A PROMISE.
BRUCE masih duduk manis di kantornya saat ia kembali teringat dengan ciuman panas bersama Eva pagi tadi. Sampai kapan pun, rasanya mustahil ia bisa melupakan semua itu. Hari ini semua kejadian yang melibatkan Eva terus berputar di kepalanya. Sejak meninggalkan gedung apartement wanita itu, Bruce tidak hentinya memikirkan Eva. Senyum simpul yang menawan, bibir semanis madu, kulit sehalus sutra dan rambut bak helaian bulu yang sengaja di terbangkan dari syurga. Perbaduan sempurna itu dibungkus menjadi satu dalam bentuk gadis yang telah mengutuknya. Kutukan yang nyatanya bertahan hingga sekarang.
Tiba-tiba, Bruce seolah dilempar kembali ke masa lalu. Kala itu di musim dingin, ia kembali mengunjungi Eva dan keluarganya. Kunjungan seperti hari-hari sebelumnya. Usianya dua belas tahun dan Eva sebelas tahun. Di tengah hujan salju yang tak begitu lebat dan tidak berbahaya, Bruce membawa Eva untuk berjalan-jalan di luar. Mereka menge
A DEMON PRINCESS.EVA menggeram tertahan saat menyaksikan Bruce meminum anggurnya dengan begitu tenang. Ia sesekali mencuri pandang pada pria itu sambil terus mendengarkan dan menanggapi celoteh Alex. Tadi, pembicaraannya dengan Alex terasa begitu menyenangkan, hingga kehadiran Si Angkuh itu mengubah segalanya. Diam-diam ia mengutuk Bruce dalam hati. Eva menduga Bruce sengaja membuntutinya. Ia tidak tahu apa tujuan pria itu datang ke café tempatnya bertemu dengan Alex. Semula ia menduga Bruce akan menghampiri mereka dan menyeretnya pulang serta mempermalukan Alex. Namun dugaannya salah. Bruce bukannya mendatangi meja mereka, ia justru duduk tenang di kursinya dan tidak menghampiri dirinya seolah mereka tidak saling mengenal satu sama lain.Setelah duduk melempar senyum penuh dosa ke arahnya, Bruce beranjak dari kursi. Eva mengepalkan tangan di bawah meja. Seandainya saja ia sedang tidak bersama dengan Alex, mungkin mulutnya yang
THE DANCED DRONES.EVA masih tidak perccaya dirinya terjebak dalam situasi yang cukup rumit bersama Bruce Spencer Smith. Ini semua terjadi karena ia membiarkan perasaannya mengendalikan dirinya kala itu. Seandainya saat itu ia tidak hanyut ke dalam emosi melankolis yang menguasai alam bawah sadarnya, mungkin saat ini ia berada jauh dari jangkauan pria angkuh itu.Akhirnya, setelah bertahun-tahun berlalu. Eva berhasil menemukan kepercayaan dirinya terhadap laki-laki. Ia masih sangat ingat masa-masa sulit yang ia alami dulu setelah penghianatan Bruce. Eva menghindari hubungan asmara dengan pria yang tertarik padanya atau pun mencuri perhatiannya. Ia tidak ingin dihianati lagi. Tidak setelah apa yang ia terima dari Bruce Spencer Smith. Dunianya saat itu hancur berkeping-keping. Butuh bertahun-tahun berikutnya untuk memulihkan semuanya.“Syarat?” ulang Bruce setelah ia menyetejui permintaan Bruce untuk tinggal bersama.
THE DAY YOU KISSED MY LIPS.ALEX merasakan ada yang berbeda dengan Eva. Ia menduga, sesuatu terjadi pada gadis itu. Ia tetap berusaha tenang dan melempar gurauan-gurauan untuk menghibur gadis itu. Bagaimana pun, misinya adalah untuk menarik perhatian Eva. Jika ia gagal, berakhir sudah hubungan mereka. Sedangkan dirinya tidak ingin semuanya berakhir secepat itu. Ia menginginkan Eva. Untuk dirinya sendiri. Jika gadis itu orang lain, mungkin ia akan dengan senang hati menjalin hubungan satu malam panas di dalam kamar hotelnya. Sayang, gadis itu bukan gadis yang ingin ia tiduri satu malam saja.Selama sesaat yang cukup menegangkan, kekhawatiran Alex akhirnya terjadi. Ia melihat Eva meminta ijin untuk pergi ke toilet. Alex sempat melihat seorang pria berjalan melintasi meja mereka. Pria yang belum sempat dilihat wajahnya itu menghilang di balik sebuah pintu penghubung antara meja kasir dan dapur. Ia mengawasi si pria yang berjalan cepat, di
FIRST KISS.EVA mengambil napas dalam-dalam lalu mengembuskannya. Ia melirik Bruce yang masih sibuk dengan dadanya. Meremas salah satu buah dadanya dan mengulum bagian yang lain. Lima menit lalu, mereka masih sibuk bercumbu di balkon. Eva mengira ciuman-ciuman itu akan berakhir setelah mereka kembali masuk ke apartement. Pada kenyataannya, semua semakin menggila sejak Bruce mendorongnya lalu mendudukkan dirinya di atas meja pantry. Eva bukannya keberatan dengan perlakuan pria itu. Ia hanya… tidak bisa menahan diri.“Bruce…” satu kata itu meluncur begitu saja dari mulut Eva. Ia mengerang, mencoba bertahan di tengah terjangan ombak kenikmatan akibat cumbuan lihai dari pria itu. Eva membenamkan jemarinya di antara rambut halus milik Bruce. Sesekali ia menarik helaian rambut itu dengan sekuat tenaga.Bruce mendongak setelah pria itu mendengar erangannya. “Apa yang kauinginkan?”“Ber
THE BREAKFAST.“Peri hutan?”Bruce mengucapkan nama panggilan yang mereka gunakan sejak masih kanak-kanak ketika berusaha mengembalikan kesadaran Eva. Sebenarnya, ia hanya pura-pura tidur dan menikmati belaian tangan Eva di wajahnya. Bruce tahu gadis itu tidak bisa tidur, untuk urusan menunda jam tidur baginya bukan masalah besar. Pasti ada sesuatu yang membuat Eva tidak bisa memejamkan matanya. “Kau baik-baik saja?”Menarik tangan dari wajahnya secepat kilat, Eva berpaling darinya. Bruce nyaris tersenyum melihat hal itu, tetapi ia menahannya mati-matian. Ia menduga Eva pasti sangat malu dengan sikapnya barusan. Gadis itu, sekuat apa pun takdir mencoba memisahkan mereka, selalu ada jalan untuk mempersatukan keduanya. Setidaknya itulah yang saat ini ada di benak Bruce.“Kau baik-baik saja?” Bruce bangkit dan bersandar di kepala ranjang. “Aku berpikir, mungkin saja kau mengalami anemia.”
BE CONFIDENT IN YOURSELF.EVA sangat gugup hari ini. Ia, Xander dan Payton berencana menemui Andrew Bixler dan timnya untuk membahas lebih lanjut mengenai proyek pembuatan video klip yang rencananya akan mulai digarap minggu depan. Terbangun dengan Bruce di sampingnya membuat mood Eva sedikit jauh lebih baik. Bohong jika ia mengatakan kalau dirinya tidak mendengar kata-kata manis pria itu saat pertama kali membuka mata. Kau tahu, aku mungkin melewatkan banyak hal selama sepuluh tahun ini, tapi kupastikan kita berdua akan menghabiskan sisa usia kita bersama.“Kuharap kau suka menu sarapan kita pagi ini.” Bruce memintanya duduk. Mau tidak mau, Eva mendaratkan pantatnya di sana. Memandangi kopi dan makanan yang cukup menggoda. “Aku tidak punya ide lain selain menu-menu ini.”Mengulas senyum, Eva mengambil kopi dan menyesap minuman itu dengan hati-hati. Baiklah, ini… kejutan yang mani
I’M THE TRASH IN THIS FAMILY.Akan lebih mudah mengalahkan lawanmu jika dia tidak mengetahui siapa dirimu.BRUCE tidak pernah kembali ke unit apartement Eva. Itulah yang sebenarnya terjadi. Huxley menghubunginya dan mengatakan kalau sebenarnya Alex sudah menunggu Eva di depan gedung apartement dan memintanya untuk mengarang cerita apa pun agar dia bisa kembali ke atas dan tidak bertemu dengan Alex. Bruce mengikuti permainan Huxley demi kenyamanan bersama. Segera setelah Huxley melaporkan Eva dan Alex telah meninggalkan gedung apartement Eva, ia segera keluar dari persembunyiannya.Sebuah limusin hitam menunggu di trotoar, Bruce segera menghampiri mobil tersebut. Huxley sudah menunggunya di dalam. “Untung aku melihatnya tadi.” Ucap pria itu segera setelah Bruce masuk.“Apa yang dia lakukan? Bukankah dia sudah tahu semalam aku menginap di sini?” seiring dengan meluncurkan pertanyaan Br
A FIGHT.EVA terbangun setelah mendengar alarm di ponselnya berbunyi nyaring. Ia meraih benda pipih yang tergeletak di atas nakas dan bergegas mengusap layarnya agar deringan itu berhenti mengusik telinganya. Eva lupa jam berapa tepatnya ia menutup mata, satu-satunya yang ia ingat adalah seseorang bernama Bruce Spencer Smith dengan sengaja membuatnya terjaga sampai larut malam hingga ia merasa tubuhnya tidak terlalu fit pagi ini. Setelah menguap untuk kedua kalinya, Eva memutuskan untuk turun dari ranjang ranjang dan bergegas pergi ke kamar mandi untuk membasuh tubuhnya.Tiga puluh menit kemudian, Eva sudah siap dengan pakaian casualnya. Setelah pertemuan dengan Andrew tempo hari, Payton dan Xander mengatur jadwal pengambilan gambar untuk video klip musik Andrew hari ini. Eva bersyukur karena pada akhirnya ia menyetujui mengambil pekerjaan ini. Andrew akan membuatnya sangat sibuk dan melupakan apa yang terjadi di antara dirinya dan Bru
A PRANK.BRUCE masih menggenggam erat tangan Eva saat mereka hampir sampai di townhouse. Yang akan mereka hadapi setelah ini bukanlah sesuatu yang mudah. Saat ini hubungan keduanya bukan hanya tentang Peri Hutan dan Pangeran Pongky. Lebih dari itu, ada keluarga yang setia memisahkan mereka Bruce dan Eva dengan berbagai macam cara. Salah satunya adalah perjodohan. Tenggorokan Bruce tercekat mengingat fakta itu. Ia masih tidak percaya di era seperti sekarang masih saja ada orangtua kolot seperti ayah dan ibunya. Benar-benar menyebalkan!Eva beringsut dari duduknya. “Kau melamun.” Gumam wanita itu.Antara iya dan tidak. Bruce tidak bisa mengalihkan perhatiannya dari sosok yang amat sangat ia puja di sisinya. Namun di sisi lain, ia juga memikirkan perjodohan sialan itu. Haruskah ia mengatakan kepada Eva apa yang sebenarnya direncakan oleh keluarganya?“Pongky…” Eva memaksa
OUR PARENTS.BRUCE menatap gadis anggun berambut pirang yang saat ini duduk di atas punggung Romeo. Dia, Eva dan Romeo sama-sama tidak percaya kalau kemenangan mereka ternyata hanya akan bertahan beberapa menit saja. Semula Bruce yakin bisa membawa Andrew kembali ke rumahnya di New York dan mempermalukan pria itu. Atau bahkan menyiksa Andrew sebelum mengembalikan pria itu kepada keluarganya. Sayang, sepertinya kali ini Dewi Fortuna tidak memihak kelompoknya. Terlebih saat gadis itu berkata, “Aku telah membunuh Christoper. Kurasa melenyapkannya tidak akan butuh waktu lama. Aku hanya perlu menarik pelatuk ini dan… kalian semua tahu apa yang akan terjadi.”Pernyataan yang terlalu terang-terangan itu menimbulkan kepanikan yang cukup besar di dalam kepala Bruce. Jika memang itu yang terjadi, dan sepertinya ucapan gadis itu bukanlah sebuah kebohongan. Gadis tanpa itu berkata jujur, terlihat dari keyakin
LADY OF THE WOODS.ROMEO menepuk pundak Bruce dan meremasnya. Sebagai sahabat yang baik, ia ingin memberi sedikit kekuatan pada pria itu. Keduanya telah gagal menyelamatkan Eva. Bruce terduduk sambil menangis tersedu. Penyesalan memang selalu datang terlambat. Tidak ada yang bisa mereka lakukan selain meratapi kepergian Eva. Di tengah isak tangis Bruce, tiba-tiba terdengar suara jeritan. Keduanya langsung waspada. Bruce bangkit hanya untuk mendengar sekali lagi apakah dia salah dengar atau itu hanya imajinasinya semata.“Aku mendengarnya, Bruce. Kurasa orang itu membawa Eva ke dalam hutan.” Romeo berkata dengan amarah yang tersirat dalam suara pria itu. “Sebaiknya kita menyusu mereka.”“Kau yakin?” Bruce bangkit, pria itu menyeka air matanya.“Apakah menurutmu jeritan itu bukan pertanda kalau Eva sedang memberi kita kode agar kita bisa menemukannya?” tanya Rome
HOPELESS.BRUCE melihat mobil Christoper keluar dari pintu gerbang istana. Ia segera memberi kode kepada Romeo untuk mengikuti Christoper sebelum pria itu bersembunyi dan menunggu Eva. Setelah berhasil mengejar sang dokter muda, Romeo menghentikan mobilnya tepat di sisi Christoper. “Aku akan turun dan menemuinya.”Romeo mengangguk dan mengawasi Bruce dari kejauhan. Bagaimana pun, mereka berdua tidak tahu apakah Christoper layak di jadikan teman atau tidak.Perlahan, Bruce mengetuk jendela mobil Christoper. Ia menunggu beberapa saat hingga pria itu bersedia membuka jendelan untuknya. “Hai,” sapa Bruce.Sebelah alis Christoper terangkat, tak lama setelah itu ia membuka mulut. “Maaf, ada yang bisa kubantu?”“Tentu. Bisa kita bicara?” pinta Bruce. “Kau tidak perlu turun dari mobil dan perlu kujelaskan kalau aku tidak berniat buruk padamu.”
CHRISTOPER.ANDREW melangkah keluar dari mobil dengan menggendong Eva ala bridal style. Ia menatap wajah damai gadis itu, ujung bibirnya terangkat mendapati keberadaan mereka di Glamis Castle. Mereka hanya perlu melangkah lebih dalam ke kastil tersebut, mengeluarkan microchip dan semuanya selesai. Perang yang sudah ia mulai sejak berhari-hari yang lalu akhirnya dimenangkan oleh dirinya berkat Julliet dan ayah mereka. Tiba-tiba ia rasa sayang terhadap keluarganya meningkat dua kali lipat. Dalam hati Andrew berjanji tidak akan mengabaikan keluarganya lagi setelah ini.“Sebaiknya kita masuk sekarang.” Suara Julliet memaksa Andrew keluar dari lamunannya.Andrew mendongak, menatap adiknya penuh penghargaan. “Baiklah.” Ujarnya parau. Ia lalu membawa kedua kakinya menuju bangunan kastil tua itu. Sekilas Andrew melihat batapa indahnya Glamis Castle. Tamannya yang hijau dan luas mem
THE GLAMIS CASTLE.BRUCE mengerjap beberapa kali sebelum akhirnya memutuskan untuk bangkit. Kepalanya yang masih berdenyut membuat ia nyaris tersungkur. Untungnya seseorang membantunya bangkit sebelum ia tubuhnya benar-benar ambruk ke lantai. “Astaga, apa yang kau lakukan di sini!” gerutu sebuah suara yang sangat dikenali oleh Bruce.Ujung bibir Bruce terangkat hingga membentuk sebuah senyuman getir. “Apa yang kaulakukan di sini?” bisiknya pada Romeo.Romeo mendesah sembari membantu Bruce berdiri dengan baik. “Mencarimu, memmastikan kau baik-baik saja. Kau pikir apa? Aku tahu sesuatu padamu.”“Aku tertidur, Romeo. Tidak ada yang terjadi padaku.”“Kau pingsan.” Ralat Romeo. “Kita tidak perlu berbisik-bisik. Tidak aka nada yang mendengar kita di sini.”Bruce melihat sekeliling, mereka berada di tengah salah satu sudut kastil yang dibungkus
ESCAPE PLAN.BRUCE mengambil napas dalam-dalam saat mobil yang dikendarai oleh Huxley menepi. Keduanya turun untuk membeli tiket seperti pengunjung lain. Sialnya, antrian cukup panjang sehingga memaksa Bruce dan Huxley untuk berlama-lama berdiri bersama orang-orang yang penasaran dengan tempat bersejarah tersebut. “Apa kau yakin dengan rencana ini?” tanya Huxley yang kulitnya mulai memerah akibat sengatan matahari.“Kita mungkin tidak bisa menemukan Eva sekarang, tapi setidaknya kita tahu seperti apa tempat dia disekap.” Sahut Bruce acuh.Siang itu pertama kalinya Bruce pergi ke sebuah tempat yang cukup ramai hanya berdua dengan Huxley. Sepanjang hidupnya, ia selalu berada di bawah bayang-bayang bodyguard yang dipekerjakan sang ayah untuk menjaganya. Situasi yang terbilang baru dan berbahaya ini memicu adrenalinnya. Jika biasasanya dia hanya perlu memerintah jika menginginkan sesuat
THE EDINBURGH CASTLE.ANDREW menemui Julliet pada pagi harinya saat Eva belum membuka mata. Ia perlu berbicara dengan sang adik perihal kedatangan mereka berdua ke Kastil Edinburgh. Apakah ada yang curiga dengan kehadiran Andrew yang tiba-tiba atau tidak ada satu pun yang peduli padanya. Meskipun rasanya semua itu mustahil mengingat betapa terkenalnya dirinya. Saat tiba di kamar sang adik yang sedikit nyeleneh, Andrew melihat gadis itu masih sibuk dengan berbagai macam computer di ruang kerjanya. Julliet memang terbilang gadis yang cukup unik, jika orang lain menyibukkan diri mereka dengan berbelanja barang-barang mewan, berbeda sekali dengan adiknya yang satu ini.“Ada masalah?” tanya Andrew saat tiba di sisi adiknya.“Aku masih harus memastikan kalau mereka tidak menemukan lokasi kita. Benda kecil pengintai itu tidak lagi bisa kuretas. Ternyata, kemarin hanyalah sebuah keberuntungan bel
JULLIET.ANDREW hanya bisa melihat kepergian Eva dan pria yang ia ketahui bernama Bruce. Ia menatap geram mereka berdua. Beraninya Bruce mempermalukan dirinya. Beraninya pria itu membawa kabur wanita yang sangat diinginkannya itu. Andrew meninju tembok dengan kepalan tangan yang cukup kuat. Seandainya saja ia punya kekuatan super, tembok dan seluruh gedung itu pasti sudah runtuh dalam sekali pukulan. Sayang, dia bukanlah Thor yang bisa menghancurkan gedung pencakar langit hanya dengan satu pukulan dari palunya.Segera setelah punggung mereka berdua menghilang, ia bergegas kembali ke rumah. Keinginannya untuk menghabiskan satu malam penuh dengan Eva telah kandas, ia membutuhkan pelampiasan untuk menyalurkan hasrat yang sejak beberapa saat lalu menderanya. Andrew mengambil ponsel lalu menghubungi Sabrina, seorang model papan atas yang entah berapa kali tidur dengannya. Mereka memang kerap menghabiskan malam hanya untuk bers