"Aku kesini karena ingin bertemu dengan Amberd, mommy-mu."
"Mommy?"
"Iya … sudah lama aku tidak bertemu dengannya Al. Tidak tahu bagaimana kondisi dia sekarang, apa dia baik-baik saja saat ini?"
Allen terdiam, dia semakin curiga dengan maksud kedatangan saudara kembar ayahnya ini.
Apalagi mendengar lelaki itu akan menemui Amberd ibunya, membuat Allen bertanya-tanya dalam hati.
Sejak dia meninggalkan rumah Robert dan berhasil mengumpulkan uang, Allen mengambil ibunya dari rumah sakit jiwa dan mengurusnya sendiri tanpa sepengetahuan lelaki yang duduk di depan dia ini.
Meski wali ibunya saat masuk rumah sakit adalah Robert, namun atas bantuan Liam dan beberapa rekannya. Amberd berhasil dibawa Allen ke tempat yang lebih aman.
Kondisi Amberd saat itu sangat memprihatinkan, dia seakan tidak diurus dengan baik di rumah sakit tersebu
Jangan lupa Vote yah guys š¤ Terima kasih š¹š¹š¹š¹
Rose tiba bersama Allen di ruko toko bunga milik ayahnya Alex. Keadaan disana sangat berantakan, banyak pecahan kaca serta beberapa bunga yang siap dikirim ikut hancur saat pelemparan terjadi.Polisi setempat sementara melakukan olah TKP dan mengambil keterangan dari beberapa saksi, serta mengecek cctv yang ada disekitar toko dan yang ada di dalam toko.Melihat kedatangan Allen Clarck, salah satu orang berpengaruh di kota mereka. Membuat para petugas kepolisian itu bertanya-tanya, ada hubungan apa pemilik toko bunga yang diserang ini dengannya."Apa sudah ada hasil penyelidikannya Sir?" tanya Allen mendekati pemimpin anggota polisi yang bertugas."Masih sedang kami selidiki Tuan, kalau boleh saya tahu … Tuan ada hubungan apa dengan pemilik toko bunga ini?""Anak perempuannya bekerja sebagai sekretaris di perusahaanku," jawab Allen dingin. "Jika kalian membutuhkan ban
"Apa kau sudah menemukan pelakunya Ace?""Sudah Bos, ini…." Ace menyerahkan tablet miliknya ke tangan Allen.Disana sedang berputar sebuah video terjadinya penyerangan di toko bunga Alex tadi siang, dan siapa saja orang-orang itu."Dimana mereka sekarang?""Aku membawanya ke markas Bos.""Bagus, ayo kita kesana sekarang!"Ace pun langsung melajukan mobil milik bosnya Allen, menuju markas Blue Fire.Setelah pulang mengantarkan Rose dan menciumnya tadi, Allen bertemu dengan Ace di depan toko bunga seperti janji mereka tadi.Ace memang ditugaskan Allen untuk mencari informasi tentang kejadian hari ini, yang membuat toko bunga Alex rugi mencapai ribuan dollar."Cari beberapa tukang untuk memperbaiki toko itu Ace, dan singkirkan anggota kita yang aku tugaskan untuk berjaga di s
Bunyi dering ponsel di atas meja dapur menghentikan kegiatan Juliet yang tengah memasak untuk dirinya sendiri.Meski terbiasa hidup mewah dan dimanjakan oleh Allen, tidak membuat hobi memasak Juliet hilang. Sesekali dia memasak untuk memuaskan hobinya, seperti petang ini.Ada apa laki-laki ini menghubungiku? Apa mereka sudah ketahuan? Tapi kata orang suruhan ku mereka sudah berangkat tadi sore.Juliet ragu untuk mengangkat panggilan telepon dari asisten kepercayaan Allen, tidak biasanya Ace akan menghubungi dia seperti sekarang.Setelah dua kali Ace meneleponnya, Juliet pun memberanikan diri untuk mengangkat panggilan tersebut."Halo?""Kenapa lama sekali diangkatnya? Apa kau sedang sibuk sekali sampai aku harus menghubungimu selama beberapa kali, hah?!" sentak Ace di ujung sana.Juliet hanya bisa berdecak dalam hati merasa kesal de
Keesokkan harinya, Juliet bangun dalam keadaan tubuh masih terikat di kursi dengan keadaan yang mengenaskan.Wajahnya melepuh dan mulai bengkak, dengan kepala tanpa sehelai rambutpun. Matanya langsung terpaku menatap pantulan dirinya di depan cermin."Bagaimana pagimu, jalang?!"Ace duduk di kursi sofa, tidak jauh dari Juliet berada."Kau? Kau masih disini? Lepaskan aku!""Hei … suaramu membuat kepalaku sakit bodoh! Memohon lah dengan baik jika mau ku lepaskan.""Brengsek! Kau dan bosmu sama saja, tidak punya hati dan kejam!" sergah Juliet menatap tajam asisten Allen itu."Lalu kenapa kalau kami sama? Bukankah kau juga menikmati hasilnya selama ini? Kau bahkan hidup mewah dan berkelimpahan disini, tapi kau malah begitu bodoh mau mencari masalah dengan bos. Jadi, terima saja nasibmu kini!"
"Terima kasih sudah membantu toko kecil kami, Nak Allen. Bantuanmu bahkan sudah cukup banyak bagi kami….""Tidak masalah Tuan, aku senang jika bantuan kecilku bisa membantu Tuan dan para pegawai yang ada disini," sahut Allen merendah.Toko bunga Alex White, resmi kembali beroperasi hari ini setelah tiga hari tutup karena kasus pelemparan yang dilakukan Juliet tempo hari.Bahkan renovasi yang dilakukan Allen untuk toko ini terbilang cukup mewah. Ada beberapa furniture baru yang dibeli dan ditambahkan Allen untuk toko bunga milik Alex, ayah Rose.Lelaki paruh baya itu memutuskan memanggil Allen dengan sebutan Nak, agar mereka bisa lebih dekat lagi. Setelah bantuan yang diterimanya."Mari Nak Allen, kita makan siang dulu. Rose tadi pagi-pagi sekali sudah bangun dan menyiapkan makanan untuk kita, bersama pegawai yang lain," ajak Alex menuju ruang istirahat dalam toko.
"Selamat datang kembali Dokter Liam…," sapa Ace setengah meledek. "Bagaimana Afrika? Menyenangkan bukan?"Hari ini Liam kembali ke Miami, Florida setelah sebulan lamanya diperintahkan Allen ke benua kulit hitam itu.Wajahnya tampak tidak terurus dengan lingkaran hitam menghiasi bawah matanya."Berhenti meledekku! Mau apa kau kesini? Aku bahkan baru tiba dan kau langsung menggangguku di apartemenku!""Jangan marah … aku hanya ingin menjengukmu saja kau tahu!""Jangan bohong, ada apa? Cepat katakan apa yang kau inginkan. Kau bukan tipe orang yang suka membuang-buang waktu di rumah orang!"Ace tersenyum smirk dan duduk melipatkan kakinya di atas kaki yang lain."Aku ingin meminta bantuanmu.""Bantuan?" Ace mengangguk. "Seorang asisten handal kepercayaan bos Allen, datang
"Apa yang terjadi padanya?"Liam begitu terkejut saat membuka pintu mobil van yang membawa Sonya dan Ace. Lelaki yang dikenal dingin dan tidak mau kalah itu, terkapar di lantai dengan keadaan pingsan."Urus saja temanmu itu! Aku tidak punya waktu untuk menjelaskannya padamu!" sahut Sonya turun dari mobil. "Oh ya, aku mau pulang. Apa kau punya motor? Aku ingin meminjamnya," sambungnya menatap ke sekeliling mereka.Ternyata Ace membawanya ke sebuah gedung, yang mungkin adalah apartemennya atau bisa saja apartemen lelaki yang berdiri di depannya ini."Aku tidak punya motor, tapi kau bisa membawa mobil Ace pulang. Apa dia tidak apa-apa?" tanyanya menunjuk asisten kepercayaan Allen Clarck."Sudah aku katakan kalau dia hanya pingsan, aku tidak mungkin membunuh orang. Mana kunci mobilnya," pinta Sonya mengulurkan tangan kanan ke arah Liam.Dokter yang seumuran
"Ada apa kau memanggilku kemari Al?""Duduklah…." pinta Allen menunjuk sofa disampingnya. "Lihat ini," sambungnya memberikan sebuah kertas di tangan Rose."Apa ini?""Brosur untuk sebuah cluster baru.""Untuk apa kau memberikan ini padaku?""Kau bisa tinggal disana bersama daddy-mu. Tempatnya jauh lebih dekat dengan toko kalian, dan lebih aman."Rose mengernyit. "Aku tidak pernah memintamu untuk mencarikan kami sebuah cluster.""Memang, tapi aku ingin memberikannya untukmu. Anggap saja sebagai bonus karena kau sudah bekerja dengan baik selama ini padaku," sahut Allen tersenyum hangat."Tidak, aku tidak bisa menerimanya Al. Bahkan aku belum membalas bantuanmu di toko kami kemarin. Maaf, tapi aku tidak bisa…," tolak Rose tidak enak."Kau tahu, kan kalau aku tidak menerima p
Akhirnya hari ini datang jugaAuthor rada² gak rela mau tamatin cerita ini, tapi setiap pertemuan pasti ada perpisahan...Author mau ngucapin terima kasih untuk semua pembaca setia Boss Mafia, I Love You yang selalu setia menanti up setiap hari...Juga untuk semua yang sudah mendukung cerita ini sampai tamat…Untuk sahabat sesama penulis Buenda Vania yang selalu setia author curhatin setiap saat,,Untuk teman-teman yang tergabung dalam Group Author Halu dan Group Author Bahagia…Terima kasih untuk setiap canda tawa selama ini,, sharing tentang segala macam hal dari yang serius sampe yang nggak penting…At least untuk suami dan anak tercinta yang selalu sabar dan mendukung hobi istri dan bundanya…I love you more ā¤ļøBy the way untuk karya kedua author sudah terbit yah guysJudulnya
"Kau mau ke mana lagi, Al?" rengek Rose memeluk suaminya posesif."Aku mau ke kamar mandi sebentar Baby, perutku sakit…," keluh Allen."Tidak boleh, kau harus tetap di sini bersamaku!""Astaga … lalu aku harus buang air disini Rose?" Wanita itu mengangguk dengan puppy eyes-nya.Semenjak hamil, Rose semakin bersikap manja padanya. Allen tidak diizinkan oleh wanita itu sedikit pun menjauh darinya.Bahkan untuk ke kamar mandi saja, Rose akan mengikuti pria berjambang itu ke dalam seperti saat ini. Rose sedang duduk di dekat dia yang sedang berkonsentrasi mengeluarkan tahap akhir isi dalam perutnya."Kau tidak jijik setiap hari menemaniku begini Rose?""Tidak.""Tapi aku yang malah jijik dengan diriku sendiri melihat kau begitu betah disini Baby…."Ro
Dua bulan setelah bulan madu di atas kapal itu, Rose keluar dari kamar mandi dengan wajah yang pucat.Sudah seharian ini wanita berambut panjang itu muntah-muntah di dalam sana. Allen sampai khawatir melihat keadaan istrinya."Kita ke rumah sakit saja Baby…." Rose menggeleng bersandar di dada bidang Allen yang memeluknya."Tapi aku khawatir melihat kau muntah-muntah begini sejak pagi Baby. Aku tidak tenang meninggalkanmu sendiri di mansion""Aku tidak apa-apa, Al. Kau pergilah bekerja, mungkin aku hanya salah makan saja kemarin."Allen berdecak, mulai jengkel dengan Rose yang tidak mau mendengarkan perkataannya. Pria itu kelimpungan sendiri mengurus wanitanya karena Amberd sedang berlibur ke luar negeri.Mau menghubungi Alex pun, pria itu tidak ada di Miami sekarang. Dia memilih kembali ke Mexico membuka usahanya di sana sembari menemani Eduardo
"Kapal pesiar?""Iya, kita akan berlayar selama seminggu penuh di atas laut."Allen mengajak Rose naik ke atas kapal pesiar berukuran cukup besar yang belum lama dia beli.Pria itu sengaja membelinya untuk hadiah pernikahan dia untuk Rose. Bahkan pada kapal badan tertulis inisial nama keduanya dan tanggal pernikahan mereka.Allen benar-benar memastikan hadiah ini akan menjadi kenangan untuk mereka berdua, sekaligus sebagai tempat bulan madu mereka setelah resmi menjadi suami istri."Ini sangat indah, Al…." Rose berdiri pada dek kapal, menatap hamparan laut luas di depan mereka. Kapal itu mulai bergerak saat keduanya naik ke atas sana."Kau suka?""Sangat, aku sangat menyukainya…," sahut Rose terkagum-kagum."Aku senang jika kau menyukainya Baby." Allen memeluk wanitanya dari belak
Tanggal sebelas di bulan sebelas adalah tanggal terindah untuk Allen dan Rose. Pasangan itu memantapkan hati untuk saling mengikat janji suci di depan pendeta.Rose berjalan mendekati Allen yang tengah menunggunya di depan altar, dengan mata yang berkaca-kaca.Wanita itu berjalan pelan ditemani Alex di sampingnya dengan mata yang sembab. Pria paruh baya itu tidak menyangka anak yang selama ini dia jaga dan dia rawat, kini akan menikah dengan seorang pria pilihannya.Teringat bagaimana Alex memberi pesan-pesan untuk Rose tadi saat mereka masih di ruang ganti pengantin."Hiduplah dengan bahagia, Nak. Daddy akan selalu mendoakan yang terbaik untuk kau dan keluargamu. Mommy-mu pasti ikut bahagia melihat kau akan menikah hari ini."Rose tersenyum menggenggam tangan ayahnya. "Terima kasih, Dad. Terima kasih karena sudah menjaga aku sampai sekarang. Terima kasih juga karena tidak
"Kau senang?"Rose mengangguk penuh semangat. "Tentu saja, Al. Malam ini adalah salah satu malam terindah di hidupku.""Memangnya malam selain ini apalagi?" tanya Allen penasaran."Kau mau tahu?" Allen mengangguk."Malam di mana aku sadar aku sudah mencintaimu, Al." sahut Rose mengingat malam panjang mereka berdua."Benarkah? Boleh aku tahu kapan tepatnya itu?" Rose tertawa geli, malu untuk memberitahukannya pada Allen."Kenapa tertawa? Jangan membuatku penasaran Baby…." keluh Allen memeluk posesif wanitanya dari belakang."Aku malu memberitahukannya padamu.""Kenapa malu? Aku bukan orang lain Baby, aku calon suamimu sekarang!"Rose tersenyum dengan wajah memerah. Mendengar Allen berkata calon suami makin membuat hatinya berdebar tidak karuan. Rose merasa seper
"Cepatlah Rose, kita sudah terlambat!""Berisik!" sahut Rose keluar dari dalam kamar mereka.Wanita itu memakai gaun peach sampai ke mata kakinya dengan dada yang menyembul sempurna, dan punggung yang terbuka sampai ke batas bokong. Rambutnya diikat ke atas, memperlihatkan leher Rose yang jenjang.Allen mendekati wanitanya terpesona. "Kau memang selalu cantik dan menawan Baby…," puji pria itu merangkul pinggang Rose.Wanita bermanik mata biru itu hanya mencebik, menepis rangkulan Allen padanya. Rose masih kesal dengan pria berjambang itu, dia menganggap Allen tidak pernah peka dengan perdebatan mereka semalam.Meski terkesan seperti anak kecil, tapi Rose kesal saja Allen bertingkah seperti pria polos yang tidak mengerti apa-apa.Mereka pun naik ke mobil diantarkan salah satu anggota Blue Fire menuju venue tempat pernikahan Ace dan Sonya diadakan.
"Daddyā¦." panggil Rose mendekati Alex. "Kemarilah, duduk disini dengan Daddy." Pria paruh baya itu menepuk kursi bangku disampingnya. ""Kau sedang apa sendirian disini, Dad?" tanya Rose ikut duduk bersama ayahnya. "Menikmati pemandangan sore hari Rose. Biasanya Daddy dan mommy selalu duduk disini setiap jam begini." Rose mengernyit tidak mengerti. "Disini?" "Iya, Nak. Rumah kakekmu ini dulunya adalah tempat tinggal pertama kami setelah menikah," terang Alex mengingat kenangannya bersama ibu Rose. "Benarkah? Kenapa Daddy tidak pernah mengatakannya padaku kalau kita punya rumah lain lagi, selain rumah kita yang dulu?" tanya Rose tidak percaya. "Itu karena rumah ini terpaksa Daddy jual untuk biaya persalinan ibumu, Nak. Kami sangat susah dulu, bahkan untuk membelikan ibumu makanan yang dia suka saja Daddy tida
"Kau disini Ace?" Sonya kaget mendapati pria itu sudah lebih dulu berada di rumah orang tuanya.Wanita berlesung pipit itu dijemput oleh anggota Blue Fire di hotel sebelumnya atas perintah Ace."Duduk, Sonya!" perintah ibunya menatap tajam anak perempuan mereka."I-iya, Mom." Takut-takut wanita itu duduk di samping Ace yang tersenyum tenang menatapnya."Apa benar pria ini adalah calon suamimu?" tanya ibu Sonya tanpa basa basi.Sonya tertunduk tidak berani menatap kedua orang tuanya. "Iya, Mom … Dad.""Lalu benar kalau dia sudah menghamilimu?" tanya wanita paruh baya itu lagi.Sonya mengangguk, tidak berani bersuara. Ace tengah menggenggam tangannya dengan hangat, seakan memberikan ketenangan di hati wanitanya.Dua pasangan suami istri itu saling menatap satu sama lain, dan kompak menghembuskan nafas panja