Beranda / Romansa / Bukan Mantan / 25. Witting Tresno Jalaran Soko Kulino

Share

25. Witting Tresno Jalaran Soko Kulino

Penulis: Bai_Nara
last update Terakhir Diperbarui: 2022-03-02 20:46:30

Usia pernikahanku sudah berjalan satu minggu. Selama satu minggu pula Mas Syafiq bolak balik Gumilang-Purwokerto. Aku sungguh kasihan dengan Mas Syafiq kalau setiap hari harus menempuh jarak kurang lebih satu setengah sampai dua jam. Bolak balik lagi. Tapi aku juga gak tega meninggalkan Ibu begitu saja.

Rupanya apa yang kurasakan juga dirasakan oleh Ibu. Dengan bijak beliau menasehatiku untuk mengikuti Mas Syafiq kembali ke Purwokerto. Ibu meyakinkanku bahwa Ibu akan baik-baik saja karena ada Miko dan Saras. Ibu juga berjanji tidak akan membuka warung lagi karena warung akan dijadikan bengkel oleh Miko. Sewa tempat untuk bengkelnya sudah habis jadi Miko memutuskan merenovasi warung menjadi bengkel. 

Hari ini dengan penuh keharuan aku dan Mas Syafiq pamit pada Ibu, adik-adikku dan juga keluarga Pakdhe. Meski Purwokerto dekat namun tetap saja aku sedih karena tidak akan setiap waktu bersama mereka. Sebelum kami pamit, Ibu memberikan banyak nasehat untuk kami. Tak lupa d
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Bukan Mantan   26. Sesal Di Akhir

    "Kecapnya banyak banget Dek? Mau nyoba semua merek?”“Bukan Mas. Lihat nih, ‘kan ada kecap asin, kecap manis, ada saus tiram dan teriaki.”“Ooo. Mas yang penting kamu masak dan rasanya enak.”“Dasar tukang makan.”“Iyes. Apalagi makan kamu.”Aku mencubit perut Mas Syafiq. Dia sedikit mengaduh tapi tetap tertawa. Suwer ewer ewer deh. Beneran kejutan banget setelah tahu sifat asli suamiku. Setelah membayar kami membawa semua belanjaan ke mobil.“Mau makan di area foodcourt atau nyari di luar?”“Foodcourt aja. Sekalian nanti balik lagi,” ucapku dengan binar mata bahagia.“Pasti mau belanja, ‘kan?” ucapnya sambil mencubit hidungku.“Iya, soalnya udah punya suami ya manfaatin aja.”“Harus, percuma suami kerja capek-capek tapi bininya gak mau make. Asal jangan boros ya?”“Siap Bos,” ucapku sam

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-02
  • Bukan Mantan   27. Modus

    Aku sedang bercengkrama dengan Tuti dan Yuyun. Sementara Joko, Rafi dan Mas Syafiq sedang berada di ruang tamu. Setiap minggu, kami menyempatkan mengunjungi Ibu. Kalau sempat ya menginap seperti sekarang ini. Tadi malam kami tidur disini. Niatnya kembali ke Purwokerto besok senin.“Gimana?” tanya Tuti.“Gimana apanya?”“Jadi istrilah.”Aku tersenyum, “Menurutmu?”“Ck. Udah gak nangis-nangis lagi, ‘kan?”“Ah, kamu Tut,” ucapku dengan menahan malu.“Hahaha. Kayaknya langsung buka segel juga ini hahaha.”“Tutiii,” rengekku. Ah, aku jadi malu.“Buka segel apa? Emangnya Mbak Ambar habis beli apa sih? Baju?”“Astaga! Aku lupa masih ada satu gadis polos. Kalau yang ini lagi suka volos di kamar. Hahaha.”“Tutiiii.” Aku memukul lengan Tuti keras. Tuti sendiri hanya tertawa saja. Puas memukuli Tuti, aku

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-02
  • Bukan Mantan   28. Riak-Riak

    Bisik-bisik para mahasiswi didekatku bisa kudengar dengan jelas. Aku menahan diri untuk tidak melabrak mereka. Apa maksud mereka? Ghibahin orang pas di depan orangnya. Aku sungguh gelisah. Rasa minder dan rendah diri belakangan ini sering muncul. Ditambah lagi ulah Linda yang setiap hari senin pagi selalu nebeng mobil kami. Linda sudah tahu jika setiap sabtu dan minggu kami akan menginap di rumah Ibu dan akan kembali pada senin pagi. Aneh, sudah empat kali dia nebeng. Aku jadi semakin curiga dengan tingkah Linda. Seperti pagi ini, itulah kenapa aku berakhir di perpus jurusan Fisika. Karena Mas Syafiq sengaja membawaku ketika Linda lagi-lagi nebeng untuk kelima kalinya. Saat aku masih merenung, suara seseorang mengalihkan perhatianku.“Loh, Mbak Ambar masih disini?”“Iya, Bu Mala.”“Ngapain baca-baca Mbak, toh Mbak Ambar bukan mahasiswa.”Aku cuma tersenyum, dalam hati menggerutu. Memangnya yang boleh belajar hanya mahasiswa saj

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-02
  • Bukan Mantan   29. Smack Down

    Aku sedang bercermin dan melihat penampilanku. Perfect. Pelukan hangat kurasakan dari seseorang. Gesekan lembut hidung bak papan luncur pada pipiku membuatku bergetar.“Cantik.”“Mas juga ganteng.” Kami saling menatap lewat pantulan cermin. Sesekali Mas Syafiq menyapukan hidungnya pada pipiku sedangkan aku menyentuh pipinya dengan tanganku.“Kita berangkat sekarang yuk, kalau enggak aku bakalan khilaf dan makan kamu. Aw!” Mas Syafiq mengaduh karena perutnya aku cubit.“Udah ayok berangkat.”“Iya istriku. Ayok berangkat.”Malam ini kami mendatangi resepsi pernikahan putri Pak Eko, salah satu dosen senior di jurusan Fisika. Tadinya aku tak ingin ikut, tapi setelah dipikir-pikir kenapa aku harus takut dengan nyinyiran Bu Mala maupun Linda? Aku Ambar ya. Wanita yang sejak kecil sudah terdidik dengan kehidupan yang keras. Sampai di kediaman Pak Eko, aku merasa takjub. Rupanya orang kaya konsep

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-02
  • Bukan Mantan   30. Fitnah

    Aku sedang berbaring di atas sofa, lelah rasanya. Beberapa hari ini aku mudah merasa lelah dan mengantuk.Plak. Pukulan kasar mampir ke bahuku. Aku menatapnya kemudian memilih memejamkan mata.“Kita itu datang buat bertamu Ambar. Malah kamu tidur terus.”“Lemes Tut.”“Kenapa kamu? Lembur terus ya?”“Ish ... apaan sih Tut?”“Wkwkwk. Oh iya kamu tahu gak info terbaru di desa.”“Apa?”“Linda sama Syam batal nikah?”“Serius?”“Iyup.”“Kenapa?”“Syam yang mundur, alasannya karena keluarga Linda terlalu banyak menuntut.”“Oh.”“Cuma oh aja.”“Lah, ngapain aku kepo. Udah bukan urusanku.”“Iya juga sih. Urusanmu sekarang ati-ati sama Linda. Dia kayaknya ngincer suami kamu.” Tuti duduk di sampingku, Yuyun sendiri lagi di kamar mandi

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-02
  • Bukan Mantan   31. Dingin

    Aku hanya duduk diam di salah satu kursi. Aku sudah menjelaskan bagaimana aku bisa berada di ruangan yang sama dengan Syam. Mas Syafiq sedang bicara dengan Pak Eko, Bu Mala, Syam dan Linda. Entah apa yang sedang mereka bicarakan aku tak begitu dengar.“Gak bisa dong Pak, udah jelas mereka selingkuh kok dibiarkan. Saya gak terima!”“Jika Bu Mala sampai membocorkan, saya tak segan memberi peringatan pada Bu Mala. Juga kamu Mbak Linda. Dan kamu juga Syam. Masalah ini akan kita selesaikan baik-baik,” terang Pak Eko.“Gak bisa dong Pak ... ini ....”“Bu Mala mau saya umbar aib suami Bu Mala, juga?” Mas Syafiq berkata dengan tenang.“Pak Syafiq!” bentak Bu Mala.“Saya hanya butuh waktu untuk mengambil keputusan. Saat ini HP saya dan Ambar sedang rusak. Jadi, saya tidak ingin gegabah.”“Baik, kita lanjutkan setelah HP mereka sudah diperbaiki. Saya mohon jangan sampai berita ini

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-02
  • Bukan Mantan   32. Aku Ingin Pulang

    Aku tak percaya, setelah hampir satu tahun menghilang lelaki itu kini muncul dihadapanku. Aku meminta Mbok Iroh menemaniku. Lalu, tatapan tajam kuarahkan pada Ilo.“Mau apa kamu?!” tanyaku tajam.“Mbar, aku kangen sama kamu. Aku ingin ketemu kamu.”Aku tertawa miris, “Kamu tahu rumah aku dari siapa?”“Itu gak penting, Mbar. Yang penting aku datang. Aku kemarin ke rumah kamu. Tapi kata ibu kamu, kamu udah nikah.” Aku melihat tatapan kecewa pada mata Ilo.“Jadi bener, kamu milih suami kamu karena dia kaya. Lebih kaya dari aku.”“Bukan! Aku milih dia karena dia pilihan ibuku.”“Kamu matre Mbar!”“Aku matre? Kalau aku matre aku gak mungkin bayarin utang kamu. Kalau aku matre aku gak mungkin bayarin denda kamu. Kalau aku matre gak mungkin aku yang ganti rugi sebab kamu merusak perabotan mahal milik majikan kamu,” ucapku dengan amarah.“Oh, jad

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-02
  • Bukan Mantan   33. Murka Ibu

    Sebuah tangan menyentuh bahuku. Aku menoleh dan tersenyum ke arah Joko.“Kalau rindu, diangkat dong teleponnya. Bales juga chatnya. Kamu gak kasihan sama suami kamu.”Aku hanya diam malas menanggapi. Kepalaku terlalu pusing soalnya.“Kalau sayang ya ngomong. Gengsi kok digedein.”“Apaan sih, Jok.”“Kamu yang kenapa? Wajahmu pucet banget? Nangis terus kamu?”“Gak.”“Halah, bohong dia Jok. Dari kemarin dia nangis terus.”Aku menatap sinis Tuti yang baru datang bersama Yuyun.“Apa? Emang gitu kok.”Aku memilih menarik selimutku hingga menutup dada. Ya Allah rasa mual itu datang lagi.“Kamu kok gak mau dengerin Syafiq ngomong? Denger ya Ambar, pola pikir laki-laki itu beda sama perempuan. Kita itu mikir pakai otak bukan pakai perasaan apalagi berandai-andai.”“Udah ngomongnya? Berisik tahu!”Joko terlihat membu

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-02

Bab terbaru

  • Bukan Mantan   Janda VS Duda: Rini Nelangsa

    Berita lamaran antara Joko dan Tuti sudah menyebar seantero kampung. Banyak pemuda, jejaka tua dan duda yang menyukai Tuti jadi patah hati. Sama halnya dengan para perawan dan janda muda yang menyukai Joko juga kini merasa patah hati. "Kalah telak dah, kalau sama Joko." "Lah, duda sugih, ya aku kalah." "Wah, janda sama duda ini?" "Haduh, ada perawan kenapa aku kalah sama janda sih?" "Wah, janda selalu di depan." "Janda kaya sama duda kaya, makin kaya dah." Begitulah kira-kira omongan-omongan yang selalu terdengar selama tiga hari ini. Hampir semua warga Gumilang banyak menggosipkan lamaran Joko dan Tuti. Karena saking banyaknya yang menggosip, berita ini pun sampai ke para mantan. Rini hanya bisa menangis semalaman begitu mengetahui kalau mantan suaminya bakal menikah lagi. Keesokan harinya, setalah tadi malam mendengar berita lamaran Joko dan Tuti, dia langsung memburu ke rumah Joko. Rini tanpa salam langsung masuk ke dalam rumah, dimana Joko saat itu sedang mengi

  • Bukan Mantan   Janda VS Duda: Lamaran

    Tuti heran melihat kedatangan Joko, Ambar, Syafiq dan keluarga besar Joko ke rumahnya menjelang pukul delapan malam. Dia bingung tentu saja. "Ada apa? Kok tumben rame-rame ke sininya malam-malam?" Tuti menatap pada Ambar, "Ada apa Mbar? Ada masalah?" Ambar hanya tersenyum lalu menoleh ke arah Joko. "Ayo Jok, ngomong." Joko terlihat gugup. Tidak seperti biasanya yang terlihat berkharisma dan garang, kali ini Joko terlihat gugup sekali seperti seorang bujang yang baru pertama kali melamar anak perawan. Padahal dulu saat akan melamar Rini, Joko biasa saja, dia memang merasa takut, deg-degan tapi tidak setakut dan sedeg-degan seperti saat ini. Bapaknya Joko terkekeh melihat mimik wajah putranya. Dia pun mencandai sang putra. "Apa perlu bapak yang ngomong?" Joko menoleh kepada bapaknya lalu menggelengkan kepala. Tanda kalau dia sendiri yang akan bicara dengan kedua orang tua Tuti. Joko terlihat mengatur napas. Semua orang diam. Satria dan Chika yang awalnya sibuk bercerita pun memi

  • Bukan Mantan   Joko VS Tarno

    Juragan Tarno yang merupakan juragan paling kaya sekecamatan Gumilang hanya mampu menatap Joko dengan tatapan nyalang yang dibalas Joko dengan tatapan sinis. Di samping kanan kiri Joko ada Syafiq dan juga Rafi yang membantunya lepas dari tuduhan Juragan Tarno.Ya, Juragan Tarno sengaja menyabotasi usaha Joko. Dia melakukan tindakan curang dengan menukar jenis kayu yang akan dikirimkan Joko kepada salah satu pelanggan setianya.Joko mengalami kerugian yang luar biasa dan hampir masuk penjara. Karena sang pemborong mengkasuskan tindak kecurangan ini. Beruntung dengan bantuan salah satu putra kyai yang dulu menjadi guru ngajinya Syafiq, Joko bisa terbebas dari tuduhan. Bahkan dia bisa menuntut ganti rugi pada si dalang. Orang yang membantu Joko mengungkap dalang dari sabotase ini juga hadir. Meski tampangnya dingin bak preman pasar dengan rambut gondrong, tapi yang melihatnya tahu, si pak polisi memiliki aura kharismatik yang luar biasa.“Tolong Pak Joko, saya khilaf. Juragan Tarno. In

  • Bukan Mantan   Debar-Debar

    Tuti tersenyum melihat sang putra begitu gagah. Meski masih ada beberapa luka di wajahnya. Tidak membuat kadar ketampanan Satria berkurang."Nanti, kalau ada yang gangguin kamu lagi. Lawan. Cowok gak boleh kalah. Tapi mainnya yang pinter. Kalau mereka main keroyokan. Ya kamu pakai akal dong.""Siap Ibu.""Sip. Ayo berangkat."Tuti mengantar sang anak ke sekolah. Saat sampai di halaman sekolah Satria tampak beberapa ibu-ibu yang mengantar anak-anak mereka. Beberapa dari mereka ada yang menyapa Tuti dengan ramah, tapi banyak juga yang menatapnya sinis. Tapi Tuti tak peduli. Tuti melihat beberapa anak yang kemarin menganiaya sang putra. Dia tersenyum sinis bahkan melototi mereka satu per satu. "Mbak Tuti, situ ngapain ngelihatin anak saya kayak gitu.""Oh, ini Mbak Tresna cuma pengen tahu wajah anak-anak yang kemarin menganiaya anak saya.""Eh jangan nuduh dong.""Loh. Emangnya saya nyebut anaknya situ.""Lah dari tatapan mata, Mbak Tuti kan nuduh.""Kalau iya kenapa? Harusnya Mbak Tres

  • Bukan Mantan   Sedih Boleh, Hancur Jangan

    Tuti dan Satria baru saja sampai di parkiran sebuah mall terbesar di Purwokerto. Keduanya segera berjalan hendak menuju ke dalam mall.Langkah keduanya terhenti karena teriakan seorang gadis cilik."Mas Sat? Tante Tuti?" Chika berteriak memanggil keduanya sambil melambaikan tangan.Baik Tuti dan Satria tersenyum senang. Kedua keluarga saling mendekat. Chika langsung menghambur ke arah Tuti dan memeluknya. Puas memeluk Tuti, Chika menggelayut manja pada Satria."Mas Sat, temenin Chika main ke Timezone ya?""Beres. Halo, Om. Apa kabar?" Satria menyalamai Joko, keduanya saling berjabat tangan dan tersenyum."Baik. Kamu gimana? Udah kelas enam ya?""Iya, Om.""Bagus, nanti sekolah dimana?""Pengennya sih yang kota tapi ....""Kalau mau yang di kota belajarnya harus semangat, terus harus bisa jaga kepercayaan.""Hehehe. Ok!""Bagus." Joko mengacak-ngacak rambut Satria. Pemandangan yang membuat Tuti

  • Bukan Mantan   Spin Off : Janda VS Duda

    Tuti menatap sinis ke arah Dani, sang mantan. Sementara Dani menatap Tuti penuh permohonan. "Plis, Tut. Beri aku kesempatan buat memperbaiki kesalahanku dulu, ijinkan aku membahagiakan kamu dan Satria." Dani memohon sambil berlutut ke arah Tuti. Tuti tertawa keras membuat para pelanggan yang sedang antri membeli pulsa sesekali menoleh. Satria sendiri abai dengan tingkah kedua orang tuanya. Dia fokus melayani para pembeli. "Kalau kamu mau memperbaiki, itu perbaiki hubunganmu sama istri dan anakmu yang sekarang. Bukan sama aku. Ingat ya Dani, kita cuma mantan. Dari pada kamu ngemis-ngemis sama aku, mending kamu cari kerja. Sana kasih nafkah yang bener buat anak istrimu. Bukan malah merecoki aku sama Satria. Kita udah bahagia." "Tapi aku gak cinta sama Fani, Tut. Cintaku sama kamu." Tuti tertawa. "Gak cinta tapi bisa bikin anak? Gak cinta tapi kamu nikah diam-diam? Hahaha." Dani hanya bisa menunduk. Tak mampu mengelak. Menyesal jelas. Han

  • Bukan Mantan   Ekstra Part 5

    *Susilo alias Ilo* “Harus, kamu begini terus tiap tahun? Ck. Move on dong kalau gak bisa move on harusnya dulu kamu jangan gantung dia. Udah dibilangin ngeyel. Nyesel, ‘kan? Sekarang kamu mau apa ngintipin dia terus tiap tahun. Helow, lihat suaminya, lihat kerjanya, lihat rumahnya, lihat wajah mantan kamu itu, emang kelihatan seperti istri teraniaya gitu? Mana ada istri teraniaya terawat banget, suka senyum, tiap tahun hamil lagi. Orang pun bakalan paham kalau dia itu sangat sangat bahagia.” Saiful temanku masih saja ngomong.Aku tak begitu peduli dengan omongannya yang sama. Karena bisa melihatnya saja sudah membuatku bahagia. Iya, aku punya kebiasaan setiap tahun mengamati kehidupan Ambar dengan suaminya. Ini adalah tahun ketiga aku mengawasinya selama seharian penuh, di tanggal yang sama dengan tanggal jadian kami beberapa tahun yang lalu.Bukan tanpa alasan aku melakukan hal memalukan yakni mengawasi istri orang. Aku hanya ingin memastikan Ambar hidup bahagia dan t

  • Bukan Mantan   Ekstra Part 4

    *Syam*Aku mengulas senyum, tepatnya senyum miris. Melihat bagaimana Syafiq sedang memangku anak berusia dua tahun yang wajahnya sama persis dengan Syafiq. Padahal pas lahir, anak itu mirip Ambar tetapi malah kian besar kian mirip bapaknya.Ya Tuhan, lagi-lagi aku hanya bisa menatap kebahagiaan sebuah keluarga yang kuidam-idamkan.Menyesal? Jelas. Itu adalah penyesalan terbesar dalam hidupku. Padahal Tuhan telah memberiku kesempatan untuk mencecap kebahagiaan bersama Ambar. Tapi apa yang kulakukan? Yang kulakukan adalah melepas Ambar hanya karena tergoda dengan mantan. Ah, padahal sudah banyak cerita tak mengenakkan tentang mantan. Tapi kenapa aku malah ikut-ikutan terjebak nostalgia bersama mantan?“Hai, ponakan gantengnya Om Rafi. Ikutan ngajar ya? Mbak Ambar mana Mas?” Rafi sepertinya baru selesai mengajar dan langsung duduk di dekat Syafiq.“Lagi ngurusi Amira. Amira sakit. Kasihan Ambar kalau ngurusi dua-duanya, jadi Mas bawa aja Amm

  • Bukan Mantan   Ekstra Part 3

    *Marwan*Wajah itu masih terlihat cantik meski usianya sudah diatas lima puluh tahun. Dan senyum itu masih sama, hangat, terlihat tulus dan sangat menawan. Senyum yang selalu membuatku jatuh cinta setiap kali memandangnya.Inayah. Bunga desa yang sejak usianya masih dua belas tahun sudah kupuja. Kami hanya selisih tiga tahun. Dengan berbagai upaya aku berusaha mendapatkan perhatiannya. Inayah adalah tipe gadis penurut yang pandai membawa diri. Tingkah lakunya membuatku jatuh cinta.Perjuanganku mendapatkan perhatian Inayah, membuahkan hasil ketika usianya dua puluh dua tahun. Kami akhirnya berpacaran. Ah, senangnya hatiku.Tapi pacaran ala kami hanya sebatas aku mengunjungi rumah Inayah dan malah ngobrol ditemani kedua orang tuanya. Kami jarang pergi keluar. Andai pun keluar, yang bisa kami lakukan hanya sebatas makan atau jalan-jalan dengan motor. Aku dan Inayah tak pernah berbuat lebih, disamping aku takut kebablasan, Inayah juga sangat menjaga diri. Makanya

DMCA.com Protection Status