Philip adalah seseorang yang pertama aku lihat setelah kejadian memalukan pada tempo hari. Apakah hanya dia yang bisa mengobati orang-orang di sini? Tidak adakah seseorang yang lain untuk menggantikannya? Aku benar-benar malu!
Dia menusukkan jarum ke tangannku, kemudian dia mendorong isi dari tabung jarum itu. Aku merasakan sensasi dingin masuk ke bawah kulitku. Entah apa yang dia masukkan, aku tampak jauh lebih baik daripada kemarin. Entah sudah berapa lama aku tidak sadarkan diri.
"Um, terima kasih," ucapku ragu, karena aku masih mengingat kejadian yang memalukan itu.
"Tenang saja, aku tidak berniat membunuhmu."
Dia benar-benar menyebalkan! Mengapa dia mengungkit hal yang benar-benar membuatku merasa bersalah? Memang aku merasa bersalah, dan belum sempat meminta maaf kepadanya.
Aku mengenakan gaun sederhana untuk menunggangi kuda sejauh ini. Tidak ada pilihan lain. Sejujurnya aku benar-benar menyesal telah berkata seperti itu kepada Tom. Aku memang orang yang tidak tahu diri, sudah diberikan sarana dan pelayanan. Akan tetapi, aku malah membangkang. Setelah aku menemukan Cedric, aku tidak akan berlama-lama dan segera kembali ke kastil. Aku memperlambat laju sesampai di perkotaan, dan berharap segera menemukan Cedric. Pagi ini benar-benar pagi yang sibuk di sini. Aku semakin kurang yakin bisa menemukan Cedric segera. Mungkin saja dia sedang sibuk dengan kegiatannya atau bahkan dia masih berada di tempat tidur. Aku menelusuri perkotaan dan tidak mendapati dirinya. Aku tetap berusaha mencari hingga berhasil menemukannya, kini aku berada di pinggiran perkotaan. Rumah penduduk sudah semakin jarang, di sekelilingku hanya ada beberapa perkebunan, perternakan, dan beberapa gubuk. Inilah sisi dari pinggiran kota yang tidak banyak orang ketahui. Jauh
"Tom?" Tom mendapatiku, ketika aku baru melaju beberapa meter saja. Dia berdiri mematung dengan kuda yang di sampingnya. Aku tidak tahu harus berbuat apa? Apa aku harus mengabaikannya atau aku harus menuruni kudaku dan menghampirinya? "Sebaiknya kau segera kembali. Sebelum flu menyerang badanmu," ucapnya ketus tanpa menatap wajahku. Aku menuruni kudaku dan hendak menjelaskannya. Meskipun aku tidak tahu apa yang akan aku jelaskan, sebaiknya aku menenangkannya terlebih dahulu. "A-anu—" Aku belum menyelesaikan kalimatku, dia sudah bertindak dengan menunggangi kuda dan melaju cepat meninggalkanku. Apakah dia telah melihat kejadian itu, sehingga membuatnya marah? Atau memang dia sedang menguntitku? Entahlah. "Jane! Tunggu!" teriak Cedric. Aku mengurungkan niatku untuk menaiki kuda. Cedric sedang berlari ke arahku, saat aku membalikkan badanku. Apa dia benar-benar tidak melihat Tom? Ataukah dia sedang menunggu Tom pergi meninggalkanku? Cedric menarik tanganku dan menggenggamnya.
Terdengar suara Tom merespon, ketika pelayan tua yang bersamaku mengetuk pintu kamar milik Tom.Ketika pintu terbuka, dia sedang berdiri menatap ke arah luar."Yang Mulia—" ucap pelayan sambil membungkukkan badannya.Belum selesai dia berbicara, Tom memotongnya, "Tinggalkan dia.""Baik, Yang Mulia."Pelayan tua itu mempersilakanku masuk, kemudian menutup pintu.Tom masih berdiam mematung membelakangiku. Aku benar-benar membencinya ketika dia bersikap seperti ini. Terlalu kekanak-kanakan!"Malam ini benar-benar dingin, setelah cuaca siang hari sangat terik. Perubahan cuaca yang terlalu drastis."Aku berdiri di sebelahnya, dan mulai memahami apa perkataannya."Sebaiknya kau mengenakan pakaian tebal malam ini." Pada akhirnya dia menoleh ke arahku."Maafkan aku, Tom." Aku menunduk."Aku tidak mengerti mengapa kau harus meminta maaf?""Mungkin aku telah membuatmu kecewa.""Begitukah?""Entahlah."Keheningan mulai menyelimuti di antara kami berdua. Sikapnya masih dingin sesuai dengan cuaca
Tubuhku mengeliat, ketika cahaya matahari berhasil menyilaukan mataku. Hari sudah berganti, aku telah tertidur di ranjang Tom dan gagal pergi dari kamar ini sebelum hari berganti. "Selamat pagi, sunshine." Aku tersenyum dan mengusap kedua bola mataku. Dia memberikan secangkir teh hangat untukku. "Terima kasih." "Badanmu sudah membaik?" "Aku tidak bilang jika aku tidak baik-baik saja." Tom tersenyum lebar dan memperlihatkan semua deretan giginya yang rapih. Aku suka sekali dengan sikapnya yang seperti ini. Aku mulai meminum teh yang sedang aku pegang. Rasa teh manis masuk ke dalam tenggorokanku dan membuatnya terasa begitu hangat. Setelah menghabiskan teh di dalam cangkir, aku beranjak dan hendak pergi dari kamar ini sebelum semua orang melihatku. "Sudah mau pergi?" "Aku tidak ingin hal yang tidak aku harapkan terjadi." Tiba-tiba Tom memelukku dari belakang, ketika aku hampir membuka pintu kamar. "Aku tidak akan membuatnya terjadi." Kemudian dia mengecup leherku. Perutku ter
Matanya mulai terbuka, aku bisa melihat matanya yang cekung. Dia tampak sangat kelelahan. Ketika dia akan beranjak bangun dan duduk. Aku hendak menghentikannya.Aku menggenggam tangannya. “Yang Mulia, maafkan aku jika aku tidak sopan atas sikapku saat ini—dan aku minta maaf, aku sangat egois!” Aku menundukkan kepala.”Tidak apa, Jane.” Dia mengelus rambutku."Tidak perlu canggung terhadapku, aku menganggapmu sebagai anakku. Panggil saja aku ayah."Aku menatapnya, aku bisa merasakan kebahagiaan di sini. Tidak bisa dibayangkan, kini aku mendapatkan kasih sayang dari seorang ayah. Sepertinya aku memang tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari seorang ayah. Entahlah, aku tidak ingat sama sekali. Aku sangat beruntung saat ini.Aku tersenyum dan menangis terharu. "Terima kasih, Yang Mulia."Raja Aaron memberi sebuah tanda kepada Tom. Aku bisa mengerti tanda apa itu. Karena pada saat itu, Tom bergegas pergi keluar dari kamar."Sama-sama, Jane. Aku minta maaf atas perlakuan Darren terhadapm
Semua orang menatapku jijik. Entah apa yang mereka pikirkan? Akan tetapi, aku bisa menebaknya. Setelah kejadian Darren, aku tidur bersama Tom semalaman. Mungkin itulah sebabnya semua orang di sini melirikku dengan tatapan benci. Tidak semua orang, hanya beberapa. Aku memang tidak peduli. Toh, aku memang berniat pergi dari kastil ini secepatnya. Setelah aku pikir-pikir memang rasanya tidak sopan jika pergi begitu saja. Namun, jika aku berpamitan, aku tidak akan bisa keluar dari tempat ini.Setelah aku berhasil menemukan selembar kertas dan tinta di perpustakaan. Aku berniat menulis surat dan meninggalkannya di kamar ini. Aku berniat pergi tanpa mengambil apapun, dan aku akan pergi dengan berjalan kaki.Malam ini akan ada beberapa bangsawan datang menjenguk Raja Aaron. Memang bukan pesta. Namun, semua orang sibuk menyiapkan acara penyambutan seolah-olah mereka akan mengadakan pesta. Aku rasa tidak perlu semerepotkan itu.Aku menghabiskan waktu di kamar menulis sebuah surat. Tulisan tang
"Aku tidak melihat Williams hari ini?" "Ayolah!" Tom memainkan kedua tanganku. "Kau tidak mengkhawatirkan sahabatmu sendiri? "Sudah aku katakan, dia seorang laki-laki dewasa!" ucapnya sambil cemberut. "Dia seorang Pangeran?" Tom mengangguk, dan dia masih menggenggam kedua tanganku dan tidak ingin melepaskannya. "Lantas mengapa dia terus-menerus berada di sini?" "Tidak mungkin aku mengusirnya, bukan?" Aku menghela napas, dan terdiam. "Aku tidak mungkin menceritakan permasalahannya kepadamu. Kecuali jika dia sendiri bercerita langsung kepadamu." Tom melepaskan genggaman tangannya, dan mengusap rambutku. Dia benar, rasanya itu akan menjadi seorang pengkhianat jika salah satu dari sahabat menceritakan cerita pribadinya kepada orang lain. Aku memakluminya, dan membuang rasa penasaranku tentang itu. "Jane?" Aku memeluknya, dan dia mencium rambutku. Lengannya melingkari seluruh tubuhku. Aku membenamkan wajahku di dadanya. Aku merasa tenang saat mendengar suara irama detak jantung
Dengan perlahan aku mencoba membuka mataku. Bayanganku buram, tapi aku berusaha untuk membuka mataku dan melihat pandangan menjadi lebih jelas. Ini bukan di kediaman Philip, Kastil Burchard ataupun Kastil milik Raja Tua itu. Lantas di manakah aku berada sekarang? Entahlah. Kepalaku terasa berat, saat aku mencoba memfokuskan pandanganku. Langit-langit yang biasa, dan aku rasa bahwa aku sedang berada di sebuah rumah. Akan tetapi, ini di rumah siapa? Dengan sekuat tenaga aku mencoba untuk bangun dan beranjak dari sini. Aku yakin bahwa aku sedang tidak dalam bahaya. Akan tetapi, aku tidak boleh kembali terlibat dengan mereka. Aku tidak boleh kembali ke kastil itu, atau kastil manapun. "Jane!" Suara ini? "Kau tidak boleh memaksakan dirimu untuk bangun! Beristirahatlah!" Aku menyipitkan kedua mataku, berusaha melihat wujud dari suara ini. Aku mengenali suara ini. Akan tetapi, aku tidak yakin. Cahaya di rumah ini cukup gelap, hanya di bantu penerangan dari perapian di sana. Laki-la
"Jika aku mengetahui hal itu. Aku tidak akan pergi dan tidak pula berdiam diri lama dikediamanmu.""Apa kau bilang?""Dia sosok wanita yang aku cari. Ternyata dia seorang Putri. Aku kira ayahku akan menjodohkanku dengan wanita sembarangan yang memiliki darah bangsawan."Aku menatapnya tajam.”Jaga mulutmu! Aku mengenalnya jauh sebelum bertemu denganmu!” Aku melayangkan sebuah pedang ke arahnya. Aku berniat berduel dengannya.”Oh, jadi ini maumu?” Dia pun melakukan hal yang sama.Kami sedang berlatih, hanya saja latihan ini berubah menjadi sebuah duel.”Jangan kau ganggu wanitaku!”Kami memulai pertarungan, setiap aku melayangkan pedang ke arahnya dia selalu menangkalnya. Begitu pun sebaliknya. Aku tidak menemukan celah untuk menyerangnya. Akhirnya kami kelelahan, aku berbaring di lantai begitu pun dengannya."Aku tidak bisa melawanmu," ucapku dengan napas yang tersenggal-senggal."Kau benar, begitu pun denganku. Aku tidak suka berkelahi dengan sahabatku sendiri. Karena kau sering meng
Ayahku terkejut mendengar semua yang telah aku ceritakan, dari awal pertemuan dengan Jane dan berakhir dengan penculikan Jane. Aku pun menceritakan bagaimana keterlibatan Raja Arthur dalam hal ini.Dia mengusap bahuku. "Kita perlu menyelamatkan Jane tanpa memberitahukan Grissham. Aku benar-benar khawatir dengannya. Gadis itu tampak polos dan memiliki hati yang baik. Aku tidak menyangka banyak orang yang memanfaatkannya demi kerakusan mereka.""Kapan Raja Cedric akan memberitahumu?"Aku menggeleng. "Setelah semua yang dipersiapkannya sudah sangat matang."Ayahku tersenyum dan mengangguk. "Aku menyerahkan semua ini kepadamu, dan akan berpura-pura tidak tahu. Aku harus tetap mempertahankan pertemanan bersama Raja Arthut. Karena aku rasa, dia pun berpikir demikian."Aku mengerutkan dahi."Tidak ada pertemanan yang benar-benar tulus dalam berpolitik."Aku berharap tidak demikian dengan Williams.Setelah beberapa hari kemudian, aku berlatih dengan beberapa prajuritku untuk kesiapan nanti. M
Malam semakin larut. Aku tidak bisa tidur karena menunggu kabar dari Darren. Beberapa kali tubuhku ingin beristirahat dan memejamkan mata, tapi aku meyakinkan diriku sendiri untuk tidak tertidur. Aku harus bertahan hingga Darren tiba.Namun, aku tidak bisa membiarkan sesuatu yang buruk terjadi. Aku mempersiapkan diriku untuk bergegas ke wilayah Grissham.Malam semakin mencekam. Dinginnya angin malam berhasil menusuk tubuhku. Sapuan angin yang kencang berhasil membuat kedua mataku tetap terjaga. Aku menunggangi kuda dengan laju yang sangat cepat. Beruntung kudaku telah terlatih untuk berlari di segala waktu dan cuaca, kecuali banjir. Gemuruh suara malam membisingkan telingaku, seharusnya aku mempersiapkan penutup telinga sebelum pergi. Karena ini benar-benar tidak nyaman, semoga saja gendang telingaku baik-baik saja.Rasa khawatir memusnahkan segala ketakutanku malam ini. Ketakutan akan tertidur selama perjalanan, ketakutan akan kedinginan, ketakutan akan gendang telinga pecah, atau ap
Pikiranku tidak karuan saat ini. Daren berencana untuk menangkap Jane dan Williams hari ini. Dia dan pasukannya berjaga di sekitaran Kastil Grissham. Jika mereka melarikan hari ini, ini merupakan suatu kesempatan yang bagus. Akan tetapi jika tidak, mereka harus menunggu dan berjaga di sana.Namun, aku yakin jika Jane tidak akan berlama-lama di sana. Pada saat dia berada di Kastil Grissham untuk pertama kalinya, dia berniat untuk pergi dari sana hingga terjadi suatu kecelakaan.Rasa khawatir menyelimutiku secara menyeluruh. Aku bahkan melewati sarapan pagi bersama ayahku. Aku tidak berani mengatakan yang sebenarnya, karena khawatir dia akan terlalu memikirkan kepergian Jane. Aku tidak ingin menambah pikirannya, ayahku harus mementingkan kesehatannya saat ini. Aku berbohong kepadanya jika Jane pergi kembali ke rumah keluarganya. Suatu saat nanti, aku akan menceritakan kebenaran kepada ayahku.Sinar matahari berhasil masuk menembus jendela, dan membuatku bangkit dari tempat tidurku. Aku
Pagi ini, cahaya matahari pagi yang lembut memancar dari balik awan, menyinari permukaan danau dengan kilauan yang menakjubkan. Aku menghirup udara segar dan merasakan keajaiban alam yang menyapu wajahku. Suara gemerincing air dan kicauan burung mengiringi langkahku, menciptakan suasana yang tenang dan damai. Aku perlu menenangkan diri sejenak untuk saat ini. Hanya sebentar, dan tidak akan lama.Aku menduduki kursi yang menghadap ke danau, sama seperti pada saat bersama Jane. Ingatan masa laluku tentangnya yang begitu indah, mucul pada saat menghabiskan waktu ketika saat bersamanya di sini.Aku mungkin tidak bisa melindunginya dengan baik, berkali-kali aku membuatnya kesal karena tidak bisa memberitahu tentang ingatannya di masa lalu. Namun, aku benar-benar dilema.Rumah Cedric terbakar, dan aku yakin bahwa Jane sudah tidak ada di sana sebelum kejadian buruk itu terjadi.Aku gagal melindunginya. Sekarang apa yang harus aku lakukan? Aku sudah mencari ke berbagai tempat dan dibantu oleh
Kami kembali ke kerumunan orang yang sedang menikmati acara pesta pernikahan Rhys dan Amy. Di tengah-tengah keramaian, di sana aku melihat Marry sedang menggandeng tangan Philip?Apakah laki-laki yang di maksudnya adalah Philip? Tapi, mengapa bisa? Bukankah Philip jauh dari kata selera yang disukai Marry. Aku tidak bermaksud menjelek-jelekkan Philip. Dia memang pria dewasa, tapi menurutku dia kurang memiliki karismatik yang bisa membuat wanita tertarik begitu saja kepadanya. Aku berharap Marry sudah yakin dengan keputusannya, karena Philip terlalu mencintai sebuah buku daripada seorang gadis.Marry melihat ke arahku kemudian melambaikan tangannya. Aku membalasnya.Kami mendekat.Marry tampak canggung karena melihat Tom. Aku memeluk Marry."Akhirnya kau datang.""Aku sudah memastikan diriku untuk datang dan bertemu kalian, meskipun tampaknya kehadiranku di sini sangat asing."Aku melepaskan pelukannya. "Tidak! Meskipun sikapmu tidak akan kau rubah, aku akan tetap menganggapmu sebagai t
Matahari pagi menerangi taman kastil dengan sinarnya yang lembut, menciptakan perpaduan warna-warni antara cahaya emas dan bayangan yang menawan.Orkestra terampil memainkan musik yang merdu, menciptakan harmoni indah di udara. Melodi yang mengalun menambahkan nuansa romantis pada suasana yang sudah penuh cinta ini. Di antara dedaunan pohon, burung-burung bernyanyi ikut merayakan momen bahagia ini.Suasana riang diisi dengan tarian dan musik yang mengalun merdu di bawah sinar matahari pagi. Para tamu berdansa dengan riang, sambil menikmati momen bahagia ini dengan segala kesenangan dan keceriaan.Williams hadir di antara aku dan Tom yang berencana untuk berdansa di tengah-tengah keramaian pesta. Lalu kami menghurungkan niat untuk berdansa."Jane?""Kau datang, Wil?"Dia mengangguk dengan malu-malu."Kau begitu cantik, Jane."Aku tersenyum.Lalu Tom berdeham. "Rupanya aku tidak dianggap di sini."Aku menyilangkan kedua tanganku di dada, menatap ke arahnya dan kemudian berganti ke arah
Jantungku berdegup dengan kencang menyambut hari ini. Ini adalah hari berbahagianya untuk kakakku dan temanku.Rhys tampak mempesona dengan tuxedo yang dia kenakan. Wajahnya tampak bersinar dan tersenyum dengan ceria. Ketika aku merapihkan jas yang dia kenakan, aku mulai menatapnya dengan dalam."Kau sungguh-sungguh mencintai Amy?""Mengapa kau bertanya seperti itu?" Tatapannya hanya berpusat pada dirinya di balik cermin. Dia sedang menyombongkan dirinya sendiri karena sedang berpenampilan mempesona. Menyebalkan! Dia bahkan tidak menatapku yang sedang berbicara dengannya."Karena Amy terlalu indah dan memiliki hati yang seperti malaikat. Dia tidak cocok denganmu." Aku menyilangkan kedua tanganku di dadaku, dan menatapnya sinis."Aku menyebalkan hanya pada saat bersamamu. Jika aku berbuat baik secara terus menerus kepadamu, harga diriku akan semakin terinjak-injak.""Cih! Menyebalkan!"Kemudian dia memelukku. "Namun, aku begitu sangat mencintaiku adikku yang bodoh dan menyebalkan tapi
Alam telah menghipnotisku untuk terlelap dalam nuansanya. Rasa damai dan ketenangan berhasil menjelajah seluruh tubuhku. Aku mulai tersadar jika aku telah tidur dalam lelap.Mataku mulai terbuka.Ketika itu, wajah seseorang sedang berada di atas wajahku. Dia sangat dekat, sehingga membuatku sangat terkejut. Aku hampir melompat karena melihatnya."Marry?"Dia tampak canggung dan malu-malu. "Ah, hai, Jane." Dia melambai tangannya ke arahku dengan penuh keraguan."Tidak bisakah kau membangunkanku dengan cara yang lain?""Aku hanya memperhatikan wajahmu. Ternyata kau tidak secantik yang aku kira. Aku tetap berada di atasmu.""Aku tidak peduli."Dia tertawa kemudian duduk di sampingku."Maafkan aku, Jane.""Jangan khawatir, aku sudah memaafkanmu sejak lama.""Tidak, bukan itu. Aku tidak bermaksud meminta maaf atas kejadian yang lalu.""Aku kira kau sudah berubah, tapi tetap saja menyebalkan!"Dia mengangguk. "Karena aku harus mempertahankan sikapku itu."Aku menghela napas dan menatap sini