Home / Romansa / Bukan Jodoh Idaman / 17 — Tiba-tiba Perhatian?

Share

17 — Tiba-tiba Perhatian?

Author: Inthary
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Memangnya kamu bocil? Singkirkan tangan kamu!" sentak Adara. Pusat yang harusnya tidak boleh disentuh sembarang orang itu terasa dingin dan berdenyut. Jelas saja berdenyut karena Ansel masih hidup dan bernapas. Tapi ... ada sensasi lain yang belum pernah dirasakan oleh Adara.

Hei, bukan berarti Adara belum pernah berpelukan dengan Ben kalau sedang berkendara ya? Mereka sering melakukannya tapi bukan bersentuhan secara fisik. Ya Tuhan, menjelaskannya saja terasa ingin meledak.

'Gejolak apa ini?' batin Adara suram. Rasanya ingin ... mengusapnya sedikit saja. 'Apa kuusap saja ya? Toh juga bukan aku yang minta'

Kenyataan itu tidak sebanding dengan sikap Adara. Dia segera menarik tangannya meskipun harus melakukan tindakan kekerasan.

Bugh!

"Woi, curang!" umpat Ansel. Kaki kanannya dipaksa menerima tendangan maut istrinya. "Yang adil dong!"

Adara menyeringai lebar, "Adil? Ingat tindakan kamu tadi? Kita sudahi saja permainan kekanak-kanakannya. Mama sandwichku?"

Dengan muka menahan sakit,
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Bukan Jodoh Idaman   18 — Awas, Underwear Kamu Kelihatan!

    "Istriku?" ulang Adara dengan nada geli. "Kenapa? Kamu kan memang istriku." Ansel menaruh dua porsi makanan yang dia bungkus tadi di atas meja kerja Adara, lalu dia menyingkirkan beberapa lembaran kertas yang ada di sana agar tidak terkena cipratan makanan. Ansel juga menarik kursi kosong di belakangnya agar dia bisa berhadapan dengan Adara. "Makanlah! Aku nggak tahu kamu suka makan apa, tapi aku berinisiatif memilih nasi rames. Kamu mau pilih lauk ayam atau daging?""Daging," sahut Adara sinis. Dia terpaksa menyingkirkan laptopnya karena Ansel sungguh merepotkan."Oke."Adara tidak benar-benar mengerti dengan sikap Ansel. Sebentar-sebentar perhatian, lalu berubah menyebalkan. "Kenapa kamu nggak makan sama Emma?""Aku lagi nggak mood kemana-mana."Ansel mulai menyuapkan makanannya. Rasanya lumayan untuk ukuran kantin perkantoran. Dia penasaran apakah di gedung perkantoran lainnya juga menyediakan fasilitas makan siang? Adara mengikuti apa yang Ansel lakukan. Bohong kalau dia mengat

  • Bukan Jodoh Idaman   19 — Hanya Kamu Yang Nggak Tahu Apa-apa Tentangku

    Adara mengomel sepanjang jalan menuju kamarnya. Disemprot beberapa air saja tubuhnya terasa menggigil. Dia harus berganti pakaian sebelum terkena flu."Awas saja! Dasar suami kejam," umpat Adara sembari mengeluarkan satu dress longgar miliknya. Dia melempar pakaian basahnya ke lantai lalu buru-buru mengganti pakaiannya."Hei, kunci pintu dong!" Suara itu? Ansel? Adara menengok ke belakang dan mendapati sang suami sedang menontonnya di ambang pintu. Beruntung dia sudah selesai dan tinggal mengancingkan satu kancing paling atas."Jangan kurang ajar ya? Ini bukan wilayah yang bisa kamu masuki sembarangan," tegur Adara. Dia berjalan tergesa-gesa ke arah pintu, mendorong Ansel yang masih bisa tertawa. "Mau kucolok bola mata kamu itu?""Berani?"Adara menggertakkan giginya. "Kapan aku pernah takut sama kamu?"Wanita itu bersiap melayangkan jari telunjuk dan tengahnya sebelum akhirnya Ansel menggapainya. Heran. Kenapa Ansel selalu bisa lebih gesit dari pada Adara?"Lepas!""Dari pada kamu

  • Bukan Jodoh Idaman   20 — Berciumanlah Denganku Setidaknya Sebulan Sekali

    "Benar," jawab Ansel seolah tahu apa yang sedang dipikirkan Adara. Apa Adara secuek itu sampai tidak memperhatikan orang-orang yang ada di dekatnya?"Wajar sih kalau kamu memperhatikanku. Aku kan menggemaskan," ucap Adara skeptis. Dia mengangkat bahunya acuh tapi dalam hati dia masih bertanya-tanya kemana dirinya selama puluhan tahun ini?Tanpa diduga, usapan lembut yang terarah pada rambut kepala wanita itu membuat suasana semakin tegang. Berbanding terbalik dengan suasana supermarket yang ramai. Deg!Adara gugup bukan main. Kali ini Ansel bukan sekedar main-main. Dia menatap sejurus Adara diimbangi dengan senyumannya."Dulu kamu memang menggemaskan. Kemana ya si lucu Adara sekarang? Yang nggak ngomel-ngomel, yang nggak suka teriak-teriak perkara celana dalam doang." Ucapan Ansel yang bersifat pribadi itu terdengar sampai ke telinga wanita di belakang mereka. Para wanita itu menahan senyum karena Ansel tidak malu mengakui bahwa istrinya sering marah-marah hanya karena celana dalam.

  • Bukan Jodoh Idaman   21 — Kembali Ke Setelan Awal

    "Nggak waras!" umpat Adara. "Sudah jelas ada peraturan nggak boleh ada sentuhan fisik. Kamu nggak baca?""Kamu yang nggak baca? Coba cek lagi," ucap Ansel dengan senyum memikatnya.Adara menilik peraturan pernikahan kontrak mereka dari atas sampai bawah, bola matanya kembali mendelik, "Astaga. Kamu coret bagian ini?""Benar. Makanya itu aku tambahkan syarat lainnya," jawab Ansel dengan senangnya.Adara menghela napas lelah, "Kenapa kamu nggak minta cium pacar kamu itu?""Gimana aku minta cium kalau setiap malam harus di rumah ini?""Oh, ternyata gini ya jadi laki-laki. Mau enaknya saja. Memaksakan aturan sendiri dengan sesekali boleh menginap di rumah pacarnya, tapi juga minta bagian cium-cium sama istri kontraknya? Enak kamu dong menang banyak," ejek Adara. "Hei, kamu nggak bodoh kan? Di peraturan itu aku nggak minta boleh nginep di rumah Emma sesekali. Jadi, kamu nggak bisa menghakimiku begini," elak Ansel.'Brengsek! Dia hebat juga. Kapan dia memikirkannya? Soal menginap perasaan

  • Bukan Jodoh Idaman   22 — Sampai Dua Tahun Ke Depan Kamu Milikku l

    "Maaf," ucap Ansel akhirnya. Dia mengurungkan niatnya untuk mengajak Adara makan siang. Sikap Adara tidak membuat dirinya senang. "Silahkan pergi kalau tidak ada yang perlu dibicarakan," sahut Adara."Memang tidak ada. Saya juga mau pergi kok, Bu. Terimakasih waktunya. Jangan lupa makan siang!"Setelah Ansel pergi, Adara mendongak ke arah pintu. Sejatinya dia tidak mau mengacuhkan Ansel tapi hubungan mereka sudah tidak sehat. "Kalau saja dia bisa lebih sopan padaku, aku nggak mungkin begini. Apa-apaan soal ciuman itu?" gerutu Adara sambil membolak-balikkan halaman kertasnya.Mendadak perutnya berbunyi. Adara melihat jam di ponselnya, helaan napasnya terdengar berat. "Aku malas turun."Adara memutuskan memanggil office boy untuk membelikan dia makan siang di kantin. Menu rames yang kemarin dibawa Ansel sangat menggiurkan, dia jadi ingin menikmatinya lagi. Berselang lima belas menit, ketukan di pintu terdengar. Adara pikir itu office boy tadi ternyata bukan. Harum parfumnya mengingat

  • Bukan Jodoh Idaman   23 — Apa Kamu Sudah Gila?

    "Kalau aku nggak tahu itu baru aneh," ucap Ansel dengan entengnya.Adara mengira Ansel pasti mendengar pembicaraannya dengan Ben. "Aku nggak punya gaun sebagus ini lagi. Aku pakai ini saja ya?""Nggak punya gaun bagus? Satu almari itu emang isinya apa? Karung?""Maksudnya yang semewah ini," elak Adara."Yang penting kan warnanya bukan mewahnya. Udah sana! Kamu mau terlambat?" Bibir wanita itu sudah manyun kesana kemari tapi dia tidak bisa berbuat banyak karena Ansel tidak akan mau pergi jika dia tidak mengganti pakaiannya. Padahal Adara sangat suka pakaian itu. "Tunggu! Apa haknya melarangku? Mau aku bermalam sama Ben atau pakai pakaian terbuka sekalipun, kita sudah memutuskan untuk kembali ke setelan awal. Kenapa aku tiba-tiba jadi penurut begini? Apa mungkin kepalaku sudah dicuci otaknya?" tanya Adara pada dirinya sendiri.Tidak tahu kenapa meskipun Adara mengomel, dia tetap mengganti gaunnya dengan warna senada. Dress code malam ini adalah hitam putih. Ansel memilih kemeja warna

  • Bukan Jodoh Idaman   24 — Jangan Macam-macam!

    "Bisa nggak sih kalau nggak bikin panik?" teriak Ansel frustasi. Dia hampir tidak bisa bernapas karena melihat Adara terbaring tidak berdaya mirip orang yang usianya sudah mencapai batas maksimal.Ansel berlarian seperti orang gila ke rumah sakit, memaki perawat karena lama membawa brankar sementara kedua kelopak mata istrinya menutup sempurna. Ada yang harus dia pertanggungjawabkan di dunia ini yaitu Adara. Dianti tidak akan suka kalau dia menelantarkan istrinya.Adara mendesah berat, "Di depan orang sakit nggak boleh teriak.""Karena kamu batu. Kondisi begini nyetir sendiri, pulang-pulang pingsan. Siapa coba yang nggak panik?" elak Ansel. Dia memegang jemari Adara, memastikan apa selang infus itu terpasang dengan benar. Ansel memesan satu kamar VVIP karena permintaan Dianti. Setelah diperiksa oleh dokter dan dokter berkata Adara hanya mengalami serangan yang biasanya terjadi ketika masa datang bulan tiba, Dianti dipaksa pulang oleh Ansel. Adara memijit pelipisnya, "Berisik! Aku bi

  • Bukan Jodoh Idaman   25 — Nenek Akan Temui Pacar Preman Kamu Itu!

    Posisi Ansel benar-benar sedang memeluk Adara dari belakang bahkan salah satu tangan pria itu menyusup ke dalam atasan piyama Adara. Sontak saja wanita itu panik dan menendang Ansel hingga pria itu terjatuh mencium lantai dingin itu."Auu! Pagi-pagi ini ya Tuhan," keluh Ansel dengan semburat mata yang kelelahan. "Aku baru tidur jam dua, Dara!"Adara yang merasa sudah kehilangan harta yang paling berharga miliknya, melingkupi dadanya dengan lengannya sembari memasang ultimatum bahwa dia tidak akan memberikan secara cuma-cuma. "Kamu pegang-pegang apa semalam? Harusnya aku nggak mengijinkan kamu ada di sini karena kamu nggak bisa dipercaya. Ya Tuhan, aku sudah ternoda."Ansel yang setengah mengantuk tidak bisa memahami dengan jelas arti dari kata itu. Seingatnya dia hanya tidur di bawah tapi karena dingin dia naik ke sisi Adara dengan menggeser tubuh istrinya ke arah kiri. Ada space kosong di sebelah kanan, jadi Ansel langsung masuk dan tidur. Dia tidak tahu kalau pada akhirnya salah sa

Latest chapter

  • Bukan Jodoh Idaman   108 — Serrani Permata Khairi

    "Mas, saya mau barang yang ini tapi jangan yang dipajang di etalase ya? Tolong pilihkan yang paling bagus dan nanti kirimkan saja ke alamat yang akan saya berikan. Pokoknya harus yang sesuai yang saya mau ya, Mas?" ucap Adara pada pelayan toko pria yang melayani dirinya. Wanita itu datang ke sebuah pusat elektronik dan perlengkapan rumah tangga terbesar di kotanya untuk melihat apakah dia bisa membeli sesuatu yang berharga untuk kado pernikahan Emma. Tentu saja suaminya ikut serta karena suaminya harus terus mengawasi apa yang dilakukan oleh Adara. Daripada nanti kelelahan lagi, bisa-bisa dia bingung sendiri.Pelayan pria yang memiliki name tag Putra itu mengangguk pelan. "Siap, Mbak. Kami akan memberikan barang terbaru yang ada di gudang kami. Silakan ikut saya ke bagian pembayaran sekaligus kami ingin mencatat alamat yang dituju.""Baik, Mas."Adara menyeret suaminya untuk segera mengikuti pelayan tersebut. Dia sangat antusias dalam memilih barang-barang. Buktinya lebih dari satu

  • Bukan Jodoh Idaman   107 — Ya Tuhan, Dia Benar-benar Akan Menikah?

    Rencana liburan ke Cappadocia harus dibatalkan karena kondisi Adara tiba-tiba melemah. Mungkin karena efek kelelahan seharian beraktivitas. "Harusnya kemarin aku nggak ikut kelas memasak dulu ya, Mas? Jadinya kan sekarang aku harus bedrest," ucap Adara lemah. Dokter menyarankan dia untuk istirahat beberapa minggu ke depan agar kondisi kehamilannya menjadi lebih baik. Meskipun dia mendapatkan suplemen penguat kehamilan dan juga vitamin, dia masih harus mengistirahatkan tubuhnya. "Nggak apa-apa, Sayang. Nggak perlu disesali begitu. Lagi pula kalau kita jalan-jalan ke luar negeri kalau kamu sudah punya baby malah lebih bagus," ujar Ansel sembari mengusap puncak kepala istrinya. Dari kemarin mood Adara benar-benar tidak bisa diprediksi. Terkadang senang lalu tiba-tiba menjadi sedih. Sejauh ini mood yang paling dominan adalah kesedihan. "Tapi gimana tiket pesawat kita, Mas? Kalau di cancel juga belum tentu bisa.""Kalau masalah itu aku punya solusinya."Adara menatap suaminya dengan ser

  • Bukan Jodoh Idaman   106 — Apa Ini Yang Namanya Ngidam Aneh-aneh?

    "Iya," jawab Emma santai. Seakan apa yang dilakukan itu benar, dia hanya mengangkat bahunya, "tapi itu semua sudah berlalu. Aku akan memberikan rekaman aslinya agar kita nggak punya hubungan lagi. Aku udah malas berbuat iseng sama kalian. Lagi pula aku pernah berterima kasih sama kamu waktu itu kan? Sama seperti waktu itu, aku juga tulus minta maaf sekarang.""Kamu serius?" ejek Adara. "Serius.""Kalau begitu, aku minta ucapan permintaan maaf secara resmi melalui video. Ayo!" tarik Adara dengan susah payah. Mereka keluar dari kerumunan orang-orang untuk menyingkir ke tempat yang lebih sepi. Ansel mengikuti langkah istrinya dengan bersusah payah. Dia tidak bisa melerai karena wajah Adara seakan menginginkan dukungan. Langkahnya melambat pada anak tangga menuju lantai dua. Tempat riskan yang harus dilalui dengan hati-hati oleh ibu hamil adalah tangga. Jangan sampai terjatuh ataupun terpeleset! Tapi posisinya sekarang Adara sedang menarik Emma. Bagaimana kalau Emma menyakiti Adara den

  • Bukan Jodoh Idaman   105 — Jadi Dengan Itu Kamu Mengancam Mimi?

    "Kamu sih, Mas. Kita terlambat kan?" dumel Adara kesal. Mereka baru sampai ke tempat acara setelah menghindari macet yang tidak kunjung habis. Wanita itu terus saja memperlihatkan kekesalannya karena suaminya malah dengan santainya meminta maaf. "Yang punya acara kan keluarga kita, Mas. Harusnya datang lebih awal dong bukannya malah telat begini.""Sayang, nggak papa lah telat sedikit. Pasti mereka juga tahu kalau jalanan macet," sergah Ansel. Dia berusaha menenangkan hati istrinya dengan memeluk pinggang berisi itu dengan erat sembari membawanya masuk. Rumah keluarga Marina di dekorasi secara sederhana. Mereka tidak menyewa gedung atau ballroom hotel demi kenyamanan bersama. Konsep menikah secara diam-diam yang sesungguhnya adalah seperti ini. Tapi mereka tetap menggunakan jasa wo dan juga waiters yang siap melayani mereka. "Masuk, Dara. Kenapa baru datang?" ujar Felicia.Adara melirik suaminya dengan kesal. Mertuanya saja datang lebih awal kenapa mereka malah terlambat? "Taukk tuh

  • Bukan Jodoh Idaman   104 — Ya Tuhan, Suamikuuu!

    "Terima kasih," ucap Candra singkat. hanya itu dan tidak ada kata-kata lain yang diucapkan oleh wanita yang baru saja keluar dari rumah sakit itu. "Untuk apa?" tanya Adara bingung. Tiba-tiba datang tentu saja tidak hanya mengucapkan terima kasih. "Untuk ya itu pokoknya soal mama. Pernikahanku dibatalkan dan aku boleh memilih calon suami yang aku suka. Makanya aku datang kemari untuk Ya begitulah pokoknya. Intinya aku sudah balas budi. Satu lagi, ini," ucap Candra yang kemudian memberikan sekotak perhiasan pada Adara. "Ini dari koleksi terbaru buatanku dan belum launching di Indonesia. Jadi kamu orang pertama yang memilikinya.""Kalau mendesain perhiasan?" tanya Adara penasaran. Tidak ada pembicaraan mengenai ini dari Gina waktu itu. "Kupikir kamu hanya menjalankan bisnis orang tua kamu.""Aku nggak sebodoh itu kali. Nih! Terima! Pokoknya aku nggak mau ada kata balas budi lagi. Aku sudah membalasnya," tegas Candra. Dia menarik tangan Adara agar segera menerima pemberiannya. "Ini eksl

  • Bukan Jodoh Idaman   103 — Misi Selesai!

    "Selamat ya," ucap Adara senang. Apa usahanya berhasil? "Ini gara-gara kakak kan?"Melihat senyum dikulum Adara, Mimi yakin kalau Adara pelaku utamanya. "Maaf ya, Mi," ucap Adara sungguh-sungguh. "Sebenarnya kakak cuma mau dia bertanggungjawab. Maksudnya bukan bertanggungjawab menikahi kamu tapi seenggaknya meminta maaf atas apa yang dia lakukan."Mimi mengerti dengan tujuan Adara, tapi dia belum siap menikah. "Aku masih muda, Kak. Gimana kalau aku hamil disaat aku belum siap untuk mempunyai bayi?""Kakak tahu kalau kesiapan mental itu penting. Hanya saja kamu akan dewasa pada waktunya," jelas Adara bijak. "Kalau kamu nggak ada kerjaan, gimana kalau ikut ke rumah Tante Felicia? Kita obrolin di sana."Mimi seharusnya sudah ada di kantor sekarang. "Sebentar saja ya, Kak? Soalnya aku ada pekerjaan.""Iya. Naik mobil sendiri-sendiri?"Mimi mengangguk."Baiklah."°°°Adara tertawa terbahak-bahak mendengar cerita Mimi. Dia sama sekali tidak mengira kalau Carlo akan datang dan membawa nama

  • Bukan Jodoh Idaman   102 — Kakak, Aku Besok Menikah!

    "Oh, jangan mengumpat!* canda Ansel. Dia tidak perlu bersikap kasar karena mereka sedang berada di tempat umum. Tujuannya menyetujui usulan Roy untuk bertemu di cafe itu semata-mata hanya untuk kemenangannya. Roy mengumpat pelan. Dia sama sekali tidak menyangka kalau pria di depannya itu membuatnya sebagai umpan. Dia berdiri, "Kayaknya aku nggak perlu ada di sini. Silakan selesaikan urusan kalian.""Hei, jangan pergi!" tukas Ansel tenang. "Kamu juga bersalah di sini karena sudah mengancam Mimi dan membahayakan calon bayiku.""Apa maksud kamu dengan calon bayi kamu? Apa jangan-jangan Mimi menikah sama kamu?" tuduh Roy. Mau tidak mau dia kembali duduk untuk membahas masalah mereka. Tidak ada lagi kata-kata sopan yang diucapkan karena atmosfer diantara mereka sudah memanas. Lagi pula tidak ada urusan bisnis yang perlu mereka bicarakan. "Oh, jadi kamu mendatangiku untuk meminta pertanggungjawaban berupa uang? Hei, kamu pikir aku bisa kamu bodohi? Jangan-jangan kamu yang sudah menghamili

  • Bukan Jodoh Idaman   101 — Yang Anda Paksa Untuk Berhubungan

    Dua wanita yang masing-masing memperlihatkan ekspresi yang berbeda, kini duduk berhadapan saling menatap ke arah lain. Adara yang sudah sedikit memahami apa yang dikatakan oleh Mimi, merasa ini saat yang tepat untuk mempertanyakan. "Siapa yang berbuat itu sama kamu?" tanya Adara pelan, tidak bermaksud menghardik juga tidak menuntut jawaban. Mimi mulai mengarahkan pandangannya pada Adara. "Carlo.""Siapa dia?"Helaan nafas berat lebih terdengar ringkih menjawab pertanyaan itu di awal. "Pria yang aku temui di pesta ulang tahun teman sesama model. Aku benar-benar berada di bawah pengaruh alkohol, Kak. Kalau secara sadar aku nggak mungkin melakukannya. Aku masih perawan, siapa yang mau memberikannya pada sembarang orang."Adara memahaminya. "Lalu? Apa dia tanggung jawab?"Mimi menggeleng lesu, "Jangankan tanggung jawab, Sampai detik ini aku dan dia nggak pernah bertemu lagi.""Lalu kenapa kamu bisa takut hamil? Apa sudah ada tanda-tanda?"Mimi menerawang ke arah dinding yang berusaha un

  • Bukan Jodoh Idaman   100 — Kak, Aku Takut Hamil

    Adara merasa Haikal bersikap aneh. "Em, aku bicara dengan suami dulu ya. Soalnya kan nggak mungkin aku pergi tanpa ijin dari suami."Perubahan wajah Haikal terlihat jelas. Kesal, marah dan tidak suka. Kenapa? "Oh, aku aja yang minta ijin sama suami kamu. Mana kontaknya?"Kenapa Haikal seperti memaksa? Padahal niat Adara mengatakannya hanya untuk menghindar dari ajakan makan malamnya. Adara bergerak kebingungan. Apa yang harus dia katakan agar Haikal mengerti. "Em, kalau sekarang kayaknya nggak bisa deh. Nanti saja aku minta ijin secara langsung. Kalau udah nggak ada yang perlu diomongin, aku mau pamit dulu."Haikal menyentuh pergelangan tangan Adara tanpa pikir panjang. "Tunggu dulu!"Adara menarik lengannya tanpa berniat menyakiti hati pria itu. "Ada apa?""Gimana caranya kamu ngasih tau aku kalau kita nggak tukeran nomor?"Benar juga. Adara bahkan tidak ingat kalau mereka perlu melakukannya. Tapi, dia tidak berniat memberikan nomornya pada orang asing. 'Ayo, Adara, coba pikirkan c

DMCA.com Protection Status