Farah BahagiaRetno yang lewat pintu belakang, berjalan menuju rumah Farah. Karena rumah mereka berjarak tidak cukup jauh, Retno bertekad bisa membujuk dan meminta bantuan Farah. "Semoga saja dia membuang sika keras kepalanya itu!" gumam Retno sembari berjalan dengan tergesa-gesa.Saat sampai di halaman rumah, Retno berpapasan dengan Raka. Ia baru saja pulang dari kantor, dengan membawa plastik bungkusan berwarna putih di tangan kanannya."Raka...!" panggil Retno."Ibu? Ada apa?" tanya Raka, yang heran melihat kehadiran Ibunya di rumahnya kini. Bukankah Ibu masih marah padanya dan Farah. "Kebetulan sekali Ibu mau menemuimu dan Farah," ucap Retno."Oh ya Raka. Apa itu yang kamu bawa ditanganmu?" telisik Retno dan melirik ke tangan Raka yang membawa bungkusan itu."Ini kue ulang tahun untuk Farah, hari ini Farah ulang tahun jadi Raka sengaja membeli kue untuknya," jawab Raka.Seketika Retno, memasang wajah sinis saat mengetahui jawaban Raka yang membawakan Farah kue di hari ulang tahu
PoV Farah[Akan ku ambil semua barangmu itu, yang seharusnya menjadi hakku!] balas Gita pada story WhatsAppku yang terbaru. Aku mengabaikan pesan dari Gita, hak apa yang dia maksud dasar wanita tidak war*s! Batinku lirih. Usai makan, aku langsung mengajak Bang Raka untuk pulang. Tapi aku tak berniat memberitahu apa yang di kirim Gita, padaku barusan. Pasti itu hanya bualannya.**Aku sangat senang untuk malam ini, Bang Raka mengajakku untuk makan malam di restauran seafood favoritku. Bahkan Bang Raka juga memberiku hadiah kembali, sebuah gelang setelah sebelumnya ia memberiku cincin emas. Banyak perubahan, yang telah Bang Raka tunjukkan pada diriku. Semoga perubahan ini untuk selamanya bukan sandiwara atau pura-pura semata. Aku juga tidak bodoh, belum bisa mempercayai Bang Raka sepenuhnya. "Far, Abang boleh tanya sesuatu?" tanya Bang Raka padaku, saat kami akan beranjak tidur. Kebetulan aku masih sibuk menggunakan masker untuk wajah."Tanya apa Bang?" sahutku dan masih sibuk menta
Gita Di Penjara"Pak, sadar Gita itu anakmu dan ingin kamu penjarakan? Dan lebih memilih Farah yang tidak ada hubungan darah dengan kita!" ujar Retno, saat mendengar Dahlan mendukung keputusan Raka memasukkan Gita dan Stella ke penjara. "Bapak, apa tidak kasihan pada Stella. Bianca cucu Bapak masih membutuhkan Mamanya!" ucap Julian."Biar semua Raka yang memutuskan, kalian juga seharusnya sadar yang di perbuat Gita dan Stella sangat memalukan. Beraninya mereka melakukan tindakan kriminal di rumah saudaranya sendiri."Aku hanya mengambil hakku Pak, yang telah di kuasai mbak Farah!" ucap Gita.Dahlan mengangkat tangannya akan menampar Gita, namun ia sadar secepatnya dan mengurungkan niatnya."Gita, bagaimana cara berpikirmu? Hak apa yang kamu bicarakan, Farah itu istri Raka. Jadi dia berhak mendapatkan apapun dari suaminya, bagaimana bisa kamu berpikir jika semua itu adalah hakmu, kamu keliru..!" tandas Dahlan, geram melihat kelakuan Gita yang sudah melewati batas."Lebih baik kita baw
PoV Sagita (Gita)Keterlaluan Bang Raka, dia memenjarakan aku dan Mbak Stella. Karena kami tertangkap basah sedang mencuri dirumahnya, sial! Dulu aku tidak terlalu membenci Mbak Farah, aku dan Ibu hanya meminta uang pada Bang Raka, untung saja Abangku itu selalu memberiku dan Ibu uang. Separuh gajinya di berikan pada Ibu, dan setiap bulan aku juga di beri jatah sendiri sebanyak 1 juta tanpa sepengetahuan Mbak Farah. Uang itu kami gunakan belanja, setiap bulan membeli baju baru, beli Skincare, untuk aku dan ibu shopping setiap bulannya. Aku dan ibu bebas menggunakan uang Bang Raka semau kita.Bapak sebenarnya selalu memarahi kami, yang meminta uang pada Bang Raka namun aku dan ibu tetap memintanya, diam-diam tanpa sepengetahuan Bapak Bang Raka juga tidak pernah mengatakannya pada Bapak karena dia lebih memilih berpihak padaku dan ibu dibanding pada istrinya itu.Lagian itu memang hak kami bukan, sebelum Bang Raka menikah uangnya memang harus untuk ibu dan aku bukan untuk Mbak Farah.
Retno Terpuruk"Jangan tahan Abang Far..!" cegah Raka."Kita lihat dulu di rekaman cctv Bang, benar gak pelakunya Bang Julian. Jangan gegabah begini, nanti bisa jadi Boomerang untuk kita," ucap Farah.Mendengar ucapan Farah barusan, membuat Raka menghentikan langkahnya. Dia baru teringat jika di rumah nya kini, sudah du pasang cctv oleh Farah. "Sekarang kita lihat rekaman cctv itu," ajak Raka. Mereka berdua kemudian masuk kedalam rumah.Saat rekaman cctv bagian luar di putar, benar saja dugaan Raka. Pelakunya adalah Julian dan Nando, kedua Abangnya itu telah memecah kaca rumahnya."Benar kan dugaan Abang, kalau mereka pelakunya! Bangs*t memang mereka, mau main-main dengan aku!" umpat Raka."Abang mau kemana?" tanya Farah saat Raka akan pergi."Kali ini kamu gak ada alasan lagi, untuk menghalangi Abang!" jawab Raka dan meneruskan langkahnya. Farah, menjadi bimbang dia tidak bisa mencegah Raka untuk pergi menemui abangnya.Dengan langkah tergesa, Raka menuju rumah sang Ibu. Ia yakin j
PoV RakaBapak memberiku sertifikat kebun sawit, yang memang akan menjadi bagian untukku. Tapi sebenarnya aku belum menginginkannya tapi aku tahu posisi Bapak, ia terdesak karena Ibu meminta untuk menjual kebun itu dan membayar semua biaya pernikahan Gita. Aku kasihan pada Bapak, yang nampak tertekan karena Ibu dan saudaraku. Begitu teganya Ibu, memperlakukan Bapak seperti ini padahal Bapak selalu baik dan sabar terhadap tingkahnya. "Raka, besok kita balik nama sertifikat ini di notaris. Bapak yang akan menemanimu dan memberi surat kuasa," ucap Bapak padaku. Aku mengangguk "Baik Pak," jawabku."Di minum Pak," Farah datang membawakan menyuguhkan secangkir teh dan cemilan untuk Bapak. "Makasih Far, besok kamu ikut Raka dan Bapak ya untuk balik nama sertifikat itu di notaris," ucap Bapak pada Farah."Iya Pak, Farah akan ikut," sahut Farah. "Oiya, Bapak belum bilang jika Ibumu masuk rumah sakit tensi darahnya naik," ucap Bapak.Jujur aku kasihan saat mendengar kondisi Ibu "Apakah Rak
Kebusukan Pras!"Abang udah minta bantuan ke orangtuamu, tapi Ibu sama Bapakmu juga abis ketipu," ucap Julian pada Stella."Ketipu gimana?" Stella shock mendengar penjelasan sang suami."Orangtuamu investasi pada temannya, tapi ternyata temannya itu penipu dan membawa kabur uang semua orang! Jadi orang tuamu harus mengganti uang semua orang yang tertipu karena orang tuamu yang mengajak mereka bergabung pada investasi itu!" "Keadaan mereka juga sedang sulit kini," ucap Julian kembali. "Tidak mungkin orang tuaku bangkrut!" Stella berujar tak percaya, dia tidak sanggup menerima kenyataan jika orang tuanya yang kaya raya itu bangkrut."Tapi itulah yang terjadi," ucap Julian menghembuskan nafasnya kasar."Ya sudah Mas, lupakan duku tentang apa yang terjadi pada orangtuaku. Kini aku minta, kamu jual saja kebun yang diberikan orang tuamu, untuk membebaskan diriku dari penjara ini, aku tidak mau Mas berlama-lama disini!" pinta Stella."Tapi itu kan satu-satunya warisan yang aku punya!""Bag
Musibah Untuk Pria Mata KeranjangKetika sedang dalam jalan pulang, Farah melihat Bapak mertuanya sedang berjalan membawa tas jinjing. "Bapak, mau kemana bawa tas?" tanya Farah menghampiri."Bapak mau kerumah Saidah, Far," jawab Dahlan.Farah yakin, pasti Bapak mertuanya sedang ada masalah dan pergi dari rumah atau dia di usir? Apa iya Ibu setega itu. Batin Farah."Ada apa apa Pak? Ikut Farah saja kerumah. Setahu Farah, Bik Saidah sedang pergi kerumah nenek buyut dan menginap di sana," jelas Farah, dia tahu tadi jika Bik Saidah pergi dari sore tadi bersama keluarganya. Dahlan mengangguk dan mengikuti Farah untuk kerumahnya, raut wajah sedih terpancar dari wajah sang Bapak mertua. Pasti Retno berulah lagi. Mereka tiba di rumah, Raka menoleh kearah sang Bapak. Ia kaget kenapa Bapaknya membawa tas di tangannya saat malam seperti ini, apa yang terjadi? Batin Raka."Bapak? Kenapa malam begini bawa tas?" tanya Raka penasaran."Tadi Bapak pergi mencari Pras, tapi di saat Bapak pulang, Ibu
Ending Season 2Julian memberikan semua pernyataan dan bukti pada petugas polisi yang akan menangani kasusnya. Dia juga membawa Marco sebagai saksi, walaupun Julian harus mengeluarkan biaya untuk mengurus kasusnya ini. Julian mengirim fotonya saat berada di kantor polisi, pada Indri. Ia tersenyum puas karena wanita itu pasti akan ketakutan. Indri yang sedang berada di dalam kamar melihat pesan dari Julian, dengan cepat dia membuka pesan itu dan ternyata foto di mana Julian sedang berada di kantor polisi, sedang membuat laporan atas dirinya.Indri menggigit bibir bawahnya, benar saja Indri ketakutan dan cemas karena Julian tidak main-main dengan ancamannya."Aku tidak mau masuk penjara dan menyusul, Mas Wahyu. Bagaimana ini?" gumam Indri menggeleng, berharap yang terjadi hanya mimpi.**** Julian menelepon Stella. Dan mengabarkan jika dia sudah melaporkan Indri."Hati-hati, kamu Mas. Takut aja dia nanti dendam denganmu, dan berbuat hal yang diluar batas wajar!" Stella memperingatkan s
Diberi Efek Jera"Mbak, maaf ya kesalahanku dulu. Memang keterlaluan," ucap Gita saat Anggun memoles wajahnya."Iya, maafin aku juga ya. Sudah bicara lancang," ujar Anggun. Tadi dia sangat emosional saat melihat Gita.Kejadian dulu memanglah sangat sulit di lupakan. Tapi Semua uang itu sudah di lunasi Julian. Gita juga sudah mengetahuinya sekarang. Setelah semuanya siapa, mereka pun berfoto keluarga. Kini semua menjadi akur, dan Yasmine semakin sayang pada anak sambung dan menantunya. Keakraban ini yang di inginkan Amanda, anak sambung Yasmine. Dari dulu mereka selalu berseteru tiap kali bertemu. **Julian masuk kantor pagi itu, semua karyawan menatap nya dengan aneh. Bahkan beberapa memandang seakan jijik melihat dirinya. Julian menjadi risih dengan tatapan mereka."Sebenarnya apa yang sedang terjadi?" batinnya, namun Julian berusaha menghiraukan semua itu. Ia menuju meja kerja. Marco temannya menghampiri dan memanggil Julian. "Emang bener ya, gosip yang sedang beredar saat in
Bertemu Lagi"Karena kemarin telah jahat sama kamu, Umi sudah mendapat balasannya , dan benar-benar menyesal, malu padamu," sesal Yasmine. "Gita sudah memaafkan Umi, jangan bersedih lagi ya," Yasmine menggenggam tangan Gita dan memeluk menantu yang selama ini ia sia-siakan. Retno merasa terharu, dengan yang ia lihat kini. Sama dengannya dulu, bahkan ia lebih parah dari Yasmine. Semua orang bisa berubah karena kejadian dan pelajaran dalam hidup. Seperti yang di rasakan juga oleh Gita. Semua orang menganggap jika dia beruntung, menikah dengan Azmi. Yang kaya, mapan, tampan dan juga pandai. Tapi mereka tida tahu, kepahitan yang Gita rasakan, hidup tidak selalu mudah banyak kerikil yang harus di lalui. Semua pengalaman menjadi pembelajaran agar lebih hati-hati mengambil keputusan di masa mendatang. **Amelia berteriak dan menangis, saat mengetahui kakinya patah. "Kenapa kakiku patah, aku tidak bisa berjalan lagi! Ini semua karena Tante Yasmine membuatku kecelakaan!" rutuknya. Suci
PenyesalanMobil melaju membelah jalan yang sunyi, hanya sedikit kendaraan yang berlalu lalang Yasmine terus terngiang-ngiang dengan keadaan Amelia tadi, membuatnya menjadi cemas. Akhirnya mereka sampai di rumah.Pagar dibuka, mobil melaju masuk ke halaman rumah mewah itu."Bu Yasmine, sudah pulang," ujar security yang melihat Yasmine keluar dari dalam mobil."Semua orang khawatir mencari Ibu," ujarnya kembali."Di mana suami, saya?" tanya Yasmine."Bapak sedang keluar bersama den Azmi," ucap Mukhlis."Kamu bisa menghubungi Bapakkan dan mengabari jika saya sudah pulang. Agar mereka tidak khawatir," pinta Yasmine karena ponselnya sudah dibuang oleh Suci. "Baik, Bu," jawab Mukhlis kemudian ia mengeluarkan ponselnya dengan cepat, menghubungi Hanafi untuk mengabarkan kepulangan Yasmine. "Bu Yasmine, sudah pulang Pak, keadaannya baik-baik saja. Baik Pak," jawab Mukhlis saat berbincang di sambungan telepon bersama Hanafi.Farah dan Stella mengantarkan Yasmine hingga ke dalam rumahnya.
Butuh Juga Kan.Hanafi mulai merasa khawatir dengan Yasmine istrinya. Tidak ada kabar, nomornya tidak aktif. Tidak biasanya Yasmine seperti ini, menghilang tanpa kabar.Karena rasa gundah yang tidak tertahan, Hanafi memerintahkan beberapa bodyguardnya untuk mencari keberadaan Yasmine. Terkahir kali yang dia tahu, istrimu pergi ke sebuah restoran bertemu dengan Amelia dan Suci.Hanafi juga mengirim pesan pada Azmi karena keresahannya. "Abi, ada apa?" Amanda menghampiri Hanafi, dia baru saja tiba karena memang ingin menemui Abinya. "Umi, belum pulang dari tadi siang. Abi sangat khawatir!" jelas Hanafi."Umi kan, emang sering pergi seharian udah biasa. Abi jangan khawatir berlebihan," ucap Amanda yang hafal dengan kebiasaan Yasmine. "Tapi kali ini feeling Abi merasakan firasat yang buruk. Takut terjadi sesuatu hal buruk pada Umi," Hanafi duduk di sofa dan mencoba berpikir positif tapi ia tak bisa.Amanda yang melihat Abi nya menjadi gusar, ikut merasa sedih. Dia berjalan ke dapur meng
TertangkapYasmine merekam semua kejadian yang ia saksikan, ia menyesal? Terlambat sudah, orang yang selama ini dia percaya bahkan ingin ia jodohkan dengan putranya adalah pencuri. Suci dan Amelia dalang di balik perampokan itu. Mereka ternyata sangat cerdik, dan culas. Pantas saja perampok itu sangat tahu seluk beluk rumah Yasmine. Karena ia sudah di latih oleh Suci."Picik..!" gumam Yasmine masih tak habis pikir.Yasmine tak sengaja menyenggol batu dan menimbulkan suara, reflek mereka bertiga menatap kearah Yasmine bersembunyi. "Siapa..!" teriak Suci.Yasmine panik, tak sadar ia bangkit dan mencoba lari. Tempat itu sepi, dan gang nya lumayan sempit. Susah payah Yasmine berlari agar tidak ketahuan oleh mereka."Ma, itu Tante Yasmine!" ujar Amelia panik."Kamu diam saja, cepat kejar dia!" perintah Suci pada pria beralis tebal. "Jika dia lolos, kita semua yang akan masuk penjara!" ujar Suci kembali. Pria itu segera berlari mengejar kemana arah Yasmine tadi. "Kita ketahuan, Ma! Hil
Biang MasalahAmelia menjadi salah tingkah, dengan tatapan Yasmine. Suci yaitu Mama Amelia mengusap tengkuknya, ia tak berani menatap Yasmine. "Apa kalian tahu pelaku perampokan di rumahku?" "Tidak tahu Tante, bagaiamana mungkin kami mengetahuinya. Tante tanya saja pada Polisi apakah mereka sudah menangkap pelaku!" ujar Amelia.Pelaku perampokan itu sulit di lacak. Apalagi kamera cctv di rumah Yasmine, seperti sengaja di matikan oleh pelaku. Mereka pelaku perampokan itu seakan mengetahui seluk beluk rumah Yasmine. Yasmine menyesap minumannya, sambil menatap lekat Ibu dan anak itu. Dia tak mempunyai bukti untuk menuduh mereka. "Oiya besok malam ada acara peresmian restauran baru suamiku, kalian hadir ya," ucap Yasmine mengundang Amelia dan Suci."Pasti kita hadir, dan selalu mendukungmu," jawab Suci."Mas Azmi juga datang, Tante?" tanya Amelia seperti mempunyai peluang bertemu Azmi. "Dia juga Tante undang, pasti dia datang," ujar Yasmine."Nanti dia datang bersama Gita, aku cembur
Apakah Kamu Pelakunya"Tidak usah berteriak, Umi. Aku ada di sini!" Gita baru saja kembali, dari toko."Kamu, beraninya mengusir Amelia! Berarti kamu memang mau mencari masalah dengan, Umi!" ujar Yasmine, dengan tatapan mengancam. "Yang kulakukan tidak salah, wanita itu memang pantas kuusir! Karena dia benalu pada rumah tanggaku dan Mas Azmi! Umi jangan tutup mata dari kebenaran!" ujar Gita.Yasmine tertegun, Gita begitu berani menjawabnya kini. "Lihat Azmi, istrimu ini apa yang bisa di banggakan darinya. Mandul, bahkan kini berani melawan Umi!" adu Yasmine, berusaha mengadu domba Azmi dan Gita. "Jaga ucapan Umi!" ujar Azmi yang tidak terima dengan ucapan Uminya, yang mengatai Gita mandul. "Tampaknya Ibu salah jika bicara seperti itu!" sahut Gita."Apa maksudmu, diam kau! Gara-gara kamu Azmi tak mau menuruti perkataanku lagi!" ucap Yasmine memarahi Gita.Namun Gita tak peduli dengan kemarahan Yasmine, dia mengambil sesuatu dari dalam tasnya. Gita tampak mencari sesuatu, dan mengan
Kau Pikir Aku Takut?Yasmine mengalami perampokan, namun anehnya rumahnya tidak dibobol. Dan semua barang berharga yang ia simpan telah diambil oleh pencuri itu, bagaimana bisa pencuri itu mengetahui semua letak barangnya dan seluk-beluk rumahnya. Pasti pelakunya adalah orang dalam, begitu pikir Yasmine. "Ada penghianat di rumah ini!" ujar Yasmine.Yasmine memanggil semua pekerja di rumahnya, mereka tidak tahu kejadian saat itu, kejadian tengah malam dan mereka tengah tertidur. Yasmine juga sudah melaporkan kejadian ini pada polisi, dan sedang diusut."Bagaimana bisa kalian tidak mendengar, ada seseorang yang mengambil barang di rumah ini!" bentak Yasmine pada para pekerja nya. "Sumpah, saya tidak tahu, Nyonya," jawab salah satu ART.Sedangkan semalam, Yasmine tidak pulang ke rumah. Ia menginap di sebuah hotel setelah menghadiri acara yang ia hadiri, bersama Azmi dan suaminya.Semua barang berharganya hilang, Yasmine merasa seluruh tubuhnya lemas, tentu saja semua barang itu berhar