Seorang pelayan berlari dengan kencang saat melihatku, kemudian dia membungkukkan badannya di hadapanku, napasnya tersenggal-senggal dan dia sedang berusaha mengatur napasnya agar kembali teratur.Dia adalah seorang pelayan yang bersamaku tadi. Mungkin saja dia mencemaskanku dan berlari mencariku.Dia masih mengatur napasnya untuk berbicara denganku. "Nona." Dia mengehentikan perkataannya, karena napasnya belum teratur."Maafkan aku, aku hanya perlu ke kamar mandi karena perutku sedang tidak enak," ucapku bohong.Aku sangat yakin jika dia ketakutan kehilangan diriku. Aku penasaran, bagaimana jadinya jika pada saat itu aku langsung kabur? Apakah dia akan diberhentikan dari pekerjaannya? Atau? Entahlah. Yang jelas aku sudah menolongnya saat ini.Kami tiba di ruang makan. Di sana sudah ada beberapa orang termasuk Sofia. Dia tidak menatapku sama sekali saat aku tiba di sini, aku yakin dia sedang berpura-pura dalam menjaga sikap. Jika semua org menghilang dari sini, aku akan tersenyum meli
"Jane." Williams datang mengenakan mantel serba hitam.Dia berjalan ke arahku, dan memberikan sebuah mantel untukku. "Udara malam ini akan sangat dingin, kau perlu mengenakan mantel ini."Selagi aku memakaikan mantel. Williams melanjutkan pembicaraannya, dia berkata, "Aku akan mengantarmu ke Kastil Burchard."Aku panik! Tubuhku memanas seketika. Rasa dingin dari udara malam ini menjadi tidak terasa di seluruh badanku, padahal aku baru saja memakai setengah bagian dari mantel ini. Aku tidak tahu harus menjawab apa dari perkataan Williams? Sedangkan Kastil Burchard bukan tujuanku. Tujuanku adalah pergi dari sini meninggalkan mereka berdua, dia dan Tom.Jika kami pergi menggunakan kuda yang berbeda, akan lebih mudah untukku kabur darinya. Namun, jika sebaliknya. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan? Tidak mudah memikirkan alasan di saat seperti ini. Meskipun dia tidak tahu jika aku baru saja meninggalkan Tom. Dia tidak akan mengizinkanku pergi, selain ke Kastil Burchard. Sebaliknya,
Kedua tanganku kini terikat. Badanku terasa dibawa oleh sesuatu. Aku terbangun, tapi aku tidak bisa melihat sama sekali. Di sini sangat gelap. Kepalaku masih tertutup suatu kain. Badanku terguncang, mengikuti arah jalan. Aku yakin sekarang. Seseorang membawaku menggunakan kereta kuda.Kini aku sadar apa yang telah terjadi."Williams?" ucapku dengan nada bergemetaran, mengingat kejadian sadis waktu itu. Aku berharap jika Williams benar-benar—Tidak. Tidak mungkin kan? Seharusnya Williams baik-baik saja di sana.Aku menangis mengingat kejadian itu. Seharusnya Williams tidak bersamaku, seharusnya Williams tidak membantuku. Seharusnya aku menuruti permintaan ayahnya, seharusnya aku menikah dengannya. Seharusnya aku tidak membunuh temanku sendiri. Aku telah membunuhnya, padahal dia adalah penyelamat di saat hidupku hampir berakhir. Namun, aku sendiri yang mengakhiri hidupnya. Memang sudah saatnya aku harus menyalahkan diriku sendiri.Kereta kuda berhenti.Seseorang membukakan pintu kereta
Aku mendengar keributan di sekitar sini, suara langkah kaki terdengar begitu jelas. Aku membuka mata. Ternyata aku telah tertidur. Bisa-bisanya aku tertidur di saat Williams sudah pergi.Seseorang dipaksa untuk masuk ke ruang tahanan yang berada tepat di depanku. Dia sepertiku. Siapa dia? Ada masalah apa? Ketika Para Prajurit itu mengunci jeruji besi dan hendak pergi, sosok laki-laki itu mulai membalikkan badan. Tangannya terikat sama sepertiku, dia mulai menegakkan kepala.Philip?Segera aku mendekatinya. Tanganku menggenggam erat jeruji besi ini.”Mengapa kau berada di sini? Bagaimana bisa kau ditahan seperti ini? Apakah kau ditangkap di kediamanmu?”Dia menatap ke arah luar berharap tidak ada prajurit yang menunggu kami di sini. Namun, tangga itu hanya terlihat oleh pandanganku. Aku menggelengkan kepala memberinya tanda bahwa di sana sedang tidak ada penjaga.”Jane. Sepertinya mereka mengetahui masa lalumu. Seperti yang kau ketahui, aku mempunyai ramuan yang bisa mengembalikan inga
Cedric tidur dengan posisi duduk, kepalanya bersandar di atas kasur, dan sebagian badannya duduk di kursi. Aku membalikkan badanku ke arahnya, dan mengusap kepalanya.Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan? Jika saja Philip bisa mengembalikan ingatanku. Tunggu! Apakah ini alasan Cedric menyekap Philip? Untuk mengembalikan ingatanku?Dia terbangun."Bagaimana keadaanmu?"Aku tersenyum. Dia senang melihatku tersenyum, kemudian dia meraih tanganku dan mencium punggung tanganku."Ternyata pura-pura tertidur itu indah ya?"Aku menarik tanganku dari genggamannya, karena kesal. Namun, dia menariknya kembali.Dia mengusap-usap tanganku ke pipinya."Seandainya aku lahir dari keturunan kastil lain, atau bahkan jika aku adalah kakaknya Tom ataupun Williams. Aku tidak akan mengalah dan tetap berjuang untuk mendapatkanmu. Andai saja seperti itu, aku tidak akan berusah payah untuk menyerahkanmu kepada salah satu diantara mereka."Aku hanya menatapnya terharu."Kau tidak boleh duduk sampai Philip
Para penjaga itu pergi meninggalkan tempat ini. Entah apa yang mereka lakukan, aku tidak peduli. Maka dari itu, Phillip memberanikan diri untuk berbicara denganku. Mungkin saja karena dia kesepian. Seandainya di hadapannya terdapat sebuah pekerjaan yang bisa dia kerjakan di sini, aku yakin bahwa aku pasti diabaikannya."Sebenarnya Cedric sudah tau kediamanku. Namun, aku tidak menyangka jika dia adalah seorang Raja dari Kastil Chivalry. Pada saat kau pergi dan mengancamku, aku melihat kepergianmu dari balik jendela. Di saat yang sama. Ada seorang laki-laki yang sedang memperhatikanmu."Williams hendak mengejarmu, tapi dia mengurungkan niatnya karena kau bertemu dengan Tom. Pada saat Williams pergi tanpa pamit. Cedric datang mengacak-acak kediamanku."Mengapa kalian bersikap tidak sopan ketika pergi meninggalkan rumahku?! Di tambah lagi, ada seseorang yang mengacak-acak pekerjaanku."Aku hanya diam mendengar ceritanya. Karena dia sungguh benar-benar menyebalkan dan aku tidak ingin menga
Pagi hari Marry mengunjungiku. Dengan sikapnya yang angkuh, dia datang hanya untuk membuatku merasa tidak berguna. Seolah-olah dia sedang berkuasa di sini. Wanita ini sangat menyebalkan, rasanya aku ingin menarik ucapanku kemarin jika aku akan berteman baik dengannya. Mulutku terasa mual mengingatnya."Aku kesal! Mengapa kakakku bisa menyukai gadis gila ini."Aku sangat geram mendengarnya, berani-beraninya dia mengatakanku gadis gila. Namun, aku menahannya."Aku benar-benar senang berada di sini. Aku diperlakukan layaknya seorang Putri. Karena mereka sudah memperlakukanku seperti itu. Aku memutuskan untuk menjadi pengikutnya. Esok hari aku akan menandai bagian tubuhku.""Sungguh, aku benar-benar tidak peduli dengan ucapanmu. Jika kau memang seorang Putri sekarang, bukankah akan sangat tidak pantas mengunjungi penjara bawah tanah?"Aku bisa melihat wajahnya yang mulai kesal. Dia mengentakkan kakinya dan pergi begitu saja. Aku mulai tertawa. Terkadang dia membuatku terhibur. Ah, sudahla
Pandanganku tertuju kepada Philip. Namun, tatapanku kosong. Aku yakin, aku tidak tertidur semalaman ini. Berkali-kali Philip memanggilku dengan nada yang samar agar tidak terdengar oleh penjaga di sini, tapi aku mengabaikannya. Dia melambai-lambaikan tangannya ke arahku dan aku tetap mengabaikannya.Aku berharap jika malam itu adalah mimpi. Sayangnya itu adalah kenyataan. Apa yang sudah aku lihat adalah sebuah sisi kelam dari dalam diri Cedric.Saat Darren mengantarkanku kembali ke sini. Dia menceritakan sedikit tentang Cedric bahwa di sana adalah ruangan khusus yang dibuatnya untuk menyiksa orang hingga membuatnya sampai mati. Biasanya di sana dia hanya menyiksa orang-orang yang telah menganggunya dan orang yang telah mengangguku juga. Seorang pria pemabuk pada waktu itu telah tewas di ruangan ini. Aku pikir saat itu sudah selesai, saat aku berhasil menenangkannya. Namun, itu tidak akan membuat dendamnya meredam.Aku menatap Philip. Setelah dia mengembalikan ingatanku, apa yang akan
"Jika aku mengetahui hal itu. Aku tidak akan pergi dan tidak pula berdiam diri lama dikediamanmu.""Apa kau bilang?""Dia sosok wanita yang aku cari. Ternyata dia seorang Putri. Aku kira ayahku akan menjodohkanku dengan wanita sembarangan yang memiliki darah bangsawan."Aku menatapnya tajam.”Jaga mulutmu! Aku mengenalnya jauh sebelum bertemu denganmu!” Aku melayangkan sebuah pedang ke arahnya. Aku berniat berduel dengannya.”Oh, jadi ini maumu?” Dia pun melakukan hal yang sama.Kami sedang berlatih, hanya saja latihan ini berubah menjadi sebuah duel.”Jangan kau ganggu wanitaku!”Kami memulai pertarungan, setiap aku melayangkan pedang ke arahnya dia selalu menangkalnya. Begitu pun sebaliknya. Aku tidak menemukan celah untuk menyerangnya. Akhirnya kami kelelahan, aku berbaring di lantai begitu pun dengannya."Aku tidak bisa melawanmu," ucapku dengan napas yang tersenggal-senggal."Kau benar, begitu pun denganku. Aku tidak suka berkelahi dengan sahabatku sendiri. Karena kau sering meng
Ayahku terkejut mendengar semua yang telah aku ceritakan, dari awal pertemuan dengan Jane dan berakhir dengan penculikan Jane. Aku pun menceritakan bagaimana keterlibatan Raja Arthur dalam hal ini.Dia mengusap bahuku. "Kita perlu menyelamatkan Jane tanpa memberitahukan Grissham. Aku benar-benar khawatir dengannya. Gadis itu tampak polos dan memiliki hati yang baik. Aku tidak menyangka banyak orang yang memanfaatkannya demi kerakusan mereka.""Kapan Raja Cedric akan memberitahumu?"Aku menggeleng. "Setelah semua yang dipersiapkannya sudah sangat matang."Ayahku tersenyum dan mengangguk. "Aku menyerahkan semua ini kepadamu, dan akan berpura-pura tidak tahu. Aku harus tetap mempertahankan pertemanan bersama Raja Arthut. Karena aku rasa, dia pun berpikir demikian."Aku mengerutkan dahi."Tidak ada pertemanan yang benar-benar tulus dalam berpolitik."Aku berharap tidak demikian dengan Williams.Setelah beberapa hari kemudian, aku berlatih dengan beberapa prajuritku untuk kesiapan nanti. M
Malam semakin larut. Aku tidak bisa tidur karena menunggu kabar dari Darren. Beberapa kali tubuhku ingin beristirahat dan memejamkan mata, tapi aku meyakinkan diriku sendiri untuk tidak tertidur. Aku harus bertahan hingga Darren tiba.Namun, aku tidak bisa membiarkan sesuatu yang buruk terjadi. Aku mempersiapkan diriku untuk bergegas ke wilayah Grissham.Malam semakin mencekam. Dinginnya angin malam berhasil menusuk tubuhku. Sapuan angin yang kencang berhasil membuat kedua mataku tetap terjaga. Aku menunggangi kuda dengan laju yang sangat cepat. Beruntung kudaku telah terlatih untuk berlari di segala waktu dan cuaca, kecuali banjir. Gemuruh suara malam membisingkan telingaku, seharusnya aku mempersiapkan penutup telinga sebelum pergi. Karena ini benar-benar tidak nyaman, semoga saja gendang telingaku baik-baik saja.Rasa khawatir memusnahkan segala ketakutanku malam ini. Ketakutan akan tertidur selama perjalanan, ketakutan akan kedinginan, ketakutan akan gendang telinga pecah, atau ap
Pikiranku tidak karuan saat ini. Daren berencana untuk menangkap Jane dan Williams hari ini. Dia dan pasukannya berjaga di sekitaran Kastil Grissham. Jika mereka melarikan hari ini, ini merupakan suatu kesempatan yang bagus. Akan tetapi jika tidak, mereka harus menunggu dan berjaga di sana.Namun, aku yakin jika Jane tidak akan berlama-lama di sana. Pada saat dia berada di Kastil Grissham untuk pertama kalinya, dia berniat untuk pergi dari sana hingga terjadi suatu kecelakaan.Rasa khawatir menyelimutiku secara menyeluruh. Aku bahkan melewati sarapan pagi bersama ayahku. Aku tidak berani mengatakan yang sebenarnya, karena khawatir dia akan terlalu memikirkan kepergian Jane. Aku tidak ingin menambah pikirannya, ayahku harus mementingkan kesehatannya saat ini. Aku berbohong kepadanya jika Jane pergi kembali ke rumah keluarganya. Suatu saat nanti, aku akan menceritakan kebenaran kepada ayahku.Sinar matahari berhasil masuk menembus jendela, dan membuatku bangkit dari tempat tidurku. Aku
Pagi ini, cahaya matahari pagi yang lembut memancar dari balik awan, menyinari permukaan danau dengan kilauan yang menakjubkan. Aku menghirup udara segar dan merasakan keajaiban alam yang menyapu wajahku. Suara gemerincing air dan kicauan burung mengiringi langkahku, menciptakan suasana yang tenang dan damai. Aku perlu menenangkan diri sejenak untuk saat ini. Hanya sebentar, dan tidak akan lama.Aku menduduki kursi yang menghadap ke danau, sama seperti pada saat bersama Jane. Ingatan masa laluku tentangnya yang begitu indah, mucul pada saat menghabiskan waktu ketika saat bersamanya di sini.Aku mungkin tidak bisa melindunginya dengan baik, berkali-kali aku membuatnya kesal karena tidak bisa memberitahu tentang ingatannya di masa lalu. Namun, aku benar-benar dilema.Rumah Cedric terbakar, dan aku yakin bahwa Jane sudah tidak ada di sana sebelum kejadian buruk itu terjadi.Aku gagal melindunginya. Sekarang apa yang harus aku lakukan? Aku sudah mencari ke berbagai tempat dan dibantu oleh
Kami kembali ke kerumunan orang yang sedang menikmati acara pesta pernikahan Rhys dan Amy. Di tengah-tengah keramaian, di sana aku melihat Marry sedang menggandeng tangan Philip?Apakah laki-laki yang di maksudnya adalah Philip? Tapi, mengapa bisa? Bukankah Philip jauh dari kata selera yang disukai Marry. Aku tidak bermaksud menjelek-jelekkan Philip. Dia memang pria dewasa, tapi menurutku dia kurang memiliki karismatik yang bisa membuat wanita tertarik begitu saja kepadanya. Aku berharap Marry sudah yakin dengan keputusannya, karena Philip terlalu mencintai sebuah buku daripada seorang gadis.Marry melihat ke arahku kemudian melambaikan tangannya. Aku membalasnya.Kami mendekat.Marry tampak canggung karena melihat Tom. Aku memeluk Marry."Akhirnya kau datang.""Aku sudah memastikan diriku untuk datang dan bertemu kalian, meskipun tampaknya kehadiranku di sini sangat asing."Aku melepaskan pelukannya. "Tidak! Meskipun sikapmu tidak akan kau rubah, aku akan tetap menganggapmu sebagai t
Matahari pagi menerangi taman kastil dengan sinarnya yang lembut, menciptakan perpaduan warna-warni antara cahaya emas dan bayangan yang menawan.Orkestra terampil memainkan musik yang merdu, menciptakan harmoni indah di udara. Melodi yang mengalun menambahkan nuansa romantis pada suasana yang sudah penuh cinta ini. Di antara dedaunan pohon, burung-burung bernyanyi ikut merayakan momen bahagia ini.Suasana riang diisi dengan tarian dan musik yang mengalun merdu di bawah sinar matahari pagi. Para tamu berdansa dengan riang, sambil menikmati momen bahagia ini dengan segala kesenangan dan keceriaan.Williams hadir di antara aku dan Tom yang berencana untuk berdansa di tengah-tengah keramaian pesta. Lalu kami menghurungkan niat untuk berdansa."Jane?""Kau datang, Wil?"Dia mengangguk dengan malu-malu."Kau begitu cantik, Jane."Aku tersenyum.Lalu Tom berdeham. "Rupanya aku tidak dianggap di sini."Aku menyilangkan kedua tanganku di dada, menatap ke arahnya dan kemudian berganti ke arah
Jantungku berdegup dengan kencang menyambut hari ini. Ini adalah hari berbahagianya untuk kakakku dan temanku.Rhys tampak mempesona dengan tuxedo yang dia kenakan. Wajahnya tampak bersinar dan tersenyum dengan ceria. Ketika aku merapihkan jas yang dia kenakan, aku mulai menatapnya dengan dalam."Kau sungguh-sungguh mencintai Amy?""Mengapa kau bertanya seperti itu?" Tatapannya hanya berpusat pada dirinya di balik cermin. Dia sedang menyombongkan dirinya sendiri karena sedang berpenampilan mempesona. Menyebalkan! Dia bahkan tidak menatapku yang sedang berbicara dengannya."Karena Amy terlalu indah dan memiliki hati yang seperti malaikat. Dia tidak cocok denganmu." Aku menyilangkan kedua tanganku di dadaku, dan menatapnya sinis."Aku menyebalkan hanya pada saat bersamamu. Jika aku berbuat baik secara terus menerus kepadamu, harga diriku akan semakin terinjak-injak.""Cih! Menyebalkan!"Kemudian dia memelukku. "Namun, aku begitu sangat mencintaiku adikku yang bodoh dan menyebalkan tapi
Alam telah menghipnotisku untuk terlelap dalam nuansanya. Rasa damai dan ketenangan berhasil menjelajah seluruh tubuhku. Aku mulai tersadar jika aku telah tidur dalam lelap.Mataku mulai terbuka.Ketika itu, wajah seseorang sedang berada di atas wajahku. Dia sangat dekat, sehingga membuatku sangat terkejut. Aku hampir melompat karena melihatnya."Marry?"Dia tampak canggung dan malu-malu. "Ah, hai, Jane." Dia melambai tangannya ke arahku dengan penuh keraguan."Tidak bisakah kau membangunkanku dengan cara yang lain?""Aku hanya memperhatikan wajahmu. Ternyata kau tidak secantik yang aku kira. Aku tetap berada di atasmu.""Aku tidak peduli."Dia tertawa kemudian duduk di sampingku."Maafkan aku, Jane.""Jangan khawatir, aku sudah memaafkanmu sejak lama.""Tidak, bukan itu. Aku tidak bermaksud meminta maaf atas kejadian yang lalu.""Aku kira kau sudah berubah, tapi tetap saja menyebalkan!"Dia mengangguk. "Karena aku harus mempertahankan sikapku itu."Aku menghela napas dan menatap sini