Madam Mary dan Lee langsung berkeliling Villa ketika mereka sampai. Aldric sekali lagi mengucap syukur alhamdulillah di dalam hati, karena mereka telah memiliki hunian ini. Sandra langsung bertindak sebagai Nyonya rumah yang baik. Mengatur kenyamanan keluarga di Villa.“Mama dan Papa tidur di kamar tamu di lantai bawah, ya.”“Kak Luke tidur di kamar Alex saja.”“Kak Deniz bisa menggunakan kamar tamu di lantai bawah atau di lantai atas.”Rentetan perintah juga Sandra ucapkan pada Madam Mary dan Lee. Para wanita menyiapkan makanan bersama. Sementara, para lelaki duduk santai di pinggir kolam renang sambil menemani Alex berenang.“Besok kita mulai survey hotel-hotel yang akan kita jadikan bisnis ya, Luke, “tukas Aldric.“Besok?” Luke sebenarnya masih ingin bersantai. “OK,” ucapnya lagi. Ia tidak ingin mengendorkan semangat kakak iparnya.“Kenapa kamu hanya memilih hotel-hotel di Nusa Dua, Aldric? Sophia bilang daerah ini terkenal mahal di Bali.”“Justru itu nilai prestigenya. Selain kar
“Uncle Marvin!” teriak Alex. Anak kecil yang tampan itu langsung berlari menghampiri Aldric dan Marvin.Seluruh keluarga tersenyum dan melambai ke arah Marvin. Mereka membiarkan Aldric dan Alex lebih dulu melepas rindu. Semua tau Aldric dan Marvin sangatlah dekat layaknya saudara.Marvin berjongkok dan melebarkan kedua tangannya. Alex langsung masuk ke dalam pelukan. Ia kini berada dalam gendongan asisten setia itu.“Uncle Marvin ke mana saja? Liburannya lama sekali. Apa Uncle bawa oleh-oleh untukku? Apa Uncle tau sekarang kami tidak akan pulang ke Inggris? Apa Uncle akan bekerja sama Daddy juga di Bali?” cecar Alex.Marvin dan Aldric tersenyum mendengar pertanyaan Alex yang bertubi-tubi.“Ya-ya, Uncle juga kangen sama kamu,” jawab Marvin dengan jahilnya. Ia mengabaikan berbagai pertanyaan Alex dan memberikan jawaban lain.“Itu bukan jawaban atas pertanyaanku!” sanggah Alex.Marvin tergelak. Ia lalu menjawab satu persatu pertanyaan Alex. Anak lelaki tampan yang rasa ingin tahunya sang
“Satu bulan bersama mereka, aku jadi tau arti keluarga sesungguhnya. Keluarga yang jauh dari kemewahan. Cukup, tidak kekurangan. “Marvin mendengarkan pernyataan Aldric dalam diam.“Sandra mengajarkan aku, bahwa masih banyak di dunia ini orang-orang yang hidupnya jauh di bawah ekonomi kami. Tidak sepatutnya aku terus- menerus menyesal dengan keadaan kami.”“Kamu tau, Marv. Sekarang aku mulai terbiasa mengantri, bepergian dengan pesawat komersil bahkan duduk di kelas ekonomi.”Marvin kini menunduk. Ia yang seorang asisten pribadi saja menggunakan mobil sport. Bahkan masih bisa mencarter pesawat jet pribadi saat perjalanannya ke Bali.“Ekonomi Tuan akan segera pulih. Saya yakin itu!” tegas Marvin walau dengan mata berkaca-kaca.“Tentu, Marv. Tapi semua butuh proses. Setahun, dua tahun, tiga tahun, kita tidak pernah tau.”“Aku siap membantu, Tuan.”“Jangan, Marv. Jika kamu ingin membantu, bantulah Daddyku. Ia pasti butuh seseorang yang ahli sepertimu. Juga Kevin. Ajari anak muda itu cara
“Kamu tau, Lee? Rahasia adalah rahasia. Sekali kamu membocorkan rahasia, orang tidak akan mudah lagi percaya kepadamu,” kecam Aldric.Lee menunduk dalam-dalam. Ada raut penyesalan di wajah pucatnya. Padahal, ia tadi cukup merasa tenang melihat Bosnya sangat senang melihat Marvin tiba-tiba muncul di tengah-tengah mereka.“Dan kamu, Marv. Apapun alasanmu, aku tidak suka kamu menggunakan segala cara untuk mengetahui kehidupan yang aku sembunyikan,” tegas Aldric di depan wajah Marvin yang juga tertunduk.“Maafkan aku.” Marvin kemudian menghela napas. “Aku sangat ingin bertemu dan melihat keadaanmu secara langsung.”“Tapi … “Aldric berhenti saat tiba-tiba seorang wanita berteriak.“Aldric! Kenapa masih di sini. Ayo, cepat keluar. Makan!” Sandra berkacak pinggang dengan wajah kesal di depan pintu.“E-eh. Iya, My love. Ini sudah mau keluar, kok.” Aldric segera meninggalkan Marvin dan Lee.“Aku kan sudah bilang kalau saatnya makan, makan dulu!”“Iya, My love.”“Apalagi ada tamu dari jauh. Kas
“Sekali lagi, terima kasih atas kedatanganmu dan investasimu,” ucap Aldric.Pagi ini Marvin berpamitan untuk kembali ke Inggris. Selama tiga hari di Bali, ia turut serta melihat lokasi hotel yang akan dibeli Aldric. Ia juga turut berdiskusi tentang desain dan konsep hotel yang ideal menurutnya.“Aku juga ucapkan terima kasih atas keramahan keluarga di sini. Sekarang, aku lega meninggalkanmu di sini.”Aldric mengangguk. “Jangan khawatirkan aku. Aku titip Daddy dan Mommy. Salam untuk Kevin, ya.”Mereka kembali berpelukan. Tak sadar di balik pintu, Sandra mendengar semua ucapan Aldric. Hati wanita itu trenyuh mendengar suaminya berbicara tentang orang tuanya.Marvin dan Aldric saling melepaskan pelukan. Mereka menoleh saat terdengar ketukan di pintu. Sandra masuk dengan senyum di wajah.“Sampai ketemu lagi, Marv. Terima kasih atas kunjungannya,” ucap Sandra yang satu tangannya melingkari pinggang Aldric.“Sampai bertemu lagi, Sandra.” Marvin kini telah terbiasa memanggil Aldric, Sandra d
“Tok, tok, tok.”Luke membuka pintu ruang kerja. Alex mendongak menatap pamannya. Lelaki kecil itu menaruh kedua tangannya di belakang punggung.“Hai, Sayang. Ada apa?” Luke berjongkok di depan Alex.“Apa Daddy sibuk sekali? Aku ingin bicara dengannya. Please!” mohon Alex.Luke terkekeh. “Tidak perlu begitu. Daddymu pasti mau bicara denganmu walaupun sibuk. Ayo, masuk.”Alex mengangguk. Lelaki kecil itu masuk dengan tetap menyembunyi tangannya di belakang punggung bawah. Ia langsung menuju meja kerja Aldric.“Hai, Alex sayang. Ada apa, nak?” sapa Aldric tanpa menoleh pada putranya. Mata pengusaha itu tetap pada layar laptop di depannya.Anak tampan itu menghela napas panjang lalu menjawab, “Aku punya sesuatu untuk Daddy.”“Oh ya? Apa?”Alex menyodorkan tangannya ke depan layar laptop. Kedua tangan mungil itu menunjukkan tumpuan uang seratusan ribu. Aldric tidak tau berapa jumlah pastinya.“Uang siapa ini?” Akhirnya Aldric memberikan perhatian.“Uang Alex, Dad. Alex menabung uang hasil
Ini kedua kalinya Luke memukuli Aldric. Seperti saat pertama, Aldric juga memilih mengalah. Ia segera paham, mengapa Luke sangat marah setelah mendengar segala pertanyaan kakak istrinya itu.“Apa? Jawab? Istri yang mana yang kamu maksud?” teriak Luke di depan Aldric.Aldric menyeka pinggir bibirnya yang sedikit berdarah. Ia menatap Luke yang terengah dengan mata berair. Wajahnya merah dan berkeringat.“Kalau aku tau kamu akan mengacuhkan adik dan keponakanku. Aku tidak sudi membantumu berbisnis, brengsek!”Kini Luke duduk di rumput. Ia mengangkat tangan dan menyeka keringat di wajah dengan lengan atas kemejanya. Napasnya masih memburu cepat.Perlahan, Aldric duduk di sebelah Luke. Ia mengembuskan napas panjang. Matanya menatap jauh ke depan.“Yang jelas, istri yang ku maksud adalah istri yang sangat aku cintai. Aku paham kemarahanmu. Tetapi, kamu juga harus paham kondisiku, Luke.”Luke terdiam mendengar pernyataan Aldric. Selalu saja emosinya mudah tersulut jika menyangkut adik dan ke
“Tidak ada yang membuatku nyaman selain dirimu, My love.”Sandra mencebik, “Tadi, kamu bilang, kamu sangat nyaman bekerja hingga bisa lupa waktu.”“Itu karena aku berusaha untuk cepat-cepat menyelesaikan pekerjaan, agar ke depannya kita bisa hidup lebih nyaman,” sanggah Aldric.“Jika hidup kita nyaman, tetapi aku dan Alex kehilanganmu, aku tidak mau.”Aldric merengkuh kepala istrinya ke dalam dada. “Aku pun tidak ingin kehilangan kalian.”“Jadi, tolong. Beri kami tempat pada agendamu. Sisipkan nama kami, di antara sekian banyak rapat dengan klien,” ujar Sandra dengan mata membendung airmata.“Maafkan aku, My love.” Aldric bergulir ke atas Sandra. “Aku janji, aku akan reschedule semua tabel kerjaku.”“Terima kasih.” Sandra menangkup wajah tampan suaminya dengan kedua tangannya.Aldric menjawab dengan menciumi setiap inci wajah dan leher Sandra. Wanita itu mendongak memberi akses untuk suaminya. Desahan pelan keluar dari bibir tipisnya.Dalam kenikmatan bersama, Aldric bertekad tidak ak
Sandra berhasil menembus komunitas pendidikan di Inggris. Namanya diperhitungkan dan selalu dibawa-bawa saat ada perbincangan mengenai sistem pendidikan internasional. Bahkan, seringkali Sandra menjadi pembicara ataupun moderator pada seminar bergengsi di negara-negara Eropa. Karir Aldric pun semakin meningkat. Ia tidak perlu lagi mengontrol perusahaannya. Uang-uang yang ia investasikan kini sudah bekerja untuk dirinya dengan menghasilkan pundi-pundi kekayaan yang sangat besar. Sore ini, keadaan mansion kembali ramai. Keluarga Javier dan keluarga Osborn serta sahabat-sahabat Aldric dan Sandra berkumpul untuk merayakan kesuksesan Sandra. Malam ini, wanita cantik itu akan menerima penghargaan dari sebuah media pendidikan sebagai salah satu wanita yang cukup berpengaruh di Inggris. “Cantik sekali,” puji Aldric menatap penampilan istrinya. “Terima kasih, sayang. Kamu juga tampan sekali.” Sandra balas memuji suaminya yang telah menggunakan stelan jas mewah yang elegan senada dengan gaun
Semua kepala menengok ke arah kepala pelayan. Saat lelaki itu bergeser dan memperlihatkan tamu yang datang, Sandra menutup mulutnya. Sementara, Aldric mengembangkan senyum.“Madam Mary!” pekik Alex. Anak lelaki itu segera berlari mendekat dan memeluk tamu yang ternyata adalah Madam Mary dan Jason.Aldric berdiri menyalami tamu-tamunya. Sementara Sandra masih terduduk dengan satu tangan menutup mulutnya. Dengan pandangan haru, wanita itu menatap Madam Mary, mantan pelayan setia Aldric yang juga selalu menjaganya dan Alex di masa sulit mereka.“Nyonya Sandra,” sapa Madam Mary seraya mengulurkan tangannya.Sandra menatap tangan tersebut, ia berdiri lalu memeluk wanita setengah baya di depannya. Bahagia sekali mendapat kunjungan dari orang yang menyayangi mereka. Jason, suami Madam Mary sekaligus mantan pelayan setia Helen dan Alonso pun salling berjabatan dengan penuh haru.“Ayo, silahkan duduk,” ajak Aldric.“Maaf, Tuan. Kenalkan, ini putra kami, Daniel.” Madam Mary menggiring putranya
“Mommy, Abang mau jaga Adik Nayya malam ini. Abang tidur di kamar Adik, ya?” pinta Alex.“Mmm … sebaiknya Abang Alex tanya Daddy. Biasanya, Nayya tidur bersama Daddy,” ucap Sandra dengan lembut pada putranya.Aldric yang mendengar permintaan putranya dan jawaban Sandra, seketika teringat pada nasehat Marvin.“Boleh. Tentu saja, Abang Alex boleh tidur menjaga Adik Nayya,” balas Aldric cepat.Jawaban Aldric membuat Sandra menoleh menatap suaminya. Tumben sekali, ia mau dipisahkan dengan Nayya malam ini. Aldric menangkap tatapan heran istrinya.“Lagipula, Daddy kangen tidur berdua saja dengan Mommy,” imbuh Aldric lagi.“Yeayyy … Abang tidur sama Adik.” Alex melonjak-lonjak senang. Tetapi, kemudian, Alex teringat akan sesuatu.“Tapi, Dad, kalau Adik Nayya menangis, Abang harus bagaimana?”“Ada baby monitor di kamar Adik. Jadi, kalau Adik Nayya menangis, kami akan dengar. Mommy akan datang dan menyusui Adik Nayya.”“Oh, oke.” Alex mengacungkan jari jempolnya.Menjelang tidur, Aldric dan Sa
Sandra menggeleng samar mendengar bisikan suaminya. Ia tidak langsung menjawab karena ada suster bersama mereka. setelah Nayya menyusu dengan tenang, suster menjauhi mereka.Pebisnis mapan itu menatap mulut bayinya yang sedang menghisap. Kedua pipinya terlihat kembang kempis. Tangan mungil Nayya mengenggam jari kelingking ibunya.“Sepertinya nikmat sekali,” canda Aldric.“Memang nikmat ya, Nay. Soalnya Nayya cuma boleh minum ASI saja,” balas Sandra.“Nayya, Daddy boleh minta, nggak?”Aldric memang berbicara pada bayinya. Tapi, tentu saja pertanyaan itu ditujukan pada ibunya. Sandra mencebikkan bibir merespon perkataan sang suami.“Apa rasa ASI, sih, My love?”“Mana aku tau? Aku kan tidak pernah mencoba. Pertanyaan yang aneh.”Aldric terkekeh. “Kok, kamu jadi sensitif begitu. Nanti Nayya jadi terganggu dengan suara Mommy yang tidak ramah.”“Maaf, ya, Nay. Daddy suka usil sama Mommy,” Sandra berkata pada bayinya dengan senyum di bibir.“Daddy ‘kan cuma bertanya, karena Nayya belum bisa
Alex mendorong stroller Nayya dibantu Aldric. Sandra melingkari lengannya pada pinggang suaminya. Pintu kaca besar otomatis terbuka saat mereka akan keluar.Kebetulan, Keluarga Javier dan orang tua Aldric pun sedang berada di taman. Bahkan Marvin, Leah dan Kevin juga tampak mengobrol akrab dengan kakak-kakak Sandra.“Marv, Kev, Kalian ke sini?” sapa Aldric.“Leah,” Sandra pun menyapa dan memeluk sahabatnya.“Kami ‘kan belum menjenguk Sandra dan bayi kalian,” cetus Marvin. “Tuan Alonso mencegah kami mengunjungi rumah sakit karena nanti Sandra tidak dapat istirahat.”“Iya, maaf. Itu juga permintaanku.”“By the way, selamat, ya,” ucap Marvin. Mereka berpelukan secara maskulin yang kemudian juga diikuti dengan Kevin.“Bagaimana kabarmu, Sandra?” tanya Marvin.“Semakin hari semakin membaik, insyaAllah,” balas Sandra.“Marv sayang, lihat Nayya deh. Cantik sekali,” ucap Leah yang memperlihatkan Nayya dalam dekapannya.“Apa kamu sudah cuci tangan, Leah?” Aldric mengerutkan dahi melihat putrin
Akhirnya Sandra kembali ke mansion. Seorang suster senior rekomendasi dari rumah sakit, ikut diboyong Helen. Wanita tua itu tidak memperdulikan protes yang keluar dari mulut putranya saat lelaki itu mengatakan tidak membutuhkan seorang suster.“Kamu akan butuh. Kasihan Sandra jika tidak ada yang membantu mengurus bayinya!” ucap Helen tegas kepada Aldric.“Aku yang akan membantu Sandra, Mom. Aku mau mengurus Nayya sendiri,” kilah Aldric.“Tidak bisa. Kamu juga belum berpengalaman. Yang ada, Sandra nanti malah tambah stress dibantu kamu.”Aldric mengembuskan napas panjangnya. Ia akhirnya mengalah. Apalagi, tidak ada satu pun keluarga yang mendukungnya. Semua setuju, Sandra membutuhkan bantuan seorang suster di mansion.Keadaan Sandra sendiri sudah lebih baik. Setelah berbaring dan mendapat perawatan di rumah sakit selama tiga hari, kini wanita itu mulai bergerak aktif. Walaupun terkadang, gerakannya terhenti karena
Alex menggenggam rangkaian bunga indah di tangan kanan. Tangan kirinya memegang kotak berwarna merah muda. Anak lelaki tampan itu membawa hadiah yang akan ia persembahkan untuk ibu dan adik perempuannya.Di sampingnya Alzam berjalan membawa bungkusan. Bungkusan berisi susu almond untuk putri tercinta yang baru saja melahirkan bayi perempuan cantik. Minuman itu diyakini berkhasiat untuk melancarkan produksi ASI.Setelah mengetuk pintu, Alzam membuka pintu. Alonso segera berdiri saat melihat besannya masuk. Mereka berpelukan dengan akrab.“Selamat pagi. Bagaimana kabar cucu cantik kita hari ini?”“Ia sedang menyusu.” Helen menoleh pada tirai tertutup di samping mereka.“Oh, baiklah. Susu almond untuk ibu menyusui aku letakkan di dalam lemari pendingin, ya.”“Iya.”Alex lalu menghampiri Grandma dan Grandpanya. Anak lelaki itu mencium telapak tangan keduanya. Helen dan Alonso membalas dengan mengecup sayang kepala serta pipi cucu tampan mereka.“Apa kamu membawa bunga untuk Mommy?” tanya
Helen mengamati bayi cantik di dalam dekapannya. Ia berdiri dan mengayun pelan sambil terus tersenyum. Tangannya pun tak henti mengelus kulit halus cucu cantiknya.“Cantik sekali cucu grandma, ya,” puji Helen. Entah sudah berapa puluh kali ia mengucapkan kalimat tersebut sejak melihat Nayya.Hingga Alonso datang menghampiri dan kini berdiri di samping istrinya. Lelaki tua itu juga ikut mengelus kepala baby dan sesekali menciumnya.“Sudah! Jangan diciumi terus. Nanti Nayya bangun!” desis Helen galak.Sandra terkekeh. “Sama seperti Aldric semalam, Mom. Nayya sedang asyik menyusu malah dicium-cium hingga akhirnya menangis.”Kepala Helen menggeleng mendengar penuturan menantunya. Wanita itu meletakkan Nayya sangat hati-hati di dalam box bayi. Lalu, box tersebut ia tutup dengan kelambu halus.“Kamu mau makan, darling?” tanya Helen.“Boleh, Mom.”“Eits, sudah. Di ranjang saja. Biar Mommy yang antar makananmu.” Helen mencegah Sandra yang akan turun dari tempat tidur.Sandra menurut. Ia duduk
Tak hentinya Aldric menatap wajah mungil di dekapan Sandra. Bayi perempuan cantik itu sedang menyusu pada ibunya. sesekali, lelaki itu mencium pelan kepala sang putri.“Sayang!” protes Sandra. “Nanti dulu cium-ciumnya. Dia sedang menyusu.”“Baby cantik wangi sekali, My love. Dia pakai parfum bayi apa?”Sandra terkekeh geli mendengar pernyataan suaminya. “Bayi belum boleh pakai pewangi apapun, sayang. Ini murni aroma tubuh Baby.”“Benarkah? Kok wangi sekali?” Aldric kembali mencium rambut dan pipi putrinya.Gerakan Aldric membuat bayi yang sedang menyusu itu berhenti mengisap sari makanan dari sang ibu. Matanya menatap Sandra. Kepala mungil bayi perlahan bergerak mengusel dada di hadapannya.“Tuh ‘kan, Baby jadi berhenti menyusu karena kamu ganggu,” gerutu Sandra. Wanita itu lalu mencoba memasukkan kembali area areolanya ke dalam mulut bayinya.Namun, bayi pe