Home / Romansa / Catatan Si Boi / BAB 70. Sidang Perceraian

Share

BAB 70. Sidang Perceraian

Author: macayp
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Pengacara yang menangani kasusku datang menjemput pagi sekali. Mungkin sudah jadi kebiasaan biro hukum tempatnya untuk datang lebih awal. Kebiasaan yang baik untuk menghindari kemungkinan macet dan sebab lain yang bisa membuat terlambat. Kami juga bisa menyiapkan fisik dan mental terlebih dahulu untuk menghadapi persidangan.

Kami tiba di pengadilan setengah jam sebelum jadwal sidang. Galang belum datang, atau jangan-jangan dia tidak mau hadir. Tapi dia adalah orang yang sangat menghormati manusia, jika diundang dia pasti datang. Apalagi yang mengundang kali ini adalah hakim yang mulia dan kehadirannya diperlukan untuk memperlancar persidangan.

Benar saja, 20 menit kemudian Galang tiba. Dia datang sendiri, tidak membawa Nana bahkan juga pengacara. Sepertinya dia meremehkan kasus ini. Dia belum tahu bahwa aku mengincar hartanya. Rasakan saja, kelak kau akan menyesal nanti.

"Halo Sisca, apakah kau baik-baik saja?" tanya Galang saat menghampiri tempat aku menungg

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Catatan Si Boi   BAB 71. Pesan Terakhir Galang

    Ruang sidang perceraian biasanya tidak ramai. Tidak ada yang terlalu peduli dengan keadaan rumah tangga dari pasangan suami istri, kecuali jika mereka keluarga dekat atau artis terkenal. Demikian juga sidang kasus perceraianku. Hanya ada aku, suamiku, hakim dan pengacara yang aku tunjuk untuk mewakili.Dalam keadaan hening itu, kata-kata Galang terdengar jelas. Maksudnya pun mudah dimengerti. Dia menuduhku rela menukar Nana dengan sebagian harta miliknya. Tuduhan itu sangat menyakitkan. Dan yang paling menyakitkan adalah karena tuduhan itu memang benar adanya. Meski aku berusaha sekuat hati, akhirnya aku tak bisa membendung air mata lagi.Walau Galang mengatakan itu untuk menjawab pertanyaan pengacara, dia melakukannya sambil menatap ke arahku. Pandangannya tajam, menusuk ke dalam hatiku yang tersakiti. Aku tak menyangka Galang tega mengutarakan kenyataan itu.

  • Catatan Si Boi   BAB 72. Sang CEO Turun Tahta

    Setelah itu dia pergi, meninggalkan aku sendiri dengan perasaan campur aduk yang tak bisa dimengerti. Lama aku termenung memikirkannya. Aku baru sadar saat pengacara masuk dan menegurku."Selamat Nyonya, keinginan Anda terwujud. Ngomong-ngomong, berapa nilai kekayaan yang Anda dapat darinya?""Cukup besar." jawabku. "Bahkan komisi untukmu saja cukup untuk kau gunakan membeli mobil baru."Mendengar itu pengacaraku tersenyum sangat lebar. Dia berjanji akan mengurus segalanya. Aku hanya perlu duduk diam dan membubuhkan tanda tangan saat diperlukan.Pengacara itu menepati janjinya. Dia yang mengurus seluruh perlengkapan administrasi sampai surat keputusan perceraian diterbitkan. Setelah itu dia melakukan pemeriksaan terhadap harta kekayaan yang Galang miliki.

  • Catatan Si Boi   BAB 73. Kelompok Sosialita

    Matahari sudah semakin tinggi. Jalan di luar gedung kantor juga makin ramai. Aku bisa melihat kesibukan Jakarta dengan jangkauan yang luas karena aku berada di lantai paling atas. Aku kini bekerja di ruang direktur utama, karena kini aku lah sang CEO.Sudah dua hari Galang tidak lagi masuk kantor. Terakhir kali dia datang, tujuannya hanya untuk menyerahkan mobil dan kunci rumah dinas. Setelah itu dia pergi entah ke mana. Membawa semua barang-barang yang dimiliki. Membawa Nana, anakku.Setelah Galang pergi, aku langsung menempati rumah dinas yang disediakan untuk direktur utama. Selain untuk menguatkan posisiku di mata karyawan, aku juga ingin menghindari mama. Mama tidak suka aku bercerai. Katanya itu hal terbodoh yang pernah aku lakukan. Meski mama percaya dengan kebohongan yang aku karang, dia tetap membela mantan suamiku. Pasti Galang menyesal dan tidak akan

  • Catatan Si Boi   BAB 74. Rasa yang Hilang

    Acara party diadakan di sebuah klub malam terkenal di kawasan Jakarta Selatan. Untuk memeriahkan acara, DJ paling terkenal di ibukota dihadirkan. Para undangan yang kebanyakan wanita muda sepertiku turun ke floor untuk menikmati musik yang diputar sang DJ. Salah satu anggota kelompok mengajakku ke sana. Karena tak tahu mau melakukan apa, aku terima tawarannya.Aku mencoba menari mengikuti musik, tapi aku malah merasa melakukan gerakan bodoh. Bahkan aku merasa lebih baik saat melakukan gerakan menari untuk persiapan abang none dibanding gerakanku sekarang. Padahal waktu itu aku banyak melakukan kesalahan. Setidaknya gerakanku berpola, tidak seperti saat ini.Akhirnya aku memutuskan untuk keluar dari floor. Aku lalu mencari tempat duduk di bar. Seorang bartender lalu menawarkan minuman. Aku meminta air putih. Pria itu langsung terkejut dan bertanya.

  • Catatan Si Boi   BAB 75. Ada Hana di Foto Keluargaku

    Matahari baru berada setinggi tombak. Di waktu ini pada tiga hari terakhir, aku masih berada di peraduan. Tapi pagi ini aku sudah terjaga. Bahkan aku sudah mandi dan berpakaian rapi. Mama memang benar, anak bisa memberi sang ibu semangat baru. Aku sudah bersiap karena menunggu seseorang. Orang yang akan kutugaskan mencari anakku. Detektif Parkin orang yang sangat efisien. Aku yakin dia akan datang tepat waktu. Dia sudah menjadi detektif kepercayaan perusahaan selama belasan tahun. Kini jasanya kembali diperlukan. Sebenarnya aku tahu rumahnya bahkan pernah ke sana. Tapi karena aku direktur utama, sudah sepantasnya dia yang datang menemuiku. Kini jam menunjukkan pukul delapan tepat. Pasti sebentar lagi dia datang. Benar saja, selang beberapa lama aku mendengar pintu diketuk. Aku kemudian bergegas membukanya. "Selam

  • Catatan Si Boi   BAB 76. Untukmu Nana

    Sepanjang perjalanan menuju Geger Kalong aku memikirkan alasan yang akan aku kemukakan pada Galang perihal kedatanganku. Tapi sampai separuh perjalanan kulalui, aku tidak juga menemukan alasan yang masuk akal. Akhirnya aku menyerah, aku akan mengatakan yang sebenarnya atau aku juga bisa diam saja. Dan setelah kupikir-pikir, Galang bukan orang yang suka bertanya apalagi dengan pertanyaan yang bisa membuat gusar. Dia orang yang sangat perhatian, salah satu sifat suami idaman. Dan aku justru memintanya menceraikanku. Sebentar lagi aku akan tiba di Geger Kalong. Jantungku berdebar-debar layaknya remaja yang akan mendatangi kencan pertamanya. Aku belum pernah datang ke sini, tapi sopirku sudah beberapa kali mengunjunginya sehingga sudah hapal jalan ke sana. Bahkan dia bisa mengira di mana tempat Galang bekerja saat kutunjukkan foto yang diberikan Detektif Parkin padaku.

  • Catatan Si Boi   BAB 77. Kado untuk Papa

    Udara pagi yang cerah menjadi magnet bagi warga Jakarta untuk berolahraga. Akibatnya gelanggang olahraga yang terletak di pusat ibukota ini penuh sesak. Tua, muda, lelaki maupun perempuan sedang berlari-lari kecil atau sekedar jalan santai di area ini. Tidak sedikit juga yang membawa balita. Dan aku salah satunya.Sejak menjadi keluarga yang utuh lagi, kami sering menyempatkan diri untuk berkumpul bersama. Acaranya bisa apa saja, yang penting bisa dinikmati oleh kami bertiga. Nana sedang suka berlari-larian, jadi kami memilih olahraga. Dan karena Galang sudah melakukan tugas sebagai CEO lagi, waktu favorit kami adalah akhir pekan.Kami mencari lokasi yang sepi kendaraan lalu lalang sehingga Nana bisa aman berlarian. Galang baru saja menyelesaikan putaran kelima. Sedang aku, karena tidak suka olahraga, hanya duduk memandangi mereka. Setelah selesai joging Galang

  • Catatan Si Boi   BAB 78. Muslihat Penjaga Toko Buku

    Ini adalah BAB ekstra dari bagian kedua. Kisahnya terjadi sehari sebelum kedatangan Sisca di Pesantren Geger Kalong.÷÷÷÷÷÷÷÷Waktu istirahat siang sudah selesai. Toko-toko di pesantren Geger Kalong sudah kembali buka. Termasuk toko buku dekat tempat parkir. Sang penjaga juga sudah kembali.Dia sedang membaca saat ada ketukan di pintu tokonya. Wajahnya langsung berpaling ke arah suara ketukan."Detektif Parkin, silahkan masuk. Ada angin apa sampai Anda datang ke sini? biasanya saya bertemu dengan Anda di rumah papa." tanya sang penjaga."Bukan angin yang membawa saya, tapi tugas dari seorang wanita." jawab Detektif Parkin.Sang penjaga mengerutkan kening. Detektif

Latest chapter

  • Catatan Si Boi   BAB 118. Istri untuk Papa

    Milna, Australia.Kegiatan pesantren kilat yang aku ikuti ternyata memang menyenangkan. Selain mendapat banyak teman baru, aku juga mendapat pengalaman yang belum pernah aku bayangkan sebelumnya. Pelajarannya sih pernah aku dapat di sekolah, tapi kegiatan luar kelasnya yang membuat aku ingin kembali mendaftar lagi tahun depan.Salah satu kegiatan yang aku suka adalah Jumat berbagi. Kami menyiapkan makanan lalu membagikannya ke orang yang membutuhkan. Aku sangat senang melihat reaksi mereka. Tatapan terima kasih itu sangat tulus dan menjadi energi baru yang belum pernah kurasakan sebelumnya.Tapi yang paling aku suka adalah kegiatan lintas alam. Ternyata mereka memiliki hutan di tengah kota. Di sinilah kegiatan kami dilaksanakan. Bahkan kami berkemah meski hanya satu malam. Baru kali ini aku tidur di bawah bintang-bintang.Entah benar atau hanya perasaanku saja, Hana seperti memberikan perhatian lebih padaku. Mungkin karena aku anak piatu, bisa juga karena

  • Catatan Si Boi   BAB 117. Pesantren Kilat di Australia

    Milna, Jakarta.Kegiatan di sekolah sudah mulai bertambah. Sebentar lagi ujian akhir semester akan dilaksanakan, jadi ada saja kelas tambahan setiap harinya. Kelas itu ditujukan untuk siswa yang tertinggal dalam pelajaran. Meski demikian, kelas tambahan itu harus diikuti oleh seluruh siswa tanpa kecuali.Sayangnya, akhir-akhir ini aku sulit berkonsentrasi. Sejak kembali dari Bandung, aku terus memikirkan bagaimana caranya aku bisa pergi ke Australia. Aku bisa saja meminta papa mengajak aku berlibur ke sana, tapi nanti aku jadi tak bisa mencari jejak Hana dengan leluasa. Aku harus pergi ke sana seorang diri. Baru nanti jika semua sudah siap, papa akan aku minta untuk menyusul.Sampai saat ini aku belum juga menemukan alasan untuk bisa diizinkan pergi ke Australia seorang diri. Akhirnya aku mencoba mencari informasi mengenai tempat kerja Hana di internet. Siapa tahu aku menemukan sesuatu. Ternyata benar, baru saja aku membuka situs mereka, aku langsung menemukan j

  • Catatan Si Boi   BAB 116. Mencari Jejak Hana

    Milna, Bandung.Hari sudah mulai gelap. Dari jendela aku sempat melihat seorang bapak tua menyusuri pekarangan untuk menyalakan lampu-lampu. Orang itu tidak ada di sini tadi pagi, saat aku dan papa tiba. Sepertinya papa menyewa orang untuk menjaga rumah ini tapi tidak memperbolehkan dia tinggal di sini. Jadi dia hanya datang seperlunya.Karena buku cerita papa sudah selesai kubaca, aku mencoba mencari hal menarik lain. Tapi setelah mencari beberapa lama, aku tidak menemukan apa-apa. Mungkin semua yang ingin diceritakan mama sudah tertuang di buku itu. Akhirnya aku putuskan untuk keluar dari kamar waktu.Di luar kamar, aku melihat papa sedangmenelepon. Rupanya dia sedang memesan makan malam. Setengah jam kemudian makanan yang papa pesan datang. Kami lalu makan sambil mengobrol. Aku tidak menyia-nyiakan kesempatan ini untuk mencari informasi dari papa."Papa tahu, aku mendapat informasi tentang mama dari internet. Waktu itu aku mencari data pernikahan

  • Catatan Si Boi   BAB 115. Misi Rahasia

    Milna, Bandung.Kamar lama mama berukuran sangat besar. Bahkan mungkin ukurannya dua kali lipat dari kamarku. Tapi kamar ini tidak memiliki pemandangan yang luas, berbeda dengan kamar yang aku tempati. Karena memang kamar ini ada di rumah lama yang tidak bertingkat, sedangkan kamarku ada di lantai 7 apartemen yang tinggi.Tapi pemandangan di luar boleh juga. Ada pohon-pohon rindang dan tanaman kecil dengan bunga berwarna-warni. Jarang sekali aku melihat pemandangan alam seperti ini. Karena itu aku memilih duduk di dekat jendela sambil membaca buku cerita papa.Saat baru membaca sepertiga bagian dari buku itu, aku mendengar pintu diketuk. Tak lama kemudian papa berkata dari balik pintu."Milna, hari sudah siang. Makan dulu nak, papa sudah memesan makanan kesukaan kamu."Aku menampilkan mode jam pada gelang saktiku. Ternyata memang sudah lewat tengah hari. Cerita papa memang sangat menarik, sampai-sampai aku jadi lupa waktu. Segera aku letakkan buku

  • Catatan Si Boi   BAB 114. Kamar Waktu

    Milna, Jakarta.Namaku Milna. Umurku sepuluh tahun. Kurang sedikit sih, karena dua hari lagi baru aku ulang tahun. Aku tinggal di sebuah apartemen di Jakarta bersama papa. Hanya bersama papa, karena mama sudah tiada.Papa adalah seorang pengusaha. Dia punya perusahaan yang besar. Gedung kantornya saja tinggi sekali. Aku sesekali diajak ke sana. Tapi hanya sesekali saja, biasanya aku belajar dan bermain di sekolah. Papa mengantarku ke sekolah saat berangkat kerja dan menjemput aku ketika dia pulang. Di akhir pekan, kami biasanya ke rumah opa di Bandung.Berbeda dengan teman-temanku yang lain, aku tak pernah mengenal mama. Katanya sih mama meninggal saat melahirkan aku. Sayangnya papa tidak pernah mau cerita tentang mama. Setiap aku bertanya, papa selalu menjawab 'Pada saatnya nanti kamu akan punya kesempatan untuk mengenalnya'. Aku sampai bosan mendengar jawaban itu.Karena papa tidak pernah mengatakan kapan kesempatan itu aku dapat, aku tak mau menunggu.

  • Catatan Si Boi   BAB 113. Janin dalam Kandungan

    Mila, Bandung.Rasa mual yang beberapa bulan terakhir terus menyiksaku kini sudah mereda. Sesuai perkiraan perawat, di trimester kedua ini rasa itu akan hilang dengan sendirinya. Memang sudah hampir lima bulan aku menjadi seorang calon ibu. Selama itu sudah aku memiliki janin dalam kandungan.Anugerah itu aku dapat setelah aku mencabut gugatan cerai. Pengacaraku sampai tak percaya dengan keputusan itu. Padahal hanya dengan diam saja, aku akan mendapat separuh harta Galang. Dan jumlahnya sangat banyak, karena dia adalah pemilik salah satu perusahaan ternama di Jakarta.Keputusan itu aku pilih bukan mengandalkan naluri. Saat hakim akan mengambil keputusan, aku menerima pesan dari Detektif Parkin. Dia adalah orang yang aku minta untuk mencari informasi tentang Dewi. Informasi itu datang tepat pada waktunya.'Dewi adalah seorang foto model profesional. Saya belum bisa memastikan, tapi sejauh penyelidikan saya dia bukan wanita panggilan.'Dari informasi

  • Catatan Si Boi   BAB 112. Ternyata Aku Istri Kedua

    Hana, Jakarta.Kamar rias pengantin adalah tempat yang sakral bagi mempelai wanita. Jangankan orang lain, bahkan mempelai pria pun tidak boleh memasukinya. Dan sebab itu sebagian besar wanita belum pernah berada di dalamnya. Termasuk aku, baru kali ini aku berada di kamar itu. Karena memang akulah sang mempelai wanita.Di luar sana, semua orang sibuk menyiapkan acara. Dimulai dari akad nikah, makan bersama keluarga, sampai acara resepsi. Pagi ini belum terlalu ramai karena memang hanya keluarga dan beberapa relasi dekat yang hadir. Tapi siang nanti, dua ribu undangan telah disebar dan biasanya mereka hadir membawa pasangan.Karena ayah sudah tiada, yang menjadi waliku adalah paman. Ketiga orang itu telah duduk di satu meja. Paman, Galang dan penghulu. Sebelum akad nikah, penghulu menjelaskan teknis acara. Agar suasana menjadi cair, penghulu itu mencoba bergurau."Sebelumnya saya ingin bertanya. Apakah Pak Galang sudah pernah menikah?"Galang berpik

  • Catatan Si Boi   BAB 111. Foto Mesra Suamiku

    Mila, Bandung.Suasana kafe di salah satu sudut kota Bandung masih sepi. Sebenarnya kafe ini cukup banyak pelanggannya, tapi hari ini bukan akhir pekan dan waktu juga masih sore. Jadi wajar saat ini hanya ada aku, Galang dan dua orang pengunjung lain.Galang mengajak aku ke sini bukan tanpa alasan. Biasanya kami ke sini jika dia ingin mengobrol agak serius. Benar saja, setelah kami duduk dan memesan makanan Galang langsung mengutarakan maksudnya."Mila pasti sudah pernah mendengar bahwa aku bekerja sambil kuliah. Dan saat ini aku sudah lulus. Orang tuaku sudah menanyakan kapan aku akan menikah. Karena itu beberapa pekan lalu aku melamar Sisca." kata Galang membuka percakapan."Jadi, kapan kalian akan menikah?" Aku bertanya dengan suara serak saking gemetar menahan penasaran."Dia menolak lamaranku. Jadi bisa dikatakan kami sudah tidak memiliki hubungan apa-apa lagi. Dan aku bebas memilih siapa saja untuk menjadi pendamping.""Saya rasa tidak

  • Catatan Si Boi   BAB 110. Proposal Cinta

    Hana, Jogjakarta.Kesibukan santri di akhir semester memang luar biasa. Selain mengikuti ujian, para santri juga harus menyetor hafalan yang menjadi target kami. Tidak heran jam tidur kami jadi jauh berkurang. Sering kali kami tidur setelah larut malam dan bangun sebelum ayam jantan berkokok.Bagi santri yang berlatar belakang pendidikan umum, kami harus berusaha lebih giat lagi. Selain karena kami harus mempelajari bahasa arab terlebih dahulu, jumlah hafalan kami juga kalah jauh dibanding santri lain. Akibatnya selama seminggu ini aku hanya tidur tiga jam sehari.Untunglah masa itu sudah selesai. Kini adalah masa liburan. Kebanyakan santri daerah pulang ke kotanya masing-masing. Tapi aku memutuskan untuk tetap di pesantren. Bisnis yang diwariskan ayah bisa dibilang sudah autopilot, jadi ibu tidak terlalu repot mengurusnya. Karena itu, ibu bebas jika ingin ke mana saja dan jadi sering menginap di tempatku.Berbeda dengan santri lain, aku tidak pe

DMCA.com Protection Status