Stephen mengembuskan asap rokok yang ia hirup dalam-dalam tadi ke udara, menciptakan kepulan asap yang bergerak memenuhi ruang kerjanya sebelum akhirnya asap itu menghilang bersama udara di sekitarnya. Punggungnya menyandar di kursi kerjanya dengan menyilangkan kedua kaki yang berada di atas meja kerjanya. Di samping kaki kanannya belasan puntung rokok berjejer tidak teratur di dalam asbak rokok berbahan kayu daur ulang. Mata biru gelapnya memandang langit-langit ruang kerjanya yang sebenarnya tidak begitu menarik namun tetap berhasil membuatnya untuk terus memandangi langit-langit itu. Lebih tepatnya, pikirannya saat ini tertuju pada Nikki dan langit-langit kosong itu bekerja sebagai proyektor yang membantunya memproyeksikan semua kenangan bersama Nikki sebanyak yang ia miliki.
Wajah imut Nikki yang merengut kesal saat ia memberinya buket bunga mawar untuk alasan yang masih menjadi misteri b
Jemari Theodore yang lentik mengetuk meja kerjanya dengan gelisah, memperhatikan layar monitor komputer yang ada di meja kerjanya. Kepalanya menyandar pada tangannya yang berada di atas meja seraya menghela napas panjang. Cangkir berisi darah segar manusia yang disiapkan oleh pelayannya sejak tiga jam lalu belum juga disentuh olehnya.“Masih sibuk?”Erick melingkarkan lengannya ke pundak Theodore, membuatnya terkejut. Pria itu meraih cangkir yang masih penuh isinya, mendekatkannya ke bibir Theodore agar mau meminumnya. Agak enggan, ia meminumnya.“Ya.”
Veronica mengulum permen lolipopnya, mengunci kedua mata cokelatnya di depan layar TV berukuran lima puluh inchi sambil duduk bersila di atas kursi sofa yang empuk milik Karl, menonton serial Shadowhunters yang sudah mencapai season empat (atau tiga part B?) dengan kekecewaan yang mendalam saat melihat scene di mana Jace berusaha merebut kembali Clary dari kakak laki-laki Clary, Jonathan Morgenstern. Ia menggeram kesal karena tidak menyukai Jace yang ikut campur terhadap rencana Clary sampai tidak menyadari bahwa ia nyaris menggigit permen lolipop yang sangat keras itu hingga membuatnya sedikit meringis karenanya. Terdengar suara tawa pelan yang berasal dari Karl, dan saat ia menoleh ke samping kiri menghadap Karl, pria itu tengah menutup bawah hidungnya dengan tangan kirinya sambil menoleh ke arah lain sementara lengan kanan Karl masih merangkul bahunya. Hal yang anehnya tidak ia permasalahkan sama sekali. Padahal i
“Oke, Stephen. Kurasa kamu memiliki penjelasan untuk ini?”Gavin bersedekap, berdiri menghadapnya sambil menunggu jawaban darinya. Setengah tidak percaya dengan apa yang ada di depan matanya saat ini, Stephen memandangi gedung penjara klan Pedrosa yang rusuh akibat para tahanan yang berhasil keluar dari sel mereka, memukuli para sipir dan petugas keamanan penjara Pedrosa yang sudah tidak berdaya berhadapan dengan para tahanan yang mengamuk mengeluarkan rasa frustrasi mereka karena harus menahan diri diperlakukan seperti sampah.“Coba kita lihat dari sisi positifnya, Gavin. Kita datang di saat yang tepat. Tidak perlu mengendap-endap dan memalsukan rencana penyerangan kita,” ia menepuk pundak Gavin yang menggerutu sebal karena tidak puas de
Kerusakan yang benar-benar tidak terduga. Ini benar-benar di luar dugaannya.Karl mengedarkan pandangannya ke sekeliling, memandang penuh takjub gedung penjara Pedrosa yang selalu dibanggakan oleh klan Pedrosa sebagai gedung penjara terbaik dengan tingkat keamanan tinggi kini hancur. Hades berdiri di sampingnya.“Kami menunggu perintah Anda, Yang Mulia.”“Oh, iya. Sampai lupa,” ujarnya, lalu menghadap ke semua bawahannya. “Kejar para tahanan yang berhasil kabur dari tempat ini. Seharusnya mereka masih berada di sekitar sini.”“Baik, Yang Mulia!”
Sean Laurent menahan kekesalannya saat melihat Eren Whittaker—seorang naga yang menguasai sihir portal dimensi—tengah berusaha keras menahan portal dimensi yang menghubungkan langsung ke markas Schneider agar cukup membawa keluar para tahanan terkuat yang memutuskan untuk berpihak pada Schneider. Kebenciannya pada klan naga-lah mengundangnya bergabung dengan kelompok Schneider, namun kini ia harus menoleransi keberadaan naga yang juga ingin bergabung dengan kelompok Schneider. Ingin rasanya ia menertawakan dirinya sendiri. Ia tidak peduli apa pun alasan mereka. Menurutnya, hanya satu yang jelas. Membenci klan naga dan memusnahkan eksistensi mereka dari muka bumi. Ia tidak peduli dengan keabadian yang dijanjikan Schneider pada anak buahnya. Ia tidak menginginkannya. Ia hanya ingin semua klan naga musnah, baik keturunan naga murni maupun setengah naga. Itu saja.
Erna duduk di sisi jendelanya, memandang ke langit malam kota Waterford dari jendela kamarnya. Ia tahu, tidak ada apa pun di sana selain bintang yang sedikit dan juga bulan purnama yang terbungkus oleh asap polusi yang cukup pekat. Namun matanya tetap terkunci di sana, seakan tersihir oleh sinar bulan purnama yang anehnya terlihat begitu indah jika dibandingkan biasanya.Tangannya bergerak menyentuh sosok bulan yang terlihat jauh lebih dekat di jendelanya sambil mengulum bibirnya. Sinar bulan membuatnya teringat akan Bianca. Kulit sahabatnya itu persis seperti bulan. Putih pucat dengan suhu tubuh sedikit lebih rendah dibandingkan orang pada umumnya. Jemari sahabatnya yang lentik ditambah tubuhnya yang lebih tinggi dan ramping dibandingkan wanita pada umumnya serta wajahnya yang tampan memang cocok untuk menjadikan wanita
Dalam satu tendangan terakhir menggunakan seluruh kekuatannya yang tersisa setelah mengalahkan dua puluh tahanan vampir yang berpihak pada Schneider, Theodore berhasil mengempaskan tubuh lawannya, seorang pria bertubuh lentur dari klan serigala Schneider hingga membentur dinding yang ada di belakang lawannya. Tangannya menggerakkan aura vampirnya, mencekik leher pria itu hingga menemui ajalnya.Selesai melakukannya, Theodore mengatur napasnya yang memburu karena kelelahan, berdiri dengan susah payah. Kedua kakinya gemetar hebat karena staminanya sudah terkuras habis akibat terlalu banyak bergantung pada aura vampirnya. Lengan kanannya mengeluarkan banyak darah akibat serangan pria itu tadi, sementara pandangannya mulai kabur. Erick yang baru saja selesai membereskan anggota Schneider yang tersisa bergegas menangkap tubuh Theodore yang nyaris roboh menghantam lantai yang dipenuhi oleh pu
Veronica kebingungan mendapati perubahan sikap Karl setelah kembali dari urusan malam itu. Selama beberapa hari, pacarnya berubah menjadi tipe yang over protektif. Selalu menanyakan ke mana ia akan pergi dan menawarkan diri untuk mengantarnya. Selalu mengerutkan alis sambil sesekali mengintip ke luar jendela jika sedang tidak pergi ke mana pun seakan tengah menunggu kehadiran seseorang. Atau sesuatu. Ia tidak tahu. Karl sama sekali tidak mau menjelaskan apa pun setiap kali ia bertanya. Hanya menjawab dengan jawaban klasik yang memintanya untuk tidak mengkhawatirkannya.Bagaimana bisa ia tidak khawatir, sementara Karl selalu memasang wajah cemas?Ingin rasanya ia meminta Karl untuk mengatakan apa yang terjadi malam itu, namun ia urung. Bagaimana jika seandainya Karl akhirnya mau memberitahunya, dan ia tidak siap mendengarnya. At
Nicholas tidak percaya apa yang baru saja mereka dengar dari bibir Schneider barusan karena dia baru saja selesai makan siang yang disiapkan Askarovich beberapa menit yang lalu. Matanya melebar, berkedip tak percaya, menatap sosok yang sama sekali tidak menunjukkan ekspresi di wajahnya yang menciptakan rasa takut yang kuat dalam dirinya. Semua sel di tubuhnya seakan berhenti bergerak dengan otaknya sulit mencerna situasi saat ini. "Aku sudah selesai denganmu. Apa yang baru saja kukatakan cukup jelas untukmu, Nicholas Southampton?" Pria itu mengulangi kata-kata yang berhasil memberikan efek serangan yang kuat padanya. Dia menundukkan kepalanya, berusaha untuk tidak menangis di depannya. Apakah itu berarti mereka dibuang oleh William, seperti benda, setelah apa yang dia berikan kepada William Schneider — termasuk semua kekayaannya serta rumah besar miliknya milik pria itu? "Apa yang kamu lakukan di belakangku adalah mengacaukan rencana kita. Aku juga tidak ingin melakukannya karena ba
Ketika Erna membuka kedua matanya, dia menemukan bahwa dia tidak lagi berdiri di kamar tidurnya seperti yang terakhir dia ingat, tetapi sedang berbaring di tempat tidurnya dengan selimut yang menutupi tubuhnya. Pusing menyerangnya saat dia memaksa dirinya untuk bangun dari tempatnya. Dia melihat sekeliling, tidak melihat Bianca bersamanya di sini. Ingatannya yang hilang memang telah kembali, berhasil mengisi kekosongan yang dia rasakan selama ini. Dari saat ia dan Alec terpaksa meninggalkan kediaman setelah menemukan keberadaan monster dengan wujud yang sulit untuk dideskripsikan, ia berhasil membunuh semua penjaga yang ditempatkan di kediamannya, serta para pelayannya. Darah menggenang di hampir setiap sudut ruangan, dengan ekspresi masing-masing mayat yang dipenuhi rasa takut hingga sulit untuk dilupakan. Dia tidak bisa membayangkan rasa sakit yang mereka rasakan sebelum menghadapi kematian mereka sendiri. Mungkin mereka berteriak kesakitan. Atau mungkin monster itu membunuh mereka
Stephen meletakkan jarinya di sisi kanan tabletnya, membuka kunci layar. Sekarang layar tidak lagi menampilkan layar hitam kosong, menunjukkan kepada mereka titik-titik lokasi terjadinya serangan. Jari-jari Karl menggerakkan layar, sesekali mencubit untuk memperbesar atau memperkecil ukuran denah area Laurent, dan untungnya, Karl berbaik hati memberinya lebih banyak ruang sehingga dia juga bisa melihat apa yang ada di layar tablet. Ada banyak titik merah di sana—pertanda bahwa area tersebut telah berhasil diambil alih oleh kelompok musuh, menyisakan dua titik hijau yang menjadi satu-satunya area yang tersisa.Artinya, Schneider berada di balik serangan ini, gumamnya pada dirinya sendiri.Perhatian Stephen kemudian beralih padanya, menatapnya dengan tatapan bersalah. "Dan untuk informasi Anda, saya memberi tahu Anda bahwa tidak ada sesi latihan dengan Isabella hari ini, bukan karena saya melarang Anda--seperti yang mungkin Anda pikirkan--""Dan itulah yang kupikirkan," dia menyela, seka
Pria itu masih menatapnya dengan alis terangkat ketika dia mendengar kata-katanya, sementara dia berdehem, mencoba menghentikan suasana canggung yang tercipta begitu dia selesai berbicara. "Kamu bilang apa? Kamu sudah tahu tentang itu?" Dia mengangguk, membenarkan kata-kata pacarnya. Pria itu bergumam dengan suara yang lebih rendah pada dirinya sendiri, berbicara dalam bahasa yang terdengar asing di telinganya sebelum wajahnya berubah muram. "Apakah kamu baik-baik saja?" "Daripada itu, kenapa kamu tidak memberitahuku tentang kakak laki-laki Stephen?" dia meludah, berusaha menahan amarah yang dia tidak tahu mengapa mulai muncul di dalam dirinya. "Kenapa kamu tidak memberitahuku bahwa makhluk yang menyerangku berumur dua belas tahun bukanlah serigala biasa, tapi manusia serigala?" Pria itu tidak mengatakan sepatah kata pun. Diam saja, seolah laki-laki itu ingin memberinya kesempatan melampiaskan seluruh amarahnya pada laki-laki itu. Sikap pacarnya saat ini sedikit mengingatkannya pa
Sejak hari itu, semuanya telah berubah. Itu tidak seperti dulu.Mata Veronica tertuju pada Stephen yang sedang berbicara dengan beberapa orang di depan pintu masuk dengan wajah tegang, tidak langsung mengajak mereka masuk ke dalam mansion. Tangannya mencengkeram smartphone-nya erat-erat, membiarkan saluran TV di ruang tamu memutar serial N*****x favoritnya, Shadowhunters, dengan episode terakhir Season 4 yang tak lagi menarik baginya."Situasinya terlalu berisiko bagi kami, Bos."Dia mendengar salah satu orang berbicara dengan nada yang sedikit lebih tinggi daripada yang lain di sekitarnya yang berbicara dengan nada setengah berbisik — kemungkinan besar permintaan Stephen untuk memastikan dia tidak mendengar apa yang mereka diskusikan di pintu masuk mansion. . Lagipula, Stephen sudah aneh sejak awal. Jika pria itu tidak ingin dia mendengar seluruh percakapan 'rahasia', mengapa dia tidak membawa 'tamu' ke ruang pertemuan dan mengunci ruangan dengan rapat agar dia tidak mendengar semuany
Agak bingung dengan apa yang dikatakan Bianca atau apa yang terjadi, dia tetap menuruti permintaan Bianca yang sudah berjalan di depannya dengan langkah cemas melewati koridor. Dia merasa sedikit keberatan dengan alasan harus meninggalkan teh yang baru saja diisi ulang oleh salah satu pelayan yang bertugas mengisi ulang tehnya jika teh di cangkirnya habis tanpa perlu memberi tahu pelayan apa yang harus dilakukan. lakukan (berbeda dengan pelayan di rumahnya yang kurang responsif ketika datang ke hal seperti ini), dan harus meninggalkan jajanan lokal yang dia tidak tahu namanya tetapi dia tetap menyukainya karena rasanya yang tidak biasa dan berhasil membuatnya ingin terus menggigitnya lagi dan lagi. Selama dia mengenal Bianca sejak mereka bertemu di sekolah menengah hingga sekarang, satu hal yang dia ketahui dengan baik dari Bianca adalah bahwa sahabatnya tidak akan menjelaskan apa yang dia alami atau apa yang mengganggunya, seberapa besar masalahnya atau seberapa besar masalahnya. kua
Erna menyilangkan tangan di depan dadanya, menyembunyikan kekesalannya. Sudah hampir tiga jam sejak mereka dipaksa untuk kembali ke kediaman keluarga Zhang, diam-diam di ruang tamu ditemani oleh para pelayan keluarga Zhang – keluarga besar kakak Bianca, Erick Zhang – yang berdiri di sekitar mereka, menemani oleh aneka jajanan lokal dan teh hangat yang dari baunya saja ia langsung tahu bahwa itu adalah teh Biluochun, tanpa mendengarkan penjelasan apapun dari Bianca yang mondar-mandir di ruang tamu. Yang menahannya untuk tidak melampiaskan kekesalannya adalah ekspresi Bianca yang tampak gelisah, tidak seperti Bianca yang selalu bisa menghadapi situasi apapun dengan santai sebesar apapun masalahnya. Misalnya saat mereka duduk di bangku kelas tiga SMA dan pusing karena harus memikirkan ujian akhir dan juga persiapan masuk universitas dengan seleksi nilai yang sangat ketat. Alih-alih memfokuskan perhatiannya untuk belajar dan merencanakan masa depan seperti yang dia dan Vero lakukan, wanit
Tidak ada yang bisa dilakukan olehnya saat ini selain membiarkan Stephen berada di dalam pelukannya sampai perasaan pria itu membaik. Tiba-tiba ia merasa menyesal karena sudah memaksa pria werewolf itu untuk menjawab pertanyaan yang pasti bagi pria itu membuka luka lama yang tertanam di dalam hati pria itu. "I am sorry, Nikki ..." Again, Nikki menemukan Stephen kembali menggumamkan kata-kata yang membuat perasaan bersalah di dalam dirinya semakin bertambah. Tangannya bergerak mengusap puncak kepala Stephen, berharap bahwa apa yang ia lakukan barusan berhasil membuat Stephen merasa lebih baik. "It's not your fault--" "No, Nikki. It's my fault," Stephen menyela perkataannya sebelum ia sempat menyelesaikan perkataannya, melepaskan pelukannya sambil menyeka air matanya yang sedikit keluar membasahi pipi pria itu. Kedua mata pria itu menatap sayu ke arahnya, membuatnya sedikit lega karena akhirnya pria itu tidak lagi menghindar bertatapan mata dengannya. "Half of them was my fault," u
Erick memandangi sosok Theo yang kini duduk meringkuk di sudut ruangan dengan bibir gemetar, menggumamkan kalimat yang tidak bisa tertangkap jelas oleh telinganya saking kecilnya suara pria itu. Ia mengulum bibir bawahnya. Ia paham. Bagi Theo, ini pasti adalah fakta yang memukul telak pria yang selama ini hidup dengan membenci ibu tirinya tanpa mengetahui fakta yang sebenarnya. Memang, ia tidak akan bisa memahami apa yang dirasakan oleh pacar laki-lakinya saat ini, karena semua hal itu tidak terjadi padanya. Dibandingkan dengannya yang hidup di keluarga latin yang selalu menjunjung tinggi keluarga dan mementingkan satu sama lain, keluarga besar Pedrosa di Waterford city jauh lebih rumit. "Tetap kondisikan dia agar tetap tenang saat menerima kenyataan yang sebenarnya. Aku tahu ini tugas yang sulit, tapi kurasa ini saat yang tepat untuk memberitahunya. Aku tidak mau semua usaha yang dilakukan Indri untuk melindungi anak-anaknya lenyap begitu saja." Kemarin, saat mereka tiba di kedia