Beberapa hari terakhir, hawa musim panas mulai mereda, pagi dan sore terasa agak sejuk.Cuaca seperti ini ramah bagi orang tua.Beberapa waktu yang lalu, Roland, terpengaruh oleh panasnya musim, membuat pola makan dan waktu istirahatnya terganggu. Saat ini, dia bersandar di kursi goyang, perlahan menggoyang kursinya sambil terlelap.Jannice, yang sedari tadi duduk di karpet di dekat kakinya, dengan tenang bermain dengan mainannya.Zenith mendekat, menggendong Jannice. Sementara Kayshila mengambil selimut tempat tidur untuk menutupi sang kakek.Namun, gerakan kecil itu justru membuat Roland terbangun.Melihat Kayshila, dia agak bingung. "Adriena?""..." Kayshila sedikit terpana, "Kakek, ini aku, Kayshila.""Oh."Roland mengangguk-angguk, perlahan kembali sadar."Ya, kamu Kayshila, Adriena sudah meninggal bertahun-tahun lalu. Orang tua itu memang begitu, ingatan semakin menurun, tapi hal-hal di masa lalu justru makin jelas teringat."Mendengar nama ibunya disebut, Kayshila kin
Metode terbaik, tentu saja adalah operasi."Baik."Zenith mengangguk, dalam hatinya dia tahu, penyakit kakeknya kemungkinan besar dipicu oleh sekeluarga Gordon!Kayshila tidak tahu apa yang sedang dipikirkan Zenith, dia berkata, "Kakek sangat menyayangi Jannice, biarkan Jannice lebih banyak menemani dia.""Kayshila." Hati Zenith bergetar, dia menggenggam tangan Kayshila dengan erat, "Terima kasih."Sama-sama, ini sudah seharusnya.Kayshila berkata dalam hati, tanpa mengucapkannya.Dia tidak bisa membiarkan mereka berdua, ayah dan anak saling mengakui hubungan darah mereka. Yang bisa dia lakukan, hanya sebatas ini.Zenith terus menggenggam tangannya, menundukkan kepala, dan meletakkan dahinya di dahi Kayshila. Dia tahu, Kayshila berbuat begitu karena kebaikan hatinya, bukan karena dirinya.Tapi, apakah pada akhirnya, dia akan tetap berada di sisinya karena kebaikannya?…Pada malam pertama Roland dirawat di rumah sakit, Zenith tidak pergi.Keesokan paginya, dia langsung pe
Dulu, Gordon dan Monica adalah pasangan yang serasi, bak dewa dan dewi.Di awal pernikahan mereka, hubungan mereka sangat baik dan penuh kasih sayang.Namun, kebahagiaan itu tidak bertahan lama.Adik perempuan Monica, Morica, ditinggalkan oleh pacarnya. Hal ini membuatnya sangat terpukul, bahkan beberapa kali mencoba mengakhiri hidupnya.Monica yang khawatir dengan keadaan adiknya, memutuskan untuk membawanya tinggal bersama di rumah Keluarga Edsel, merawatnya dengan penuh perhatian.Dia sangat menyayangi adiknya, memberikan segala perhatian dan kasih sayang.Namun, siapa yang sangka, Morica justru membalas kebaikan kakaknya dengan pengkhianatan.Dalam kekosongan hatinya, dia menggoda kakak iparnya, Gordon!Gordon pun tidak mampu menahan godaan, dan akhirnya mereka terjerumus ke dalam perbuatan yang terlarang.Semua ini terjadi tanpa sepengetahuan Monica.Dia sibuk mengurus Keluarga Edsel, menghadiri berbagai acara sosial bersama ibu-ibu sosialita.Kesibukannya membuatnya tida
Hal yang paling ironis adalah, saat mereka berselingkuh, dia justru yang membantu mereka membesarkan anak!“Mama.”“Mama!”Tiba-tiba terjadi perubahan besar, Jeromi dan Zenith sama sekali tidak tahu apa yang sedang terjadi, namun keduanya secara bersamaan memilih untuk tetap berada di sisi Mama mereka.Hingga akhirnya, Jeromi terpaksa pergi.Roland pernah memberi kesempatan kepada Gordon.“Aku memberimu dua pilihan. Pertama, kirim Morica ke luar negeri dan jangan pernah biarkan dia kembali! Kamu dan Monica bisa hidup tenang.”Namun, pilihan ini sebenarnya tidak diinginkan oleh Monica.Baginya, suami seperti itu tidak lagi pantas untuk dipertahankan.“Kedua, kamu pergi bersama Morica pergi! Ingat, setelah kamu keluar dari pintu rumah Keluarga Edsel, kamu bukan anakku lagi. Jangan pernah kembali lagi. Aku akan mengumumkan kepada semua orang bahwa kamu sudah mati. Dan lagi …” Roland menyipitkan matanya dan melirik Monica, lalu berkata dengan tegas.“Penerus utama Keluarga Edsel
“!” Zenith langsung tegang, seolah ingin segera membuang bajingan tak tahu malu ini!Mengasihani adik ipar yang mencuri suami kakaknya? Masih punya muka untuk bicara seperti itu!Ronald melirik cucunya dan menggeleng ringan, memberi isyarat agar tidak gegabah. Zenith menggertakkan gigi, menahan diri untuk mundur.“Huh.”Ronald menghela napas panjang, “Lemah itu kadang baik, orang lemah bisa hidup panjang umur. Monica itu terlalu kuat, makanya umurnya pendek."Ucapan yang jelas-jelas menyindir itu membuat tubuh Gordon menegang.“Ayah, aku … juga tidak menyangka.”Siapa yang mengira, Morica yang dulu tampak lemah kini masih hidup dengan baik, sedangkan Monica yang terlihat kuat malah lebih dulu meninggal?Meskipun ia menyesal sekarang, juga sudah terlambat. Mendengar nama mendiang ibunya disebut, Zenith membelakangi mereka, dia takut jika terus memandang Gordon, dirinya tak bisa mengendalikan dirinya!Ronald menunjuk Zenith. Kepada Gordon, dia berkata, “Ibunya, aku yang memi
Mereka akan pergi berkencan sendiri? Kayshila tertegun sejenak, kenapa?Tidak ada jawaban langsung, suara Zenith terdengar lebih serius, "Kamu tidak mau?"Kayshila ragu sesaat sebelum akhirnya berkata, "Bukan begitu ... Baiklah, kalau begitu. Tapi jadwal operasiku belum pasti, nanti aku kabari lagi, ya?""Oke, baik." Setelah menutup telepon, Zenith memandangi layar ponselnya. Selama bertahun-tahun, foto layar kuncinya terus berganti, tetapi apa pun gambarnya, tokoh utamanya selalu Kayshila. Kecuali dalam tiga tahun terakhir.Selama tiga tahun itu, layar kuncinya hanyalah gambar latar hitam kosong, mencerminkan kehidupan yang dia jalani, sepi dan tak bernyawa.Jari-jarinya perlahan menyentuh foto Kayshila di layar, lalu ia tertawa kecil, “Sampai jumpa malam ini.”Tidak peduli seberapa sulit hidup ini, selama dia punya Kayshila, semuanya baik-baik saja....Operasi hari ini ternyata selesai lebih awal dari yang diperkirakan. Melihat jam di tangan, Kayshila berpikir, Zeni
Ternyata, ditinggalkan adalah perasaan seperti ini.Hari ini, Zenith merasakannya.Sementara dulu, Kayshila sudah merasakannya berkali-kali. Baru sekali ini saja, Zenith sudah begitu terpukul, apalagi Kayshila yang mengalaminya berulang kali?Zenith menutup matanya, entah berapa kali ia telah membuatnya merasa seperti itu....Di rumah Keluarga Nadif.Dokter tiba setelah mendengarkan penjelasan dari Kayshila, lalu memeriksa kondisi Cedric. Akhirnya, berdasarkan hasil pemeriksaan, dokter menyesuaikan dosis obatnya.Setelah semua selesai, waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam.Kayshila melirik ponselnya, pesan yang dia kirimkan ke Zenith belum juga mendapatkan balasan.Apa dia masih menunggu?"Kayshila." Jolyn memanggilnya, "Kamu pasti lapar setelah sibuk seharian, ayo, makan dulu.""Tidak perlu." Kayshila buru-buru menggeleng dan berbohong, "Tadi ada pesan dari rekan kerja, katanya ada masalah di rumah sakit yang harus segera aku urus, aku harus pergi sekarang.""Oh,
Kayshila mengulang, "Benar-benar, maaf."Karena sikap Kayshila yang sangat serius, Zenith merasa gelisah, lalu tertawa dan menggelengkan kepala, "Sudahlah, cuma terlambat sedikit saja kan? Aku seorang pria dewasa, tunggu sebentar memang kenapa? Tidak perlu seperti ini.""..."Kayshila terdiam sejenak dan tidak berkata apa-apa lagi. Apa yang dia rasa bersalah bukan hanya karena malam ini ..."Yuk makan."Karena Zenith sudah minum alkohol dan kaki Kayshila belum sepenuhnya pulih, mereka memanggil sopir untuk mengantar pulang.Begitu masuk mobil, Zenith bersandar ke bahu Kayshila.Sebelum Kayshila mendorongnya, Zenith mengambil inisiatif, "Biarkan aku bersandar sebentar, kepalaku sedikit pusing.""Pusing?" Kayshila terkejut, "Apa karena alkohol? Bukankah kamu bilang hanya minum sedikit?""Iya." jawab Zenith dengan mata terpejam, "Mungkin karena sudah lama tidak minum, tubuhku tidak terbiasa."Baiklah, biarkan saja dia bersandar."Kayshila."Zenith yang nyaman bersandar di bah
Setelah keluar dari rumah sakit, sikap Zenith terhadap Kayshila jadi jauh lebih hati-hati.Awalnya hari ini dia berniat pergi ke kantor, tapi sekarang malah tidak ingin pergi sama sekali."Kayshila, hari ini kamu mau ngapain? Aku temani semuanya, boleh ya?""Boleh." Kayshila paham maksudnya dan tidak menolak.Keduanya berjalan melewati lobi poliklinik, menuju ke luar.Tiba-tiba, Kayshila berhenti melangkah, pandangannya terpaku pada satu arah."Kayshila?" Zenith mengira dia merasa tidak enak badan, "Kenapa?""Oh …" Kayshila melirik padanya, "Lihat seseorang yang aku kenal. Kamu juga kenal.""Oh ya?"Zenith mengikuti arah pandangannya. Di loket pendaftaran mandiri, yang paling akhir dalam antrean adalah seorang perempuan."Siapa?" Zenith menyipitkan mata, berusaha mengingat."Hmm?" Kayshila menatapnya sambil tertawa, "Nggak ingat? Aktingnya sih meyakinkan.""Bukan begitu … aku beneran nggak inget. Siapa sih?""Udah deh, cukup ya."Kayshila melotot manja, "Orang itu pernah ada hubungan s
Dua bulan kemudian.Pagi-pagi sekali, Zenith sudah bangun.Dengan langkah ringan dan hati-hati, ia turun ke bawah, masuk ke ruang makan, dan mulai menyiapkan sarapan untuk Kayshila.Sejak sebulan yang lalu, Kayshila mulai mengalami gejala mual karena kehamilan.Apa pun yang dimakan pasti dimuntahkan, bahkan kadang-kadang hanya minum air pun bisa membuatnya mual.Nafsu makannya menurun drastis. Setiap kali ditanya, jawabannya selalu, “nggak lapar”.Padahal di rumah ada chef masakan barat dan Indo, ditambah lagi ada Bibi Maya yang ahli masak.Kalau saja dia sedikit saja bilang ingin makan sesuatu, langsung bisa disajikan di depan matanya.Tapi mulutnya sangat pilih-pilih dan hanya mau makan masakan buatan Zenith.Jadinya, setiap kali ada waktu, Zenith pasti turun tangan sendiri.Apalagi soal sarapan, sudah pasti jadi tanggung jawab dia sepenuhnya.Di dapur, Bibi Maya melihat dia masuk, langsung menyapa sambil tersenyum, "Tuan Muda Zenith sudah bangun? Semua bahan sudah saya siapkan.""Ya
Perjalanan ke Toronto kali ini benar-benar penuh dengan kebahagiaan. …Delapan bulan kemudian, Jeanet melahirkan seorang bayi laki-laki di Rumah Sakit Santa.Bayi besar dengan berat 3,9 kg.Cucu pertama di Keluarga Gaby, dan cucu bungsu di Keluarga Wint. Sejak lahir, ia sudah bagaikan terlahir dengan sendok emas di mulutnya.Karena kondisi tubuhnya, Jeanet tidak memilih melahirkan secara normal, melainkan melalui operasi caesar.Farnley ikut masuk ke ruang operasi. Awalnya dia menunggu di ruang persiapan, lalu setelah bayinya lahir, barulah ia masuk ke ruang operasi.Ia mengganti pakaian isolasi, mengenakan sarung tangan, lalu menerima gunting dari dokter untuk memotong tali pusar yang menghubungkan anak dan ibunya.Setelah itu, ia menggendong bayinya dan menghampiri Jeanet, memeluk ibu dan anak sekaligus."Jeanet, kamu sudah sangat berjuang."Jeanet tersenyum, "Hmm."Begitu keluar dari ruang operasi, Jeanet dipindahkan ke kamar rawat. Farnley menjaganya sepanjang malam tanpa beranjak
"Apa maksudnya?" Jeanet sempat tertegun.Adriena cemas, "Aku tanya, kamu jawab saja!""Sepertinya ... bulan lalu?" Jeanet mencoba menghitung."Aduh!" Adriena tertawa sambil menangis, "Anak ini! Hubungan kalian begini, sudah sekian lama nggak haid, kamu nggak ada rasa curiga sedikit pun?""Aku ..." Jeanet menggeleng polos, "Sejak sembuh dari sakit, datang bulanku memang nggak teratur.""Tapi nggak sampai se-nggak teratur ini juga!"Adriena melirik Farnley, "Kamu percaya nggak, dia muntah-muntah kayak gitu gara-gara kamu!""Hah?" Jeanet kaget, "Masa sih?""Kenapa nggak?"Adriena tertawa geli, "Kalian anak muda memang kurang pengalaman! Kalau pasangan itu hubungannya dekat banget, ceweknya hamil, cowoknya bisa ikut-ikutan muntah!"Sambil mendorong mereka, dia berkata, "Masih bengong aja? Cepat ke rumah sakit, periksa dulu!""Oh ..."Begitu sampai rumah sakit dan hasilnya keluar, semua pun terdiam."Apa aku bilang?" Adriena membaca laporan medis sambil tersenyum lebar, "Benar kan, kamu ham
Azka yang bertubuh tinggi dengan mudah mengangkat Jannice di atas bahunya, ke mana pun pergi, Jannice tak perlu berjalan sedikit pun.Jannice pun girang dan berteriak, "Aku milik tempat ini! Tempat ini bagaikan surga!"Ucapan itu terdengar oleh para orang dewasa, membuat mereka tak bisa menahan tawa.Seiring berjalannya waktu, para tamu pun datang satu per satu.Pernikahan pun tiba sesuai jadwal.Di taman tua yang klasik, hamparan karpet merah digelar. Azka kembali menggendong Kayshila, mengantarnya menuju pernikahan.Ia menyerahkan sang kakak kepada Zenith, "Kakak ipar, kakakku kuserahkan padamu."Pemuda itu kini berbicara jauh lebih lancar daripada dulu."Tenang saja." Zenith menerima mempelainya, di belakangnya ada Jannice dan Kevin sebagai flower boy dan flower girl, menaburkan kelopak bunga ke udara.Saat sesi lempar bunga, dengan teriakan Kayshila, "Aku lempar ya! Satu, dua, tiga!"Dia melemparkan buket bunga ke belakang.Buket itu terbang di udara, dan di tengah riuh para tamu,
Awalnya, niat Kayshila adalah untuk tidak menggelar pernikahan lagi.Namun, saat urusan ini jatuh ke tangan Adriena, ditambah lagi dengan Ron, pasangan suami istri ini memang merasa sangat bersalah kepada putri mereka. Dengan adanya kesempatan seperti ini, bagaimana mungkin mereka tidak memanfaatkannya sebaik mungkin?Dan juga, Ron dan Calista telah resmi bercerai setengah tahun lalu, dan keesokan harinya, Ron langsung mendaftarkan pernikahan dengan Adriena, menjadikan mereka pasangan sah secara hukum.Pertikaian yang telah berlangsung selama lebih dari dua puluh tahun itu akhirnya mencapai sebuah akhir.Setidaknya, bagi mereka, ini adalah akhir yang baik.Pernikahan mereka digelar dengan sangat megah. Para tokoh kalangan elite dari seluruh Kanada yang bisa hadir, datang semua.Ron akhirnya bisa menegakkan kepala, menikahi perempuan yang telah dicintainya sejak muda, dan kini akhirnya ia bisa berdiri di sisinya secara sah.Dalam pernikahan itu, Kayshila dan Zenith mengambil cuti dan da
"Baik, aku mengerti."Setelah menutup telepon, Kayshila berdiri di hadapan Zenith. Mata Zenith sedikit memerah, suaranya tenang namun terdengar datar."Dia sudah pergi."Kayshila memejamkan mata sejenak, tak mengatakan apa pun. Dia hanya melangkah maju dan memeluknya.Dia bisa merasakan tubuh Zenith sedikit gemetar.Di saat seperti ini, hatinya pasti sangat terluka, ya?Kini, tampak jelas bahwa yang paling patut dibenci adalah Gordon dan Morica. Hidup Jeromi bisa dibilang penuh dengan ketidakberuntungan.Akhir hidupnya yang seperti itu seolah-olah membuat seluruh perjalanan hidupnya di dunia ini menjadi sia-sia.Kayshila menepuk-nepuk punggung Zenith dengan lembut. "Adakan pemakaman yang layak untuknya. Iringi dia ke peristirahatan terakhirnya dengan baik.""Mm." Zenith mengangguk dengan suara serak.Meski berniat menggelar pemakaman yang layak, pada kenyataannya tak banyak orang yang hadir.Selama beberapa tahun terakhir, Jeromi tinggal di Toronto dan tak memiliki banyak teman. Dia me
Jeromi perlahan membuka mulut, menatap langit-langit, "Aku ini hidupnya pendek. Tapi sejujurnya, aku sudah lama merasa cukup dengan hidup ini.""Bagiku, sejak meninggalkan Jakarta, meninggalkan kamu, ibu, dan kakek … setiap hari setelahnya terasa lebih menyiksa daripada mati."Suasana dalam ruangan sunyi senyap.Kayshila diam-diam menggenggam tangan Zenith.Orang bilang, ketika seseorang menjelang ajal, kata-katanya menjadi tulus.Kalau dulu Jeromi mengucapkan kalimat seperti ini, orang mungkin akan curiga, apakah dia hanya sedang berpura-pura.Tapi melihat kondisinya sekarang … apa gunanya berpura-pura lagi?Sudah terlihat jelas, dia benar-benar sedang sangat menderita.Jeromi melanjutkan, "Satu-satunya keinginanku dalam hidup ini adalah kembali ke Jakarta, kembali ke sisi Ibu …"Ia perlahan menoleh ke arah Zenith, "Zenith, kumohon padamu, bawalah aku pulang, bolehkah?"Bibir Zenith menegang, hatinya terasa perih dan sesak.Pria di hadapannya ini dulu adalah saudara kandungnya, tapi j
Mereka tidak perlu mengkhawatirkan apa pun, bahkan untuk mengurus Jannice pun sudah tidak diperlukan lagi.Paman Kevin sangat menyayangi keponakan perempuannya, dan ia sering mengajaknya bermain keliling seluruh area perkebunan.Tahun itu, saat mereka datang, Toronto sedang berada dalam musim dingin. Namun kini, musim semi telah tiba, bunga-bunga bermekaran, taman terlihat sangat indah, sangat cocok untuk anak-anak bermain.Memasuki bulan April, Toronto akan berganti ke musim panas, yang akan berlangsung hingga Oktober. Pada saat itu, perkebunan akan terlihat secantik lukisan cat minyak.Adriena pun mengusulkan, "Kayshila, bagaimana kalau nanti acara reuni kalian diadakan di sini saja?"Semakin dipikir, ia merasa ide itu sangat masuk akal."Tempatnya luas, kalian juga hanya mengundang kerabat dan teman dekat saja, pasti cukup untuk menampung semua. Kota Azka juga dekat dari sini, jadi kalau mau menjemput orang juga mudah. Momen ini langka, kalian kakak-beradik bisa berkumpul kembali."