Share

80. KOMPLOTAN HITAM

Penulis: Allina
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-09 06:36:50

Di dalam ruangan itu, dua orang paruh baya tengah menikmati secangkir kopi di masing-masing tangan mereka.

“Aku sangat kagum dengan kemampuan yang dimiliki oleh perwakilan kampus ini dalam ajang kompetisi retas kemarin. Dia terlihat sangat handal dalam hal sistem canggih.”

Rektor Alex tersenyum puas. Kini dia bisa membanggakan Jurusan Teknik Informatika di hadapan banyak orang setelah sekian lama jurusan itu dipandang rendah. Usai menyesap kopinya dia berkata, “Kali ini aku tidak salah pilih, bukan? Dia memang sangat berbakat.”

Pria paruh baya di depannya menampakkan ekspresi penasaran. Matanya menelisik pada penampilan Rektor Alex yang lebih necis hari ini. “Omong-omong, darimana kamu mengenalnya? Aku rasa dia memenuhi kriteria untuk menjadi salah satu bagian dari perusahaanku.”

Rektor Alex memutar bola matanya, terlihat berpikir mencari jawaban, “Salah satu gurunya di sekolah menengah adalah teman dekatku. Dia merekomendasikannya untuk masuk jalur prestasi, tapi setelah aku meli
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Bos Besar Di Balik Meja Kuliah    81. RANJANG PANAS DENGAN CLAIRE

    Claire belum menjawab, tetapi Reagan sudah berkata lagi. “Bagaimana jika aku bilang, aku baru saja meretas sebuah akun pejabat dan mengambil semua uangnya?” Saat ini Claire tidak bisa mengendalikan lagi ekspresi wajahnya. Sepasang mata indah itu melotot tajam, mulutnya bersungut-sungut mengumpat tingkah Reagan yang terus membuat kekhawatirannya menjadi-jadi. “Kamu berani melakukan itu, huh?” tanyanya.“Kenapa tidak? Aku ‘kan sudah berkata jujur padamu, aku ini peretas handal. Bisa dibilang, selevel dengan SpectraVant, idolamu itu. Bagaimana menurutmu?” “Jangan bercanda, Reagan! Aku bisa saja menuntut cerai ke pengadilan jika kamu berani melakukan kejahatan di dunia siber!” Waw! Ketika mendengar itu, rasanya seluruh bulu roma di tubuh Reagan kompak berdiri. Ancaman yang dilayangkan oleh Claire jauh lebih menakutkan dibanding jika Reagan harus berurusan dengan hukum karena pekerjaannya. Melihat Claire cemberut, Reagan justru semakin ingin menggoda istri kecilnya itu. Kini dia beranj

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-10
  • Bos Besar Di Balik Meja Kuliah   82. PERMAINAN DIMULAI

    Permainan ranjang itu berlangsung hingga malam menyapa. Tidak terhitung sudah berapa kali Reagan membuat Claire menghamba di bawahnya setelah sekian lama adegan panas mereka berlangsung. Saat ini, Claire terbaring lemah di atas ranjang, sedangkan Reagan di sampingnya. Mereka baru saja melakukan pelepasan terakhir dan ambruk bersamaan di atas sprei putih yang koyak karena cakaran kuku Claire. Ini gila! Reagan tidak bisa menyembunyikan rasa bahagia menggelitik dadanya. Senyum di wajahnya tidak lekang oleh pergantian siang ke malam. “Kamu benar-benar membuatku candu, Claire,” bisik Reagan di depan wajah istrinya. Claire hanya tersenyum tipis. Berbagai perasaan hinggap di dadanya namun bibir Claire tidak mampu lagi berucap. Dia sudah sangat lelah, namun dia juga merasakan kelegaan di bawah sana. Reagan menepati janjinya, memberikan Claire kepuasan hingga mereka kelelahan. “Ini pertama kali aku melihat rasa lega di wajahmu. Aku harap, masalah apapun yang membuatmu jengah, enyah sudah.

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-11
  • Bos Besar Di Balik Meja Kuliah   83. PENGUNTIT JEBAKAN

    “Aku menginginkanmu, Reagan. Apa kamu masih ingat? Sebelumnya aku mengajakmu untuk bermalam denganmu. Aku rasa saat ini adalah waktu yang tepat.”Reagan melirik Nayla siap melayangkan amukan. Tetapi, bibir Nayla lebih dulu mendarat di bibirnya. Menciptakan pagutan pelan tetapi menuntut. Akal waras Reagan masih bekerja, sehingga dia mendorong tubuh Claire menjauh. “Ini bukan waktunya, Nayla,” kata Reagan. “Justru ini waktu yang tepat, Reagan. Apa kamu ingin kita bermesraan di hotel saja?” Suara Nayla mendayu-dayu. Reagan tidak ingin menggunakan amarahnya untuk menyakiti wanita. Tetapi, di depannya, Nayla bersikap seperti jalang. “Tolong berhenti bersikap menjijikan seperti ini, Nayla. Aku tidak ingin kamu menyesal setelahnya.” “Menyesal yang bagaimana menurutmu?” Sebelah sudut bibir Nayla naik. “Kalau yang kamu maksud aku akan menyesal jika mengandung benihmu, biar aku beri tahu, aku tidak akan pernah menyesal mengandung anak kita.” Reagan menghela napas berat. Kesabarannya hampir

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-12
  • Bos Besar Di Balik Meja Kuliah    84. FULL AKSES

    Di tengah lalu lalang naratama kantor yang makan di lounge khusus petinggi perusahaan, Erik melirik awas ke sekelilingnya. Dia tahu sebuah resiko besar sedang mengintai. Sedikit saja dia melakukan kesalahan, dia akan berakhir di penjara. “Reagan.. Reagan.. Kenapa kamu memberi aku ujian semacam ini? Sepertinya dia memang berniat membunuhku hidup-hidup.” Tangan Erik diam-diam menyusup ke dalam sebuah Hermes Kelly Bag yang dibiarkan terdampar di kursi sebelahnya. Si pemilik, beberapa saat lalu baru saja pamit ke toilet. Erik mengambil sebuah ponsel dari sana, lalu membubuhkan serbuk khusus di atas layar. Dalam hitungan detik, jejak sidik jari muncul di permukaan layar. Tebal dan tipisnya menentukan berapa kali satu angka sandi ditekan. Sebelumnya, Erik sudah memperhatikan kebiasaan si pemilik ponsel. Beberapa kali terlihat dia memasukkan kata sandi di depan Erik hingga semakin mempermudah dirinya untuk melancarkan aksi. “Surel.. surel.. aku harus menemukanmu segera.” Erik masuk ke

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-13
  • Bos Besar Di Balik Meja Kuliah    85. MENJADI CANGGUNG

    Ekspresi Jonas saat ini sulit untuk digambarkan setelah Reagan membisikkan sebuah permintaan di telinganya. Dia mematung seperti bongkahan es. Tidak berkedip, pun mengatupkan mulutnya yang terbuka lebar. Reagan tersenyum miring, “Aku tahu ini akan sulit bagimu. Tapi, permintaan yang aku ajukan adalah bayaran paling rumah untuk misi ini,” ucap Reagan santai. Dia mengemas barang-barangnya ke dalam tas sambil kembali berkata, “Aku akan memberimu waktu dua hari untuk memutuskan. Jika kamu setuju, kita akan langsung eksekusi misi ini.” Tubuh Reagan kini menjulang tinggi di samping Jonas. Dalam posisi ini, Jonas terlihat seperti seorang kurcaci yang meringkuk penuh penderitaan. Reagan tidak bermaksud menambah beban Jonas, tetapi setiap misi apapun yang Reagan bereskan memiliki resiko yang teramat besar. “Kabari aku apapun keputusanmu. Aku pergi dulu.” Dirasa tidak ada hal penting lainnya yang harus dibahas, Reagan memutuskan pergi dari hadapan Jonas. Membiarkan teman barunya itu memutus

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-14
  • Bos Besar Di Balik Meja Kuliah    86. SERANGAN MEDIA

    Ketika Reagan sampai di unit penthousenya, dia menemukan Claire sudah duduk berhadapan dengan Tuan Delanney. Dua orang itu menoleh bersamaan.“Paman? Sejak kapan Paman sampai di sini?” tanya Reagan, dia mendekat, duduk di sofa tepat di samping Claire.Reagan tidak berharap mendapat sambutan ramah dari sang mertua, dia hanya berusaha menghormati paruh baya itu.Wajah Tuan Delanney tidak ada ramah-ramahnya. Tetapi, dia juga tidak menunjukkan amarah yang intens.“Aku datang kemari butuh penjelasan dari kalian berdua,” ucapnya. “Bagaimana bisa pernikahan kalian sampai tersebar di media?”Saat ini

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-14
  • Bos Besar Di Balik Meja Kuliah   87. MENYUSUN STRATEGI

    Di dalam kamar itu, dua orang pria sedang menatap layar besar di depan mereka dengan serius. Reagan adalah yang paling fokus mengamati setiap detail pergerakan sistem operasi ponsel Pricilla yang diretas.Semua aktivitas benda itu, terpampang di layar. Termasuk percakapan rahasia antara wanita itu dengan Theodore Philips. Sosok yang sudah Reagan selidiki sebelumnya.“Apa kamu yakin Pricilla menjadi bagian dari mereka?” tanya Erik. Instingnya sebagai peretas belum setajam Reagan. Hingga mulutnya tidak berhenti bertanya ini dan itu.“Semua orang yang ada di sekeliling Theodore bisa menjadi orang-orang yang dicurigai terlibat dalam kasus ini. Aku harus mencari tahu motif mereka mempekerjakan kita.”

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-14
  • Bos Besar Di Balik Meja Kuliah    88. RAHASIA JORDAN CONSISTO

    Claire berdiri di lobi dengan wajah tercengang. Sedang Reagan baru saja turun dari mobilnya dengan senyum hangat menyambut Claire. Dia melangkah menghampiri istrinya, meraih tangan mulus itu kemudian mencium punggung tangan Claire. Wanita di depan Reagan kini terperangah tak percaya melihat sepuluh orang pengawal dalam balutan jas serba hitam, kacamata yang dilengkapi kamera pengintai canggih, dan headphone radio yang melingkar di bagian belakang leher mereka, berdiri mengelilingi mobil Reagan. Mata Claire mengerjap, otaknya mendadak buntu. “Kenapa ada banyak sekali pengawal, Reagan?” tanyanya. “Mereka akan menjaga kita dari media, dan orang-orang yang berniat untuk meneror kamu lagi,” jawab Reagan. Senyumnya begitu tenang, tetapi dalam diam Reagan memantau setiap hal yang menyangkut keselamatan Claire. Reagan menarik tubuh Claire, posesif. Matanya awas mengintai. Disaat yang bersamaan, dia melihat satu sosok pria berdiri tak jauh dari area lobi, dengan kamera di tangannya. Papa

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-15

Bab terbaru

  • Bos Besar Di Balik Meja Kuliah    90. BUKTI YANG HILANG

    “Reagan! Kamu mau kemana? Hei!”Setelah Reagan menghilang dari pandangan, hanya ada Erik yang diam mematung di tempatnya sekarang. .Disaat yang sama, pintu ruang VIP terbuka. Theodore dan Pricilla keluar dari sana, dengan gestur yang berbeda. Erik kembali ke mejanya, saat ini posisi duduknya membelakangi dua orang itu. Dari pantulan layar laptop yang gelap, Erik memantau setiap pergerakan Theodore dan Pricilla. “Terima kasih sudah mengundangku, Tuan Theo. Sebuah kehormatan bagiku bisa makan siang denganmu.” Suara Pricilla terdengar. Disusul tawa berwibawa dari Theodore. “Nona Pricilla, jangan sungkan seperti itu. Bagaimanapun kita adalah relasi bisnis. Sudah sepantasnya aku menjamu dengan baik.” Pricilla menyunggingkan senyum tipis. Dari sorot matanya jelas Erik bisa melihat ada ketertarikan yang begitu besar di sana terhadap Theodore. “Selain pembelot, mereka juga pandai berakting,” gerutu Erik di depan layar laptopnya. Dia masih ingat jelas, adegan panas mereka yang desahann

  • Bos Besar Di Balik Meja Kuliah    89. SELIR TURUN RANJANG

    “Ah, Theo… Lebih dalam lagi..”“Kamu sungguh nikmat, Cilla.”Meski tatapan mata Reagan tertuju pada layar laptop milik Erik, diam-diam dia menelan ludah berat.“Apakah kita datang kemari untuk memergoki dua orang yang bersenggama?” cibir Reagan. Akibat mendengar desahan itu, sudah sepuluh menit lamanya tubuh Reagan menegang.“Kamu pikir, ini bagian dari rencanaku, huh?” balas Erik sengit. Dia merasa tersudutkan.“Mana aku tahu kalau dua orang itu memiliki hubungan khusus.”“Aku sudah menyuruhmu un

  • Bos Besar Di Balik Meja Kuliah    88. RAHASIA JORDAN CONSISTO

    Claire berdiri di lobi dengan wajah tercengang. Sedang Reagan baru saja turun dari mobilnya dengan senyum hangat menyambut Claire. Dia melangkah menghampiri istrinya, meraih tangan mulus itu kemudian mencium punggung tangan Claire. Wanita di depan Reagan kini terperangah tak percaya melihat sepuluh orang pengawal dalam balutan jas serba hitam, kacamata yang dilengkapi kamera pengintai canggih, dan headphone radio yang melingkar di bagian belakang leher mereka, berdiri mengelilingi mobil Reagan. Mata Claire mengerjap, otaknya mendadak buntu. “Kenapa ada banyak sekali pengawal, Reagan?” tanyanya. “Mereka akan menjaga kita dari media, dan orang-orang yang berniat untuk meneror kamu lagi,” jawab Reagan. Senyumnya begitu tenang, tetapi dalam diam Reagan memantau setiap hal yang menyangkut keselamatan Claire. Reagan menarik tubuh Claire, posesif. Matanya awas mengintai. Disaat yang bersamaan, dia melihat satu sosok pria berdiri tak jauh dari area lobi, dengan kamera di tangannya. Papa

  • Bos Besar Di Balik Meja Kuliah   87. MENYUSUN STRATEGI

    Di dalam kamar itu, dua orang pria sedang menatap layar besar di depan mereka dengan serius. Reagan adalah yang paling fokus mengamati setiap detail pergerakan sistem operasi ponsel Pricilla yang diretas.Semua aktivitas benda itu, terpampang di layar. Termasuk percakapan rahasia antara wanita itu dengan Theodore Philips. Sosok yang sudah Reagan selidiki sebelumnya.“Apa kamu yakin Pricilla menjadi bagian dari mereka?” tanya Erik. Instingnya sebagai peretas belum setajam Reagan. Hingga mulutnya tidak berhenti bertanya ini dan itu.“Semua orang yang ada di sekeliling Theodore bisa menjadi orang-orang yang dicurigai terlibat dalam kasus ini. Aku harus mencari tahu motif mereka mempekerjakan kita.”

  • Bos Besar Di Balik Meja Kuliah    86. SERANGAN MEDIA

    Ketika Reagan sampai di unit penthousenya, dia menemukan Claire sudah duduk berhadapan dengan Tuan Delanney. Dua orang itu menoleh bersamaan.“Paman? Sejak kapan Paman sampai di sini?” tanya Reagan, dia mendekat, duduk di sofa tepat di samping Claire.Reagan tidak berharap mendapat sambutan ramah dari sang mertua, dia hanya berusaha menghormati paruh baya itu.Wajah Tuan Delanney tidak ada ramah-ramahnya. Tetapi, dia juga tidak menunjukkan amarah yang intens.“Aku datang kemari butuh penjelasan dari kalian berdua,” ucapnya. “Bagaimana bisa pernikahan kalian sampai tersebar di media?”Saat ini

  • Bos Besar Di Balik Meja Kuliah    85. MENJADI CANGGUNG

    Ekspresi Jonas saat ini sulit untuk digambarkan setelah Reagan membisikkan sebuah permintaan di telinganya. Dia mematung seperti bongkahan es. Tidak berkedip, pun mengatupkan mulutnya yang terbuka lebar. Reagan tersenyum miring, “Aku tahu ini akan sulit bagimu. Tapi, permintaan yang aku ajukan adalah bayaran paling rumah untuk misi ini,” ucap Reagan santai. Dia mengemas barang-barangnya ke dalam tas sambil kembali berkata, “Aku akan memberimu waktu dua hari untuk memutuskan. Jika kamu setuju, kita akan langsung eksekusi misi ini.” Tubuh Reagan kini menjulang tinggi di samping Jonas. Dalam posisi ini, Jonas terlihat seperti seorang kurcaci yang meringkuk penuh penderitaan. Reagan tidak bermaksud menambah beban Jonas, tetapi setiap misi apapun yang Reagan bereskan memiliki resiko yang teramat besar. “Kabari aku apapun keputusanmu. Aku pergi dulu.” Dirasa tidak ada hal penting lainnya yang harus dibahas, Reagan memutuskan pergi dari hadapan Jonas. Membiarkan teman barunya itu memutus

  • Bos Besar Di Balik Meja Kuliah    84. FULL AKSES

    Di tengah lalu lalang naratama kantor yang makan di lounge khusus petinggi perusahaan, Erik melirik awas ke sekelilingnya. Dia tahu sebuah resiko besar sedang mengintai. Sedikit saja dia melakukan kesalahan, dia akan berakhir di penjara. “Reagan.. Reagan.. Kenapa kamu memberi aku ujian semacam ini? Sepertinya dia memang berniat membunuhku hidup-hidup.” Tangan Erik diam-diam menyusup ke dalam sebuah Hermes Kelly Bag yang dibiarkan terdampar di kursi sebelahnya. Si pemilik, beberapa saat lalu baru saja pamit ke toilet. Erik mengambil sebuah ponsel dari sana, lalu membubuhkan serbuk khusus di atas layar. Dalam hitungan detik, jejak sidik jari muncul di permukaan layar. Tebal dan tipisnya menentukan berapa kali satu angka sandi ditekan. Sebelumnya, Erik sudah memperhatikan kebiasaan si pemilik ponsel. Beberapa kali terlihat dia memasukkan kata sandi di depan Erik hingga semakin mempermudah dirinya untuk melancarkan aksi. “Surel.. surel.. aku harus menemukanmu segera.” Erik masuk ke

  • Bos Besar Di Balik Meja Kuliah   83. PENGUNTIT JEBAKAN

    “Aku menginginkanmu, Reagan. Apa kamu masih ingat? Sebelumnya aku mengajakmu untuk bermalam denganmu. Aku rasa saat ini adalah waktu yang tepat.”Reagan melirik Nayla siap melayangkan amukan. Tetapi, bibir Nayla lebih dulu mendarat di bibirnya. Menciptakan pagutan pelan tetapi menuntut. Akal waras Reagan masih bekerja, sehingga dia mendorong tubuh Claire menjauh. “Ini bukan waktunya, Nayla,” kata Reagan. “Justru ini waktu yang tepat, Reagan. Apa kamu ingin kita bermesraan di hotel saja?” Suara Nayla mendayu-dayu. Reagan tidak ingin menggunakan amarahnya untuk menyakiti wanita. Tetapi, di depannya, Nayla bersikap seperti jalang. “Tolong berhenti bersikap menjijikan seperti ini, Nayla. Aku tidak ingin kamu menyesal setelahnya.” “Menyesal yang bagaimana menurutmu?” Sebelah sudut bibir Nayla naik. “Kalau yang kamu maksud aku akan menyesal jika mengandung benihmu, biar aku beri tahu, aku tidak akan pernah menyesal mengandung anak kita.” Reagan menghela napas berat. Kesabarannya hampir

  • Bos Besar Di Balik Meja Kuliah   82. PERMAINAN DIMULAI

    Permainan ranjang itu berlangsung hingga malam menyapa. Tidak terhitung sudah berapa kali Reagan membuat Claire menghamba di bawahnya setelah sekian lama adegan panas mereka berlangsung. Saat ini, Claire terbaring lemah di atas ranjang, sedangkan Reagan di sampingnya. Mereka baru saja melakukan pelepasan terakhir dan ambruk bersamaan di atas sprei putih yang koyak karena cakaran kuku Claire. Ini gila! Reagan tidak bisa menyembunyikan rasa bahagia menggelitik dadanya. Senyum di wajahnya tidak lekang oleh pergantian siang ke malam. “Kamu benar-benar membuatku candu, Claire,” bisik Reagan di depan wajah istrinya. Claire hanya tersenyum tipis. Berbagai perasaan hinggap di dadanya namun bibir Claire tidak mampu lagi berucap. Dia sudah sangat lelah, namun dia juga merasakan kelegaan di bawah sana. Reagan menepati janjinya, memberikan Claire kepuasan hingga mereka kelelahan. “Ini pertama kali aku melihat rasa lega di wajahmu. Aku harap, masalah apapun yang membuatmu jengah, enyah sudah.

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status