Hai readers, cerita ini hanya fiktif belaka ya. Kalau ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.
Semoga suka, selamat membacaš¤----------------------------------"Aneh, ngga biasanya langit Jepang mendung sampai begini." Celeteuk Dinda di kala heningnya ruang tamu apartemennya.Padahal mesin pemanas sudah diaktifkan, tetapi hawa dingin tetap terasa menembus lapisan kulit luar tubuhnya. Semenjak mendengar kabar kasus Adiknya kemarin ia belum tahu lagi perkembangannya.Walaupun, sempat ia mencak-mencak di telfon beberapa hari yang lalu. Maklum, berita itu tidak sampai ke Jepang dan dia juga bukan tipikal seseorang yang senang mencari tahu berita artis.Menurutnya, seharusnya, mereka menghubungi dan mengabarkan berita ini. Walaupun, kata Bundanya di telfonā setelah adegan mencak-mencak tersebut, ia mulai bisa mengerti.Kayla dan Wafa tidak mau membuatHai readers, cerita ini hanya fiktif belaka ya. Kalau ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.Semoga suka, selamat membacaš¤----------------------------------Mata Dinda terbuka lebar mendengar jawaban jujur yang tiba-tiba terucap dari mulut gadis itu. Tidak butuh waktu lama untuknya mengetahui dibalik maksud kedatangannya."Ternyata kamu Diana?!" Dinda menggelengkan kepalanya berkali-kali.Diana yang sejak tadi mencoba berakting, menutupi semua identitasnya bertekuk lutut dihadapan Dinda yang bukannya marah karena ada orang asing masuk ke dalam rumahnya dan mengambil barang begitu saja justru meladeni dengan sangat baik dan melempar pembicaraan seperti ini, "Kamu tuh sebenernya butuh teman cerita ya? Soalnya daritadi sikapmu seperti orang mencari perhatian, tetapi terus berpikiran bahwa kamu orang jahat pun serasa enggan.""Kakak kenapa sih baik bange
Hai readers, cerita ini hanya fiktif belaka ya. Kalau ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.Semoga suka, selamat membacaš¤----------------------------------Hembusan angin menerapa wajah Diana yang telah beku. Pahatan senyuman sama sekali enggan diperlihatkan. Cokelat panas pun mulai mendingin akibat terus dianggurkan oleh pemiliknya. Diana terus menatap kosong pada area lantai cafe yang bermotifkan ukiran bunga sakura yang cantik dan mempesona. Hentakan suara dari lagu juga tidak menggentarkan dirinya agar enyah dari pikirannya. Gadis itu hampir gila. Ia mengaku sadar bahwa apa yang telah terjadi di masa lampau adalah kesalahan yang ia lakukan, tetapi ia tidak tahu jika imbasnya justru sangat menyakitkan.Kemudian, batinnya bertanya, "Apakah ini yang dirasakan Wafa dulu?" "Mengapa aku sangat ceroboh melakukannya?" "Seharus
Hai readers, cerita ini hanya fiktif belaka ya. Kalau ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.Semoga suka, selamat membacaš¤----------------------------------"Key, kamu sedang tidak baik-baik saja ya?" Suara pria berat tiba-tiba mengusiknya yang tengah meringkuk lemah di atas kasur dengan badan condong ke arah jendela kamar. Bagian bahunya juga bergetar sebagai bentuk reaksi alami ketika di tengah kesedihan yang dialami tiba-tiba seseorang datang. "Hai Fa. Hm, soalnya lagi haid jadi agak kurang enak moodnya. Tapi, nanti akan balik lagi."Wafa meletakan tas olahraga nya di atas meja dan menggantikannya dengan mengambil air mineral di samping tas olahraga. "Nih, minum dulu. Sedih juga butuh tenaga." Mendengarnya, Kayla tertawa kecil. Bukannya merespon dengan memeluk justru Wafa berkata demikian. "Makasih ya Fa." Emosi Kayla sedang tidak
Hai readers, cerita ini hanya fiktif belaka ya. Kalau ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.Semoga suka, selamat membacaš¤----------------------------------Padahal Kayla sama sekali tidak berniat memberitahukannya, karena ia tahu persis sifat suaminya ketika dalam keadaan emosi seringkali tidak seperti Wafa yang dikenal.Jutek, dingin, dan menyebalkan. Bahkan daritadi pria itu sama sekali tidak mengeluarkan suara dan terus berkutat dengan ponsel Kayla. Tatapannya terlihat nanar. Seperti ingin memakan siapapun yang mendekatinya. Sikap dingin dari Wafa disebakan oleh chat Diana yang sangat tidak enak untuk dibaca. Bagaimana tidak, Kayla yang sama sekali belum pernah bertemu harus diberikan kata-kata yang mengotori mata.----------------Begini pesannya :Hai, Kayla. Aku Diana. Mungkin, kamu sudah mendengar namaku bukan? Kalau b
Hai readers, cerita ini hanya fiktif belaka ya. Kalau ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.Semoga suka, selamat membacaš¤----------------------------------ā----Siang yang sangat terik ini, Wafa nampak begitu sibuknya dengan seluruh aktivitas yang tengah ia jalani. Membaca setumpuk dokumen perusahaan, rapat dengan para investor, dan tambahannya adalah mempelajari serba-serbi hukum yang memusingkan kepalanya.Bagaimana tidak, dua hari lagi adalah keputusan final dari kasus yang menimpa Ayahnya. Entah akan berakhir di penjara dan menanggung segala bentuk hukuman atau terbebas dari kasus ini sekaligus nama baik akan terselematkan.Tentu siapapun akan memilih jawaban yang kedua. Apalagi jika Ayahnya tidak terbukti bersalah.Namun, pertanyaannya yang sampai saat ini mengganggu pikiran, benarkah Ayahnya tidak bersalah?Atau justru selama ini
Hai readers, cerita ini hanya fiktif belaka ya. Kalau ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.Semoga suka, selamat membacaš¤----------------------------------ā----Selepas menutup panggilan telfon dengan Dinda, tugas Wafa menambah satu yaitu menghubungi Diana. Padahal kasus yang kemarin sudah Wafa maafkan dan tidak ingin diperpanjang. Namun, jika sudah begini, sepertinya gadis itu perlu diajak bicara."Di, tetap saja gertakanmu masih belum ada peningkatan." Wafa bermonolog sendiri sambil menempelkan ponsel ke telinganya dengan tujuan panggilan yaitu Diana.'Maaf nomor yang ada hubungi sedang tidak aktif...'"Kemana kamu Di, angkat telfonku." Wafa mengerang kesal, sudah 5 kali panggilannya terus ditolak. Padahal last seen nya menunjukan 5 menit yang lalu aktif. Kalaupun tidur seharusnya tidak langsung pulas. Lagipula, Diana
Hai readers, cerita ini hanya fiktif belaka ya. Kalau ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.Semoga suka, selamat membacaš¤----------------------------------ā----"Fa, Wafa..." "Kamu dimana?"Teriakan Kayla terus bergema di seluruh ruangan. Sudah lebih dari 5 jam pria itu seperti hilang di telan bumi. Nomornya tiba-tiba tidak aktif, Bayu yang hampir selalu mengetahui seluk-beluk kehidupan Wafa pun juga tidak mengetahuinya. Sebenarnya tidak ada sama sekali kabar Wafa masih bisa dimengerti mengingat lelaki itu jika sudah lelah dengan dunia biasanya akan rehat sejenak, tetapi saat ini pria itu sangat dibutuhkan kehadirannya.Pengacara dari kasus Ayah Wafa harus mengatakan sebuah hal yang penting dan enggan memberitahu kepada siapapun kecuali hanya ke Wafa seorang.Katanya ini perintah dari Raizan. "Pak Ilham, saya juga Kakak
Hai readers, cerita ini hanya fiktif belaka ya. Kalau ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.Semoga suka, selamat membaca.xxx Tidak ada satupun sanggahan, argumen, atau apapun itu sebutanya yang keluar dari mulut Wafa. Pria itu nampak mempersilahkan istrinya untuk mengeluarkan seluruh uneg-uneg yang dirasakan.Pria itu juga menundukan kepalanya dengan kedua tangan yang diletakan di depan tubuhnya bak murid yang hendak dihukum. Diam. Sama sekali tidak ada perlawanan.Sementara, di luar ruangan sudah ada sepasang kuping yang tengah duduk santai menikmati cokelat panas untuk menemani kegiatan menonton film yang tengah diputar di laptop.Kakinya pun dengan santainya di alun-alunkan sebagai pertanda bahwa moodnya meningkat drastis dan sangat menunggu-nunggu momen tersebut.Iya, apalagi kalau bukan, Wafa seorang pria dingin nan cuek yang