentang keberadaan mantan suaminya itu, sang resepsionis mengatakan jika Tuan Hans ada di ruangannya. "Maaf Nyonya Ayuni Apakah saya harus memberitahukan Tuan Kalau anda berada di sini?""Tidak perlu saya akan mendatangi langsung ke ruangannya." Ayuni berjalan pergi lalu menaiki lift menuju ruangan tempat dimana mantan suaminya berada. Dia menatap meja sekertaris yang kosong dan sudah menduga jika sekretaris baru itu adalah mainan baru mantan suaminya. Dengan kasar dia mendorong pintu ruangan yang bertuliskan Lawyer itu dan melihat sang mantan suami sedang melakukan hal tidak senonoh di ruangannya. Sektretaris barunya itu sedang berada di pangkuan Hans Lucas dan mereka sedang bercumbu mesra, dengan pakaian sang wanita yang hampir terbuka sepenuhnya."Jadi ini yang dilakukan seorang pengacara terkenal di ruangann
Kedua pasangan itu tinggal di rumah baru dengan damai, karena Arie benar-benar merahasiakan tentang rumah itu pada siapa pun. Hanya pihak keluarga yang tahu. Terkadang Mamanya akan ke sana dan Mak Esih juga akan menengok. Hida dan Fero kembaki ke Thailand, tapi Mak Esih sekarang tidak sendiri di rumah. Ada Mbak Sri dan anaknya yang kadang menginap ke rumah. Toko online milik Irena sekarang di kelola oleh Kristina, dan sebulan sekali gadis remaja itu akan mentransfer uang hasil penjualan pada Irena. Sementara Cafe Rainbow dipegang oleh orang kepercayaan Arie. Arie akan pergi ke kantor di pagi hari dan pulang sore hari. Irena di rumah sendirian, karena memang dia menginginkan itu. Sekarang usia kandungan Irena sudah memasuki bulan ke-lima dan dia sangat manja pada Arie. Dia juga sudah mulai mengidam ini itu. Yang kadang membuat calon Papa itu pusing mendadak. "Kak, aku pengen makan makanan Korea." "Ya udah aku pesankan ya sayang." "Enggak mau, maunya Kakak masakin."
Dengarkanlah wanita impiankuhari ini akan kusampaikan,Janji suci kepadamu dewikudengarkanlah kesungguhan rasa, ku ingin mempersuntingmu, untuk yang pertama dan terakhir Jangan kau tolak dan buatku hancur ku tak mau mengulang untuk meminta satu keyakinan hatiku ini engkaulah yang terbaik untukku .....setiap perjalanan yang dilalui oleh anak manusia, banyak luka likunya termasuk perjalanan cinta Irena dan Arie. Meksipun mereka harus berpisah sementara namun akhirnya kembali bersama. Arie benar-benar menepati janjinya. Dia menelepon Mama Ayuni dan Tante Dao serta Paman Alex. Mereka semua datang dan terkejut karena Arie ingin pertunangan dia dan Irena segera dilakukan dan semua orang harus tahu. akhirnya setelah bermusyawarah, dan menghasilkan kesepakatan bersama. pertunangan mereka dilakukan di sebuah gedung yang sudah di sewa. dan disiarkan langsung serta mengundang beberapa awak media untuk meliput nya. Arie ingin semua orang tahu bahwa kekasihnya adalah wanita ya
Dirematnya ponsel android miliknya, bibirnya terkatup rapat. Dia merasa kembali cemas, melihat pesan-pesan yang dia kirim untuk sang kekasih hanya berakhir dengan centang satu. Irena kembali mencoba menelpon Arie namun tetap tidak ada jawaban. Dia kemudian mencoba menelepon Mama Ayuni."Hallo, sayang ... sudah lama ya, bagaimana kabarmu?""Aku baik Ma, Mama apa kabar?""Mama baik, gimana keadaan Ibu?""Ibu baik, Ma ... Mama, boleh aku tanya, Kak Arie kenapa susah dihubungi?""Entahlah, anak itu akhir-akhir ini sangat sibuk, dia jarang pulang ke rumah Mama dan juga jarang telepon Mama. Kamu kangen ya?""Iya, Ma." ucapnya dan berusaha agar suaranya baik-baik saja. Dia pun mengakhiri teleponnya dan kembali mencoba untuk menormalkan perasaanya yang mulai cemas dan galau. Dia pun tidak tahan lagi dan menelepon kakaknya."Iya, adek kenapa?""Kak, maafin aku.""Kenapa minta maaf sih, le
Arie sudah kembali ke Singapore untuk mengurus semua pekerjaan di sana dan mengurus kepindahan dia ke Indonesia. Irena dan Ibunya hidup dengan bahagia, Emak Esih sekarang sudah tidak lagi sedih karena kehilangan suaminya dan juga ditinggalkan oleh anak laki-lakinya, Hida dan Fero masih sering menghubungi orang tuanya, mereka sama sekali tidak lupa itu. Meskipun jalan yang mereka ambil salah namun Emak Esih selalu yakin ada hikmah dari semua peristiwa yang terjadi. Irena resmi menjadi pemilik cafe Rainbow, pegawainya masih sama, hanya saja ada beberapa pegawai magang sekarang. Dia juga menjalani diet sehat atas bimbingan Dokter Sam, iya Dokter hewan yang dulu dikenalnya mengenalkan dia pada rekannya yang seorang ahli gizi. Dia akan berolahraga di sela waktu luangnya, dia juga dibimbing oleh seorang coach yang ahli. Makanan yang dia makan sekarang lebih diatur dan dia berhasil menghilangkan berat badannya dari 80 menjadi 78 kg. Namun ini sudah beberapa hari dia merasa mood-nya begitu
Kedua tangan mereka saling berpegangan erat satu sama lain. Mereka berjalan di pesisir pantai Ubud, ditemani sinar matahari yang hangat. Sesekali keduanya bercanda, lalu saling kejar-kejaran. Siapa pun yang melihatnya pasti iri hati pada sang wanita. Bagaimana bisa seorang sesempurna itu menyukai wanita yang berbadan gemuk dan sama sekali tidak ada bule-bulenya. Tapi Irena meyakinkan dirinya bahwa Arie adalah seseorang yang tulus mencintai dirinya. Waktu yang mereka lewati bersama dan juga kenangan yang tercipta diantara keduanya, membaut Irena semakin yakin jika Arie Lucas dan dirinya ditakdirkan bersama. "Mau kelapa muda?" "Mau." "Sebentar ya, aku beli dulu." ucapnya mengecup kening Irena lembut. Irena merona teringat semalam bagaimana mereka saling menyatu dalam kehangatan dan juga saling memanggil nama masing-masing dengan suara menggetarkan jiwa. Rambut ikalnya tertiup angin, sementara kain Bali yang dipakainya ikut melambai. Seorang gadis kecil mendatangi diriny
Lilin di meja sudah padam, makanan belum diantarkan karena belum ada instruksi dari Arie. para pelayan menunggu dengan cemas karena Tuhan mereka belum mendapatkan jawaban yang diinginkannya. Secara gamblang gadis yang dia cintai menolak untuk menikah dengannya, apa yang salah apakah gadis itu belum memaafkan kesalahannya di masa lalu ataukah gadis itu masih ragu akan kesungguhan cintanya. Keduanya saling menatap sementara tangan sang pria menggenggam erat tangan gadis di hadapannya seolah ingin berkata bahwa apa yang dia lakukan saat ini benar-benar dari hati yang paling dalam, dia sudah mempersiapkan ini dari lama khusus untuk gadis yang ia cintai di malam hari ulang tahun tetapi kenapa gadis itu menolak?"Kakak pasti bertanya alasan aku menolak kakak apa?" "Ya aku masih bingung kenapa kamu menolakku bukankah kamu bilang sendiri kalau kamu sudah memaafkan aku dan kamu ingin aku menunjukkan keseriusan ku padamu. Dan inilah saatnya aku menunjukkan bahwa aku benar-benar menci
Kedua pasangan itu sampai di bandara Gusti Ngurah Rai, Bali. Seorang pria berumur 40 Tahunan menghampiri mereka. Dia tampak sudah akrab dengan Arie, dia mempersilakan Arie dan Irena masuk ke dalam mobil berwarna hitam itu. Mobil melaju degan kecepatan sedang, Irena menatap setiap tempat yang dilewati mobil itu, dia tersenyum menatap keindahan Bali. Sekitar 1 jam 4 menit kemudian, mobil berhenti di sebuah villa di kawasan Ubud. Mereka berdua turun dari mobil itu dan diantarkan masuk ke dalam Villa. Villa itu sudah dibooking penuh oleh Arie khusus untuk mereka berdua saja, semua sudah diperiksa olehnya. Kamar yang begitu nyaman dan menghadap langsung ke pantai. "Whoaa! Nyamannya kasur ini, langsung ngadep pantai lagi, aku suka banget Kak!" Irena berseru senang sambil matanya berbinar menatap pantai yang begitu indah. "Syukur kalau kamu suka, Aku pergi ke luar dulu ya mau telepon Mama. Kamu mandi saja dulu, mau makan di sini atau di luar?" "Makan di sini saja, aku capek.