“Shiiiiit!” kesal Langit dan menyimpan kembali ponselnya di dalam saku celananya. Dia tidak akan memperdulikan telepon seperti itu, karena ini bukanlah kali pertama dia mendapat telepon penipuan. Seringkali dia mendapat telepon yang mengatakan anaknya di kantor polisi, padahal dia sendiri belum punya anak.
“Kenapa tidak menggunakan cara yang lainnya kalau untuk menipu orang. Memangnya mereka pikir semua orang itu bodoh dan mudah dipengaruhi?” tanya Langit lagi.“Ada-ada saja yang membuat kesal!”Jika dipikirkan lagi, wajar kalau Langit merasa kesal. Sebab, di hari ini sudah ada beberapa hal yang membuatnya emosi. Seolah-olah dia harus memulai hari dengan berbagai kekacauan. Padahal ini adalah hari pertamanya bekerja sebagai pengasuh Biru dan juga pengasuh mamanya Biru.Langit merasa Jingga benar-benar mempermainkannya. Dia diam-siam mencari info tentang Langit dan membebaskannya dari penjara. Ternyata tujuan Jingga adalah agar Langit menjadi pelindungnya. Strategi yang Jingga jalankan begitu licik. Namun, yang masih menjadi pertanyaan Langit dan hingga saat ini belum mendapatkan jawabannya adalah mengapa harus menikah.“Kalau hanya untuk menjaga dia dan Biru mengapa dia memaksa menikah. Apa yang diinginkannya? Seharusnya dia hanya perlu membayarku untuk menjadi pengawalnya, kenapa dia rela menikah dan bahkan bersedia memberikan sahamnya?” tanya Langit dalam hatinya.Tingnong! Tingnong! Tingnong!Suara pemberitahuan yang berasal dari pengeras suara sekolah tempat Biru menuntut ilmu itu berbunyi. Dan tidak berapa lama diikuti oleh suara perempuan yang memberitahukan kalau pembelajaran hari itu sudah selesai, anak-anak akan segera pulang.Langit hanya tersenyum kecil mendengar pemberitahuan itu. Terbayang saat kecilnya yang tidak pernah mengenyam pendidikan TK dan juga sekolahnya dulu masih menggunakan lonceng manual. Yang dipukul dengan menggunakan batu. Sangat jauh berbeda dengan Biru yang saat TK saja sudah bersekolah di sekolah elit bertaraf internasional. Bahkan pemberitahuannya menggunakan dua bahasa, bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.“Dasar anak orang kaya, sekolah TK saja menggunakan English,” kekeh Langit yang segera berjalan mendekat kearah pintu gerbang dimana disana juga berkumpulnya para ibu-ibu yang merupakan pengasuh dari anak-anak itu berkumpul menjemput majikannya masing-masing.Memang, area parkir yang disediakan sekolah untuk orang tua murid berada di luar pagar sekolah. Karena untuk menghindari kekacauan di dalam sekolah saat antar jemput. Karena sudah pasti anak-anak yang bersekolah di sana adalah anak-anak orang kaya yang diantar jemput dengan menggunakan mobil pribadi. Hanya ada beberapa orang saja yang menggunakan antar jemput bus sekolah, itupun karena mereka adalah keturunan dari Negara Matahari Terbit yang membiasakan anak-anak mandiri sejak dini.Langit hanya menggelengkan kepalanya melihat kesenjangan ekonomi di depan matanya ini. Sebagian orang merasakan bagaimana hidup nyaman sejak kecil, bahkan mereka tidak tahu apa rasanya ke sekolah berjalan kaki. Tapi, malah ada yang hidup dibawah garis kemiskinan. Anak-anak harus berjalan kaki beratus-ratus kilometer mengikuti orang tuanya mencari nafkah.“Ah pusing kalau dipikirkan,” gumam Langit lagi. DDia melihat sang majikan eh anak tiri, entah apalah sebutannya untuk Biru. Anak kecil itu berjalan setengah berlari ke arahnya. Dan memang anaknya sangat pecicilan sekali. Dan sekarang langit tidak heran lagi dengan sifat Biru seperti itu karena Langit sudah melihat siapa ayah dan ibu kandungnya. Pastilah hormone mereka bersatu dan terbentuklah Biru yang hiperaktif dan unik.“Papa,” sapa Biru.Anak kecil itu memang cukup ramah, dia tidak segan-segan memanggil Langit dengan panggilan ‘papa’ sekalipun di tempat umum. Padahal penampilan mereka saja bak langit dan bumi, Biru dengan pakaian sekolah yang terlihat serba mahal dengan jam tangan seharga sepetak tanah di kampung Langit. Sedangkan Langit sendiri, hanya mengenakan pakaian sederhana. Kaos oblong yang sudah mulai memudar dan celana jeans yang sudah berubah warna dengan sepatu kaki lima dengan harga tidak lebih dari empat bungkus rokok.Semua mata melihat kearah Langit saat mendengar panggilan dari Biru. Mungkin mereka awalnya mengira kalau Langit adalah sopirnya Biru. Mereka pastinya tidak akan mengenali wajah Langit yang ada di berita. Karena wajah Langit yang disorot kamera pasti sangat berbeda, saat pernikahan itu dia sedikit di make up. Sedangkan saat ini adalah penampilan asli dari seorang Langit Lubasya Gauri.“Biru, itu papa baru kamu ya?” tanya salah seorang ibu muda yang juga datang menjemput anaknya, karena dia tampak bukanlah pembantu atau pengasuh. Penampilannya berbeda dengan lainnya. bahkan dia datang ke sekolahan untuk menjemput anaknya seperti datang ke kondangan.“Iya, tante,” jawab Biru yang segera menggandeng tangan Langit menuju ke mobil mereka.Langit memperhatikan ke sekeliling, dan sepertinya Dion dan para pengawalnya sudah pergi dari sana. Karena tidak terlihat lagi kalau mereka masih disana. Karena Langit juga khawatir kalau Dion dan anak buahnya masih menunggu Biru pulang sekolah.“Biru tahu sama papa Dion?” tanya Langit kepada Biru saat mereka sudah dalam perjalanan pulang. Langit ingin memastikan kalau Biru mengenal Dion atau tidak.“Gak ada di kelas Bilu yang namanya Dion,” jawab Biru dengan santai.Langit menyunggingkan senyumannya mendengar jawaban dari Biru. Dia berpikir apakah pertanyaannya tadi salah.“Selain papa Langit, apakah Biru ada papa lain?” tanya Langit kemudian.“Gak ada,” jawab Biru yang kemudian malah sibuk menceritakan tentang kegiatannya di sekolah. Sepertinya Biru memang tidak pernah bertemu dengan papa kandungnya, atau memang jarang bertemu.Sesampainya dirumah keluarga Fargo, suasana rumah tampak sepi. Tuan Fargo pastinya sudah kembali bekerja di kantornya, dan Nyonya Leni Fargo entah kemana. Mungkin sibuk arisan atau kegiatan lainnya. Sedangkan para pembantu pasti sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing. Namun, mata Langit melihat ada sebuah mobil sedan warna putih yang terparkir di depan rumah. Sepertinya sedang ada tamu, karena kalau mobil milik keluarga Fargo biasanya akan langsung ke belakang, ada tempat parkir khusus bagi beberapa mobil mereka.“Ada tamu?” tanya Langit kepada bi Inah, salah satu pembantu yang sedang membersihkan teras.“Iya, Tuan. Neng Lily temannya Non Jingga,” jawab Bi Inah.Langit mengangguk, mungkin temannya Jingga kemarin tidak sempat datang ke pernikahan mereka dan datangnya hari ini, namun Langit heran saat melihat ruang tamu malah kosong. Dia keluar dan kembali bertanya kepada bi Inah.“Dimana mereka?” tanya Langit lagi.Bi Inah mengurut dadanya karena terkejut dengan kedatangan Langit lagi yang bertanya dari belakangnya.“Ada di kamar non Jingga,” jawab Bi Inah.Kembali Langit mengangguk, karena Langit yakin kalau teman Jingga kali ini adalah teman akrabnya. Sebab, sampai diajak masuk ke kamar.Setelah membantu Biru berganti pakaian, Langit naik ke atas menuju ke kamarnya dia ingin melihat Jingga dan temannya, namun saat tangan Langit anak meraih handle pintu, telinganya mendengar suara yang sedikit aneh dari dalam kamar.****"Terus sayang."Langit mengernyitkan keningnya saat mendengar suara tersebut. Dia penasaran apa yang dilakukan oleh Jingga bersama temannya yang sama-sama perempuan.Langit tidak punya pikiran buruk, dan daripada penasaran dengan apa yang dilakukan Jingga, Langit meraih handle pintu.Ceklek!Kebetulan pintu itu tidak terkunci, namun betapa terkejutnya saat melihat apa yang sedang Jingga lakukan bersama temannya."Bangsat! Apa yang kalian lakukan?!" teriak Langit terkejut dan kembali menutup pintu kamar itu dari luar.Braaak!Langit mengelus dadanya, dia begitu syok dengan pemandangan yang sempat dia lihat. Jingga sedang bergumul bersama teman wanitanya. Dan dari raut wajah mereka tampak benar-benar menikmati. Jingga dan Lily pun tampak sangat terkejut saat Langit membuka pintu. Mungkin mereka kelupaan mengunci pintu, atau tidak menyangka kalau Langit akan masuk.Tangan Langit terkepal, entah rahasia dan kejutan apalagi yang dimiliki oleh Jingga. Yang pasti, Langit tidak menyangka kala
"Jingga, apa yang kau lakukan?" tanya Langit terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Jingga."Mau membuktikan kalau aku bisa memuaskan lelaki," jawab Jingga dengan santai. Dan menarik tangan Langit dengan kasar, sehingga membuat langit terjatuh ke atas kasur dan Jingga dengan segera menindih tubuh Langit.Dada Langit berdebar begitu hebatnya. Bagaimana tidak? Jingga berada diatas tubuhnya dalam keadaan polos tanpa sehelai benangpun. Pastinya jiwa kelelakiannya bergejolak."Jangan gila, Jingga," ujar Langit mencoba menahan hasratnya yang sudah mencapai ubun-ubunnya."Aku tidak gila," jawab Jingga yang dengan terus memberikan rangsangan di seluruh bagian tubuh Langit. Sehingga membuat Langit tidak mampu lagi menahannya dan akhirnya memberikan sentuhan balasan untuk Jingga.Hingga akhirnya pergumulan hebat terjadi di siang itu dan Jingga benar-benar membuktikan kalau dia memang bisa berhubungan dengan lelaki maupun perempuan.Langit tidak menyangka kalau Jingga seliar itu, dan Jingga lebi
"Saya diminta Tuan Abizar untuk menjemput Tuan dan membawa ke hadapannya," jawab Lelaki itu dan memberikan kode kepada temannya.Tidak berapa lama, dua orang datang dan meminta Langit masuk ke salah satu mobil mereka. Sementara lelaki yang tadi mencegat Langit langsung masuk ke mobil milik Langit diikuti oleh salah satu yang lainnya dengan membawa kardus besar. Entah apa isinya.Langit berusaha melawan, tapi tidak bisa. Mereka bersikeras tetap memaksa."Jangan melawan, kami tidak akan menyakiti Tuan Muda," ujar salah satunya."Anak saya di mobil itu," jawab Langit."Tenang aja, kami sudah membeli banyak mainan. Dia tidak akan rewel, teman yang disana paling ahli main sama anak kecil," jawabnya.Mobil mulai bergerak, di depannya mobil milik Langit berjalan lebih dulu dan mereka melalui jalan yang ramai. Langit tetap tenang, karena dia melihat mobil yang membawa Biru tetap berjalan santai. Di dalam pikiran Langit sangat yakin kalau itu adalah orang-orangnya Dion.Namun, sangat Langit ter
"Sudah saya katakan kalau saya tidak punya ayah," jawab Langit."Maafkan papa," ujar Abizar sambil berlutut.Langit sangat terkejut melihat apa yang dilakukan oleh Abizar. Selama hidupnya belum pernah orang memperlakukan dia seperti ini. Yang ada dialah yang selalu di hina dan di rendahkan. Dan tiba-tiba seseorang yang jauh lebih tua darinya seperti Abizar malah berlutut."Apa yang bapak lakukan?" tanya Langit yang segera mengangkat tubuh Abizar untuk duduk. Dia tidak bisa membiarkan seseorang sujud kepadanya karena dia bukanlah orang yang baik."Mohon maafkan papa, Langit. Ada banyak hal yang terjadi. Papa melihat pernikahan kalian di internet dan papa sangat yakin kalau kamu adalah anakku," jawab Abizar.Langit menyugar kasar rambutnya. "Kalau memang bapak adalah papaku, kemana selama ini?"Suara Langit bergetar hebat saat menanyakan hal itu. Rasanya begitu sakit kalau mengingat bagaimana perjuangannya untuk hidup. Sedangkan saat dia sudah sebesar ini ada seseorang yang datang mengak
"Maaf, tadi Biru mau main di taman. Dan Jingga sudah mengizinkan," jawab Langit sungkan."Ck!" Nyonya Leni berdecak dan melengos masuk ke dalam rumah.Langit tidak ambil hati, dia tetap mengeluarkan semua belanjaan dan juga mainan milik Biru. Dan tidak ada yang peduli dengan kedatangan mereka, kecuali pembantu yang membantu membawakan semua belanjaan.Melihat kondisi seperti ini, Langit merasa tidak heran kalau Biru menjadi seperti itu. Sebab, tidak ada perhatian dari semua orang untuknya. Termasuk Jingga. Yang Jingga pedulikan hanyalah memenuhi kebutuhan materi Biru, tidak peduli dengan perhatian yang dibutuhkan oleh Biru."Pa, besok kita main lagi ya," ujar Biru setelah semua mainan dibawa masuk ke kamar."Iya, Biru."Suasana rumah keluarga Fargo itu sangat sepi, meskipun Nyonya Leni dan Jingga ada dirumah. Dan hari ini sepertinya Tuan Fargo sibuk di kantor, sehingga sudah pukul sembilan malam belum pulang.Bahkan di rumah yang sebesar itu tidak ada makan malam bersama, mereka seper
“Astaga! Mati aku!” gumam Langit yang membalikkan badannya dengan perlahan takut melihat orang yang di depannya. Yang dia takutkan adalah kalau itu Nyonya Leni.Tamatlah riwayatnya, baru dua malam menjadi menantu di keluarga out dan nasibnya sepertinya sudah tidak lagi tertolong. Bahkan uang yang diberikan Jingga tadi belum sempat dipindahkan ke rekeningnya atau rekening ibunya.Dan tangan itu menarik Langit segera meninggalkan tempat itu.“Apa yang Tuan lakukan?” tanya suara itu lagi.Langit memberanikan membuka matanya saat mendengar suara itu memanggilnya dengan sebutan ‘tuan’ dan itu artinya bukanlah ibu mertuanya atau Jingga, melainkan pembantu yang tinggal di rumah utama. Dan itu ada tiga orang, berarti salah satu dari mereka.“Bi Inah?” tanya Langit setengah berbisik sata melihat orang yang ada di depannya itu adalah Bi Inah, pembantu yang sudah mulai sepuh.Bi Inah menempelkan jarinya di bibir, itu menandakan meminta Langit untuk diam saja. Entah diam untuk apa yang Langit den
“Ada apa?” tanya Langit yang masih belum mengerti apa maksud dari mertuanya itu. karena mereka baru saja bertemu pagi ini. Dan di dalam hati Langit curiga kalau mertuanya tahu jika dia menguping ruang kerja beliau semalam.“Masih bertanya! Kau menikah dengan Jingga untuk menguras habis uang Jingga. Kau pasti telah mengancam Jingga, makanya Jingga memberikan separuh sahamnya untukmu! Dasar sampah tidak tahu malu, pergi!” teriak Tuan Fargo marah.“Hah!” tanggap Nyonya Leni yang baru saja keluar kamarnya karena mendengar keributan itu.Sontak saja istri Tuan Fargo terkejut kala mendengar hal itu, sejak awal mereka sudah menduga kalau lelaki muda seperti Langit pasti memiliki tujuan tertentu. Dan baru saja dua hari, semua sudah terbuka dengan jelas.Ternyata keributan itu juga memancing Jingga keluar dari kamarnya, dengan masih mengucek matanya Jingga turun. Dia sangat terkejut saat melihat Langit sedang berhadapan dengan papanya. Dia belum tahu apa yang terjadi.“Ada apa sih pagi-pagi su
"Biru!" Jingga juga berteriak dari lantai dua dan kemudian terdiam mematung saat melihat anaknya yang tergeletak di bawah dan Langit dengan segera memeluk Biru.Kaki Biru tergelincir, sehingga membuatnya jatuh terguling di tangga. Dari lima anak tangga hingga jatuh ke lantai. Tampak ada darah dilantai, entah bagian mana yang terluka. Karena saat ino Biru tidak sadarkan diri."Jingga! Bawa kunci mobil!" teriak Langit menyadarkan Jingga yang kemudian berlari turun ke bawah dengan kunci mobil di tangannya.Sementara itu, Tuan Fargo dan istrinya hanya diam mematung. Mungkin karena terlalu syok dengan kejadian hari ini. Mereka pastinya tidak menyangka kalau Biru akan mengejar Langit.Dan juga pastinya mereka tidak tahu kalau hubungan Langit dan Biru itu sudah begitu dekat. Sehingga Biru akan ikut saat Langit pergi dari rumah itu.Brrruuum!Langit mengemudikan mobil dengan kecepatan yang sangat tinggi. Baginya saat ini adalah keselamatan Biru. Sedangkan Jingga duduk di sebelahnya dan Biru
Hingga malam mereka berada di rumah Fargo dan Leni, mereka membantu mempersiapkan segalanya dan juga ternyata minimarket yang sudah disiapkan oleh Langit dan Jingga itu semuanya sudah terisi. Mereka hanya tinggal membukanya saja dan melayani, bahkan minumarket tersebut dilengkapi dengan mesin kasir dan semuanya.Juga ada kontak supplier yang akan mengisi minimarket mereka, pokoknya Fargo dan Leni hanya tinggal duduk diam mengelola minimarket tersebut. Dan mereka berharap kalau keduanya benar-benar serius dan bisa membuat minimarket tersebut lebih maju. Meskipun kondisinya mereka benar-benar berubah 180 derajat, berubah dari mereka yang awalnya seorang pengusaha seorang pemilik perusahaan yang tinggal di perumahan mewah biasa dilayani dengan beberapa orang pembantu. Dan sekarang mereka benar-benar melakukannya sendiri dengan tangan dan kaki mereka sendiri. Tapi, Langit melihat adanya keseriusan di wajah Fargo dan Leni.“Kami akan pulang, nanti kapan-kapan kami akan datang lagi ke sini
“Sekarang kemana tujuan kalian?" tanya Langit kepada Fargo. Fargo dan Leni tampak menggelengkan kepalanya, karena mereka saat ini tidak tahu harus kemana. Sebab mereka tidak memiliki tujuan, beberapa hari setelah diusir oleh pihak bank mereka memilih tinggal di hotel. Namun, ternyata biaya hotel pastinya terus membengkak dan mereka tidak mungkin terus-menerus untuk tinggal di hotel tersebut. Apalagi dengan kondisi mereka yang tidak memiliki apapun. Mereka pastinya tidak akan bisa membayar dan sudah bisa dipastikan kalau mereka pastinya memilih hotel bintang lima.“Kalau begitu nanti setelah bertemu Jingga dan juga setelah bertemu Zaki, kita akan makan. Aku akan mengantarkan kalian ke rumah yang kami siapkan itu. Kami sudah membeli rumahnya waktu itu kami menawarkan rumah karena memang kami sudah menyiapkan untuk tempat kalian tinggal dan juga di samping rumah tersebut ada minimarket yang juga nanti silakan kalian kelola untuk biaya kehidupan sehari-hari. Memang rumah yang kami siapka
Dua hari setelah Langit dan Jingga mendatangi rumah Fargo dan Leni ditolak karena tidak mau mengajak keduanya tinggal di rumah Maika.Akhirnya hari itu ternyata pihak bank berusaha untuk menggusur mereka rumah. Mereka sudah diwajibkan meninggalkan rumah dan semua kendaraan yang mereka miliki juga sudah disita.Dan menurut informasi yang Langit dapatkan, kalau semua itu juga masih terdapat kekurangan beberapa miliar dari semua asetnya tersebut.Meskipun keduanya menolak tawaran dari Langit dan Jingga pada malam itu, namun Langit tetap menyediakan sebuah rumah untuk kedua mertuanya itu. Karena dia yakin suatu saat kedua mertuanya pasti akan kembali ke rumah tersebut, sebab kalau rumah mereka sudah digusur mereka tidak memiliki tempat tinggal lagi.Tok! Tok! Tok! Pintu kamar Langit dan Jingga diketuk dari luar siang ini dengan pelan.Langit dan Jingga sedang beristirahat di kamarnya bersama dengan Zaki. Kebetulan hari ini adalah hari libur. Jadi, Langit sedang menemani Jingga di rumah d
"Tidak bisa, Pa! Kami tidak bisa mengajak kalian tinggal satu rumah dengan kami. Kalau kalian tidak mau ya sudah kalian tinggal saja di sini sampai kalian diusir oleh bank, kami tidak peduli lagi. Kenapa sih kalian selalu saja memaksa keinginan kalian, seharusnya kalian itu sadar dengan semua yang kalian alami," ujar Jingga berteriak saking kesalnya sambil berdiri bersiap meninggalkan kedua orang tuanya yang terus memaksa Langit untuk mengajak mereka tinggal bersama di rumah Maika.Bagaimana bisa mereka mau tinggal di rumah milik Maika, sedangkan pemilik rumah juga masih tinggal di sana. Berbeda kalau Fargo dan Leni mau tinggal bersama dan tidak ada Maika disana, tapi ini Maika saja masih tinggal bersama Langit dan Jingga di rumah tersebut. Dan keduanya memaksa untuk tinggal di rumah itu, hanya karena mereka merasa malu turun kasta yang biasanya tinggal di rumah besar dan mewah dan memiliki perusahaan harus tinggal di rumah sederhana yang kecil.Langit dan Jingga hanya akan memberikan
Tanpa terasa setahun sudah kelahiran Zaki, hari ini dirayakannya pesta ulang tahun untuk bayi yang sudah bisa berjalan tersebut. Semua orang bersukacita. Pun termasuk Biru yang saat ini sudah beranjak remaja. Dia akan memasuki ke sekolah lanjutan pertama, dia akan tinggal di kota bersama Langit dan Jingga di rumah Maika. Dia merasa begitu senang dengan pencapaiannya telah berhasil menyelesaikan sekolahnya di desa. Meskipun tinggal di desa, namun Biru tidak kalah dengan anak yang bersekolah di kota. Dia memiliki kemampuan yang hebat, kecerdasannya tinggi. Kemampuan akademiknya sangatlah tinggi.Dan seperti biasa, Fargo dan Leni belum ada perubahan sedikit pun. Mereka masih terus saja memanfaatkan Langit dan Jingga. Sudah tidak terhitung lagi berapa besar bantuan yang diberikan Langit kepada mereka.Hingga suatu hari, seminggu setelah acara ulang tahun Zaki, Langit menerima kabar dari surat kabar yang mengatakan kalau saat ini Fargo benar-benar jatuh, semua perusahaannya habis terjual d
Hari-hari yang dilalui Langit begitu bahagia setelah kehadiran anaknya. Setiap pulang bekerja rasanya semua letih dan lelahnya langsung hilang karena melihat senyuman dan tumbuh kembang anaknya yang begitu pesat.Sekarang ini anaknya sudah berumur 5 bulan, wajahnya semakin gemuk dan putih. Bayi berusia 5 bulan tersebut semakin lama semakin mirip dengan Langit.“Aku merasa tidak adil, tapi aku tidak tahu harus protes ke siapa," ujar Jingga di suatu weekend di saat mereka semua sedang berkumpul di rumah Maika.Semua orang tua Langit berkumpul di sana seperti biasa, mereka bermain bersama cucu. Kegiatan baru mereka saat ini adalah setiap weekend pasti berkumpul untuk melihat perkembangan cucu mereka.Mendengar apa yang disampaikan oleh Jingga, membuat semua orang melihat ke arahnya. Saat ini bayi Zaki sedang digendong oleh Abizar dan Hani, keduanya tampak sedang bermain bersama bayi Zaki.“Maksud kamu kenapa tidak adilnya? Bagaimana?" tanya Bu Juni kepada menantunya itu. Bu Juni sedikit
Beberapa saat Leni berdiri di depan pintu. Tidak seorangpun mempersilakannya masuk karena semua orang tidak bisa lagi berkata apa-apa. "Bahkan ketika Mama sudah di sini pun, kau tidak mempersilahkan Mama masuk. Begitukah caramu mau nyambut Mama? Dan Begitukah caramu menghormati mertuamu, Langit?" tanya Leni kemudian.“Kalau mau masuk masuk aja, Ma. Semua orang di sini tidak ada yang izin untuk masuk, karena semua yanga datang ke sini atas kabar yang disampaikan olehku. Termasuk Mama juga kan sudah mendapatkan kabar dariku kalau Jingga mau melahirkan. Dan setelah Jingga lahiran juga aku kembali mengabarkan kepada kalian. Dan juga disini semuanya adalah keluarga,” jawab Langit.“Entah apa yang dimaksud Mama dengan kami tidak memberikan kabar. Mungkin maksud Mama kami tidak menjemput. Maaf, kalau untuk menjemput kami tidak akan sempat untuk menjemput kalian. Karena di sini juga aku sedang menunggu istriku yang mau melahirkan. Sekarang mama sudah datang ke sini dan mau masuk, ya silakan m
“Baiklah kalau begitu, aku hanya mengabarkan. Disini aku tidak pernah memaksa Papa dan Mama untuk datang kemari," ujar Langit kemudian.Langit mematikan sambungan telepon tersebut dan menghela nafas berat, sedangkan Jingga tampak memandang wajah Langit dalam. Dia seolah paham dengan apa yang diterima oleh Langit tersebut.“Tidak apa-apa yang penting kalian sudah mengabarkan. Tugas kita itu hanya memberitahu. Kalau nantinya tanggapan mereka tidak mau datang yaitu terserah mereka. Tugas kalian sebagai seorang anak sudah ditunaikan kalian mengabarkan kepada kedua orang tua Jingga kalau akan segera melahirkan, siapa tahu nanti mereka berubah pikiran dan datang untuk menemui cucunya. Nanti mereka akan kembali marah seperti saat dulu saar baru hamil tidak diberitahukan," ujar Maika menenangkan Langit dan Jingga.Pasangan suami istri itu hanya menganggukan kepalanya. Langit terus memegang tangan Jingga dan mengelus kepala sang istri dia ingin memberikan kekuatan kepada Jingga yang saat ini s
Setelah kejadian itu hubungan antara Maika dan keluarga Lubasya kembali memanas. Bukan hanya Dodi yang kembali memusuhi Maika, tapi Dodi berhasil mengajak seluruh keluarga yang lainnya untuk memusuhi Maika.Bahkan mereka dengan terang-terangan kali ini meminta kepada Maika untuk mengembalikan semua harta yang didapatkan dari hasil bekerja dengan Lubasya Group. Maika hanya menggelengkan kepalanya dia benar-benar tidak menyangka, kalau ternyata hubungan antara keluarga Lubasya itu bukanlah hubungan keluarga melainkan hubungan harta. Mereka saling memanfaatkan di sana sini. Padahal mereka juga mempersiapkan untuk anak mereka masing-masing. Tapi entah mengapa mereka sangat tidak ikhlas ketika Maika memberikan harta itu kepada Langit.“Ma, tadi ada utusan dari Lubasya Group mendatangi kantorku,” ujar Langit kepada Maika setelah dia pulang dari kantor.Langit biasanya memang langsung memberikan laporan kepada Maika jika ada sesuatu hal atau berita atau informasi apapun yang dia dapatkan m