“Kamu ingat, saat aku bercerita tentang wanita masa lalu? Tentang wanita yang meninggalkan aku, demi laki-laki yang katanya lebih kaya raya?”
Alamak!
“Ya ...” Apakah aku harus sedih mendengar ceritanya? Laki-laki sesempurna itu masih bisa patah hati.
“Dia wanita yang aku ceritakan” Wow! Mantan lagi!
“Tapi yang perlu kamu tahu, dia hanya bagian dari masa lalu Al, tidak lebih. Sudah tak ada rasa cinta lagi dihati untuknya. Bukankah kamu adalah masa depanku?”
Apa itu, kenapa kalimat terakhir harus diucapkan. Dan lagi, kenapa matanya harus mengedip-ngedip seperti itu?! Bisa jatuh cinta kalau gini cerita mah!
Aku tak mau langsung percaya dengan apa yang bang Genta ucapan. “Benarkah? Lalu, kenapa bahkan sampai lupa kalau Abang sudah janji mau mengajakku jalan?”
Pertanyaan i
Setelah beberapa saat akhirnya Genta datang dengan dua cup kopi. Mendekati Alyah yang sedang khusus memindahkan satu persatu kripik dari bungkusnya ke dalam mulutnya. Ucapan Genta soal akan pergi, ternyata hanya sebuah candaan. Niat sebenarnya adalah untuk membeli minuman panas, mampu membuat badan sedikit menghangat karena udara yang sedikit dingin. “Al, ada sesuatu yang ingin aku katakan padamu.” Ucapnya pada Alyah yang sepertinya terlalu sibuk dengan bungkus kripik ditangannya itu. Bahkan saat Genta memberikan segelas minuman panas, ia hanya diam dan mengangguk. “Yank, bisa nggak berhenti dulu makannya. Aku lagi mau ngomong serius sama kamu, sangat serius!” Namun sayangnya bukan malah berhenti, justru Alyah malah menambah keripik lagi ke dalam mulutnya. Kunyahannya sedikit kasar hingga menimbulkan suara yang lebih besar dari sebelumnya.Mungkin merasa terganggu karena acara makan kripik itu harus berhenti. “Iya, iya maaf.” Genta paham jika wanita di depannya itu tak suka deng
_Tugas kita sebagai manusia hanya tentang merencanakan. Selebihnya, Tuhan yang menentukan._Aku belum begitu yakin dengan perasaan ini, bahkan bukan hanya sekedar tidak yakin saja, aku tak tahu apakah aku sudah siap atau tidak. Namun saat mendengar Ayah yang begitu antusias dengan rencana lamaranku dan bang Genta akhirnya aku mencoba pasrah memantapkan hatiku. Ya, setelah pulang dari jalan-jalan kemarin, aku langsung menanyakan perihal apa yang dikatakan bang Genta dan Agus sebelumnya tentang rencana lamaran itu. Ternyata sebagai pemeran utama tak harus tahu terlebih dahulu, bahkan bisa dikatakan bahwa aku tahu paling akhir. Bahkan Mama sudah merencanakan tentang pembuatan seragam untuk saudara-saudara dari kampung serta undangan yang bahkan sudah hendak mencetak. Astaga!Aku hanya tersenyum kecut menanggapi keantusiasan mereka. Rasanya aku tak punya untuk membatalkan perjodohan, ini. Baru lamaran saja merek sudah seheboh itu, bahkan aku dengar sudah mengabari kakek dan nenek di k
_Waktu begitu cepat bagi yang sedang bahagia,Begitu lambat bagi yang sedang menunggu,Begitu tergesa bagi yang sedang bimbang,Dan begitu lama, bagiku yang menanti hari itu agar segera tiba_Tak banyak yang aku lakukan untuk lamaran yang akan segera dilaksanakan beberapa hari lagi. Aku terlalu sibuk dengan kegiatan kantor. Berkas-berkas itu seakan tidak ada habisnya, Hanya sesekali Mama atau Anin menanyaiku tentang warna baju yang akan dijadikan seserahan untuk Alyah. Prinsip Mama, baju yang akan dipakai istri akan lebih baik jika itu merupakan warna kesukaan sang suami.Entahlah, menurutku warna baju tak begitu berarti bagiku. Namun siapa yang memakai. Baju akan lebih berharga ketika tahu siapa yang memakainya.Aku tak banyak ikut campur soal lamar. Bahkan saat aku ingin membeli set perhiasan, Mama malah melarang.Katanya untuk urusan lamaran aku tak usah campur tangan. “Duit kamu nanti buat beli mahar saja! Kalau soal seserahan Mama sama Papa nggak akan kekurangan uang buat beli p
“Kenapa Mac?!” Lagi-lagi mama bertanya. Mungkin masih heran karena pertanyaan sebelumnya tidak aku jawan sama sekali“Ini, Ma. Waktu aku ajak Alyah keluar, aku belikan kerudung karena beberapa kali aku ajak dia ke toko baju dia nolak terus dan malah pilih borong camilan di supermarket”“Terus?” Mama kembali bertanya. Hais, kenapa juga aku harus menjelaskan hal sedetail itu.“Ya ... Inisiatif, mungkin dia malu meminta ini itu sama aku.” Aku memang tak tahu alasan apa yang digunakan Alyah. Namun, aku yakin, dia gadis yang beda dan istimewa.“Dasar kamu! Atau mau kamu jadikan seserahan juga biar tambah lengkap. Tapi sebenarnya sudah banyak juga kerudung yang dijadikan parsel.” Mama memberikan usul.Namun sepertinya aku kurang setuju jika kerudung yang aku beli ini dijadikan sebagai seserahan. Meski pada akhirnya akan tetap Alyah yang memakainya namun serasa beda.&ldq
_Cinta selalu memilih jalannya sendiri...Bisa datang untuk seseorang yang semula tak pernah kita kenal. Cinta selalu memiliki rahasianya sendiri. Lalu apa rasa debaran aneh yang muncul saat bersamamu? apa ini juga yang dinamakan cinta?_Meski hari lamanya semakin dekat, namun rasanya masih seperti hari-hari sebelumnya. Tidak ada yang spesial sama sekali. “Aah, Dek, sama siapa?” Aku tiba-tiba dikejutkan dengan masukknya Anin di kamarku. Bahkan aku masih belum melepas mukena setelah salat magrib.“Sendiri, di suruh Mama. Aah iya Kak, dapat salam dari kak Mac ini kerudung katanya waktu itu pas kalian pergi, kak Mac lupa ngasihnya.” Jawabnya sembari mengulurkan dua paber bag. Lucu, padahal waktu itu aku tak mau dibelikan apa-apa. Bahkan aku juga sudah menguras dompetnya untuk berbelanja. “Makasih ... “ Jawabku sambil tersenyum. Aku lihat ternyata keduanya berisi kerudung. “Kamu dibelikan juga nggak?”Tak ada salahnya jika berbagi, bukan?“Enggak” Aku hanya tersenyum mendengar kalima
“Ayo, biar besok kamu bisa tampil maksimal, kita pijat juga biar badan bisa benar-benar fresh.” Jawabnya saat ajakannya ke salon aku tolak.Benar-benar sudah seperti akan melakukan pernikahan.Tak ada pilihan lain selain mengikuti kemauan Zaila. Ternyata bukan hari itu saja namun akan dilakukan berturut-turut hingga hari sebelum lamaran itu tiba.Dan kenapa waktu berlalu begitu cepat, rasanya aku masih belum siap dengan hal ini. Jika boleh, mungkin aku akan lari saja.Bukan lantaran takut dikekang atau semacamnya. Tapi aku benar-benar belum siap!Siang itu, semua keluarga sudah berkumpul. Semua keluarga sudah mengenakan seragam yang bahkan aku baru tahu warnanya hari ini.Aku sendiri yang berbeda, tentu.Ku kira hanya beberapa saja atau para karyawan di kantor saja, ternyata tidak. Ternyata malah lebih banyak dari dugaanku. Pantas saja tenda yang dibuat sebesar ini.Ada binar kebahagiaan yang terpa
_Biarkan aku membuatmu bahagia kali ini, nanti esok dan semoga selamanya. Doakan semoga niatku untuk menghitbahmu dilancarkan, dan direstui tuhan._Hari yang aku tunggu-tunggu akhirnya tiba. Hari ini aku akan melamarnya secara resmi. Menjadi hukum haram bila ada orang yang melamar di atas lamaranku.Bahagia? Tentu aku sangat bahagia, bagaimana tidak, hari ini juga akan segera ditentukan kapan akan dilangsungkannya pernikahan antara aku dan Alyah.“Banyak banget ya Ma, hantarannya.” Ucapku saat sedang berjalan menuju meja makan untuk melakukan rutinitas pagi, sarapan.“Memang harus banyak Mac, biar calon mantu Mama senang dapat calon Mertua seperti Mama.” Wkwwk, begitu senangkah Mama karena akan segera mendapatkan mantu?“Terserah Mama yang penting, sebentar lagi aku nikah!” Jika Mama saja begitu bersemangat, kenapa aku tidak.Dan Mama hanya mendelik sebentar menanggapi ucapanku itu. Hingga selesai makan, aku langsung meninggalkan Mama yang masih menghitung hantaran.Mungkin memastik
MC langsung mempersilahkan para tamu itu untuk duduk pada tempat yang sudah disiapkan khusus sebelumnya.Meski terpisah, namun genta dan Alyah ditempatkan pada kursi paling depan. Bersama kedua orang tua masing-masing.Memang sudah seperti akan melaksanakan pernikahan.Namun Alyah belum keluar dari persembunyiannya, hingga mc mempersilahkan pemeran utama itu agar acara bisa segera dimulai.Padangan mereka seketika terarah pada dua sosok wanita dengan satu laki-laki di samping kanan mereka.Alyah, begitu cantik dengan gamis merah muda yang kini ia kenakan, dengan kerudung pasmina berwarna biru langit saat pagi hari, pemberian dari Genta.Kini ia berjalan pelan menuju tempat yang sudah ditunjuk oleh MC, diiringi dengan Agus dan Zaila yang juga berjalan pelan berada di kedua sisinya. Sungguh cantik, mungkin satu kata itu pantas menggambarkan tentang tatapan para tamu undangan untuk Alyah itu.Sedang dari arah berbeda, a
Selamat bulan November kawan, semoga kabar baik selalu menyertai pembaca semua.Cerita Genta dan layah pada akhirnya harus berakhir di sini. Ini adalah cerita pertama saya yang berhasil terbit di beberapa aplikasi dan tanda tangan kontrak.Dan sekarang cerita ini telah tamat, dan semoga saja menjadi novel yang bisa memberikan nilai harga bagi penulisnya ini.Berhubung ini adalah cerita pertama saya, maka maaf jika masih banyak typo apalagi kekeliruan tanda baca.Pembuatan novel ini juga tanpa persiapan apa pun sehingga sering mandek di tengah jalan.Jadi maafkan karena sering nggak konsisten dalam update bab baru. Dilain itu, saya juga ada pekerjaan lain, sehingga tidak bisa hanya fokus pada novel saja.Namun, lagi-lagi saya katakan bahwa cerita ini kini telah tamat, sedikit membuat hari saya bangga, bahwa pada nyatanya saya berhasil merampungkan apa yang saya sengaja mulai.Bagi yang telah membaca
Wajar jika seorang ibu hamil mengidam dan menginginkan banyak hal-hal aneh. Namun nampaknya bayi yang belum kelihatan wujudnya itu tahu kalau keluarganya kaya. Terbukti banyak makanan aneh atau hal-hal yang di luar nalar namun mampu menguras dompet.Seperti saat mengidam jamur matsutake atau jamur pinus, meski jamur dengan harga fantastis itu tidak membeli karena berburu sendiri, namun pengiriman juga menggunakan pesawat langsung dan tentunya menghabiskan dana yang tak sedikit.Semua berjalan normal, bayi yang di dalam kandungan juga sehat. Tentu karena Genta juga memiliki dokter langganan yang sudah ia bayar mahal untuk melihat perkembangan calon anaknya.Tentu bahkan anak yang masih belum terlihat wajahnya itu perlu proses empat tahun. Hingga sepatu ketika Genta pernah mengatakan.“Kalau tahu bulan madu ke Paris bisa langsung jadi, mungkin sejak awal kita bulan madu ke sana saja,” dan hal itu hanya ditanggapi senyuman
Melihat tes yang masih ada di tangannya itu, seketika badannya bergetar. Tuhan ...Hanya dalam hitungan detik, Alyah sudah menangis di pelukan mertua. Kedua wanita itu kini berpelukan dengan tangis yang mengisi ruangan.Tentunya saat itu dokter sudah pergi. Tanpa diantar tanpa diberikan bayaran.Sedang Genta? Dadanya naik turun, terengah-engah mendengar kabar yang baru saja diterimanya.Ia hanya diam melihat istrinya menangis. Tak ada yang bisa ia lakukan saat ini. Ia tak tahu harus mengekspresikan kabar ini dengan cara seperti apa. Hingga tak terasa, bukit bening jatuh juga dari sepasang mata hazel itu. Tangannya kanannya bergerak menguap mata yang kian sembab. Sedang tangan kiri ya masih membawa tes kehamilan yang tadi ia minta dari istrinya.Ada garis dua di sana, meski garis satu masih terlihat samar. Namun, ada dua garis adalah anugrah yang sudah beberapa tahun mereka impikan.Hingga tahun ked
Bukan hanya dihari itu saja Genta dikejutkan oleh hal-hal aneh yang dilakukan oleh istrinya. Kadang bukan makanan, namun ingin mandi menggunakan sabun batangan warna pink.Hal-hal yang menurut Genta sangat aneh itu berjalan hingga sudah satu Minggu, dan puncaknya pada hari Minggu ketika Alyah menggigil tak karuan.Untungnya saat itu memang hari libur bagi keduanya, hingga akhirnya Genta juga bisa lebih fokus menjaga sang istri.Dan karena saking bingungnya dengan apa yang terjadi pada istrinya, Genta akhirnya memanggil namanya untuk datang ke kediaman.Wanita yang masih cantik meski bukan hanya satu atau dua keriput menghiasi di bawah kelopak mata. Bahkan, kini Anin juga akan segera melepas lajang dengan pemuda dari Amerika.Sungguh, mungkin wanita tua itu akan kesepian di hari tuanya kelak jika tidak segera diberi mainan berupa cucu.“Mac, Bagaimana keadaan menantuku!” Tanpa basa basi, Ayumi l
Genta hanya tersenyum hambar mendengar perkataan si penjual, namun meski begitu Genta juga masih menanggapi dengan santai.“Doakan saja ya, Pak. Kami sudah menikah selama empat tahun, tapi kami belum diberi kesempatan untuk memiliki anak.” Dan jawaban dari Genta berhasil membuat si penjual merasa tak enak.“Baik, Mas bule. Semoga saja cepat beberapa hari atau beberapa Minggu atau bulan ke depan kabar baik itu akan segera diterima. Saya buatkan dulu pesanannya,” Jawab si penjual.Namun bukan si kaya jika hanya memesan satu macam makanan saja. Genta juga merasa lapar, dan untungnya warung tenda itu menyediakan beberapa menu masakan.“Pak, saya mau tambah capcay satu porsi, kwetiau goreng satu porsi, sama ayam goreng dua.” Genta takut jika nanti istrinya itu seperti tadi siang. Yang seperti orang yang sudah beberapa hari tidak makan.Kini Genta dan Alyah duduk di tempat lesehan. Jika dulu saa
Pagi menjelang siang, akhirnya Genta berangkat keluar, tentu tanpa Alyah yang tengah menikmati tayangan Detektif Conan.Tentu, mencari mie ayam goreng saat siang hari adalah hal yang sangat sulit untuk dilakukan . Sebab, biasanya mie ayam goreng akan dijual saat malam hari bersamaan dengan penjual nasi goreng.Namun tentu, tak ada usaha yang menghianati hasil. Di salah satu restoran yang ada di mall menjual mie ayam. Jika di restoran, maka tentu Genta bisa request yang mungkin akan menangani harga dari pesanan tersebut.Beberapa makanan juga Genta beli, sekaligus untuk makan siang. Karena tentu Alyah tak akan masak karena bahkan saat ini meminta untuk dibelikan mie ayam.Dua jam setelahnya Genta sudah sampai di rumah, dan mendapati Alyah yang tertidur pulas sembari memeluk banyak dengan tv yang masih menyala.Apakah secapek itu? Bahkan tak biasanya istrinya itu malas untuk membersihkan rumah hingga akhirnya memanggil j
Ketiganya tengah tegang, menunggu kalimat apa yang akan dikeluarkan oleh dokter berparas cantik itu.“Dengan berat hati, kami nyatakan proses Yang selama beberapa Minggu ini telah gagal. Hasil USG yang baru saja dilakukan tidak ada tanda-tanda telah tumbuh janin. Dalam artian lain, rahim kosong”Mendengar kalimat itu, Alyah langsung menahan nafas. Sebelumnya ia sudah menguatkan hari jikalau proses ini kembali menemukan kegagalan. Namun, saat merasakan kegagalan untuk kedua kalinya, ini tak seperti yang ia persiapkan sebelumnya.Bukan hanya Alyah, namun kedua orang yang juga ikut merasa sakit atas kegagalan itu. Kini, Alyah berada di dalam dekapan dada bidang suaminya. Sedang Marsha, hanya diam menyembunyikan kesedihan melihat anak perempuannya yang begitu rapuh itu.“Pelan-pelan saja, Bun. Meski hanya sedikit dan hanya beberapa persen saja, namun ibu masih memiliki kesempatan untuk hamil secara normal. Bukankah di dunia
Semua tentang waktu, beberapa hari merenung akhirnya Alyah mencoba untuk kembali hidup biasa. Tak ingin terlalu mengharapkan sesuatu yang bahkan ia tak tahu kapan datangnya.Hari-hari dilewati dengan sibuk, Alyah juga sudah mulai lebih aktif membantu ayahnya. Tentu, hubungan dengan Zaila kini tak seintens dulu.Kini keduanya sudah memiliki kehidupan masing-masing, bukan lagi gadis ABG yang apa-apa harus selalu dilakukan bersama. Kini, pasangan salah orang pertama yang harus diperhatikan. Apalagi, Zaila menjadi salah seorang istri yang bisa dikatakan bucin akut pada suaminya.Alyah mungkin bisa lebih bersyukur, saat bahkan bisa seharian penuh bersama suami. Setiap malam selalu bersama meski tak jarang suaminya pergi keluar kota. Namun tidak dengan Zaila.Suaminya yang seorang TNI tentu tidak akan memiliki waktu yang banyak untuk keluarganya. Juga tanggung jawab Zaila atas perusahaan papanya juga tak kalah menyita perhatian.
Pulang dengan hampa bukanlah pilihan, berangkat dengan niat liburan adalah pulang dengan harapan membawa kebahagiaan.Tak ada rencana sama sekali di hidup Alyah jika kedatangannya ke Jepang sekaligus untuk melakukan program bayi tabung.Program yang melambungkan segala keinginannya untuk segera memiliki momongan. Namun pada akhirnya ia lagi-lagi harus kembali lagi dengan tangan kosong.Tak ada rencana untuk sakit hati di dunia ini, semua atas kehendak Allah. Kita hanya tak tahu, esok hadiah seperti apa yang akan Allah berikan. Bahkan, mungkin apa yang akan kita terima esok lebih baik ketimbang apa yang kita harapkan saat ini.Satu hari setelahnya, kini Alyah, Ayumi dan tentunya Genta terbang kembali ke kota Jakarta. Hampir seperti seseorang yang baru pulang dari medan perang, namun membawa rasa kekalahan.Alyah yang biasanya terlihat ceria, kini terlihat sangat murung. Bagaimana tidak, tertundanya kehamilan adalah kare