Share

Pulang?

Penulis: 5Lluna
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Pak, bisa tolong jangan memanfaatkan saya?” Brian menghela napas panjang.

Lagi dan lagi, Brian harus makan siang di Seren. Bukan hanya sekedar makan siang, bahkan makan pagi dan makan malam juga. Harvie tidak mau menyianyiakan waktu kosong Brian sedikit pun.

“Harusnya kamu bersyukur aku kasih makan gratis,” hardik Harvie kesal.

“Tapi kalau sehari tiga kali selama seminggu, semua orang jug akan bosan.” Tentu Brian akan terus protes.

“Berani kau ngomong gitu sama bos?” Harvie melotot pada Brian.

“Saat ini kamu bukan bosku, Vie.” Brian memberanikan diri untuk bicara santai. Toh, mereka seumuran.

“Wah, sudah berani ya panggil nama saja. Aku belum dikeluarkan dari kantor loh. Statusku cuma cuti kan?”

Brian mengedikkan bahu dengan malas. Dia membaca buku menu yang sudah bosan dilihatnnya. Rasanya sudah semua menu dicoba oleh Brian.

“Bagaimana perkembangannya?” tanya Harvie serius.

“Masih sama.” Brian menutup buku menu dan menyebutkan pesanannya pada pelayan.

“Ayahmu masih keras k
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Syarat (Mature Content)

    "Daddy." "Hm." Harvie bergumam sambil menghindu aroma habis mandi Star yang sangat harum. "Kenapa Daddy belum mau pulang? Mama lagi sakit loh." Bukannya menjawab, Harvie malah makin mengeratkan pelukannya pada Star. Menenggelamkan ujung hidungnya ke rambut kecokelatan Star. Mereka berbaring dengan nyaman di ranjang, di rumah baru mereka. Lebih tepatnya, rumah yang di dapatkan Star dari safe deposit box misterius. Mereka benar-benar memanfaatkan semua benda yang ada di sana. "Daddy gak mau kamu nantinya diperlakukan gak adil di sana. Lagian kita cuma gak balik ke sana lagi kok, besok kita tetap jenguk Mama." Harvie akhirnya menjawab. Star yang berbaring memunggungi Harvie, menggeliat untuk berbalik. Dia menatap sang suami dengan lekat. Mengulurkan tangan untuk menyentuh pipi Harvie, yang kemudian tangan itu dikecup suaminya. "Aku gak apa-apa kok. Lagian aku yakin Papa dan Mama gak seperti itu." Star berusaha untuk membujuk. "Lalu bagaimana kalau ada kejadian seperti in

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Mengadu Domba

    "Good morning," suara Harvie terdengar sangat merdu di telinga Star keesokan harinya. "Good morning, Daddy." Star membalas dengan senyum yang sangat menyilaukan. "Bagaimana peraasaanmu?" Harvie mengelus lembut pipi Star. "Amazing?" gumam Star dengan nada bertanya, membuat Harvie tertawa renyah. "Masih sakit?" "Apanya yang sakit?" Kening Star berkerut mendengar pertanyaan Harvie. "Jangan bilang kamu melupakan malam panas yang kita lewatkan bersama?" tanya Harvie dengan mata membulat. "Semalam? Mema ...." Mulut Star terbuka lebar begitu dia mengingat apa yang terjadi semalam. Akhirnya mereka berdua melakukan malam pertama yang tertunda lama itu. "Kita melakukannya?" tanya Star tidak percaya. Harvie tertawa cukup keras mendengar pertanyaan Star. "Ya, Sayang. Kita melakukannya." "Oh, my God. Kok gak terlalu berasa ya?" Star menunjukkan wajah bingungnya. "Gak berasa?" Kini giliran Harvie yang bertanya, tidak percaya dengan kata-kata Star. Harga diri Harvie sebagai playboy pa

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Syarat Tambahan

    Harvie maju untuk ke hadapan Star, menggenggam tangan istrinya dengan lembut. Sayangnya Star menepis tangan itu dengan kasar dan melayangkan tamparan yang sangat keras. Irish begitu terkejut ketika merasakan pipinya tertampar keras. Saking kerasnya, Irish sampai terhuyung ke belakang. "Apa kau gila?" teriak Irish sambil memegang pipinya. "Aku tidak gila Irish. Kau yang gila," jawab Star dengan nada dingin yang menakutkan. "Kau yang gila karena merebut pacar orang," teriak Irish tidak terima. "Harusnya aku yang marah di sini, bukan kau." "Berhenti mengatakan hal yang tidak-tidak. Siapa yang pacarmu?" Harvie ikut-ikutan tersulut emosinya. Irish mendekati Harvie, masih dengan kemeja yang terbuka. Dia berusaha meraih tangan Harvie, tapi tentu Harvie tidak membiarkannya. Membuat Irish kesal setengah mati. "Daddy, udah deh. Gak usah akting seperti itu. Ngaku saja kenapa?" Irish masih terus berteriak. "Kau yang harusnya berhenti akting, Irish. Aku melihat seuanya," Star segera memba

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Dibalik Seren

    Seharian Star tidak mengajak Harvie bicara. Dia tahu kalau Harvie tidak melakukan kesalahan apa pun, tapi dirinya tidak bisa untuk tidak marah pada Harvie. Entah mengapa Star tiba-tiba saja merasa takut ditinggal seperti yang ada di novel yang dibacanya. Setelah bercinta sekali si perempuan langsung ditinggal oleh kekasihnya. Star takut mengalami hal yang sama. Apalagi masih banyak perempuan yang mengejar Harvie. "Babe. Untuk apa kamu minta dipasangin finger print dipintu kamar?" tanya Harvie dengan hati-hati. Semua orang terkejut mendengar permintaan Star untuk memasang sensor sidik jari di kamar lama mereka. Keinginan Star untuk tidak menerima Irish kembali di rumah Helena masih masuk akal. Tapi sensor sidik jari? Aneh, tapi tidak ada yang berani bertanya. Jangankan soal sensor itu, Helena bahkan tidak berani bertanya soal Irish. Dia juga bisa melihat mood Star yang tidak begitu baik. Bahkan sampai sekarang ketika Star dan Harvie sudah kembali ke kamar lama, Star masih melamun b

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Tidak Ada Rotan Akar pun Jadi

    "Brian, coba kau selidiki soal kecelakaan yang menimpa Marcus." Harvie sudah kembali ke kantor dan hal yang pertama dimintanya adalah itu. Brian menghela napas mendengarnya. Untung saja Brian sudah melakukan sedikit penyelidikan. "Sebenarnya saya sudah sedikit menyelidiki hal itu," jawab Brian sambil menggulir layar tabletnya. "Rem mobilnya blong." Brian menyerahkan tabletnya pada Harvie. "Lalu ada mobil pengangkut barang yang menabraknya dari sisi kanan." Harvie mengamati apa yang ada di layar tablet asistennya, sambil mendengar penjelasana Brian. Itu adalah foto saat kejadian. "Mobil Pak Marcus sempat terseret, tapi tidak ada luka lain selain pada kedua kaki. Airbag mobil mahal memang luar biasa, sayangnya tidak ada airbag dibagian kaki." Brian menambahkan. "Terjepit badan mobil?" tanya Harvie untuk lebih meyakinkan dan Brian menganggguk. "Kurasa rem mobil ini sengaja dirusak." Brian menambahkan. "Ya. Itu jelas sekali. Mobil Mark sebulan sekali akan menjalani perawatan di b

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Mata-mata

    "Bagaimana?" tanya Star pada Irina dengan perasaan cemas lewat panggilan telepon. "Ehm, Irish baru saja keluar dari gedung kantor Pak Harvie." Suara Irina terdengar sangat ragu-ragu saat mengatakannya. Irina sudah tahu konflik Star dan Irish dari ibunya. Sementara Karin memilih pergi untuk membujuk Irish, Irina tetap tinggal bersama Star untuk menjaganya. Dan karena Star masih insecure, dia meminta Irina mengawasi Harvie. Tidak masuk akal dan bisa mengundang pertengkaran lain, tapi Star benar-benar merasa tidak aman. Entah kenapa dia tiba-tiba menjadi lemah. "Berapa lama dia di sana dan apa saja yang dilakukannya?" tanya Star berusaha menahan emosi. "Mungkin sekitar lima belas menitan. Saya mencoba tanya pada resepsionis dan katanya dia hanya berbicara dengan Brian." "Itu saja?" tanya Star tidak sabaran. "Katanya Irish menitipkan sesuatu pada, Pak Brian." Sungguh Irina merasa dirinya berada diposisi yang sangat sulit. Star menghembuskan napas dengan keras. Sepert

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Kata Maaf

    "Nah, loh. Kok bengong lagi sih? Masih kepikiran yang kemarin atau ada yang lain?" Harvie yang hari ini lembur, menemukan istrinya melamun seperti kemarin ketika pulang. Dan Harvie segera duduk di pinggir ranjang untuk mencoba berdiskusi dengan Star. "Kamu kenapa lagi sih, Babe?" tanya Harvie lembut sambil merapikan anakan rambut Star. Star terdiam dan hanya menatap Harvie dengan bingung. Ingin rasanya Star mengatakan isi pikirannya, tapi Star takut jika dia dibilang posesif. Setahu Star, Harvie tidak suka perempuan posesif. "Aku gak apa-apa kok. Cuma lagi banyak pikiran," bisik Star dengan kepala tertunduk. Akhirnya Star memilih untuk tidak menyuarakan keresahannya, tidak seperti yang disarankan Bella. Itu justru membuat Harvie gelisah. "Babe." Harvie menjepit dagu istrinya dan menariknya. Membuat Star sedikit mendongak menatapnya. "Kalau kamu ada masalah, sebaiknya diceritakan. Gak baik dipendam sendiri loh. Kamu bisa stres dan Daddy gak mau kamu seperti itu. Stres itu membaw

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Brian dan Irish

    "Hey, bagaimana Harvie selama kau bekerja dengannya?" Irish yang berbaring telungkup sambil bertopang dagu dan hanya ditutupi selimut, bertanya pada Brian yang sedang merokok. Mereka berbaring dengan sama polosnya di atas ranjang. "Ya, gitu deh. Dia sebenarnya cukup baik, tapi suka marah-marah dan suka ngancam potong gaji." Brian mengembuskan asap rokoknya ke udara. "Gak lelah memangnya digituin terus?" tanya Irish lagi. "Lelah banget lah, tapi mau gimana lagi? Gaji di sana tinggi dan aku juga gak bisa keluar. Kalau keluar ya diancam." Brian berkata jujur. Ya. Harvie memang atasan yang cukup baik, makanya Brian juga bersikap baik. Tapi kalau terus-terusan diperlakukan seperti itu selama bertahun-tahun, siapa juga yang tahan? "Kalau gitu, gimana kalau kamu bantuin aku saja? Kita jebak Harvie biar dia balikan lagi sama aku." Irish berbisik manja di telinga Brian. Menggoda lelaki itu agar kembali bergairah. "Caranya?" tanya Brian bingung. "Sederhana saja, kita hanya perlu

Bab terbaru

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Ekstra-Suatu Saat Nanti (TAMAT)

    Tidak ada satu manusia pun yang tahu apa yang direncanakan oleh Tuhan. Semisal tentang jangka waktu hidup seorang manusia. Setelah kematian Ronald Arwen yang sudah diprediksi. Berita duka yang lain datang dua tahun kemudian. Secara tiba-tiba Peter Carlton meninggal dalam kecelakaan kerja, saat sedang meninjau lokasi pembangunan. Tepat di saat cucu keempatnya lahir. Anak itu kemudian diberi nama Peter Carlton Jr. Ada juga kejadian tak terduga lain ditahun yang sama. Ketika Marvel Leonard Carlton masuk rumah sakit karena ada masalah pada jantungnya. Lubang di jantung yang dulu membuatnya harus masuk NICU, nyatanya tidak berhasil menutup sempurna. Hal itu baru diketahui ketika berumur tujuh tahun. Untungnya, tidak ada yang membuat nyawanya terancam. Marvel hanya perlu operasi untuk menyumbat lubang tersebut, setelahnya Marvel bisa hidup normal. Hal lain yang perlu dirawat dari Marel hanya matanya. Dari usia enam tahun dia sudah harus menggunakan kacamata tebal. Itu terjadi bukan

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Ekstra-Semua Ada Hikmahnya

    Marvel menunduk dengan wajah terpesona. Matanya dan bibirnya membuka dengan lucunya, saking terpesonanya dia pada adik bayinya yang baru lahir. Marvel tiap hari bertemu dengan adiknya, tapi tetap saja berekspresi seperti itu. "Eh, Marvel. Pipinya adiknya jangan ditusuk-tusuk gitu dong, Nak." Star mengambil tangan anaknya dengan lembut, agar tidak lagi menjahili si kecil July. Dilarang menggunakan jarinya, kini Marvel kembali mengganggu adiknya dengan cara lain. Kali ini si kecil marvel mengecup pipi July dengan gemas. "Astaga, kecil-kecil sudah ada bibit playboynya." Gumaman asal Helena membuat semua orang tertawa. Helena kembali mengadakan acara syukuran kecil-kecilan untuk cucu ketiganya yang cantik, tepat sebulan setelah kelahirannya. Seperti biasa, bukan hanya Carlton dan Arwen saja yang datang. Keluarga besar Langton juga datang. "Ma, tolong jangan didoaiin yang aneh-aneh dong." Harvie langsung protes mendengar Helena berkata seperti itu. Harvie mengakui kalau dulu dia m

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Ekstra-Kembar Tiga

    "Mari kita dengar sambutan dari siswa paling berprestasi kita." Seseorang diatas podium mempersilakan Star bergabung. Star berdiri dari tempatnya duduk di barisan paing depan. Dia tersenyum lebar dan berjalan pelan ke atas podium dengan perutnya yang sudah mulai membuncit. "Pertama-tama saya ingin mengucapkan terima kasih pada Tuhan Yang Maha Esa." Star memulai pidatonya dengan ucapan terima kasih pada berbagai pihak. "Terakhir terima kasih untuk keluargaku. Papa, Mama, adik-adik, Mertua, serta suami dan anak-anakku." Star tersenyum penuh haru ke arah keluarganya duduk. Hanya ada Harvie dan kedua orang tua Star di sana, tapi itu saja sudah lebih dari cukup. Lagi pula akan sangat merepotkan kalau anak-anak juga ikut ke acara wisudanya, jadi Helena dan Peter yang mendapat jatah menjaga anak-anak. "Mungkin banyak yang bingung bagaimana saya membagi waktu jadi ibu rumah tangga dan kuliah, tapi ... Saya bisa jadi seperti ini karena keluarga saya. Karena punya suami yang mendukung ser

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Ekstra-Di Atas Mobil

    "Star ada diatas main sama anak-anak." Hera memberitahu ketika melihat Harvie. "Thank you, Ma." Harvie segera berlari ke lantai atas, tempat anak-anak biasa bermain. Ini sudah hari ketiga sejak Star menginap di rumah orang tuanya dan dia sudah amat sangat rindu dengan keluarga kecilnya. "Star?" Harvie membuka pintu ruang bermain dengan pelan dan menemukan kalau semua penghuninya tengah tertidur di atas karpet tebal. Star tertidur dengan laptop yang terbuka, dikelilingi oleh Yvonne, Marvel, Amora dan Benedict. Pemandangan yang sangat manis dan Harvie sungguh berharap bisa punya keluarga besar seperti ini. Tidak ingin mengganggu istirahat mereka, Harvie mengendap-ngendap untuk mematikan laptop Star. Dan dia mulai memindahkan satu persatu manusia itu ke kamar masing-masing. *** "Sudah bangun?" Star mengerjap perlahan mendengar suara Harvie yang sudah dia rindukan. Star pikir dia masih bermimpi dan mengeratkan pelukannnya pada Harvie. "Masih ngantuk ya?" Harvie bertanya de

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Ekstra-Pak Dosen

    Star mengetukkan kaki ke teras rumah dengan wajah amat kesal. Irina yang berdiri di sebelahnya dengan memegang setumpuk kertas, tidak berani menatap bosnya itu. "Daddy ke mana sih?" tanya Star dengan ketus. "Biar saya teleponkan." Irina segera bergerak cepat mengambil ponselnya dan menyerahkannya pada Star untuk bicara. "Daddy tahu sudah berapa lama aku nungguin?" tanya Star dengan luar biasa ketusnya. "Maaf, Sayang. Rapatnya selesai lebih lama dar ..." "I don't care. Kan aku sudah bilang berhenti kerja dan suruh Brian yang urus semuanya. Susah banget ya gak kerja selama beberapa bulan?" "Gak bisa gitu, Sayang. Soalnya ini proyek be ...." "Lebih penting proyek atau anakmu? Datang dalam lima menit atau aku pulang ke rumah Mama." Star mematikan sambungan secara sepihak. Setelah penolakan yang dilakukan Star tempo hari, dia akhirnya melakukan test kehamilan karena merasa khawatir. Tentu saja hasilnya positif, dan membuat Star mengamuk. Sekali lagi, Star bukannya tidak mau punya

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Ekstra-Adik Baru

    "Mami. Mami." Marvel berlari-lari untuk menghampiri ibunya yang sedang mengerjakan tugas akhir kuliahnya. Star yang sedang sakit kepala pun refleks tersenyum melihat bocah empat tahun itu. "Kenapa sayang?" Star mengangkat Marvel dan mendudukkan anak yang kini sudah membulat itu di pangkuannya. "Vel mo ade." Usia Marvel sudah empat tahun lebih, tapi belum bisa bicara lancar seperti Yvonne dulu. Dia memang terlambat mulai bicara, jadi kosakatanya masih minim. "Marvel mau adek?" tanya Star dengan ekspresi sedikit horor. "Maksudnya mau punya adek?" Ekspresi Star terlihat makin horor saja ketika anak bungsunya ini mengangguk. Kenapa juga si Marvel bisa tiba-tiba minta adek? "Kenapa Marvel mau minta adek?" tanya Star penasaran. "Lion punya ade," jawab Marvel dengan senyum mengembang. Sepertinya pria kecil Star itu mulai memikirkan indahnya punya adik lagi. “Rion?” Star mengumpat dalam hati. Lain kali Star tidak akan membiarkan Marvel main dengan Rion. “Kakak Von uga.” "Ka

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Ekstra-Minta Adik

    “DONI.” Doni menggeram kesal mendengar suara ayahnya yang menggelegar. Dengan sangat terpaksa, dia meninggalkan permainan game onlinenya dan menghampiri sang ayah. “Kamu ini sebenranya ngapain sih?” tanya sang ayah dengan wajah terlihat sedikit kesal. “Maksud Ayah apaan sih?” tanya Doni bingung. Tapi tiba-tiba saja ayahnya tersenyum. “Kita sekeluarga diundang untuk grand opening mal. Kerjasama Olympus Grup dan Constate Enterprise.” Ayah Doni berteriak riang sambil memeluk anaknya. Bagi para pengusaha, diundang oleh perusahaan kondang saja merupakan suatu kebanggaan. Apalagi yang mengundang ini merupakan perusahaan kelas dunia. “Lalu? Hubungannya denganku apa?” tanya Doni makin bingung. “Katanya pimpinan Constate dan anak tertua dari Olympus Grup mengenalmu secara pribadi, makanya mereka mau mengundang. Ini kesempatan yang sangat baik Doni.” “Apanya?” tanya Doni makin bingung. “Kamu ini gimana sih? Kuliah bisnis, tapi tidak tahu apa-apa soal bisnis. Katanya pemimpin Olympus,

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Ekstra-Pantang Menyerah

    Waktu bergulir dengan cepat. Tidak terasa ujian semester pertama sudah dekat dan Star mah didera banyak masalah yang membuatnya tidak fokus. Marvel terserang flu berat dan menulari Yvonne. Karena Marvel punya masalah pada jantungnya, dia terpaksa harus diinapkan di rumah sakit. Lalu karena Yvonne juga merengek ingin menginap di rumah sakit, dia juga terpaksa dirawat. Kata dokter sih tidak ada masalah karena Star dan Harvie membawa mereka ke rumah sakit tepat waktu, tapi tetap saja Star khawatir dan mempengaruhi fokusnya untuk kuliah. Belum lagi gosip-gosip yang mulai bermunculan. Sama seperti dulu, banyak yang menggosipkannya sebagai wanita panggilan, hamil diluar nikah, peliharaan om-om dan lain sebagainya. Kehadiran Yvonne dan Marvel yang selalu datang menjemput jadi pemicunya. Bukan berarti Star menyalahkan anak-anak. Dia dulu juga sudah digosipkan seperti itu dan kebetulan saja kemunculan anak-anak seolah jadi pembenar gosip itu. Selain itu, Doni yang sudah lama tidak me

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Ekstra-Kejutan

    "Kok sedari tadi kamu cemberut sih?" Harvie yang baru pulang langsung mengecup puncak kepala Star yang masih menemani anak-anak main. Dua anak kecil itu juga ikut-ikutan minta dikecup oleh ayah mereka. Hanya dikecup, tidak di peluk apalagi digendong karena Harvie belum mandi. "Tante Nadine udah mau balik ke Inggris." Star menjawab dengan jujur. "Terus?" "Terus aku jadi gak punya teman ngobrol seasik dia lagi. Jadinya kalau lagi pusing urusin anak-anak, gak ada teman curhat." Bibir Star maju sedikit, membuat wajahnya makin cemberut saja. "Kalau cuma curhat kan ada banyak orang yang bisa ditemani curhat. Lagi pula kan masih bisa saling telepon atau chat. Beda waktu Indonesia - Inggris kan tidak terlalu jauh." "Oh, iya juga ya. Baru sadar." Cengiran Star membuat Harvie menggeleng pelan. "Tapi kalau kamu memang butuh pengalihan ketika merasa lelah dengan anak-anak, Daddy punya ide yang bagus untuk itu." Harvie tersenyum melihat wajah bingung Star yang selalu membuatnya gemas

DMCA.com Protection Status