“Anda ingin semua berita ini dilenyapkan, Tuan?” tanya Marvin.Mereka sedang berada di kantor. Sekertaris Aldric menyampaikan berita tentang tajuk utama beberapa media terkenal. Bahkan, di perjalanan menuju kantor, Marvin telah dihubungi beberapa wartawan untuk meminta konfirmasi.“Tidak. Biarkan saja berita tidak bermutu itu,” sahut Aldric tidak perduli.“Baik, Tuan.”“Apa agenda hari ini?”“Ada pertemuan dengan Perdana Mentri, acara amal pada dinas sosial, kunjungan ke proyek dan terakhir partai pendukung Anda meminta bertemu dan mendiskusikan beberapa isu.”“Pasti salah satunya tentang hubunganku dengan Valerie,” dengus Aldric jengkel.“Tidak bisa dipungkiri, berita itu ternyata cukup berpengaruh terutama pada kaum sosialita, Tuan.”Aldric terdiam sesaat. Ia telah meramalkan beberapa hal yang akan terjadi. Pengusaha itu juga yakin, Valerie akan membuat ulah dengan segala cara agar media memperhatikan kesedihannya.Daripada memikirkan dampak yang terjadi atas pemberitaan pagi ini, A
Helen tetap mengintip dari balik pintu yang sedikit terbuka. Ia mendengar suara wanita itu. Suara yang lembut dan renyah saat tertawa. Bahasa Inggrisnya sangat baik dengan aksen barat.“Siapa sebenarnya wanita ini?” Helen menjadi amat penasaran.Wanita yang melahirkan Aldric itu belum sepenuhnya rela putranya telah menikah diam-diam. Apalagi, ia menikah dengan wanita yang tidak ia kenal sama sekali. Helen tetap berpikiran, Valerie adalah yang terbaik bagi putranya.Di dalam kamar yang disiapkan Aldric untuk orang tuanya, Helen berjalan mondar-mandir. Detektif Harris hingga kini belum menemukan Sandra di sudut-sudut kota Jerman. Wanita tua itu berpikir apa sebenarnya Sandra dan Alex berada di salah satu kota di Inggris?“Apa yang kamu pikirkan, Helen?” tanya Alonso yang baru saja keluar dari kamar mandi.“Barusan aku lewat kamar Aldric. Aku mendengar ia berbicara dengan wanita itu. Istrinya.”Alonso mendengus, “Lalu?”“Entahlah. Aku sangat penasaran dengan sosok wanita ini.”“Yang past
Aldric mondar-mandir di sekitar apartemen. Sandra dan Alex sedang dalam perjalanan. Akhirnya pengusaha itu meluluskan permintaan istrinya untuk kembali ke Jerman.Jam tangan yang melingkari tangan kanannya sudah menunjukkan pukul dua siang. Menurut Marvin, pesawat mereka datang tepat waktu. Artinya dalam beberapa menit lagi, mereka bisa saja membuka pintu apartemen ini.“Tiit.” Aldric menoleh cepat saat sensor pintu berbunyi kemudian membuka.“Daddyyy …” seru suara anak lelaki kecil yang berlari menghampiri.“Alex, sayang,” balas Aldric. Ia melebarkan lengan dan segera menangkap serta mengangkat putra kesayangannya dalam dekapan.“Assalamualaykum,” sapa Sandra dengan senyum cantik di wajahnya.“Waalaykumussalam.” Aldric segera merengkuh Sandra dengan lengan kirinya yang bebas.Lelaki itu seperti tidak puas-puasnya menciumi istri dan anaknya. Ia tidak memperdulikan keberadaan Marvin dan Lee yang mondar-mandir meletakkan koper-koper Sandra dan Alex.“Kamu sudah makan, Aldric sayang? Mam
Aldric kembali ke Inggris menjelang tengah malam. Ia berjanji akan menyempatkan datang ke Jerman setiap kali ada kesempatan. Untuk sementara waktu, Lee juga menetap di Jerman untuk mengawal Sandra dan Alex. Leah kemudian datang berkunjung. Sandra sudah mengantisipasi keadaan agar ia dan Alex tidak kesepian. Namun, setelah seharian di apartemen saja, mereka tetap merasa bosan. “Bagaimana jika kita menyamar?” usul Leah. “Maksudnya? Kita menyamar agar bisa jalan-jalan keluar?” Leah mengangguk. “Aku rasa profilku sudah tertutupi hijab, jadi tidak perlu menyamar lagi.” “OK. Mungkin bisa kita tambahkan aksesoris seperti mantel panjang, kacamata dan topi.” “Lalu, Alex?” Spontan Sandra dan Leah menatap anak kecil yang sedang bermain games bersama Lee. Yang paling menyolok pada penampilan Alex adalah wajahnya yang tampan sehingga menarik perhatian. Setiap orang yang berpapasan dengan putra Sandra itu akan langsung menoleh. “Kita pakaikan wig?” “Dan make up agar kulit wajahnya tidak te
Detektif Harris hampir saja menjatuhkan ponselnya. Ia kaget mendengar anak buahnya mengatakan bahwa mereka menemukan Alex. Selesai berbicara, lelaki bertubuh subur itu membuka file yang dikirimkan anak buahnya tersebut.Seraya mengetuk-ngetukkan jemarinya di atas meja, Harris berpikir keras. Apakah ia akan memberitahukan penemuannya ini pada Nyonya Helen dan Nona Valerie? Demi rasa egonya, ia sangat malas. Apalagi mengingat sikap Valerie yang terlihat jelas menyangsikan kemampuannya. Perjanjian mereka pun telah usai. Harris tidak ada kewajiban untuk melaporkan kabar terbaru ini.Setelah mempertimbangkan berbagai kemungkinan, Harris memasukkan foto-foto yang baru saja ia cetak ke dalam sebuah amplop. Seorang pegawai kemudian datang dan mengambil amplop tersebut. Pegawai tersebut pergi setelah mendengar perintah dari bosnya.***Aldric sedang berada di ruang rapat. Kepergiannya ke Indonesia menyisakan banyak pekerjaan. Walaupun memiliki jajaran pemimpin yang kompeten, tetap saja lelaki
Tiga jam kemudian, Aldric telah berada di apartemen Sandra di Jerman. Ia menyisip masuk ke dalam selimut. Menciumi leher dan pipi istrinya yang tertidur menghadap ponsel.Sandra menggeliat. Ia mengerjapkan matanya berulang kali. Harum tubuh seseorang yang ia kenali membuatnya tersentak sesaat.“Aldric? Kenapa kamu di sini? Ya Allah, aku pasti mimpi lagi,” gumamnya seraya menutup matanya lagi.Aldric terkekeh melihat ulah istrinya. Ia kembali melancarkan serangan kasih sayangnya hingga Sandra benar-benar terbangun.“Ini bukan mimpi, My love,” bisik Aldric.Wanita cantik itu akhirnya terduduk. Ia menatap wajah tampan di hadapannya. Dengan masih terheran-heran, ia mengelus rahang berbulu halus yang memandangnya dengan senyum.“Kamu benar-benar ke sini? Apa ada yang penting?” tanya Sandra heran.“Ya, ada.”“Apa?”“Kamu dan Alex.”“Gombal!” pekik Sandra geli saat Aldric mulai mengelitiki pinggangnya.Kembali Aldric menghujani istrinya dengan kecupan. Sandra dengan pasrah membiarkan suaminy
Mobil yang membawa Aldric dan keluarganya sampai di sebuah gedung mewah. Mereka melakukan berbagai pemeriksaan ketat. Cukup memakan waktu lama, karena Sandra dan Alex harus mendaftarkan wajah mereka sebagai penghuni.Aldric memiliki tempat parkir sendiri berikut dengan lift yang tepat berada di depan lahan parkirnya. Tanpa menunggu lama, rombongan kecil itu menuju lantai 45. Lantai di mana penthouse yang dibeli Aldric khusus untuk keluarga barunya berada.Dua orang pelayan menunduk sopan melihat kedatangan Aldric.“Selamat datang, Tuan Aldric.”Aldric menoleh pada Sandra, “My love, ini Madam Mary. Ia akan tinggal bersama kita di penthouse.”Sandra langsung mengulurkan tangannya, “Salam kenal, Madam Mary. Saya, Sandra.”Madam Mary tertegun melihat uluran tangan Sandra. Hal yang sangat jarang ia temui, seorang Nyonya mau berjabat tangan dengan seorang pelayan. Ia tersenyum menyambut keramahan Nyonya barunya.“Nyonya Sandra. Saya siap melayani Anda dan keluarga,” balas Madam Mary yang ke
“Alex memiliki kecerdasan, kulit putih, mulut yang memberengut dan kebaikan hati darimu, my love,” ucap Aldric yang tiba-tiba telah berada di dalam kamar.Sandra dan Madam Mary menoleh ke belakang. Sosok laki-laki tampan yang berdiri di depan pintu dengan kedua tangan di dalam sakunya tersenyum manis. Pengusaha itu memberi kode pada pelayannya untuk keluar dari kamar.“Kok sudah pulang?” tanya Sandra heran. Belum empat jam Aldric bekerja, ia telah kembali ke penthouse.“Kangen,” balas Aldric.Sandra mencebik, “Gombal!”“Hahaha, see? Dengan mulut maju seperti itu, wajahmu jadi mirip Alex sekarang.”“Iyalah. Aku 'kan Ibu kandungnya.”“Jadi nggak kesal lagi dong, karena semua orang mengatakan Alex mirip denganku.”“Kalau itu, iya. Aku masih sebal.”Aldric kembali tergelak. Menciumi dan memeluk istrinya yang sedang merajuk itu adalah obat agar wanita yang dicintainya segera tersenyum lagi. Tak hentinya ia bersyukur atas kebersamaan mereka.“Ikut aku yuk,” ajak Aldric.“Ke mana?”“Ke Gedun
Sandra berhasil menembus komunitas pendidikan di Inggris. Namanya diperhitungkan dan selalu dibawa-bawa saat ada perbincangan mengenai sistem pendidikan internasional. Bahkan, seringkali Sandra menjadi pembicara ataupun moderator pada seminar bergengsi di negara-negara Eropa. Karir Aldric pun semakin meningkat. Ia tidak perlu lagi mengontrol perusahaannya. Uang-uang yang ia investasikan kini sudah bekerja untuk dirinya dengan menghasilkan pundi-pundi kekayaan yang sangat besar. Sore ini, keadaan mansion kembali ramai. Keluarga Javier dan keluarga Osborn serta sahabat-sahabat Aldric dan Sandra berkumpul untuk merayakan kesuksesan Sandra. Malam ini, wanita cantik itu akan menerima penghargaan dari sebuah media pendidikan sebagai salah satu wanita yang cukup berpengaruh di Inggris. “Cantik sekali,” puji Aldric menatap penampilan istrinya. “Terima kasih, sayang. Kamu juga tampan sekali.” Sandra balas memuji suaminya yang telah menggunakan stelan jas mewah yang elegan senada dengan gaun
Semua kepala menengok ke arah kepala pelayan. Saat lelaki itu bergeser dan memperlihatkan tamu yang datang, Sandra menutup mulutnya. Sementara, Aldric mengembangkan senyum.“Madam Mary!” pekik Alex. Anak lelaki itu segera berlari mendekat dan memeluk tamu yang ternyata adalah Madam Mary dan Jason.Aldric berdiri menyalami tamu-tamunya. Sementara Sandra masih terduduk dengan satu tangan menutup mulutnya. Dengan pandangan haru, wanita itu menatap Madam Mary, mantan pelayan setia Aldric yang juga selalu menjaganya dan Alex di masa sulit mereka.“Nyonya Sandra,” sapa Madam Mary seraya mengulurkan tangannya.Sandra menatap tangan tersebut, ia berdiri lalu memeluk wanita setengah baya di depannya. Bahagia sekali mendapat kunjungan dari orang yang menyayangi mereka. Jason, suami Madam Mary sekaligus mantan pelayan setia Helen dan Alonso pun salling berjabatan dengan penuh haru.“Ayo, silahkan duduk,” ajak Aldric.“Maaf, Tuan. Kenalkan, ini putra kami, Daniel.” Madam Mary menggiring putranya
“Mommy, Abang mau jaga Adik Nayya malam ini. Abang tidur di kamar Adik, ya?” pinta Alex.“Mmm … sebaiknya Abang Alex tanya Daddy. Biasanya, Nayya tidur bersama Daddy,” ucap Sandra dengan lembut pada putranya.Aldric yang mendengar permintaan putranya dan jawaban Sandra, seketika teringat pada nasehat Marvin.“Boleh. Tentu saja, Abang Alex boleh tidur menjaga Adik Nayya,” balas Aldric cepat.Jawaban Aldric membuat Sandra menoleh menatap suaminya. Tumben sekali, ia mau dipisahkan dengan Nayya malam ini. Aldric menangkap tatapan heran istrinya.“Lagipula, Daddy kangen tidur berdua saja dengan Mommy,” imbuh Aldric lagi.“Yeayyy … Abang tidur sama Adik.” Alex melonjak-lonjak senang. Tetapi, kemudian, Alex teringat akan sesuatu.“Tapi, Dad, kalau Adik Nayya menangis, Abang harus bagaimana?”“Ada baby monitor di kamar Adik. Jadi, kalau Adik Nayya menangis, kami akan dengar. Mommy akan datang dan menyusui Adik Nayya.”“Oh, oke.” Alex mengacungkan jari jempolnya.Menjelang tidur, Aldric dan Sa
Sandra menggeleng samar mendengar bisikan suaminya. Ia tidak langsung menjawab karena ada suster bersama mereka. setelah Nayya menyusu dengan tenang, suster menjauhi mereka.Pebisnis mapan itu menatap mulut bayinya yang sedang menghisap. Kedua pipinya terlihat kembang kempis. Tangan mungil Nayya mengenggam jari kelingking ibunya.“Sepertinya nikmat sekali,” canda Aldric.“Memang nikmat ya, Nay. Soalnya Nayya cuma boleh minum ASI saja,” balas Sandra.“Nayya, Daddy boleh minta, nggak?”Aldric memang berbicara pada bayinya. Tapi, tentu saja pertanyaan itu ditujukan pada ibunya. Sandra mencebikkan bibir merespon perkataan sang suami.“Apa rasa ASI, sih, My love?”“Mana aku tau? Aku kan tidak pernah mencoba. Pertanyaan yang aneh.”Aldric terkekeh. “Kok, kamu jadi sensitif begitu. Nanti Nayya jadi terganggu dengan suara Mommy yang tidak ramah.”“Maaf, ya, Nay. Daddy suka usil sama Mommy,” Sandra berkata pada bayinya dengan senyum di bibir.“Daddy ‘kan cuma bertanya, karena Nayya belum bisa
Alex mendorong stroller Nayya dibantu Aldric. Sandra melingkari lengannya pada pinggang suaminya. Pintu kaca besar otomatis terbuka saat mereka akan keluar.Kebetulan, Keluarga Javier dan orang tua Aldric pun sedang berada di taman. Bahkan Marvin, Leah dan Kevin juga tampak mengobrol akrab dengan kakak-kakak Sandra.“Marv, Kev, Kalian ke sini?” sapa Aldric.“Leah,” Sandra pun menyapa dan memeluk sahabatnya.“Kami ‘kan belum menjenguk Sandra dan bayi kalian,” cetus Marvin. “Tuan Alonso mencegah kami mengunjungi rumah sakit karena nanti Sandra tidak dapat istirahat.”“Iya, maaf. Itu juga permintaanku.”“By the way, selamat, ya,” ucap Marvin. Mereka berpelukan secara maskulin yang kemudian juga diikuti dengan Kevin.“Bagaimana kabarmu, Sandra?” tanya Marvin.“Semakin hari semakin membaik, insyaAllah,” balas Sandra.“Marv sayang, lihat Nayya deh. Cantik sekali,” ucap Leah yang memperlihatkan Nayya dalam dekapannya.“Apa kamu sudah cuci tangan, Leah?” Aldric mengerutkan dahi melihat putrin
Akhirnya Sandra kembali ke mansion. Seorang suster senior rekomendasi dari rumah sakit, ikut diboyong Helen. Wanita tua itu tidak memperdulikan protes yang keluar dari mulut putranya saat lelaki itu mengatakan tidak membutuhkan seorang suster.“Kamu akan butuh. Kasihan Sandra jika tidak ada yang membantu mengurus bayinya!” ucap Helen tegas kepada Aldric.“Aku yang akan membantu Sandra, Mom. Aku mau mengurus Nayya sendiri,” kilah Aldric.“Tidak bisa. Kamu juga belum berpengalaman. Yang ada, Sandra nanti malah tambah stress dibantu kamu.”Aldric mengembuskan napas panjangnya. Ia akhirnya mengalah. Apalagi, tidak ada satu pun keluarga yang mendukungnya. Semua setuju, Sandra membutuhkan bantuan seorang suster di mansion.Keadaan Sandra sendiri sudah lebih baik. Setelah berbaring dan mendapat perawatan di rumah sakit selama tiga hari, kini wanita itu mulai bergerak aktif. Walaupun terkadang, gerakannya terhenti karena
Alex menggenggam rangkaian bunga indah di tangan kanan. Tangan kirinya memegang kotak berwarna merah muda. Anak lelaki tampan itu membawa hadiah yang akan ia persembahkan untuk ibu dan adik perempuannya.Di sampingnya Alzam berjalan membawa bungkusan. Bungkusan berisi susu almond untuk putri tercinta yang baru saja melahirkan bayi perempuan cantik. Minuman itu diyakini berkhasiat untuk melancarkan produksi ASI.Setelah mengetuk pintu, Alzam membuka pintu. Alonso segera berdiri saat melihat besannya masuk. Mereka berpelukan dengan akrab.“Selamat pagi. Bagaimana kabar cucu cantik kita hari ini?”“Ia sedang menyusu.” Helen menoleh pada tirai tertutup di samping mereka.“Oh, baiklah. Susu almond untuk ibu menyusui aku letakkan di dalam lemari pendingin, ya.”“Iya.”Alex lalu menghampiri Grandma dan Grandpanya. Anak lelaki itu mencium telapak tangan keduanya. Helen dan Alonso membalas dengan mengecup sayang kepala serta pipi cucu tampan mereka.“Apa kamu membawa bunga untuk Mommy?” tanya
Helen mengamati bayi cantik di dalam dekapannya. Ia berdiri dan mengayun pelan sambil terus tersenyum. Tangannya pun tak henti mengelus kulit halus cucu cantiknya.“Cantik sekali cucu grandma, ya,” puji Helen. Entah sudah berapa puluh kali ia mengucapkan kalimat tersebut sejak melihat Nayya.Hingga Alonso datang menghampiri dan kini berdiri di samping istrinya. Lelaki tua itu juga ikut mengelus kepala baby dan sesekali menciumnya.“Sudah! Jangan diciumi terus. Nanti Nayya bangun!” desis Helen galak.Sandra terkekeh. “Sama seperti Aldric semalam, Mom. Nayya sedang asyik menyusu malah dicium-cium hingga akhirnya menangis.”Kepala Helen menggeleng mendengar penuturan menantunya. Wanita itu meletakkan Nayya sangat hati-hati di dalam box bayi. Lalu, box tersebut ia tutup dengan kelambu halus.“Kamu mau makan, darling?” tanya Helen.“Boleh, Mom.”“Eits, sudah. Di ranjang saja. Biar Mommy yang antar makananmu.” Helen mencegah Sandra yang akan turun dari tempat tidur.Sandra menurut. Ia duduk
Tak hentinya Aldric menatap wajah mungil di dekapan Sandra. Bayi perempuan cantik itu sedang menyusu pada ibunya. sesekali, lelaki itu mencium pelan kepala sang putri.“Sayang!” protes Sandra. “Nanti dulu cium-ciumnya. Dia sedang menyusu.”“Baby cantik wangi sekali, My love. Dia pakai parfum bayi apa?”Sandra terkekeh geli mendengar pernyataan suaminya. “Bayi belum boleh pakai pewangi apapun, sayang. Ini murni aroma tubuh Baby.”“Benarkah? Kok wangi sekali?” Aldric kembali mencium rambut dan pipi putrinya.Gerakan Aldric membuat bayi yang sedang menyusu itu berhenti mengisap sari makanan dari sang ibu. Matanya menatap Sandra. Kepala mungil bayi perlahan bergerak mengusel dada di hadapannya.“Tuh ‘kan, Baby jadi berhenti menyusu karena kamu ganggu,” gerutu Sandra. Wanita itu lalu mencoba memasukkan kembali area areolanya ke dalam mulut bayinya.Namun, bayi pe