Siti pulang dengan perasaan campur aduk. Lamaran Yudha terus mengganggu pikirannya."Pulang ngedate kok murung gitu?" tanya seorang wanita berpenampilan elegan hingga membuyarkan lamunan Siti."Kak, bolehkah aku menikah dan melanjutkan kehidupanku?" tanya Siti dengan wajah ragu."Kamu ingin menikah? Tentu saja boleh, tetapi kamu hanya bisa menikah dengan anak buah saya atau anak buah Robert."Siti tertunduk lesu mendengar jawaban wanita yang ia anggap sebagai pahlawannya itu. Ia tak bisa menentang semua ucapannya, karena berkat wanita itu ia bisa lepas dari cengkraman ayah tiri yang selalu melecehkannya. Tak hanya itu, wanita itu juga yang memberinya tempat tinggal dan juga mencukupi semua kebutuhan finansialnya sehingga ia dan adiknya tak menjadi gelandangan di Jakarta."Silahkan masuk kamar dan beristirahatlah," ucap wanita itu lembut.Siti mengangguk lalu bergegas ke kamar. Tiba-tiba adik lelakinya mengetuk pintu kamar.Anak lelaki berusia lima belas tahun itu menceritakan bahwa ia
Seorang wanita paruh baya tengah menangis meraung-raung di samping anak gadisnya yang terbujur koma. Gadis remaja berusia 17 tahun itu ditemukan tak sadarkan diri di jurang, dengan tubuh tanpa sehelai benang pun. Ibu Fatmala, telah melaporkan apa yang menimpa gadis itu pada polisi, tetapi hingga kini polisi masih belum bisa mengungkap siapa pelaku.Dari hasil visum, dokter menyimpulkan bahwa si gadis mengalami pelecehan dan tindak penganiayaan, hingga akhirnya ia dibuang ke jurang. Kini gadis itu tengah kritis dan belum siuman.Seorang gadis yang merupakan tetangga Bu Fatmala, membisikan sesuatu ke telinganya. Wanita paruh baya itu lekas menghapus air matanya lalu mengikuti gadis itu ke suatu tempat.Seorang wanita cantik berusia 32 tahun menyambut kedatangan Bu Fatmala dengan ramah, walaupun wajahnya selalu serius dengan senyum yang misterius."Ada apa Ibu kemari?" tanya wanita itu.Bu Fatmala menceritakan semua yang terjadi pada anak gadisnya dan meminta tolong pada wanita yang meru
Pagi itu Mirna termenung saat memikirkan mimpinya semalam. Pasalnya mimpi itu kerapkali terjadi padanya. Dalam mimpinya, ia melihat kejadian sadis yang menimpa seorang gadis di sekitar rumah lamanya di kampung. Mimpinya itu membuat pikirannya tak tenang, karena di mimpi itu ia bisa melihat jelas area sekitar rumah lamanya yang dipenuhi dengan darah, bahkan Surti beserta suami dan seluruh penghuni kost-kostan tenggelam dalam banjir darah."Mama mau pergi ke kampung lama kita, mungkin akan menginap satu malam," ucap Mirna saat ia dan seluruh anggota keluarganya tengah sarapan."Loh, ada urusan apa kesana? Kok mendadak banget?" tanya Roby."Mama mau nyekar ke makam orangtua mama, sekalian kangen-kangenan sama Surti," sahutnya."Boleh aja, tapi Papa gak bisa antar soalnya lagi banyak banget kerjaan," ucap Robi.Begitupula dengan dua anak lelakinya yang juga tak bisa mengantarnya. Yudha yang bekerja di perusahaan Papa sambungnya juga memiliki jadwal meeting dengan beberapa klien. Lalu Yoga
Yura terbangun saat mencium aroma minyak kayu putih. Ia mengerlip-ngerlipkan dua bola matanya, tampak ibu dan adiknya juga beberapa penghuni kost yang tampak penasaran dengan apa yang menimpanya."Yura, kenapa kamu tidur di dapur?" tanya Mirna dengan wajah cemas."Tadi aku melihat hantu di dapur," sahutnya sambil bergidik ngeri.Para penghuni kost langsung saling menoleh dan berbisik, wajah mereka langsung menegang saat mendengar ucapan Yura.Mirna mengambil segelas air putih lalu menyuruh Yura untuk segera meneguknya. Setelah itu ia mencoba menenangkan para gadis yang menghuni kostnya, lalu menyuruh mereka kembali ke kamar masing-masing. Setelah itu ia mengajak Yura dan Yuna kembali ke kamar."Mah, rumah ini serem," rengek Yura."Bukankah kamu sekarang jadi gadis tangguh sejak belajar bela diri sama Sinta," goda ibunya."Ih, Mama, Kuntilanak mana bisa dihajar, Mah." Ia kembali merengek."Dulu mama juga melawan rasa takut mama pada sosok Kuntilanak yang meneror kampung ini, tapi terny
Parto tidak bisa tertolong lalu akhirnya menghembuskan napas terakhir. Mirna tampak terpukul dengan kematian suami sahabatnya itu. Namun, ada hal lain yang membuat ia bingung. Kemanakah Surti? Siapakah pelaku yang telah menganiaya Parto.Kini kepala Mirna telah dipenuhi banyak tanda tanya.Polisi meminta keterangan dari Mirna, Bu Kokom bahkan penghuni kost."Kemarin saya sempat melihat Mas Parto dan Surti bertengkar, tapi saya tidak mau ikut campur makanya langsung pulang tanpa bertanya alasan pertengkaran mereka," ujar Mirna."Sebenarnya saya juga pernah lihat mereka bertengkar," ucap Nina, gadis berambut pendek yang menghuni kamar nomor 8.Mirna menelpon suami juga anak lelakinya untuk datang melayat. Roby tampak terkejut dengan kematian sahabatnya yang sangat tragis. Ia benar-benar tak menyangka kejadian itu bisa menimpa Parto yang telah lama bersahabat dengannya.Semua anggota keluarga bahkan orang tua Parto yang telah sangat lanjut usia telah datang, mereka semua tampak bersedih
Mirna tak kuasa menahan tangis saat polisi menemukan Surti yang tengah bersembunyi di rumah saudaranya. Pengadilan menetapkan hukuman lima belas tahun penjara baginya. Air mata Mirna terus mengalir saat melihat sahabatnya itu kini harus mendekam di penjara. Selain itu ia juga tak menyangka dengan nasib naas yang menimpa Parto, lelaki yang sudah ia anggap seperti kakak kandungnya sendiri itu harus meninggal secara mengenaskan. Terbayang dalam ingatannya, saat dulu Parto selalu membela dirinya dari ulah iseng kakak-kakak angkatnya. Mirna juga masih ingat saat Surti selalu rajin memberinya coklat demi bisa dekat dengan Parto.Mirna berdiri menatap rumah peninggalan kedua orangtuanya, ia tak bisa lagi menjadikan rumah itu sebagai kost-kostan. Maka ia putuskan untuk membiarkan anak-anak yang menyewa untuk mencari hunian lain. Ia tak bisa membiarkan mereka tinggal di rumahnya tanpa pengawasan. Tiba-tiba Kakak angkatnya datang menemuinya, wanita berusia 45 tahun itu membujuk Mirna untuk me
Mirna membawa Siti juga adiknya ke rumahnya. Untuk sementara, mereka tinggal di paviliun rumah keluarga Mirna karena belum sah menjadi istri Yudha.Sebelum menikahkan ia dengan putra sulungnya, Mirna berpesan agar Siti tak lagi berbuat gegabah ketika menghadapi seorang pria hidung belang atau pelaku pemerkosaan."Boleh saja melawan saat kita dalam bahaya, tetapi sebisa mungkin hindari untuk menghilangkan nyawanya, kecuali jika kita memang benar-benar terdesak," kata Mirna.Pesan tersebut disampaikan juga kepada Yura, yang memiliki jiwa psikopat sejak bergabung dengan Siti dan Rere. Siti dan Yura mengangguk dan berjanji untuk lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan. Acara pernikahan Siti dan Yudha pun berlangsung di sebuah gedung mewah. Karena sudah tidak memiliki ayah ataupun kakek dan paman, maka adik lelakinya menjadi wali nikah untuk Siti. Hingga akhirnya Siti dan Yudha telah resmi menjadi sepasang suami istri.Saat itu air mata Siti terus bercucuran, ia tak menyangka kalau
Bu Suhaetik adalah seorang janda yang memiliki dua orang anak perempuan. Anak sulungnya dibawa merantau ke luar kota oleh suaminya, sedangkan anak bungsunya baru kelas 2 SMA. Suami Bu Suhaetik meninggal karena kecelakaan, sejak itu ia berjualan nasi uduk di depan rumahnya untuk mencukupi semua kebutuhannya juga anak bungsunya.Siti meminta Bu Suhaetik untuk menunjukan foto anak gadisnya."Anak saya bernama Desi," ucapnya sambil menunjukan foto anak gadisnya. Setelah melihat foto tersebut, Siti menggeleng karena sama sekali tak pernah melihat gadis itu."Rend, kamu kenal anaknya Bu Suhaetik, gak? Kan kamu satu sekolah dengannya," ucap Siti sambil menunjukan foto gadis tersebut."Aku kan baru masuk sekolah, jadi aku belum mengenal banyak orang disana," sahutnya setelah memperhatikan lekat-lekat foto tersebut.Saat itu Bu Suhaetik masih belum bisa melapor pada polisi karena anaknya belum menghilang selama 24 jam. Kesokan harinya seperti biasa Yudha berangkat bekerja setelah mengantar Ren
"Setiap gue nyaris diculik, lo selalu ada. Apa jangan-jangan lo dalang dibalik semua ini?" tanya Siti pada Bryan yang dalam perjalanan pulang bersama Yura."Jadi gue harus diem aja melihat lo dalam bahaya?" tanya Bryan dengan wajah kesal."Kak Sinta, kita seharusnya berterima kasih sama Kakak ini," ucap Yura sambil menatap kagum wajah tampan Bryan."Sinta?" "Iya, nama panjangnya Kak Siti Yasinta, jadi bisa dipanggil Sinta juga," sahut Yura."Oh, ya, by the way gue Bryan.""Gue Yura, Kak.""Hati-hati Yura kalau kenalan sama cowok asing, jangan mentang-mentang dia good looking, karena bisa saja dia juga salah satu anggota kawanan penculik itu," ucap Siti sambil melirik ke arah Bryan dengan wajah sinis."Kalau gue penculik, gak mungkin gue balikin lo ke suami lo!" sahut Bryan dengan wajah kesal."Udah jangan berantem," ucap Yura sambil kembali menatap ketampanan lelaki berwajah bule yang tengah fokus menyetir.Beberapa waktu kemudian ia menghentikan mobilnya di depan rumah Siti. "Cepet
Suatu hari Yura mendatangi rumah Yudha dan Siti. Mata Rendi langsung terbelalak melihat kecantikan gadis itu."Biasa aja lihatnya Rendi Lukmanul Hakim," ucap Yura sambil menutup mulutnya yang tengah menganga."Makin cantik aja, Kak Yura. Oh, iya, makasih banget, loh karena masih mengingat nama kepanjanganku dengan lengkap.""Udah, ah, berisik, aku mau ketemu sama Kak Sinta.""Kak Siti maksudmu?""Iya, whatever."Rendi mempersilahkan Yura masuk, tampak Siti tengah melatih bela diri pada beberapa gadis seusia Rendi."Kak!" panggil Yura.Siti langsung menoleh dan berjalan menghampiri adik iparnya itu."Kenapa gak bilang-bilang mau kesini?" Siti langsung memeluknya dengan erat."Ada hal penting yang ingin kubicarakan." Yura melirik ke arah Rendi seolah obrolannya itu tak ingin didengar siapapun."Oke, aku tak akan dengerin percakapan kalian," ucap Rendi sambil bergegas pergi."Rend, mainnya jangan jauh-jauh ya," ujar Siti."Siap, Kak." Siti mengajak Yura ke ruang tamu, lalu mempersilahka
Siti menoleh ke kanan dan ke kiri, memastikan tasnya masih ada, karena di dalamnya ada ponsel yang GPSnya selalu aktif. Ia sengaja selalu mengaktifkan GPS agar Yudha bisa melacak keberadaannya.Namun, rupanya para penculik itu telah mengamankan tasnya lebih dahulu. Bukan hanya dimatikan tapi dilempar jauh dari mobilnya. Siti mencoba mencari cara agar ia bisa lolos, lalu tiba-tiba ia menggedor-gedorkan kepalanya ke kaca mobil, berharap menjadi perhatian bagi para pengendara lain.Namun, tiba-tiba penjahat itu mengacungkan pisau kepadanya."Berani macam-macam? Maka pisau ini akan menari di wajah cantikmu!" ancam penjahat itu.Siti mencoba pasrah sambil mencari cara lain untuk kabur. Jantungnya semakin berdegup lebih kencang saat ia lihat mobil yang membawanya semakin melaju menjauhi kota tempat tinggalnya. Mobil Siti semakin membayangkan bahwa dirinya akan kembali disekap seperti beberapa hari lalu.Setelah beberapa jam berlalu, mobil itu berhenti tepat di sebuah villa. Siti menoleh ke
Dua lelaki itu melayangkan tendangannya hingga tubuh Siti terpental, sedangkan dua remaja tadi hanya berdiri dengan tubuh gemetaran."Kalian pergi dari sini!" teriak Siti.Dua remaja itu langsung kabur meninggalkan Siti yang tengah mencoba bangkit walau harus menahan rasa sakit.Dua lelaki itu langsung menangkap Siti, tetapi dengan sisa tenaga yang ada, ia berhasil membuat kedua lelaki bertubuh tinggi besar itu kembali terguling. Tanpa berlama-lama ia mencoba untuk kabur. Namun, dua lelaki tadi langsung bangkit dan mengejar Siti yang masih berada di gerbang, sedangkan dua remaja tadi telah jauh meninggalkannya.Dua lelaki tadi berhasil kembali menangkap Siti. Namun, tiba-tiba sebuah mobil hitam melaju ke arah rumah itu. Seorang lelaki tampan bak Aktor Hollywood keluar dari mobil bersama dua remaja tadi."Lepaskan wanita itu!" teriak lelaki tampan yang mengenakan jas hitam dan kaca mata hitam."Bbbbb--."Belum sempat dua penjahat itu mengatakan sesuatu, tiba-tiba lelaki itu melayangkan
Bu Suhaetik adalah seorang janda yang memiliki dua orang anak perempuan. Anak sulungnya dibawa merantau ke luar kota oleh suaminya, sedangkan anak bungsunya baru kelas 2 SMA. Suami Bu Suhaetik meninggal karena kecelakaan, sejak itu ia berjualan nasi uduk di depan rumahnya untuk mencukupi semua kebutuhannya juga anak bungsunya.Siti meminta Bu Suhaetik untuk menunjukan foto anak gadisnya."Anak saya bernama Desi," ucapnya sambil menunjukan foto anak gadisnya. Setelah melihat foto tersebut, Siti menggeleng karena sama sekali tak pernah melihat gadis itu."Rend, kamu kenal anaknya Bu Suhaetik, gak? Kan kamu satu sekolah dengannya," ucap Siti sambil menunjukan foto gadis tersebut."Aku kan baru masuk sekolah, jadi aku belum mengenal banyak orang disana," sahutnya setelah memperhatikan lekat-lekat foto tersebut.Saat itu Bu Suhaetik masih belum bisa melapor pada polisi karena anaknya belum menghilang selama 24 jam. Kesokan harinya seperti biasa Yudha berangkat bekerja setelah mengantar Ren
Mirna membawa Siti juga adiknya ke rumahnya. Untuk sementara, mereka tinggal di paviliun rumah keluarga Mirna karena belum sah menjadi istri Yudha.Sebelum menikahkan ia dengan putra sulungnya, Mirna berpesan agar Siti tak lagi berbuat gegabah ketika menghadapi seorang pria hidung belang atau pelaku pemerkosaan."Boleh saja melawan saat kita dalam bahaya, tetapi sebisa mungkin hindari untuk menghilangkan nyawanya, kecuali jika kita memang benar-benar terdesak," kata Mirna.Pesan tersebut disampaikan juga kepada Yura, yang memiliki jiwa psikopat sejak bergabung dengan Siti dan Rere. Siti dan Yura mengangguk dan berjanji untuk lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan. Acara pernikahan Siti dan Yudha pun berlangsung di sebuah gedung mewah. Karena sudah tidak memiliki ayah ataupun kakek dan paman, maka adik lelakinya menjadi wali nikah untuk Siti. Hingga akhirnya Siti dan Yudha telah resmi menjadi sepasang suami istri.Saat itu air mata Siti terus bercucuran, ia tak menyangka kalau
Mirna tak kuasa menahan tangis saat polisi menemukan Surti yang tengah bersembunyi di rumah saudaranya. Pengadilan menetapkan hukuman lima belas tahun penjara baginya. Air mata Mirna terus mengalir saat melihat sahabatnya itu kini harus mendekam di penjara. Selain itu ia juga tak menyangka dengan nasib naas yang menimpa Parto, lelaki yang sudah ia anggap seperti kakak kandungnya sendiri itu harus meninggal secara mengenaskan. Terbayang dalam ingatannya, saat dulu Parto selalu membela dirinya dari ulah iseng kakak-kakak angkatnya. Mirna juga masih ingat saat Surti selalu rajin memberinya coklat demi bisa dekat dengan Parto.Mirna berdiri menatap rumah peninggalan kedua orangtuanya, ia tak bisa lagi menjadikan rumah itu sebagai kost-kostan. Maka ia putuskan untuk membiarkan anak-anak yang menyewa untuk mencari hunian lain. Ia tak bisa membiarkan mereka tinggal di rumahnya tanpa pengawasan. Tiba-tiba Kakak angkatnya datang menemuinya, wanita berusia 45 tahun itu membujuk Mirna untuk me
Parto tidak bisa tertolong lalu akhirnya menghembuskan napas terakhir. Mirna tampak terpukul dengan kematian suami sahabatnya itu. Namun, ada hal lain yang membuat ia bingung. Kemanakah Surti? Siapakah pelaku yang telah menganiaya Parto.Kini kepala Mirna telah dipenuhi banyak tanda tanya.Polisi meminta keterangan dari Mirna, Bu Kokom bahkan penghuni kost."Kemarin saya sempat melihat Mas Parto dan Surti bertengkar, tapi saya tidak mau ikut campur makanya langsung pulang tanpa bertanya alasan pertengkaran mereka," ujar Mirna."Sebenarnya saya juga pernah lihat mereka bertengkar," ucap Nina, gadis berambut pendek yang menghuni kamar nomor 8.Mirna menelpon suami juga anak lelakinya untuk datang melayat. Roby tampak terkejut dengan kematian sahabatnya yang sangat tragis. Ia benar-benar tak menyangka kejadian itu bisa menimpa Parto yang telah lama bersahabat dengannya.Semua anggota keluarga bahkan orang tua Parto yang telah sangat lanjut usia telah datang, mereka semua tampak bersedih
Yura terbangun saat mencium aroma minyak kayu putih. Ia mengerlip-ngerlipkan dua bola matanya, tampak ibu dan adiknya juga beberapa penghuni kost yang tampak penasaran dengan apa yang menimpanya."Yura, kenapa kamu tidur di dapur?" tanya Mirna dengan wajah cemas."Tadi aku melihat hantu di dapur," sahutnya sambil bergidik ngeri.Para penghuni kost langsung saling menoleh dan berbisik, wajah mereka langsung menegang saat mendengar ucapan Yura.Mirna mengambil segelas air putih lalu menyuruh Yura untuk segera meneguknya. Setelah itu ia mencoba menenangkan para gadis yang menghuni kostnya, lalu menyuruh mereka kembali ke kamar masing-masing. Setelah itu ia mengajak Yura dan Yuna kembali ke kamar."Mah, rumah ini serem," rengek Yura."Bukankah kamu sekarang jadi gadis tangguh sejak belajar bela diri sama Sinta," goda ibunya."Ih, Mama, Kuntilanak mana bisa dihajar, Mah." Ia kembali merengek."Dulu mama juga melawan rasa takut mama pada sosok Kuntilanak yang meneror kampung ini, tapi terny