Beranda / Romansa / CEO adalah Maut / BAB 34 - Persengkokolan

Share

BAB 34 - Persengkokolan

Penulis: LoVelly09
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-30 13:00:00

Bab 34

Saraf Gavin berhenti sesaat setelah mendengarkan kalimat itu terlontar dari bibir Vanilla. Ia tidak bisa mengedipkan kedua matanya, hanya bisa terperangah dan berharap ini adalah mimpi.

“Aku tidak bisa melanjutkan pernikahan ini,” lanjut Vanilla yang berhasil menyadarkan Gavin jika ini nyata dan bukan mimpi.

“Van … Vanilla, aku minta maaf.” Gavin berusaha meraih tangan Vanilla ke dalam genggaman, tetapi Vanilla menghindar. “Aku bisa jelasin.”

Bola mata Vanilla memutar pada Gavin. “Penjelasan? Aku berusaha mencari penjelasan dari segi apapun masih nggak ketemu, Vin. Kok bisa kamu melakukan itu untuk mendapatkan restu Mama kamu.”

“Aku nggak punya cara lain, Van. Aku sayang sama kamu, sama Zayn. Aku ingin jadi bagian dari kehidupan kalian. Maaf, aku terpaksa melakukan kebohongan kecil itu.”

Lutut Vanilla lemas lalu terjatuh di kursi teras rumah. Ia menyug

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • CEO adalah Maut    BAB 35 - Om Aryan adalah Daddyku?

    BAB 35Lampu kamar Zayn masih menyala terang, menemani suara Tante Lusi yang terdengar membacakan dongeng sebelum tidur kepada Zayn. Jika belum mengantuk, Zayn membutuhkan bantuan Vanila agar terlelap dengan bantuan membacakan buku cerita. Karena Vanilla belum pulang, sekarang tugas itu digantikan oleh Tante Lusi sementara.“Kambing itu tidak membukakan pintu saat mendengar lagu yang diputar di depan rumahnya,” cerita Tante Lusi. Zayn terdiam dan memasang rungu dengan seksama. “Setelah melihat dari jendela, ternyata ada serigala yang siap menyantap kambing itu jika saja pintunya dibukakan.”“Harusnya kambing minta tolong,” ucap Zayn menginterupsi.“Tolong! Tolong!” Tante Lusi memainkan peran seolah menjadi anak kambing yang membutuhkan pertolongan. “Kambing itu lalu meminta pertolongan hewan-hewan di sekitarnya.”“Hah, syukurlah. Akhirnya kambingnya

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-30
  • CEO adalah Maut    BAB 36- Kebenaran yang terungkap

    Bab 36Reaksi yang didapati oleh Vanilla sangat berbeda dengan celetukan Zayn semalam. Sekarang bocah itu mengerutkan bibirnya diikuti kedua mata yang berkaca-kaca.Melihat Zayn seperti itu membuat Vanilla lemah. Ia bahkan tidak bisa menggerakkan tubuh untuk sekedar memeluk Zayn, apalagi menjelaskan kepada bocah itu. Zayn terlalu kecil untuk bisa mencerna semua masalah yang terjadi antara kedua orang tuanya.Rasa marah, sedih, kecewa pada diri sendiri bercokol hebat di dalam dada. Vanilla merutuki diri sendiri berulang kali. Karena dosa yang ia lakukan, sang putra harus ikut menanggungnya. Zayn yang tidak tahu apa-apa harus menjadi cemoohan orang lain. Mendapatkan predikat anak haram yang tidak dimengerti oleh bocah itu.Tangis Zayn pecah. Aryan yang terlihat lebih bisa menguasai emosi, langsung menghampiri Zayn, berniat untuk memeluknya. Namun, Zayn memundurkan langkah dan memilih untuk bersembunyi di balik tubuh Mbok Dar. Mata Zay

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-01
  • CEO adalah Maut    BAB 37 - Mengejar Vanilla

    Bab 37Keenam pasang mata putra Aditama mencuri lihat satu sama lain. Mereka saling melemparkan pertanyaan yang sama. Mengenai alasan Aryan mengumpulkan mereka semua. Well, tentu karena ini tidak seperti biasanya.“Tumben sekali Aryan mengumpulkan kita semua, ada apa?” tanya Vian melemparkan tatapan pada Jival.“Mana aku tahu,” jawab Jival sembari mengangkat kedua bahunya. Lantas ia menoleh pada Narendra yang duduk di sofa seberang. “Kak, ada apa ini?”“Entahlah.” Narendra yang notabenenya kakak kandung Aryan juga tidak tahu apa yang sedang terjadi.“Apa ini berkaitan dengan warisan?” Ucapan Rama menciptakan lirikan berkilat dari Narendra.Menyadari lirikan tajam tersebut, Jai menonjok bahu Rama pelan. “Jangan asal bicara!”“Sepertinya ini pembahasan yang sangat serius, tidak sekedar warisan atau jabatan.” Ucapan Sagara

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-01
  • CEO adalah Maut    BAB 38 - Aku pikir, aku mencintaimu, Vanilla.

    Bab 38 (21+)Vanilla terus mengetuk pintu kamar Zayn, sembari menyebutkan namanya. Namun, Zayn tidak ingin membukakan pintu dan membiarkan sang ibu masuk ke dalam.“Zayn, bisa kita bicara sebentar?” ucap Vanilla dengan nada lirih.Pintu memang tidak terkunci, tetapi Vanilla tidak akan masuk tanpa izin dari Zayn. Vanilla sudah mengajarkan menghormati privasi kepada Zayn sejak kecil. Sehingga tidak akan asal masuk paksa.“No!” seru Zayn.“Oke, take your time. Mommy akan bicara saat Zayn sudah tidak marah lagi,” ujar Vanilla.Langkah kaki Tante Lusi yang menaiki tangga, membuat Vanilla menoleh. Wanita paruh baya itu mendekati Vanilla dan tampaknya sudah tahu apa yang terjadi. Well, mbok Dar yang menceritakan drama beberapa saat yang lalu.“Tante.” Wajah Vanilla yang berhias mata sembab ditampakkan. Air matanya kembali menetes saat mengingat kejadi

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-02
  • CEO adalah Maut    Bab 39- Vanilla sangat seksi

    Bab 39 (21+)Ucapan Aryan berhasil membuat Vanilla terbangun dari alam bawah sadarnya. Suara denting lift diikuti pintu yang terbuka secara bersamaan, menghidupkan kembali saraf Vanilla untuk mendorong tubuh Aryan menjauh.Sontak wajah Vanilla langsung memerah seperti tersiram saus tomat diikuti langkah lebarnya melewati petugas hotel yang pura-pura tidak melihat kejadian barusan. Aryan ikut keluar dan membuntuti Vanilla. Baru beberapa langkah, Aryan berhenti lalu memberikan beberapa lembar uang berwarna biru kepada petugas housekeeping itu.“Buat makan siang,” ucap Aryan sambil melirik ke kanan dan kiri untuk memastikan tidak ada yang mencuri lihat ke arah mereka.Petugas dengan rambut ikal itu meringis kegirangan sambil mengangguk penuh semangat. “Siap, Pak.”Selepas Aryan pergi, petugas itu masih memamerkan deretan giginya yang panjang seraya mencium lembaran uang tersebut. Sesekali pria itu terkekeh. “Rezeki nomplok nih, tiap hari aja Pak kepergok saya.”Langkah kaki Aryan semakin

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-07
  • CEO adalah Maut    Bab 40 - Mengulang malam panas itu

    Bab 40 (21+)Meskipun tidak masuk ke dalam mobil yang paling tepat untuk digunakan bercinta dilihat dari luas yang pas. Vanilla dan Aryan memanfaatkan kursi penumpang mini cooper itu semaksimal mungkin. Tangan Vanilla menahan di kaca saat jemari Aryan dengan perlahan tetapi intens memanjakan biji kenikmatan di bawah sana.Tubuh Vanilla menggeliat nikmat diikuti paha yang melebar, seolah mempersilahkan Aryan mengetuk pintu lalu memanjakan isi di dalamnya.Mulut Vanilla yang terbuka sedikit, hingga tidak bisa membuat Aryan menahan diri. Pria itu langsung melahapnya dengan rakus sambil terus memberikan belaian yang menggoda pada pusat kenikmatan wanita dengan 8.000 ujung saraf bermuara di sana.Aryan mengamati dengan teliti bagaimana cara Vanilla menikmati permainan jemarinya. Wanita itu menengadahkan kepala sambil memejamkan mata. Pun tidak jarang Vanilla menggigit bibir bawah sensual. Sentuhan ringan itu benar-benar menggoda Vanilla.

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-07
  • CEO adalah Maut    Bab 41 - Ayah dan Anak

    Bab 41Aryan semula bak pria yang tidak pernah terkalahkan, sekarang tanpa daya dengan rentetan kata yang dilemparkan oleh Zayn. Bocah itu memundurkan posisi, seolah enggan berdekatan dengan Aryan.“Sayang, please calm down.” Raut wajah Vanilla melemah.Aryan menoleh pada Vanilla, “it’s okay, Van.” Lalu kembali memberikan atensi penuh pada Zayn. Ia menatap bocah itu lekat-lekat diikuti tatapan yang teduh.Tangan Aryan yang awalnya ingin menyentuh Zayn diurungkan sebab bocah itu menghindar. Dahinya berlipat dengan tatapan memicing tajam ke arah Aryan.“Kenapa Om Aryan diem?” todong Zayn tidak sabaran.“Baiklah, Om akan ceritakan semuanya sama Zayn,” tutur Aryan yang melupakan semua susunan kata yang sudah dihafal sejak semalam.Tidak ada satupun kata yang masih tertinggal di benak. Aryan kali ini hanya mengandalkan kejujuran lalu meramu semuanya de

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-08
  • CEO adalah Maut    Bab 42 - Aku mencintai Vanilla

    BAB 42Aryan dan Vanilla tidak ingin menyurutkan kebahagiaan Zayn. Untuk malam ini Vanilla akan mengizinkan Aryan untuk menginap. Hanya malam ini saja, hingga mereka berdua menemukan jalan keluar untuk beralasan kepada Zayn.Sudut bibir Aryan tertarik ke atas saat melihat rupa sang putra yang terlelap. Benar apa kata sang ibu, anak adalah sebuah keajaiban yang sulit diutarakan dengan kata-kata. Demi Zayn, Aryan rela mengorbankan semua hal uang ada di dunia ini. Bahkan ia tidak akan segan menukarkan nyawanya untuk kebahagiaan Zayn.“Putraku,” sebut Aryan dengan nada kelewat lirih. Rasanya masih sangat tidak percaya jika ada makhluk kecil yang dalam tubuh mungil itu mengalir darah Aryan.“Zayn sudah tidur?” Suara Vanilla yang mengalun lembut membuat Aryan menoleh.“Sudah,” jawabnya pelan.“Aku udah rapikan kamar tamu, kamu bisa tidur di sana,” ucap Vanilla sambil beranjak pergi d

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-08

Bab terbaru

  • CEO adalah Maut    Bab 51- Akhir cerita

    Aryan kamu bilang kita mau ke tempat bermain, kenapa tiba-tiba ke Singapura sih?” Vanilla masih saja mengomel saat pesawat pribadi Aryan terbang di atas awan.“Di Singapura juga ada taman bermain, Universal Studio. Lagipula Zayn happy loh, ya kan Sayang?” Aryan meminta persetujuan dari sang putra dan mendapatkannya dengan anggukan kepala.Aryan terkekeh lalu mencium Zayn dengan gemas. “Ah, anak Daddy. Zayn bisa pergi kemana aja yang Zayn mau.”“Bener Daddy?” Kedua mata Zayn membola. Ia tampak takjub saat sang ayah akan mengabulkan semua keinginannya.“Tentu saja,” jawab Aryan seraya memeluk erat sang putra.“Tapi, butuh banyak uang Daddy,” cicit Zayn.Aryan kembali terkekeh. “Daddy punya banyak sekali uang. Zayn boleh habiskan semuanya.”Melihat kedua laki-laki beda usia itu, Vanilla hanya bisa menggeleng. Zayn sangat menempel kepada Aryan, seperti

  • CEO adalah Maut    Bab 50- Menjelang Final

    Ah, pelan-pelan, Dok.” Aryan merintih kala Dokter Surya mengusap luka pada sudut bibirnya. Ia melirik pada pribadi Dokter Surya yang justru sengaja mengusap luka Aryan dengan penuh tekanan.“Ini kenapa lagi?” tanya Dokter Surya yang sudah hafal dengan kelakukan Aryan. Ia selalu membantah ucapan Aditama dan berakhir dengaan pertikaian. Iris hitamnya melirik pada Vanilla yang sedang menyiapkan kompres air dingin untuk luka lebam Aryan. “Apa karena wanita itu?”“Bukan,” jawab Aryan singkat.“Kamu dan Daddy kamu itu sama saja,” ujar Dokter Surya mengoleskan obat untuk mengurangi lebam Aryan dengan hati-hati.“Ah. Shhhh.” Dahi Aryan berkerut karena rasa perih yang ditimbulkan. “Kami sangat berbeda. Jangan pernah samakan aku dengan dia, kami sangatlah berbeda.”“Sama saja, suka menyimpan kesedihan seorang diri,” tambah Dokter Surya.Alih-alih menanggapi denga

  • CEO adalah Maut    Bab 49 - Mencintainya

    Sudah satu hari Aryan tidak memberikan kabar. Pria bertato itu bahkan tidak memperlihatkan batang hidungnya sama Sudah satu hari Aryan tidak memberikan kabar. Pria bertato itu bahkan tidak memperlihatkan batang hidungnya sama sekali. Berulang kali Vanilla menghubungi Aryan sebab tidak bisa menahan diri. Namun, hanya suara operator yang didengarnya.Tangan Vanilla memasukkan aneka sayuran ke dalam panci dengan pikiran melayang. Mengambil pisau untuk mengiris sosis sebagai campuran. Netra Vanilla melihat ke arah benda tajam itu, tetapi fokusnya terpecah. Ia terus memotong hingga tanpa sadar ujung jari menjadi sasaran.“Aw!” seru Vanilla saat permukaan kulitnya tergores. Sontak ia menghisap darah yang keluar untuk membekukannya. Ia tidak bisa membohongi diri sendiri jika keadaan Aryan kini tenang meracau benak. “Kamu dimana Aryan?”Entah mengapa hati Vanilla merasa tidak enak setiap memikirkan pria itu. Ia tidak benar-benar yakin jika Aryan akan pergi begitu saja. Vanilla merasa jika pr

  • CEO adalah Maut    Bab 48 - Aryan pergi

    BAB 48Netra Aryan terus memperhatikan sang putra yang sedang menyantap ayam goreng dengan lahap. Sesekali senyum tipis terulas di bibir Zayn yang belepotan saus tomat. Mengonsumsi makanan cepat saji adalah hal yang paling membahagiakan bagi Zayn. Sebab Vanilla hanya memberikan jatah satu kali dalam satu bulan.“Belepotan ya, Daddy?” Zayn meringis saat Aryan membersihkan bibirnya dengan tisu.Aryan menanggapi celetukan Zayn dengan kekehan. “It’s Okay. Enak?”“Enak banget, Daddy. Boleh nggak sih kalau aku makan kayak gini setiap hari?” cicit Zayn sambil terus mengunyah kulit ayam dengan bumbu yang merasuk hingga ke dalam dagingnya.“Nggak boleh, nanti Mommy marah,” jawab Aryan. “Bukannya Mommy sering buatin ayam goreng kayak gini buat Zayn?”“Iya.” Zayn menganggukkan kepala dengan antusias sebagai jawaban.“Enak mana sama ini?&

  • CEO adalah Maut    Bab 47-Sebaiknya pergi

    BAB 47Mobil Aryan sudah tiba di alamat tersebut. Ia sengaja memarkirkannya cukup jauh dari lokasi. Melihat rumah itu, Aryan tampak tidak asing dengan Villa dua lantai yang mengambil konsep tropis dengan atap mirip dan open space. Aryan seperti pernah berkunjung ke villa itu. Tetapi kapan?“Aryan, dia meneleponku!” Tangan Vanilla bergetar saat nomor tersebut menghubunginya.“Terima saja dan bilang kamu akan pergi seorang diri. Aku akan berada di belakang kamu. Okay?” terang Aryan.Vanilla mengangguk paham. Lalu ia menelan saliva dan menerima panggilan tersebut.[“Halo Vanilla, kamu tidak membawa Aryan bukan?”]“Tentu saja tidak,” jawab Vanilla mengontrol suaranya agar tidak bergetar.[“Kamu sebaiknya bergegas. Zayn sedang bermain di sini, dan kita bisa membuat negosiasi yang akan menguntungkan kita berdua. Cepatlah.”]Panggilan keduanya terput

  • CEO adalah Maut    Bab 46 - Pencarian Zayn

    Pakai mobil Tante aja, Van. Kamu lagi panik, bahaya.” Tangan Hestia langsung menarik pergelangan Vanilla untuk masuk ke dalam mobilnya. Vanilla hanya bisa menurut, otaknya seolah beku dan sulit digunakan untuk berpikir.Hestia yang dikenal jago mengemudikan mobil dengan kecepatan tinggi langsung melaju. Mercedes warna silver itu membelah jalanan Badung menuju ke kios Vanilla yang terletak tidak jauh dari kafe tempat pertemuan mereka.Earphone terpasang di salah satu telinga Hestia. Sesekali matanya melirik pada layar dashboard untuk memastikan sambungan telepon kepada sang putra. Hestia berdecak kesal sebab Aryan tidak kunjung menjawab panggilan tersebut.“Kemana sih Aryan,” gerutu Hestia seraya mengendalikan kemudi serta kecepatan.Dengan gesit, Hestia menyalip mobil serta motor yang menghalangi jalannya. Sementara itu Vanilla masih menggerakkan kedua kaki sebab gusar. Dalam hati ia merapalkan doa supaya hal buruk tidak mendeka

  • CEO adalah Maut    Bab 45- Zayn Menghilang

    BAB 45Cahaya mentari yang menerobos celah tirai membuat Aryan menggeliat pelan. Ia meregangkan otot punggung sambil menguap. Berulang kali mengerjapkan mata untuk menjernihkan pandangan. Aryan melihat waktu pada ponsel. Seingatnya ia masih melakukan panggilan video dengan Vanilla. Tidak banyak yang mereka bicarakan, hanya saling menatap hingga Vanilla tertidur, tetapi Aryan enggan untuk mematikan panggilan mereka. Aryan ikut tertidur lalu panggilan mereka terputus karena daya baterai ponsel Vanilla habis.Kaki Aryan mengayun turun dari ranjang. Dengan langkah yang terseret ia menuruni tangga lantai satu dan mendapatkan sambutan dari sang putra yang tampak akrab bersama Narendra, Vian dan Jival.“Apa yang kalian lakukan pagi-pagi begini?” Pertanyaan Aryan ditujukan pada Jival dan Vian. “Harusnya kalian kerja supaya Daddy nggak narik saham kalian.’“Bad news, Aryan. Harusnya kamu yang khawatir soal it

  • CEO adalah Maut    Bab 44 - Can I eat your… lips?

    BAB 44 (21+)“Can i eat your ….” Iris gelap Aryan melihat ke arah bibir Sarah yang menggigit sensual. Jemari Aryan bergerak atraktif untuk mengusap bibir wanita itu.“Yes, you can,” jawab Sarah diikuti anggukan kepala.Tanpa membuang waktu, Aryan lantas melahap habis bibir Sarah sembari memasukkan tangannya ke dalam blouse wanita itu. Kecupan yang tercipta semakin bergairah hingga suhu tubuh mereka naik drastis.Jemari Aryan bergerak dengan ahli, melepaskan kaitan bra milik Sarah dan membuangnya sembarangan pada lantai. Pagutan mereka masih menyatu satu sama lain, seperti magnet yang saling tarik menarik.Dengan memanfaatkan ruang yang cukup sempit, Aryan mengangkat tubuh Sarah untuk duduk di atas buffet empat laci yang memiliki tinggi pas. Mereka bersembunyi di balik pintu studio kios Vanilla. Hanya ada lampu remang-remang sumber pencahayaan mereka.Ikut bergerak aktif, Sarah

  • CEO adalah Maut    BAB 43 - Aryan Vs Gavin

    Setelah malam mendebarkan itu, Vanilla melakukan aktivitas seperti biasanya. Bangun lebih awal untuk mempersiapkan sarapan dan bekal snack untuk Zayn. Rasanya rutinitas pagi itu tidak akan dilewatkan oleh Vanilla, meskipun sang putra sudah beranjak dewasa.Mengenai semalam, Vanilla tidak akan pernah lupa. Momen yang sangat berharga saat pertama kali Zayn menyebut Aryan dengan sebutan ‘Daddy’. Melihat sang putra memeluk ayahnya dengan sangat erat. Vanilla sangat bahagia bisa tiba di tahap yang semula sangat menakutkan itu.“Bu, ini saya cuci sekalian ya?” tanya Mbok Dar yang baru tiba 30 menit yang lalu. Ia memperlihatkan waslap yang teronggok di atas meja.Vanilla menoleh setelah meniriskan kudapan ringan untuk Zayn. Hari ini Zayn minta dibuatkan sosis dan nugget bentuk bintang.“Iya, Mbok cuci sekalian semua ya,” terang Vanilla. “Nanti saya ada kegiatan di Denpasar selama 2 hari. Mbok Dar cukup sapu pel aja ya.”Tangan Vanilla bergerak aktif untuk meletakkan piring kotor di wastafel

DMCA.com Protection Status