Setelah drama Alex yang tadi berlari dengan hanya mengenakan pakaian dalamnya dengan dress menutupi wajahnya dan banyak turis yang melihatnya seperti orang gila dikejar setan, James segera membereskan barang-barang piknik mereka berdua dengan cepat dan mengikuti Alex.
Mau tak mau ia tertawa, padahal Alex hanya mengenakan bra dan celana dalam di dalam terusannya. Kejadian itu lucu sekali. Alex hanya memberengut dan lelaki itu melihat bengkak kemerahan di bawah bibirnya. James tertawa terbahak-bahak lagi sambil memberitahu bengkak yang belum besar itu kepada Alex. Mereka berdua sudah kompleks pertokoan yang mempunyai apotik lokal setempat dan sedang mengantri menunggu giliran. James melihat Alex menutupi mulutnya dengan jaket miliknya terus-terusan.
“Lex, jangan tutup mulutmu terus dengan jaket. Nanti kalau makin infeksi bagaimana?”
“Yeah, kalau ku buka nanti orang-orang tertawa tak tahu diri sepertimu gimana?” Alex melotot menatap James.
James me
Mengapa selama ini Alex merasa seperti Bridget Jones semenjak ia pertama kali bertemu dengan James Winston? Ada saja kejadian-kejadian konyol yang memalukan yang menimpa dirinya. Benar-benar deh gue kan di bayar untuk menjadi fashion editor bukan menjadi komedian, batinnya mengomel dan menghela nafas dengan keras. Alex langsung mengandai-andai berita lokal yang akan keluar, “Breaking: A Young Lady Got A Sweet Buzzy Hospitality From Wordsworth Point’s! Berikut cuplikan videonya!” Well, on the bright side, kepalanya tertutup oleh dressnya. Identitas wanita muda yang berteriak-teriak karena dikejar oleh pasukan lebah tidak akan diketahui. Saat James menceritakan masa lalunya, Alex merasa dua hal yang berbeda. Pertama, ia merasa sedih. Ternyata James bisa mengalami kepahitan seperti itu. Alex mengerti, karena dulu Alex pernah merasakan apa yang James rasakan gara-gara Hendy. Kedua, dia merasa cemburu. Ternyata, James adalah pria yang bersembuny
Tiga musim gugur lalu saat turnamen di St.Petersburg diadakan, James sedang berjalan-jalan di flea & street market di Russia dengan Stefan dan Juan pada waktu luang mereka. James melihat sekelilingnya dan mendapatkan satu kios yang menarik perhatiannya. Satu set boneka kayu wanita dengan design yang sama dari ukuran besar sampai ukuran paling kecil yang nantinya bisa dimasukkan dan ditempatkan satu di dalam yang lain. James kemudian memanggil Stefan dan bertanya apa nama boneka itu dan Stefan mengatakan itu adalah boneka Matryoshka. Mengenal Alex mirip dengan membuka boneka Matryoshka. Selalu ada hal-hal menarik yang ia temui setiap membuka boneka Matryoskha itu dari besar hingga ke intinya. Alex inspires him wholly. Kesederhanaan dan ketegasan blak-blakannya adalah daya tarik Alex. James tidak bohong saat berkata ayahnya memang mendidiknya dari kecil “Kau ini laki-laki, kau harus selalu bertanggung jawab terhadap wan
Lily Winston adalah wanita paruh baya yang mungkin tidak jauh dari umur Ibunya. Sisa paras kecantikannya saat muda masih terlihat, dan Lily adalah wanita yang sangat sangat stylish. Ia mengenakan dress georgette vintage dengan potongan renda dengan ikatan pita di bagian pinggangnya & bewarna hijau cerah seperti warna rumput. Kakinya yang sedang disilangkan dengan anggun memakai sepatu metalic platform heels Aquazurra. Rambut pirangnya yang ikal bergelombang seperti rambut Nicole Kidman di Moulin Rouge, di blow dengan sempurna. Akhirnya Alex mengetahui gen rambut James di dapat dari mana. Keduanya sedang duduk di sofa empuk ruangan pribadi milik James dan TV yang sedang menunjukkan siaran langsung final Wimbledon pagi ini. Kedua pemain sudah bermain dan set pertama sedang berlangsung. TV menyorot royal box[1], ia melihat ada Benedict Cumberbatch, Keira Knightley, dan Tom Hiddleston. Ba
James mengusap keringatnya dengan handuk dan mengisi tubuhnya dengan cairan bening yaitu air putih ke dalam sistemnya. Payung di buka oleh ball boy[1] dan melindungi sinar matahari yang sudah mulai menyengat Jeda pertandingan ke set selanjutnya hanya sekitar 1 menit lebih sedikit. Ia sudah menggunakan jatah toilet break-nya tadi sekarang tinggal menunggu Roy dari giliran toilet break-nya.Dua set telah tertinggal. Set pertama James tertinggal 2 poin yaitu Roy 6 dan James 4. Set kedua kali ini sudah sangat sengit. James menghasilkan tie break[2] dengan deuce[3] empat kali berturut-turut, tapi Roy masih memimpin. Skor akhir set kedua adalah 76 untuk Roy dan dirinya mendapat 64. James tidak bisa menyelamatkan satu poin kemenangan dari set tersebut. Sudah ia harapkan dari kemarin-kemarin.Melawan The Roy Keller tidak akan mudah, tidak pe
Pumpkin Diamond terlukis dalam kanvas di seluruh penjuru London. Matahari masih memancarkan sinarnya dengan cuaca berangin hal yang sangat normal. Daun-daun mulai berguguran bersamaan dengan Fashion Week yang menjadi ajang acara fashion paling bergengsi di bulan September ini.Big Four Fashion Week dimulai dari New York, kemudian London, baru Milan, dan di akhiri di Paris. Alex wajib mendatangi fashion week di empat kota tersebut. Favorit Alex saat NYFW adalah The Row yang sangat minimalist chic dan Ralph Lauren dengan tema elegant affair yang berkumandang lagu 007. Menghadiri Fashion Week itu memang melelahkan karena harus terbang ke sana-sini. Terutama menempung 5.500 km ke New York. Tetapi, rasa jet lag pun langsung musnah setelah melihat pakaian-pakaian yang indah itu di matanya. Apalagi saat James menemaninya di salah satu fashion show tersebut.Kembali ke London, Al
James berlari dan tetap mempertahankan bola di kakinya. Menuju dekat dengan gawang, lawan yang menjaganya tidak bisa mengambil bola dari James, lalu ia menendangnya ke dalam gawang dan goal! Timnya langsung mengerubunginya dan berhore-hore ria. Hari ini ia sedang bermain dengan teman atlet sepak bolanya yang sedang di Amerika.“Looking fit for today, Jim!” kata salah satu atlet sepak bola Amerika yang main di suatu klub sepak bola Inggris terkenal. Orang Amerika berpikir nama James terlalu konservatif, sama seperti Juan selalu memanggilnya dengan nama itu.“Nah, mate, tim-mu yang semangat, otomatis juga membuatku semangat.” Kata James lagi.“You’re good at this sport too. Apakah ada olahraga yang tidak kau kuasai gitu?” tanya orang lain lagi di tim itu.“Hm...” James berpikir keras sambil mengetik jari telunjuknya ke dagunya, dan melanjutkan “Let me know
Everything’s in Alexandra’s control. Alex telah menemukan issue terbaru. Ia iseng menemukan image natal di akun-nya padahal ia tidak mencari keyword tersebut. Merry Autumn menjadi isu yang di ganti. Merayakan fall season dengan resep ginger eggnog menghias rumah dengan daun maple dan membuat pohon seperti pohon natal dengan hiasan bola-bola oranye & merah tua, fairy lights, dan brown flannel. Fall in a touch of Christmas. Tidak lazim kan idenya ini.Kemudian saat meeting ia menceritakan hal itu dan Alex terkejut semua chief, termasuk Nina, setuju dengannya. Untungnya hanya bagian itu saja yang harus di ganti, berita-berita lain tidak ada yang dicuri oleh Rebecca hyena itu. Di bagian distribusi masih ada Oliver yang masih mau membantunya (setelah itu Alex baru mengetahui bahwa Oliver sudah ekslusif dengan Grace) Meeting dengan para chief selesai, Alex memanggil Nina sebentar untuk berbicara
Malam ini Alex baru pulang dari acara after party dari Burberry. Ia masih ingat Bella & Gigi Hadid, Kendall Jenner, Cara Delevinge mengerubunginya dan memujinya saat dikenalkan oleh Riccardo Tisci. Sungguh, energinya sangat terkuras dengan cepat ketika bulan fashion week datang. Yaampun pegel banget, udah kayak kurcaci-kurcaci kecil nempatin badan gue jadi rumahnya. Besok harus massage dan creambath deh! Batinnya berkata.Apartemen yang berbau maskulin ini sekarang menjadi tempat singgahnya. Saat James mengirimkan pin kode, Alex bertanya nomor apakah ini, dan ternyata adalah password apartemnnya. Ia masih ingat perkataan laki-laki itu saat menelponnya,“Itu pin kode flat-ku. Kau jangan melakukan ritual malammu di tempat biasa ya. Aku dengar kasus raping lagi banyak di situ. Walaupun di situ dekat dengan Scotland Yard juga, aku tak peduli. Kalau kau ingin tetap melaksanakan ritual malam-mu, di tempat
Lima musim semi mendatang…. James dan Alex sudah duduk di bangku biasa mereka melihat bagian dari Sungai Thames. James merenggangkan kerah dasi nya. Alex yang menggulung lengan mantelnya sedikit, mencomot donat tiramisu dan melahapnya dengan gembira. Entah kenapa James merasa akhir-akhir ini Alex seperti memamah biak. Mereka baru saja pulang dari interview James Corden. “James. Aku masih penasaran dengan kata-kata ajaib saat kau mau berhenti main tenis.” Ujar Alex secara mendadak dan menatapnya dengan satu tangan menggantung donat yang sudah tidak utuh bulat lagi. James menatap ke arahnya juga. “Ah, kau sudah penasaran sekali ya?” godanya dengan jahil. “Ya, sangat! Sudah saatnya kau beritahu aku!” Sahut Alex sambil mendekatkan donatnya ke wajah James. James pun terkekeh, mengingat hari itu serasa seperti baru kemarin. Kedai burger homemade itu sudah mau tutup karena jam makan siang sudah lewat. Akan tutup sementara sampai jam makan malam telah datang. James Winston berumur 19 tahu
Pilar-pilar bebatuan vulkanik yang di buat secara khusus menyambut Alex di arrival pavilion. Alex menaiki undakan tangga resort. Di ujung tangga ia di sambut lounge yang mencerminkan autentik Bali dengan sentuhan kemewahan kontemporer Italia. Alex berjalan ke arah reception. Wanita muda mengenakan baju kebaya kutu baru dengan kain batik bewarna putih bercorak cokelat menyapanya dengan ramah.“Good afternoon, Madam. Welcome to BV Resort.” sapa wanita muda itu dengan ramah setelah Alex mengecek namanya adalah Kadek.“Siang.” Balas Alex dengan ramah dengan bahasa ibunya. Sudah biasa orang Indonesia melihatnya sebagai bule tulen.Kadek semakin tersenyum berseri-seri. “Adha yang bisha saya banthu?” tanya Kadek dengan logat khas Bali-nya.“Saya Alexandra Winston. Suami saya, James Winston menginap disini. Saya baru bisa menyusulnya hari ini, tapi suami saya malah mematikan hpnya. Bena
Alex sudah sampai di Lulworth Cove dan melihat pemandangan teluk berbentuk dome yang tidak tertutup itu sangat indah dengan awan kelabu dan salju-salju yang menutupi teluk cantik itu. Pasti di musim panas, tempat ini pasti akan lebih menakjubkan.Ibu James tidak membalas teleponnya, atau lebih tepatnya nada deringnya yang tak pernah tersambung. Oleh karena itu, ia menelpon Stefan. Alex baru ingat juga menyimpan nomor telepon sahabat James itu. Stefan yang kaget-kaget dengan aksen lucu nya yang kadang membuat Alex tertawa, memberitahu bahwa James terakhir kali memberinya kabar jika dia sedang ada di rumah orang tuanya di Dorset.Saar itu Stefan berkata, “Aku percaya kau mempunyai alasan sendiri mengapa kau memutuskannya. Jadi, aku akan memberitahu alamatnya kepadamu. Kalau kau minta pada Juan, kau bakal di maki-maki olehnya. Dia sekarang lagi tahap benci kepadamu, setelah apa yang kau lakukan ke James.” Alex yang mendengar itu terkeke
“Argh shit! Somebody close that bloody window!” teriak Alex kala itu. Ia baru saja bangun dan berpegangan dengan pintu geser kamarnya. Ia mengerjap-ngerjap dan melihat Todd dan Mira sudah berpakaian rapi sedang membuat sarapan atau lebih tepatnya makan siang. Mochi menyalak dan melompat ke arahnya. Alex limbung tapi tetap menangkap anjing kesayangannya itu.“Morning sunshine! Eh salah sudah jam 1 siang deh. Kita tadi sudah mengajak Mochi jalan paginya.” Balas Todd nyengir di area dapurnya.Alex berjalan linglung dan pelan ke arah Mira dan Todd yang sedang di area dapur. Flat nya yang seperti kapal pecah, sekarang sudah bersih lagi.“Thanks.” Ujar Alex dengan singkat. “What happened?” tanya Alex sambil memijat pelipisnya menuju untuk duduk di meja makan. “Urgh, the smell makes me so sick. Aku kembali ke tempat tidur saja.”“Kau lupa? You were
Suasana tempat duduk di Holborn Dining Room itu terlihat tegang. Meja keluarga Walters lengkap dengan ayahnya berbeda sekali dengan meja-meja lain yang ekspresif menyambut The Most Wonderful Time of The Year yang hanya berjarak beberapa jam lagi. Ibunya kemudian memecahkan keheningan itu,“Lex, Ben, kalian tidak menyapa Dad dulu?” tanya Ibunya dengan halus.Alex masih terdiam. Ben sudah mulai membuka suara,“Hi, Dad. Sudah lama tidak video call. Itu ubannya sudah banyak saja ya.” Balas Ben dengan ceria. Ayahnya bisa sedikit bahasa Indonesia. Uban pun termasuk kosa kata yang di ketahui.Alex menatap Ben dengan tajam V-call an, kok lo ga ngasih tau gue? Ben yang tahu dipelotitin oleh Alex.“Apa? Gue pernah kok sesekali video call sama dad.” Balasnya polos. Dasar adiknya pengkhianat! Geram Alex dalam hati.“Ben, kamu masih usil seperti biasa ya.” Willia
Durdle Door terlihat sangat menakjubkan dengan karang batu besar yang melingkar seperti pembukaan di Jurassic Park. Pasir pantai bercampuran dengan tumpukan salju yang terlihat seperti kulit kijang Bongo Afrika. James menyusuri pantai sambil menendang kakinya pelan ke arah pasir dan salju itu. Udara dingin yang menusuk masuk sampai ke tulang tubuhnya. Padahal dia sudah memakai 3 lapisan jaket di badannya. Uap putih dari mulut James saat ia menghebuskan nafasnya. Kedua tangannya sudah ia pakai sarung tangan dan di masukkan ke saku jaketnya. Langit kelabu di campur dengan matahari terbenam ini merupakan salah satu pemandangan kesukaannya di dunia. James tidak pernah bolos dengan terapinya sampai saat ini. Progress-nya semakin membaik semakin hari. Oleh karena itu, ia dapat menikmati pinggiran di pantai seperti ini.Setelah di telepon ayahnya mengenai rumor terkutuk itu, James akhirnya mengatakan singkat jika ia sudah putus oleh Alex, tapi rumor itu hanyalah ru
Taksi telah sampai di stadium lapangan bola yang cukup besar di London. James yang sudah kembali ke London memutuskan untuk kembali mencari Dominic yang masih dalam M.I.A. Alasan James mencari Dominic adalah dia tak tega dengan Madeline yang menangis karena sudah lama tak bertemu dengan pacar brengseknya. Dominic harus diberi pelajaran, batinnya. James sudah di kenal oleh para petugas sekuriti dan membiarkannya ia agar masuk. James melihat sosok yang di cari sedang latihan menembak bola ke gawang. James menyapa pelatih LFC, Dean Aarons.“Hey James. Tumben kau kesini. Dominic sedang tidak ada. Dia lagi off satu bulan ini. Kau tak tahu?” Sapa Dean santai sambil menjabat tangan James singkat.“Hey, Dean. Ya aku tahu. Aku kesini mau ketemu Lucas. Boleh aku bicara dengannya sebentar?” James hanya menganggukan kebohongan pelatih itu.Dean menganggukan kepalanya dan berteriak memanggil Lucas. Lucas Drosselmeyer datang dengan je
Alex sudah lengkap dengan pakaian perangnya yaitu piyama Pooh dengan rambut basah yang di balut handuk ke atas. Wajahnya sudah di balur dengan masker green tea favoritnya. Ia sudah memasak loyang besar tiramisu untuk makan malamnya hari ini. Sudah tiga minggu setelah ia memutuskan James. Setelah James pergi, ia menangis sekeras-sekerasnya. Semua emosi yang ia tahan membendung keluar dan air terjun pun di produksi dari pelupuk matanya. Mochi pun mengaing sedih dan menjilati tangan Alex dan menenangkan dirinya. Alex memeluk Mochi terus-terusan saat ia menangis.Planning Alex setelah itu adalah kerja gila-gilaan sebagai pelampiasannya di siang hari dan menghabiskan malamnya mendekam di rumah menonton film film roman depresi seperti Before We Go, Casablanca, Algiers-nya Hedy Lamarr, Before Sunrise, dan 500 Days of Summer. Tahu persamaan film itu semua? Ya, perpisahan hero dan heroinne tidak ada yang mati karena sakit atau kece
Alex hanya menatap James dengan dingin. Setelah pintu ditutup, James baru membuka suara.“Kau salah paham. Madeline datang kepadaku bertanya dimana keberadaan Dominic. Apapun yang kau lihat tadi hanya aku menghiburnya sebagai teman.” Ujar James masih dengan suara tenang terkendali.Alex masih menatapnya dengan nanar. “Haha, teman wanita yang bertamu jam 11 malam.” Cibir Alex lagi sambil meminum air putih dengan ganas.“Lex, dia pacar sahabatku, tentu saja aku menganggapnya sebagai teman. Kenapa kau tiba-tiba seperti ini?” James kemudian gemas mulai mendekatinya akan tetapi Alex mengangkat satu telunjuk tangannya.“Stay where you are. Aku sedang tak mau dekat-dekat dengamu.” Balas Alex dengan singkat.James kemudian berdiri diam di tempatnya dan meyakinkan Alex lagi, “Lex, dia itu benar-benar hanya teman. Kenapa kau tidak percaya padaku sih?” ujar James dengan gemas.Alex me