Home / CEO / Bismillah, Pernikahan Kedua dengan CEO / 11. Resmi Jadi CEO (Hotel Citra Queen)

Share

11. Resmi Jadi CEO (Hotel Citra Queen)

Author: Pena_Ri
last update Huling Na-update: 2024-02-06 18:44:52
Ya. Dika terlalu banyak melamunkan seseorang sampai tak sadar sedari tadi ia dipanggil.

“Kau tegang sekali, acara belum dimulai dan kau bisa katakan apapun yang kamu mau di atas panggung. Kau sudah dewasa, kau pasti bisa,” ucap Deri.

“Jangan melamun seperti itu lagi, ya,” tegur Deri. “Hm,” deham Dika.

Dia menarik minuman di atas meja. Menetralkan keadaan dirinya. Hanya sekedar beberapa tegukan. “Dika izin ke toilet,” ucap Dika. Saat mendengar itu, Sera mendapatkan feeling yang tidak baik. Hanya perasaannya saja, namun dia tidak boleh suudzon.

“Jangan lama, Dika, kau sebentar lagi akan naik panggung,” suruh Deri. Dika mengangguk singkat. Setelahnya ia pergi. “Sera, bagaimana masakan di sini? Suka kan?”

“Iya, Ma, Sera suka, masakan di hotel ini enak dan lezat,” jawab Sera. ‘Ya Allah, apa Mas Dika sungguh pergi ke toilet? Kenapa aku mengkhawatirkan sesuatu?’ tanya Sera dalam hati.

“Sera, apa ada sesuatu?” tanya Rani. “Ah, tidak.”

“Mama lihat kamu melamun barusan.”

“Ck, pasti Sera
Pena_Ri

Alhamdulillah dah resmi jadi CEO! Beri selamat untuk Dika meskipun kalian dongkol karena gak mau dengerin Sera. Sera yang sabar ya... thx dah mampir....

| Like
Locked Chapter
Ituloy basahin ang aklat na ito sa APP

Kaugnay na kabanata

  • Bismillah, Pernikahan Kedua dengan CEO   12. Cucu

    Sera mengaduh sakit karena tangannya ditarik paksa sedari keluar mobil sampai ke dalam rumah. Lagi-lagi saat tidak ada orang tua mereka, Dika selalu saja bertindak semaunya. Meski sudah berteriak meminta tolong untuk dilepaskan, Dika tak menggubris sama sekali ucapannya. Sera terisak. Dia bingung harus berbuat apa. “Aku sudah jujur padamu, Mas. Aku sama sekali tidak bermain dengan pria manapun. Bahkan, aku baru menemui lelaki itu saat tadi.” “Mas, per-caya pa-da—ku…,” Sera ingin meraih tangan Dika, tetapi Dika mengempaskan begitu. “Akh!” pekik Sera kesakitan. Selalu saja alurnya seperti ini. Sera sudah bahagia bisa datang ke hotel tadi. Namun, pulangnya malah mendapatkan masalah. Apa yang dia lakukan selalu saja salah. “Bukankah Mas sendiri yang bilang urus-urusan masing-masing? Kenapa Mas justru marah?” Dika terdiam. Sera menghapus air matanya. Bangkit dan menatap Dika dengan berani. “Aku sudah katakan jujur, tapi Mas tidak pernah mau percaya apa yang aku katakan.” Entah dorongan

    Huling Na-update : 2024-02-07
  • Bismillah, Pernikahan Kedua dengan CEO   13. Selingkuh di Depan Mata

    “Ma, aku dan Sera baru saja menikah. Tapi, Mama sudah meminta cucu,” protes Dika. Pasalnya, Dika sama sekali tidak tertarik menyentuh wanita berhijab itu. “Kami ingin menikmati waktu dulu berdua lebih banyak, ya kan, Sera?” tanya Dika. Sera lantas mengangguk singkat. Sera menunduk. Ingin menangis rasanya lantaran pembahasan ini terlalu sensitif baginya. Sedari awal Dika tidak pernah mencintai dirinya. Apa lagi ingin memiliki anak. Sera merasa permintaan Karina terlalu berat. Bagaimana perihal kemandulannya? Sera semakin ingin mengutuk dan mengurung dirinya. Mungkinkah Karina tidak benar-benar tahu berita perceraiannya karena kemandulannya? Sera jadi terdiam. “Mama lihat kan, Sera jadi murung,” ujar Dika. “Sera, kamu belum siap, Nak?” “Mama salah bicara, ya?” tutur Karina dengan hati-hati. “Oh tidak, Ma,” sahut Sera. “Sera, jika kamu belum siap, Mama tidak akan memaksa. Itu terserah kalian. Karena yang menjalankan pernikahan itu kan kalian,” jawab Karina. “Sayang, Mama tidak bermak

    Huling Na-update : 2024-02-08
  • Bismillah, Pernikahan Kedua dengan CEO   14. Mendoakan Meski Disakiti

    “Mas Dika…aku minta putuskan wanita itu, aku tidak senang dia hadir di sini,” mohon Sera. “Haha, siapa kamu meminta aku putuskan dia?” tanya Dika.“Sampai kapanpun aku tidak akan memutuskan hubunganku dengannya, aku mencintai Lia. INGAT INI BAIK-BAIK. AKU.MENCINTAI.LIA.” Tekan Dika di depan wajah Sera. Sera semakin menangis keras mendengar perkataan suaminya. Ya, Dika tidak pernah mencintai Sera. Dia mencintai perempuan lain.“Hiks…tega sekali kamu, Mas…tega!”“Terserah, menangislah sepuasmu, aku akan pergi bersama Lia!” putus Dika. “Kau tidak memikirkan permintaan mamamu, Mas?” ucap Sera dengan berani. Dika berhenti seraya membalikkan badan. “Soal anak? Haha. Kau berharap kita akan memiliki anak?” Dika berkata dengan nada meremehkan.“Kau jangan gila, Sera!” teriak Dika. “Aku tidak akan mau memiliki anak darimu.”“Lagi pula kau ini kan mandul, jangan harap itu terjadi.” Ejek Dika, “satu hal lagi…,” lanjut Dika. “Aku akan menikah dengan Lia nantinya,” oceh Dika. Mendengar penuturan

    Huling Na-update : 2024-02-09
  • Bismillah, Pernikahan Kedua dengan CEO   15. Tidak Ada Kata Maaf

    Tindakan Sera terlampau bijak dan begitu baik. Sera mampu menahan diri untuk menutupi aib suaminya lagi. Membela suaminya di depan orang tuanya. Jika saja perempuan itu bukan Sera, apa Dika akan tetap aman? Ketampanan tidak menjamin seseorang akan bertahan jika terus-menerus menyakiti pasangan. Sera begitu bersabar sampai sekarang. Lagi-lagi, Sera terpaksa berbohong kepada mertuanya saat ditanya keberadaan Dika. Dirinya menjawab kalau Dika sedang istirahat karena lelah bekerja. Jadi, tidak dapat menjawab telepon mereka. Padahal yang terjadi adalah jika tengah bermesraan di luar sana dengan wanita lain. Hatinya terlalu mulia. Seusai shalat Sera begitu lebih tenang. Seakan mendapat banyak pencerahan dan mau bersabar akan apa yang menimpa rumah tangganya. Sera yakin setiap yang berkeluarga memiliki terpaan angin masing-masing. Entah angin itu besar, sedang atau kecil. Usai berbicara dengan mertuanya. Sera menarik napas dalam-dalam, mengontrol emosi yang ada pada dirinya. “Ya Allah, keb

    Huling Na-update : 2024-02-10
  • Bismillah, Pernikahan Kedua dengan CEO   16. SERA MASUK RUMAH SAKIT

    Sera sakit. Tubuhnya lemas. Usai subuh tadi dia kembali tertidur dan kini bangun sudah hampir jam 8 pagi. Saat terbangun dari tidur kepalanya terasa pening. Pandangannya juga tak beres. Wanita itu menyentuh kepalanya yang terbungkus hijab. Sera bangkit mengambil duduk di tepian ranjang dengan rintihan kecil. Dia menarik napasnya sejenak, mengembuskan perlahan. Berjalan seraya berpegangan pada dinding-dinding agar tidak terjatuh. Kakinya tak dapat berjalan secara normal. Sera seperti tak memiliki tenaga, padahal kemarin dia tak merasa akan seperti sekarang, kondisinya baik-baik saja. Hidup memang tidak pernah bisa ditebak, bukan? Kemarin seseorang bisa saja masih kita dapat jumpai, kemudian esoknya dikabarkan sudah meninggal dunia. Sera pun begitu. Malang sekali nasibnya. Sera pun pergi membersihkan diri ke toilet. Memaksakan diri meskipun keadaannya tak seperti biasanya. Usai menyelesaikan aktivitasnya di kamar mandi, wanita itu memilih memakai pakaian muslim berwarna hitam. Pakaian

    Huling Na-update : 2024-02-12
  • Bismillah, Pernikahan Kedua dengan CEO   17. Dika Menemui Sera

    “Dika di mana kamu?” ucap Karina. Sedari tadi wanita itu belum meninggalkan rumah sakit. Ini sudah hampir jam 8 malam. Karina tidak berniat beranjak pulang. Kekhawatirannya kepada Sera melebih seperti anak menantu. Dia amat menyayangi Sera dan menganggap perempuan yang tengah terbaring di atas ranjang rumah sakit sebagai anak kandungnya. Sementara Karina menghubungi Dika, Rani menemani Sera. Beruntung Rani memiliki besan seperti Karina. Dia melihat putrinya dengan tatapan yang sendu. Berharap Sera akan cepat sadar. Rani terus berdoa demi kesembuhan anak perempuan satu-satunya itu. Sidik, papa Sera yang sempat akan berangkat ke pondok pun digagalkan karena tahu Sera masuk rumah sakit. Pria itu pun pergi ke masjid berdoa lebih lama untuk putrinya. “Nak, Sera, apa yang sebenarnya terjadi?” “Bangun, Sera. Mama di sini. Mama datang untuk temani Sera,” tutur Rani dengan suara yang lemah lembut. Dia meraih kedua tangan Sera, menggenggam pelan seraya memberi kecupan singkat. “Anak Mama, k

    Huling Na-update : 2024-02-13
  • Bismillah, Pernikahan Kedua dengan CEO   18. SERA SAKIT HATI : Dika Bermulut Besar

    "Mas!" sebut seseorang di seberang telepon. "Mas di mana sekarang? Kenapa pergi tinggalkan Lia?" lanjutnya. "Lia, Mas sudah minta maaf. Mas sungguh ada urusan." Lelaki itu menjawab dengan nada berbisik lantaran dia sedang ada di rumah sakit. Dia tidak ingin mertua dan orang tuanya tahu. "Lia, sudah ya, Mas akan hubungi Lia lagi nanti," Dika melihat kedatangan Rani dan juga Karina yang sempat izin meninggalkan Sera. Dan dia yang berada di dekat pintu itu pun segera mematikan telepon di saat Lia belum selesai berbicara. "Mas jahat, Mas Dik-" Tut. Dika dapat melihat dari dalam jendela kamar bahwa Rani dan Karina sedang berbincang di luar ruangan. Dika buru-buru mematikan telepon tersebut. Urusan Lia marah, dia bisa atur dan jelaskan nanti. Dika datang ke rumah sakit hanya atas dasar perintah Karina dan agar kelakuannya tidak diketahui. Bukan benar-benar demi Sera. Ini semua demi melindungi Lia. Dia mau hubungannya tetap aman dan berjalan. Sementara itu, Dika tak tahu kalau dari be

    Huling Na-update : 2024-02-14
  • Bismillah, Pernikahan Kedua dengan CEO   19. Dituduh Cari Perhatian

    3 hari kemudian. Sera sudah dalam keadaan membaik. Dia sudah sadar sejak beberapa jam yang lalu. Tetapi, tak ada orang yang tahu, tidak suster mengetahuinya. Namun, Sera meminta pada mereka untuk merahasiakan lebih dahulu. Pasalnya, Sera benar-benar tengah ingin sendiri. Dia lebih bertenaga, wajahnya juga tidak begitu pucat seperti kemarin-kemarin. Namun, meski begitu wanita dengan seragam pasien serta memakai jilbab berwarna coklat susu itu tidak diperbolehkan banyak bergerak atau beraktivitas lebih yang membuat kondisinya menjadi buruk. Dia hanya harus memperbanyak mengistirahatkan dan merebahkan dirinya di atas ranjang rumah sakit. Sera sedikit bosan, dia juga tidak berselera untuk menonton acara televisi. Wanita itu akhirnya memilih tidur mengistirahatkan diri dan juga pikirannya yang kacau di siang hari. Sera tidak ingin terus-menerus memikirkan kejadian yang membuat hatinya semakin sakit. Memiringkan posisi tubuh ke kanan usai mematikan televisi, Sera mencoba memejamkan mata

    Huling Na-update : 2024-02-15

Pinakabagong kabanata

  • Bismillah, Pernikahan Kedua dengan CEO   119. AKU, KAMU DAN BUAH HATI (TAMAT)

    5 tahun kemudian."Kara!" Seorang pria dengan gagahnya menghampiri sang putri. Dan berjongkok seraya memeluknya. "Assalamualaikum Papa!""Waalaikumsalam, bagaimana sekolahnya?""Kara dapat bintang lima dari guru!" ungkap bocah kecil bernama Kara itu. "Wah, keren anak Papa! Kamu memang cerdas seperti mama kamu!""Papa juga cerdas! Papa punya hotel besar!"Mendengar celotehan sang anak, Dika pun terkekeh. "Papa, ayok pulang. Kara mau ketemu Mama!" ajaknya. Dika mengangguk seraya bangkit. Dia menggandeng putri kandungnya untuk masuk ke dalam mobil. Tak terasa, waktu lima tahun begitu cepat. Dika sudah menjadi pria sejati yang begitu baik menjadi suami untuk Sera. Dika amat merasa bersyukur karena diberikan istri soleha seperti Sera."Kara mau makan es krim, Papa." "Mau es krim?" ulang Dika. Gadis kecil berhijab itu mengangguk. "Oke, tapi kita pulang dulu jemput mama, ya?" "Iya, Papa, horeee Kara makan es krim sama mama dan papa!" Kara sangat menggemaskan. Dia juga memiliki pipi yang

  • Bismillah, Pernikahan Kedua dengan CEO   118. BABY K or Baby R?

    "Se, ini apa?" Dika melotot sembari memegangi benda kecil, tipis bergaris dua. Lantas pria itu menoleh ke arah sang istri. "Sera... ini serius? Ka... kamu hamil?" Dika gugup. Sera mengangguk sembari tersenyum. "Iya, Mas. Aku hamil. Aku hamil anak kamu, Mas. Aku bisa hamil. Kita punya buah hati sekarang!" tutur Sera antusias. Dika pun mendekap tubuh Sera dengan erat sembari mendaratkan kecupan di kening wanitanya. "Sera... terima kasih! Terima kasih banyak. Aku sangat bersyukur dengan hadiah ini. Aku bahagia telah memiliki wanita hebat seperti kamu." "Aku... aku juga, Mas. Aku bahagia karena telah dipertemukan dengan lelaki sesabar kamu. Yang begitu menyayangi diriku tanpa berpikir meninggalkan aku pergi di saat kamu tahu kekuranganku. Terima kasih, Mas...," kata Sera. Untuk sekejap saja, pelukan mereka yang hangat dan nyata dengan rasa syukur yang tiada henti. Jangan biarkan lagi dua insan saling mencinta itu berpisah. Diam-diam, Seda terisak dalam pelukan sang suami. Dia begitu

  • Bismillah, Pernikahan Kedua dengan CEO   117. Mimpi yang Mengerikan

    Siapa yang tidak senang kalau suaminya yang kerja di luar kota akan kembali pulang ke rumah? Dengan dress panjang berwarna peach, wanita yang duduk di depan meja rias itu tak henti mengukir senyum. Ditambah lagi, dia memiliki kejutan untuk sang suami. Kejutan besar yang akan membuat Dika bahagia. Sera mengusap-usap perutnya dengan lembut dan perlahan. Tak menyangka, penantian yang selama ini dia nantikan akhirnya terwujud. Karena, sesungguhnya Tuhan Maha Baik. Sera tidak tahu bagaimana lagi mengungkap rasa syukurnya. Tuhan selalu punya cara untuk membahagiakan hambanya. Dari ujian yang dialaminya bertubi-tubi, Sera dihadiahi keinginannya untuk memiliki buah hati. Ia tak sabar memberikan kabar gembira itu pada sang suami. Sera sangat menantikan reaksi Dika. "Mas Dika, aku hamil anakmu, Mas. Aku bisa hamil juga. Akhirnya, Tuhan mewujudkan keinginanku. Aku tidak sungguh mandul.""Ya Allah, aku sungguh berterima kasih atas karunia yang Kau berikan dan titipkan. Aku akan menjaga buah ha

  • Bismillah, Pernikahan Kedua dengan CEO   116. Berjuang

    Hari-hari berlalu. Sebagai wanita yang ikut program hamil Sera harus bolak-balik ke rumah sakit untuk menjalani niatnya demi satu tujuan untuk segera bisa memiliki keturunan. Dia tak pergi seorang diri. Melainkan selalu ada Dika yang setia menemani. Di rumah sakit, tak hanya Sera yang diperiksa melainkan suaminya juga. Kondisi Sera dan Dika di sana semuanya dicek. Perkara tidak hamil ini tidak melulu berasal dari pihak wanita saja, karena bisa jadi suami jadi sumbernya. Untuk program kali ini mereka benar-benar begitu serius menjalani. Sampai pada akhirnya, ditemukan polip yang cukup besar dan banyak di rahim Sera. Sera yang memang didukung baik oleh Dika, tak bisa untuk berhenti program tersebut. Dokter mengambil tindakan untuk membersihkan polip yang ada di rahim Sera. Sempat takut, namun Sera harus semangat. Terlebih Dika juga tak pernah lelah memberikannya kekuatan. Setelah pembersihkan polip itu berhasil, minggu demi minggu berlalu, Sera berkeinginan untuk berangkat Umroh. Wan

  • Bismillah, Pernikahan Kedua dengan CEO   115. Junior Sera dan Dika

    “Mas, terima kasih, ya, untuk segala hal yang kamu lakukan padaku. Kebaikanmu semoga Tuhan yang membalas,” tulus Sera. Malam-malam membicarakan hal random dan hal serius adalah hal yang berharga dilalukan Sera dan Dika. Mereka tak ingin melewatkan momen itu sebelum mereka tenggelam dalam mimpi mereka masing-masing. “Hm, jangan pernah merasa kesepian, ya. Aku tahu yang kita usahakan belum ada hasilnya, tapi aku akan selalu mencari cara agar kamu tetap selalu bahagia,” ujar Dika. “Aku sudah bahagia, aku tidak kesepian lagi karena sudah ada kamu, aku punya kamu di hidupku,” sahut Sera. “Tetap saja. Aku tahu kamu masih merasa sedih di belakang aku. Menyembunyikan luka sendiri. Memendam masalah yang kamu punya. Padahal aku ingin kamu selalu libatkan aku mau sedih atau senang,” ungkap Dika. “Karena aku suami kamu, baik sekarang atau nanti.”“Dulu sekali, aku selalu berharap kalau kamu mau mengakui dirimu sebagai suami aku, Mas. Aku selalu b

  • Bismillah, Pernikahan Kedua dengan CEO   114. Diperlakukan Layaknya Ratu

    Bucket Cokelat!Baru saja Sera keluar dari kamar mandi. Wanita itu terkejut kala di meja samping ranjangnya ada benda itu. Bukankah Dika sudah pergi berangkat ke kantor? Belum lama Sera mencium tangan suaminya. Siapa yang menaruhnya? Apa Bi Niken masuk ke kamar?Meraih bucket tersebut senyum wanita dengan hijab berwarna hijau itu mengembang di wajah. Siapa wanita yang tidak senang bila diberi cokelat? Sera lantas meraih ponsel dan hendak memotretnya. Dan bertepatan itu notifikasi dari sang suami masuk. Sera membuka pesan tersebut lebih dahulu. Tidak jadi mengambil foto cokelat itu. Mas DikaSe, sudah lihat kirimanku?Apa kamu suka? Benar sekali itu dari suaminya. Sambil mengetik, senyum wanita itu tak pernah lepas. Dia mengirim beberapa pesan pada suaminya.Aku gak tahu kapan kamu siapkan bucket cokelat ini, Mas?Tapi, terima kasih banyak, ya.Aku tentu suka.Mas DikaSyukurlah, aku balik kerja ya. Boleh kirim foto dengan cokelatnya? Aku ingin melihat wajahmu biar semangat bekerja.

  • Bismillah, Pernikahan Kedua dengan CEO   113. Sera Milik CEO Citra Queen

    Sera menangis tersedu-sedu. Dia berulang kali mengusap air matanya yang terjatuh lagi dan lagi. "Semua baik-baik saja, Sera. Kamu tidak usah takut lagi," ujar Nindy memberikan pelukan hangat untuk teman sekaligus pemilik butik itu. "Tetap saja aku takut, Nin. Mantan suamiku selalu mengganggu aku dan juga Mas Dika," tutur Sera. "Tolong jangan beri tahu Mas Dika tentang ini, Nin," pinta Sera. "Kenapa?" Nindy bingung. "Aku takut dia semakin khawatir. Dia bisa saja melakukan sesuatu di luar nalar kalau tahu tentang kejadian tadi," ucap Sera dengan mata berlinang."Tapi, Sera, aku rasa dia juga perlu tahu. Kamu harus memberi tahu karena dia bisa melindungi kamu nantinya," ujar Nindy. "Dia pasti sangat khawatir istrinya kenapa-kenapa," sambung Nindy."Nindy, aku mohon...," Sera mempelihatkan wajah melasnya. Nindy menghela napas, "baiklah jika itu mau kamu. Aku akan rahasiakan kejadian ini. Aku harap pria itu tak

  • Bismillah, Pernikahan Kedua dengan CEO   112. Aku Sudah Bahagia!

    "Jadi, kau pergi dengan seorang dokter, Raisa?!" tanya Renal dengan nada tinggi. Seperti biasa, keduanya tak pernah berkomunikasi dengan baik. "Kenapa memangnya?" dengan wajah ketus, kedua tangan menyilang di depan dada, Raisa berbicara kepada sang suami. "Kenapa kau marah dengan itu? Bagaimana dengan kau sendiri yang pergi diam-diam tanpa sepengetahuanku?" ucap Raisa. "Jangan belaga sok suci, Mas, haha," wanita itu terkekeh di ujung kalimat. "Jangan kamu pikir aku tidak tahu kelakuanmu di belakang seperti apa," sambungnya. "Apa maksudmu, Raisa?" tanya Renal. Entah kenapa Renal merasa takut akan sesuatu. "Seharusnya kamu tetap bisa bersikap baik kepadaku. Dan jangan membuatku marah," Raisa tersenyum miring. Hal itu membuat Renal benar-benar takut."RAISA?" panggil Renal dengan nada suara yang keras. Raisa tak menggubris ucapan sang suami. Dia tetap pergi ke kamar.Dia menggumam, "kau pikir aku tidak tahu k

  • Bismillah, Pernikahan Kedua dengan CEO   111. Jangan Ganggu Aku!

    "Mas, Mas," Sera memanggil nama suaminya berulang. Keluar dari mobil lelaki itu berjalan lebih dahulu masuk ke dalam rumah. "Ya Tuhan, Mas Dika tunggu aku," pinta Sera. Sera menghela napas, andai tak bertemu dengan Renal, mungkin Dika akan baik-baik saja. Wajah lelaki itu juga berubah ketus dan menjadi dingin usai bertemu mantan suami Sera. "Mas," panggil Sera lagi ketika sudah berada di dalam kamar. "Kenapa kamu jadi cuek sama aku?" ucap Sera. "Apa aku ada salah? Mas aku juga kan tidak tahu kalau ada pria itu di restoran," keluh Sera. "Apa kamu mengajakku ke restoran itu untuk bernostalgia tentang masa lalumu, Se?" tanya Dika. "Ya Tuhan. Apa yang kamu pikirkan? Kamu berpikir aku seperti itu?" ucap Sera. "Mas, tak pernah terlintas sama sekali dalam diriku untuk mengingatkanmu tentang masa laluku. Aku mengajakmu ke sana murni untuk makan bersama!" sanggah Sera. "Tolong jangan marah sama aku. Katanya kita

DMCA.com Protection Status