Yumna badannya panas sekali, bahkan setelah semalaman diberi obat penurun panas, tapi panasnya tidak reda juga. Akhirnya, Katrina memutuskan untuk membawa Yumna ke Klinik khusus Anak dan Balita di daerah Cicadas.
Katrina pergi di antar Pak Budiman dan Bi Lisa.
Untung pagi ini klinik sedang sepi, jadi Yumna tidak harus menunggu lama untuk mendapat penanganan.
"Sepertinya ini pengaruh karena Yumna baru mau tumbuh gigi. Gusinya terlihat agak matang warnanya. Ini sih hal yang biasa Bu, balita seusia Yumna itu memang masih sangat rentan terserang demam, sebab dia masih dalam masa pertumbuhan. Jadi Ibu tidak perlu khawatir," jelas Dokter Sandra.
Dan penjelasan itu membuat Katrina bisa sedikit lebi
Malam ini suasana makan malam di meja makan terasa hening. Tak ada satupun yang bicara. Omah, Opah, Hardin dan Katrina, mereka sibuk dengan makanan mereka sendiri, terlebih mereka sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.Hardin sudah mengatakan perihal keadaan Katrina kepada Omah dan Opah bahwa Katrina memiliki kelainan pada bentuk rahimnya yang membuatnya kesulitan untuk hamil dan seandainyapun dia kembali hamil hal itu justru akan berakibat buruk bagi kesehatan Katrina sendiri. Dan hal itu jelas membuat Omah dan Opah sangat terpukul. Omahpun menyarankan agar Hardin tidak memberitahukan masalah ini pada Katrina terlebih dahulu. Omah hanya mengkhawatirkan kondisi psikologis menantu kesayangannya itu. Biarkan Katrina merasa lebih tenang setelah cobaan demi cobaan terjadi menimpanya akhir-akhir ini. Omah hanya tidak ingin Katrina terus-menerus dirundung kesedihan. Hardinpun menurut apa ya
Hardin sudah berulang kali mencoba untuk menghubungi Reyhan tapi nomor laki-laki itu tidak aktif-aktif. Membuatnya sedikit mengkhawatirkan kondisi Reyhan. Apalagi setelah Katrina menceritakan perihal kehidupan Reyhan dan adiknya saat ini. Reyhan yang sampai menggadaikan mobilnya demi memenuhi kebutuhan hidup mereka dan juga membiayai pengobatan keponakannya. Hardin sungguh merasa bersalah.Hingga akhirnya mau tak mau Hardinpun memutuskan untuk mendatangi sendiri Reyhan ke kontrakannya di daerah Cicadas. Sebenarnya berat, tapi mau bagaimana lagi, dia harus bertanggunga jawab atas kesalahannya sendiri. Terlebih perusahaan memang masih sangat membutuhkan keberadaan Reyhan.Siang itu usai menghadiri rapat penting dengan kliennya di Bandung, Hardin langsung melajukan mobilnya menuju kontrakan Reyhan. Hardin sampai di kontrakan
Tak memerlukan waktu lama, Hardin dan Jodie sudah sampai di tempat yang di katakan oleh Jodie. Sebuah gang kecil dengan nama Gang Belimbing. "Lo mau turun duluan apa nggak? Gue mau cari tempat parkir dulu, mobil nggak bisa masuk ke sana." Hardin memulai percakapan. Diliriknya Jodie melalui kaca spion di atas kepalanya. "Eh tunggu-tunggu, kayaknya kita salah deh, bukan disini," Jodie tampak mengecek kembali layar handphonenya. Hardin berdecak kesal. Dia menjatuhkan tubuhnya ke sandaran jok mobil. "Udah kelewat deh kayaknya. Di samping Mushola, nggak jauh dari gang belimbing. Tuh musholanya dibelakang
Luwi berjalan memasuki rumahnya di mana dia kini mendapati Gibran dan Hardin tengah duduk di karpet lantai di depan Tv.Gibran sedang memperlihatkan hasil karya menggambarnya yang selalu mendapat pujian oleh sang Guru di sekolah kepada Hardin. Laki-laki itu terlihat antusias memperhatikan gambar-gambar hasil karya Gibran. Mulut mungil Gibran terus berkicau.Pandangan Hardin kembali tersita pada Luwi, saat wanita itu berjalan melewatinya menuju dapur.Luwi yang sekarang jelas jauh berbeda dengan Luwi yang dia kenal dahulu. Wanita itu terlihat lebih dewasa dan tubuhnya pun terlihat sedikit lebih berisi, tidak kurus seperti dulu. Dan yang jelas, dia terlihat jauh lebih cantik.Luwi kembali dari
"Biarlah cerita masa lalu kita jadi rahasia kita berdua saja, Luwi." ucap Hardin pada wanita yang kini berada bersamanya di dalam mobil.Saat itu hening langsung menyergap keduanya.Baik Hardin mau pun Luwi tak ada yang bicara.Luwi yang kini hanya terdiam sambil menatap arah jendela yang basah tersiram hujan. Tangannya terkepal meremas ujung pakaiannya. Dadanya kian sesak. Air matanya sudah menggenang memenuhi kelopak matanya.Jangan biarkan air mata ini kembali menetes, ya Allah...Apa salahku? Apa aku ini terlihat sangat hina? Sampai dia begitu tega mengatakan hal itu? Sampai dia berpikir aku akan merusak ruma
Jodie mundar-mandir sejak tadi di depan teras kontrakan Luwi. Dimana Luwi kini duduk di hadapannya di kursi kayu di depan teras."Kenapa lo nggak bilang daritadi sih? Waktu laki-laki sialan itu masih ada disini! Argghh! Gue pengen remukin wajahnya sampe nggak berbentuk! Kalau perlu gue kebiri sekalian alat kelaminnya biar dia nggak seenak jidatnya memperlakukan seorang wanita kayak sampah! Brengsek!" Maki Jodie di depan teras itu. Dia berdiri sambil berkacak pinggang dihadapan Luwi. Dia benar-benar kesal pada laki-laki bernama Hardin itu."Pokoknya gue mau lo kasih tau gue dimana tempat tinggal tuh cowok, biar gue samperin dia sekarang juga, dia harus bertanggung jawab atas perbuatannya selama ini sama lo dan Gibran! Jangan dibiarin gitu aja! Enak banget hidupnya, aman, nyaman, damai dan sentosa tanpa beban sama istrinya,
"Maaf sekali lagi. Mungkin tadi gue cuma sedikit syok ngeliat lo tiba-tiba ada di kamar mandi," ucap Reyhan pada Jodie. Kini mereka sedang duduk di teras kontrakan Reyhan.Mereka baru saja selesai memakan makanan yang Reyhan beli tadi. Berhubung Gibran sudah tidur jadi jatah Gibran dimakan oleh Jodie. Dan dia sangat menyukai rasanya. Ini kali pertama Jodie mencicipi makanan khas Indonesia yang bernama bakso."Nggak apa-apa. Semua yang lo bilang itu bener kok. Nggak salah. Gue yang salah. Jadi cewek terlalu gampangan," Jodie tersenyum pahit.Jujur, ini pertama kalinya Jodie mengenal sosok laki-laki yang sangat-sangat menghormati wanita. Seolah dia itu adalah dewa yang tidak memiliki nafsu duniawi. Tidak seperti mantan-mantan Jodie kebanyakan. Mereka yang ser
Hari ini adalah hari pertama Reyhan bekerja di kantor percetakan di daerah Kiaracondong, Bandung. Maklum karena kantor ini masih berupa ruko bukan gedung, jadi karyawannya pun hanya sedikit. Dan hal itu membuat Reyhan mudah dikenali sebagai seorang karyawan baru. Sebuah hal yang langsung menjadi buah bibir di seantero ruko.Kehadiran Reyhan di kantor itu seolah menjadi pusat perhatian terutama bagi kaum hawa.Terlebih lagi disaat Reyhan datang membawa sebuah Grand Livina putihnya yang baru saja dia tebus pagi ini sebelum berangkat bekerja. Tak lupa Reyhan juga menebus Handphonenya sekalian. Semalam Luwi sudah menceritakan perihal kedatangan Hardin ke kontrakan mereka. Dan juga memberikan uang yang dibilang sebagai gajinya bulan lalu.
Bagi kalian yang ingin tahu gimana romantisnya kisah kehidupan rumah tangga Reyhan dan Katrina selepas menikah, kalian bisa baca di karya Herofah yang berjudul SANG PENGGODA ya... Dan... Bagi kalian yang mau tau gimana serunya kisah cinta Gibran anak Hardin dan Luwi setelah dewasa, bisa kalian baca juga di karya Herofah yang berjudul THE DEVIL WIFE... Selain itu, Herofah baru aja memposting dua karya On Going baru dengan Judul THE BRIDAL SHOWER DAN BURONAN... Kalau mau tau karya-karya Herofah yang lain yang tidak terposting di Good Novel, kalian bisa Follow akun I*******m @Herofah untuk tahu spoiler-spoiler karya Herofah yang lain... YUK MAMPIR, AKU TUNGGU KEHADIRAN KALIAN DI SANA... SALAM SAYANG AUTHOR...
Bandung. Perumahan Summarecon. Dua Tahun Kemudian. Mengabadikan momen bersama keluarga bagi sebagian orang itu penting. Tak cuma mengenang kebersamaan, tapi juga dijadikan dokumentasi pribadi. Sebagai bukti di masa depan bahwa dulu mereka pernah menjadi bagian terindah di dalam sebuah keluarga yang berbahagia. Seluruh sarana dan prasarana untuk melakukan sesi foto keluarga sudah dipersiapkan dan harusnya semua ini berjalan dengan lancar tanpa hambatan kalau saja penerbangan dari Amerika menuju Indonesia tidak diundur secara tiba-tiba. Harusnya, Hardin, Luwi, Gibran, Omah, Opah dan dua balita kembar anggota baru keluarga mereka sudah berada di Indonesia sejak kemarin, hanya saja tiba-tiba Reyhan m
Jakarta.Bandara Soekarno Hatta.Dua Hari Kemudian.Hari ini, Hardin, Luwi, Gibran, Omah dan Opah rencananya akan berangkat ke Amerika bersama-sama. Kepergian mereka di antar oleh Reyhan, Katrina dan Pak Hadi."Ayah, jaga diri baik-baik ya. Obat jantung Ayah jangan lupa diminum," ucap Luwi setelah melepas pelukannya dari Hadi yang terlihat agak pucat hari ini. Sepertinya dua hari belakangan ini tubuh sang Ayah terlalu di forsir untuk bekerja. Dia terlihat lelah. Wajahnya yang terlihat mulai keriput menandakan Ayahnya kini sedang banyak pikiran. Luwi yakin sang Ayah masih terus berusaha mendapatkan maaf dari Reyhan, sang kaka
"Nggak ada suara apa-apa, Pa?" ucap Gibran yang baru saja menempelkan telinganya di depan perut Luwi yang sengaja dia buka sebagian. Saat sang Papa menyuruhnya untuk mengajak adiknya bicara.Hardin tertawa melihat tampang polos Gibran. Saat ini mereka sudah berada di dalam kamar pengantin mereka. Kejadian menegangkan yang terjadi selepas makan malam tadi sudah berlalu. Kini waktunya mereka beristirahat di kamar masing-masing."Gibran mau aja dibohongin sama Papa," ucap Luwi seraya menutup kembali perutnya."Gibrankan mau cepet-cepet ajak dedenya ngobrol terus main kayak Gibran biasa ajak dede Yumna main di rumah Papa."celoteh Gibran. Dia terus berjingkrak-jingrakkan tubuhnya di atas kasur yang dianggapnya sangat empuk itu. Seperti sebuah pegas.
Terletak di kawasan kota Bandung Timur perumahan elit berdiri di sana. Dimana di dalam kawasan itu berdiri rumah megah di salah satu cluster utamanya.Btari Extension Resindence begitulah yang tertulis di pintu gerbang perumahan itu.Pintu gerbang besi berwarna putih dengan ornamen keemasan terlihat menghiasi pintu gerbang utama.Di halaman parkirnya yang luas terlihat beberapa mobil mewah yang kebanyakan mobil-mobil dinas kepemerintahan terparkir dan berjajar rapi di sana.Acara Ijab dan kabul baru saja selesai dilaksanakan dan sekarang pengantin pria terlihat sedang berdiri di atas pelaminan yang dibuat sederhana di taman belakang rumah itu sambil menunggu mempelai wanitanya berganti pakai
"Malam ini juga Ayah kembali ke Bandung. Besok Ayah ada pekerjaan keluar kota. Jaga Katrina baik-baik. Ayah berharap kamu bisa memaafkan Ayah, Reyhan. Dan Ayah sangat berharap kamu dan Katrina bisa tinggal bersama di rumah Ayah sekembalinya dari sini. Karena Luwi sudah setuju untuk kembali tinggal bersama Ayah nanti," ucap Pak Hadi saat dia meminta Reyhan menemuinya di Loby hotel malam itu."Aku sudah kredit rumah di Bandung. Aku dan Katrina akan tinggal di rumahku sendiri." jawab Reyhan jelas, singkat dan padat. Dia tidak mau berbasa-basi lagi."Tapi aku maunya kita tinggal bersama Ayah sementara waktu, Kak. Bagaimana?" tiba-tiba Katrina menyela dan dia juga datang dengan tiba-tiba, membuat Reyhan sedikit kaget, padahal tadi sewaktu Reyhan turun ke loby Katrina sedang di kamar mandi di dalam kamar hotelnya.
Luwi terus memeluk Gibran yang masih menangis. Gibran terlihat sangat kacau. Luwi jadi ikutan menangis. Sebelumnya dia tidak pernah melihat Gibran seperti ini. Sungguh dia tidak pernah bermaksud untuk melukai hati siapapun sebab sikapnya. Apalagi itu hati darah dagingnya sendiri. Luwi benar-benar menyesal."Gibran, udah ya sayang jangan menangis lagi. Mama janji nggak akan pisahin Gibran sama Papa lagi. Ini kita lagi di jalan mau susul Papa. Kalau memang Gibran mau sama Papa, Mama Luwi nggak apa-apa kok. Yang penting, Gibran bahagia. Gibran senang. Mama Luwi juga ikut senang. Mama Luwi juga ikut sedih kalau Gibran sedih terus. Udah ya sayang nangisnya. Gibran sayangkan sama Mama?" Luwi kembali mengajak Gibran bicara. Meski awalnya dia ragu untuk mengatakan hal itu, tapi apa boleh buat? Luwi tidak punya pilihan lain dibanding dia harus tetap memaksa Gibran untuk bersamanya sementara Gibran
Serang, Banten.Aula Hotel Santika.Acara Ijab Kabul Reyhan dan Katrina.Kehadiran Reyhan dalam hidup Katrina mampu merubah dunianya yang biasa menjadi seindah pelangi. Sementara kehadiran Katrina dalam hidup Reyhan mampu merubah segala-galanya. Reyhan sudah berjuang hingga titik darah penghabisan. Dan kini waktunya dia memetik hasilnya.Reyhan sudah duduk di tengah-tengah altar aula dimana dirinya akan berjanji kepada seluruh makhluk dan sang penciptanya. Dengan mengucapkan kalimat pendek sarat makna yang akan menjadi pembuka lembaran kehidupan barunya kelak bersama Katrina. Kalimat ajaib nan sakral yang kini masih terpaksa tertahan di teng
Satu kejutan luar biasa yang diperoleh Reyhan satu hari sebelum hari pernikahannya sungguh membuatnya tidak mempercayai ini semua.Ketika sore itu, beberapa mobil mewah pribadi datang dengan pengawalan sirine kepolisian. Seperti sebuah arak-arakan presiden. Mobil-mobil mewah itu kini terlihat memenuhi lapangan parkir hotel Santika yang kini menjadi destinasi utama pernikahan Reyhan dan Katrina.Mobil-mobil mewah itu datang bersama rombongan keluarga dari mempelai wanita. Yaitu keluarga Ustadz Maulana.Seorang laki-laki setengah baya berkumis tipis dengan setelan dinasnya keluar dari salah satu mobil toyota land cruiser hitam. Diikuti beberapa awak pegawainya yang juga bersetelan dinas pemerintahan. Beberapa elit politik yang cukup terkenal juga terlihat kel