“Ini hadiah dari mama untuk kamu,” jawab Maika.Langit terdiam dan belum berniat menerimanya, entah Langit merasakan kalau yang ada dalam amplop itu bukanlah hal yang remeh. Dan Langit merasa dia tidak berhak menerimanya.“Ini, ambil. Mama sudah menyiapkan ini selama sebulan, mama berharap kamu mau menerimanya dan suka,” lanjut Maika yang menarik tangan Langit dan memaksa Langit menerima amplop tersebut.Langit menatap Jingga seolah sedang meminta persetujuan dari sang istri, namun Jingga hanya terdiam. Jingga juga seperti bisa menebak isi dari amplop tersebut. Walaupun begitu, dia tetap pansaran.Memang, sejak kedatangan Maika untuk pertama kalinya ke rumah Langit dan Jingga setelahnya Maika belum pernah datang lagi. Baru kali ini beliau datang, namun di telepon juga Maika tidak pernah mengatakan apapun untuk memberikan Langit hadiah. Tiba-tiba malam ini dia menyodorkan amplop untuk Langit.Bila dilihat dari fisiknya isi amplop itu bukanlah sebuah benda yang muat dimasukkan kesana, d
Kring! Kring!Pagi ini, pagi-pagi sekali suara ponsel Langit sudah berdering. Tidak seperti biasanya. Entah apakah ada hal yang sangat penting dan mendesak hingga si penelepon meneleponnya di jam lima pagi.Langit memang sudah bangun, dia terbiasa bangun pagi sejak tinggal di panti asuhan.Langit pikir Maika yang meneleponnya, karena ibu kandungnya itu sudah tiga hari pulang ke kota setelah menghabiskan waktu satu minggu full di rumah Langit. Terasa waktu sangat berarti, kebahagiaan demi kebahagiaan tercipta.Mereka saling melengkapi, hanya saja mereka belum bisa untuk tinggal bersama lebih lama. Banyak pekerjaan yang harus mereka lakukan. Maika sibuk dengan perusahaan-perusahaan yang dipimpinnya. Pun begitu dengan Langit, begitu banyak planning yang harus diselesaikan.“Telepon kamu berdering,” ujar Jingga yang kesal karena Langit masih sibuk menonton televisi dan mengabaikan deringan yang terus menjerit.“Siapa?” tanya Langit.“Gak tahu, nomor baru kayaknya,” jawab Jingga sembari me
Tut!Langit mematikan sambungan telepon tersebut, dia tidak ingin melanjutkan pembicaraan yang tidak penting itu.Dan Langit heran, Zafran sudah memiliki segalanya, masih saja merasa kurang dan ingin menguasai harta yang bukan miliknya."Huuft."Langit menghela nafas berat, dan meletakkan ponselnya diatas meja."Siapa?" tanya Jingga penasaran. Jingga tahu kalau yang dibahas pastinya tentang perusahaan yang baru diberikan Maika.Bahkan Langit saja belum datang ke perusahaan tersebut. Langit juga tidak akan memimpin disana. Nanti setelah memiliki kantor pusat, barulah Langit akan memantau perusahaan itu.Namun, belum juga semua terlaksana, sudah ada saja yang mengganggunya. Dan sebenarnya, Langit belum tahu dimana letak perusahaan itu. Dia hanya sering mendengarnya, tapi tidak tahu lokasinya."Zafran," jawab Langit pelan."Dia sudah tahu?" tanya Jingga."Iya, sepertinya mama sudah memberitahukan tentang aku dan perusahaan itu kepada keluarga besarnya. Dan sudah bisa dilihat bagaimana re
“Mama akan temui dia, biar tahu apa tujuannya datang kesini,” ujar Maika pelan.Maika meyakinkan kepada Langit kalau tidak akan terjadi sesuatu kepadanya, dan juga Maika tidaklah tinggal seorang diri. Ada banyak pembantu di rumahnya, dan juga tidak mungkin juga Zafran melakukan tindak kekerasan kepadanya.“Mama janji, mama akan meneleponmu lagi setelah dia pergi,” ujar Maika kemudian.Dan di dalam hati Maika ada aliran darah yang terasa menghangat, kala anaknya sangat peduli kepadanya dan mengkhawatirkannya. Dan rasanya tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata lagi. Selama ini dia begitu merindukan memiliki seorang anak, namun dia lupa kalau sebenarnya dia sudah memiliki seorang anak.“Jam berapa pun, telepon aku. Aku akan menunggu,” ja
“Siapa yang tidak pengalaman?” tanya Maika mengernyitkan keningnya.“Langit,” jawab Zafran.Maika menyunggingkan senyumannya mendengar jawaban yang diberikan oleh Zafran, karena jelas Zafran saat ini menyebut nama Langit. Dan dengan pasti dia mengatakan kalau Langit tidak berpengalaman.“Kamu salah. Justru Langit adalah orang yang paling tepat. Perusahaan yang mati suri saja bisa di bangun kembali dan jauh lebih maju. Bahkan bisa berhasil mendapatkan penghargaan, apalagi kalau hanya meneruskan kepemimpinan sebuah perusahaan yang sudah berjalan dengan baik,” jawab Maika.Zafran terdiam mendengar apa yang dikatakan oleh Maika, karena ternyata keberhasilan Langit membangun perusahaan pupuk itu tidak bisa dianggap enteng dan mudah. Sebab, semua orang pastinya tahu bagaimana susahnya membangkitkan perusahaan yang bangkrut.Mungkin akan lebih mudah membangun perusahaan baru daripada menyelamatkan yang sedang sakit-sakitan. Bahkan pemilik perusahaan itu yang sebenarnya sudah tidak berniat un
Langit dan Jingga sangat terkejut ketika mendengar Maika meminta mereka untuk segera tinggal di rumah tersebut. Mereka tahu Maika pastinya akan segera mengalihkan perusahaan tersebut atas nama Langit.“Ma, kami belum bisa untuk saat ini. Karena begitu banyak urusan yang harus diselesaikan di perusahaan tersebut. Dan juga kami ingin membangun sebuah anak cabang lagi jadi untuk sementara kami masih harus tetap stay di desa, “ ujar Langit ke pada Maika. Maika hanya tersenyum mendengar penolakan yang diberikan oleh Langit. Dia sudah menyangka kalau anaknya itu pasti tidak akan menerima begitu saja karena memang Langit tidak mau terus diganggu oleh Zafran."Mama hanya berharapnya kamu segera menandatangani surat pengalihan perusahaan tersebut karena Mama ingin fokus ke perusahaan yang lain, meskipun Mama akan tetap memantau perusahaan itu membantu kamu," ujar Maika kemudian.“Kalau memang Zafran dan yang lainnya terus menekan Mama untuk meminta Mama memberikan perusahaan itu untuk mereka,
Melihat Zafran yang bersiap menampar mamanya, Langit pun mengambil tindakan dia berdiri di depan Maika untuk menghalangi Zafran menyakiti mamanya."Kalau memang kamu mau menampar. Tampar saja aku dan kita lihat saja apa yang akan terjadi jangan berani-berani kamu menyakiti mamaku!" ujar Langit kepada Zafran.Dan saking kesalnya melihat ibu dan anak tersebut akhirnya Zafran memilih segera pergi meninggalkan rumah itu dia tahu kalau dia tidak akan berhasil untuk menggoyahkan pendirian Maika. Langit melihat dengan mata dan kepalanya sendiri bagaimana Zafran memperlakukan mamanya, sehingga Langit meminta kepada Maika untuk selalu berhati-hati dan bahkan Langit ingin Maika pindah ke rumahnya agar Langit bisa menjaganya 24 jam."Saat ini sama halnya seperti kamu, Mama belum bisa untuk pergi meninggalkan kota ini karena masih banyak urusan yang belum Mama selesaikan. Nanti jika sudah selesai maka Mama akan segera ke pindah ke rumah kalian. Kalau kalian boleh,” jawab Maika kemudian. Jingga
“Sebaiknya kalian coba lihat keadaannya karena kabarnya beliau cukup parah,“ nasihat Bu Juni kepada Langit dan Jingga. Bu Juni tidak mau anak-anaknya menjadi orang yang tidak hormat kepada orang tua, memang Fargo sudah begitu jahat kepada Jingga tapi Jingga juga apa salahnya untuk membuka hati terlebih dahulu. Siapa tahu setelah bertahun-tahun Fargo mulai sadar akan kehadiran anaknya.Namun Jingga tetap bersikeras, dia tidak akan melihat Fargo di rumah sakit. Meskipun Langit juga menasehatinya agar mengalah saja. Sebab mereka juga sudah bertahun-tahun tidak bertemu dengan Fargo dan juga Leni, kemungkinan orang tua juga merindukannya apalagi Jingga adalah anak satu-satunya Fargo.“Sebaiknya kamu besuk saja mereka di rumah sakit, kan kebetulan kita juga masih ada di kota ini. Tidak salah kalau kamu sebagai anak mengalah terlebih dahulu,” ujar Langit menasehati Jingga.Jingga mendengus kesal, dia tidak mau lagi berurusan dengan Fargo. Sudah cukup baginya kalau sekarang dia sudah hidup b
Hingga malam mereka berada di rumah Fargo dan Leni, mereka membantu mempersiapkan segalanya dan juga ternyata minimarket yang sudah disiapkan oleh Langit dan Jingga itu semuanya sudah terisi. Mereka hanya tinggal membukanya saja dan melayani, bahkan minumarket tersebut dilengkapi dengan mesin kasir dan semuanya.Juga ada kontak supplier yang akan mengisi minimarket mereka, pokoknya Fargo dan Leni hanya tinggal duduk diam mengelola minimarket tersebut. Dan mereka berharap kalau keduanya benar-benar serius dan bisa membuat minimarket tersebut lebih maju. Meskipun kondisinya mereka benar-benar berubah 180 derajat, berubah dari mereka yang awalnya seorang pengusaha seorang pemilik perusahaan yang tinggal di perumahan mewah biasa dilayani dengan beberapa orang pembantu. Dan sekarang mereka benar-benar melakukannya sendiri dengan tangan dan kaki mereka sendiri. Tapi, Langit melihat adanya keseriusan di wajah Fargo dan Leni.“Kami akan pulang, nanti kapan-kapan kami akan datang lagi ke sini
“Sekarang kemana tujuan kalian?" tanya Langit kepada Fargo. Fargo dan Leni tampak menggelengkan kepalanya, karena mereka saat ini tidak tahu harus kemana. Sebab mereka tidak memiliki tujuan, beberapa hari setelah diusir oleh pihak bank mereka memilih tinggal di hotel. Namun, ternyata biaya hotel pastinya terus membengkak dan mereka tidak mungkin terus-menerus untuk tinggal di hotel tersebut. Apalagi dengan kondisi mereka yang tidak memiliki apapun. Mereka pastinya tidak akan bisa membayar dan sudah bisa dipastikan kalau mereka pastinya memilih hotel bintang lima.“Kalau begitu nanti setelah bertemu Jingga dan juga setelah bertemu Zaki, kita akan makan. Aku akan mengantarkan kalian ke rumah yang kami siapkan itu. Kami sudah membeli rumahnya waktu itu kami menawarkan rumah karena memang kami sudah menyiapkan untuk tempat kalian tinggal dan juga di samping rumah tersebut ada minimarket yang juga nanti silakan kalian kelola untuk biaya kehidupan sehari-hari. Memang rumah yang kami siapka
Dua hari setelah Langit dan Jingga mendatangi rumah Fargo dan Leni ditolak karena tidak mau mengajak keduanya tinggal di rumah Maika.Akhirnya hari itu ternyata pihak bank berusaha untuk menggusur mereka rumah. Mereka sudah diwajibkan meninggalkan rumah dan semua kendaraan yang mereka miliki juga sudah disita.Dan menurut informasi yang Langit dapatkan, kalau semua itu juga masih terdapat kekurangan beberapa miliar dari semua asetnya tersebut.Meskipun keduanya menolak tawaran dari Langit dan Jingga pada malam itu, namun Langit tetap menyediakan sebuah rumah untuk kedua mertuanya itu. Karena dia yakin suatu saat kedua mertuanya pasti akan kembali ke rumah tersebut, sebab kalau rumah mereka sudah digusur mereka tidak memiliki tempat tinggal lagi.Tok! Tok! Tok! Pintu kamar Langit dan Jingga diketuk dari luar siang ini dengan pelan.Langit dan Jingga sedang beristirahat di kamarnya bersama dengan Zaki. Kebetulan hari ini adalah hari libur. Jadi, Langit sedang menemani Jingga di rumah d
"Tidak bisa, Pa! Kami tidak bisa mengajak kalian tinggal satu rumah dengan kami. Kalau kalian tidak mau ya sudah kalian tinggal saja di sini sampai kalian diusir oleh bank, kami tidak peduli lagi. Kenapa sih kalian selalu saja memaksa keinginan kalian, seharusnya kalian itu sadar dengan semua yang kalian alami," ujar Jingga berteriak saking kesalnya sambil berdiri bersiap meninggalkan kedua orang tuanya yang terus memaksa Langit untuk mengajak mereka tinggal bersama di rumah Maika.Bagaimana bisa mereka mau tinggal di rumah milik Maika, sedangkan pemilik rumah juga masih tinggal di sana. Berbeda kalau Fargo dan Leni mau tinggal bersama dan tidak ada Maika disana, tapi ini Maika saja masih tinggal bersama Langit dan Jingga di rumah tersebut. Dan keduanya memaksa untuk tinggal di rumah itu, hanya karena mereka merasa malu turun kasta yang biasanya tinggal di rumah besar dan mewah dan memiliki perusahaan harus tinggal di rumah sederhana yang kecil.Langit dan Jingga hanya akan memberikan
Tanpa terasa setahun sudah kelahiran Zaki, hari ini dirayakannya pesta ulang tahun untuk bayi yang sudah bisa berjalan tersebut. Semua orang bersukacita. Pun termasuk Biru yang saat ini sudah beranjak remaja. Dia akan memasuki ke sekolah lanjutan pertama, dia akan tinggal di kota bersama Langit dan Jingga di rumah Maika. Dia merasa begitu senang dengan pencapaiannya telah berhasil menyelesaikan sekolahnya di desa. Meskipun tinggal di desa, namun Biru tidak kalah dengan anak yang bersekolah di kota. Dia memiliki kemampuan yang hebat, kecerdasannya tinggi. Kemampuan akademiknya sangatlah tinggi.Dan seperti biasa, Fargo dan Leni belum ada perubahan sedikit pun. Mereka masih terus saja memanfaatkan Langit dan Jingga. Sudah tidak terhitung lagi berapa besar bantuan yang diberikan Langit kepada mereka.Hingga suatu hari, seminggu setelah acara ulang tahun Zaki, Langit menerima kabar dari surat kabar yang mengatakan kalau saat ini Fargo benar-benar jatuh, semua perusahaannya habis terjual d
Hari-hari yang dilalui Langit begitu bahagia setelah kehadiran anaknya. Setiap pulang bekerja rasanya semua letih dan lelahnya langsung hilang karena melihat senyuman dan tumbuh kembang anaknya yang begitu pesat.Sekarang ini anaknya sudah berumur 5 bulan, wajahnya semakin gemuk dan putih. Bayi berusia 5 bulan tersebut semakin lama semakin mirip dengan Langit.“Aku merasa tidak adil, tapi aku tidak tahu harus protes ke siapa," ujar Jingga di suatu weekend di saat mereka semua sedang berkumpul di rumah Maika.Semua orang tua Langit berkumpul di sana seperti biasa, mereka bermain bersama cucu. Kegiatan baru mereka saat ini adalah setiap weekend pasti berkumpul untuk melihat perkembangan cucu mereka.Mendengar apa yang disampaikan oleh Jingga, membuat semua orang melihat ke arahnya. Saat ini bayi Zaki sedang digendong oleh Abizar dan Hani, keduanya tampak sedang bermain bersama bayi Zaki.“Maksud kamu kenapa tidak adilnya? Bagaimana?" tanya Bu Juni kepada menantunya itu. Bu Juni sedikit
Beberapa saat Leni berdiri di depan pintu. Tidak seorangpun mempersilakannya masuk karena semua orang tidak bisa lagi berkata apa-apa. "Bahkan ketika Mama sudah di sini pun, kau tidak mempersilahkan Mama masuk. Begitukah caramu mau nyambut Mama? Dan Begitukah caramu menghormati mertuamu, Langit?" tanya Leni kemudian.“Kalau mau masuk masuk aja, Ma. Semua orang di sini tidak ada yang izin untuk masuk, karena semua yanga datang ke sini atas kabar yang disampaikan olehku. Termasuk Mama juga kan sudah mendapatkan kabar dariku kalau Jingga mau melahirkan. Dan setelah Jingga lahiran juga aku kembali mengabarkan kepada kalian. Dan juga disini semuanya adalah keluarga,” jawab Langit.“Entah apa yang dimaksud Mama dengan kami tidak memberikan kabar. Mungkin maksud Mama kami tidak menjemput. Maaf, kalau untuk menjemput kami tidak akan sempat untuk menjemput kalian. Karena di sini juga aku sedang menunggu istriku yang mau melahirkan. Sekarang mama sudah datang ke sini dan mau masuk, ya silakan m
“Baiklah kalau begitu, aku hanya mengabarkan. Disini aku tidak pernah memaksa Papa dan Mama untuk datang kemari," ujar Langit kemudian.Langit mematikan sambungan telepon tersebut dan menghela nafas berat, sedangkan Jingga tampak memandang wajah Langit dalam. Dia seolah paham dengan apa yang diterima oleh Langit tersebut.“Tidak apa-apa yang penting kalian sudah mengabarkan. Tugas kita itu hanya memberitahu. Kalau nantinya tanggapan mereka tidak mau datang yaitu terserah mereka. Tugas kalian sebagai seorang anak sudah ditunaikan kalian mengabarkan kepada kedua orang tua Jingga kalau akan segera melahirkan, siapa tahu nanti mereka berubah pikiran dan datang untuk menemui cucunya. Nanti mereka akan kembali marah seperti saat dulu saar baru hamil tidak diberitahukan," ujar Maika menenangkan Langit dan Jingga.Pasangan suami istri itu hanya menganggukan kepalanya. Langit terus memegang tangan Jingga dan mengelus kepala sang istri dia ingin memberikan kekuatan kepada Jingga yang saat ini s
Setelah kejadian itu hubungan antara Maika dan keluarga Lubasya kembali memanas. Bukan hanya Dodi yang kembali memusuhi Maika, tapi Dodi berhasil mengajak seluruh keluarga yang lainnya untuk memusuhi Maika.Bahkan mereka dengan terang-terangan kali ini meminta kepada Maika untuk mengembalikan semua harta yang didapatkan dari hasil bekerja dengan Lubasya Group. Maika hanya menggelengkan kepalanya dia benar-benar tidak menyangka, kalau ternyata hubungan antara keluarga Lubasya itu bukanlah hubungan keluarga melainkan hubungan harta. Mereka saling memanfaatkan di sana sini. Padahal mereka juga mempersiapkan untuk anak mereka masing-masing. Tapi entah mengapa mereka sangat tidak ikhlas ketika Maika memberikan harta itu kepada Langit.“Ma, tadi ada utusan dari Lubasya Group mendatangi kantorku,” ujar Langit kepada Maika setelah dia pulang dari kantor.Langit biasanya memang langsung memberikan laporan kepada Maika jika ada sesuatu hal atau berita atau informasi apapun yang dia dapatkan m