SENYUM DARI PANTRI
Untuk sementara, Sumirah yang menggantikan tugas Menul. Sebagai orang yang dipercaya mengepalai pantri, Sumirah segera menghandle tugas pantri. Kabar itu terlalu mendadak, sehingga kantor belum sempat mencari pengganti Menul. Sumirah yakin, posisi Menul akan segera diisi, karena tidak sulit mencari orang untuk bekerja, meski di bagian pantri.
Sumirah masih masih belum percaya dengan keberuntungan yang didapat Menul. Namun, hidup harus terus berjalan. Makanya, ketika divisi produksi meminta dibuatkan minuman, dengan senang hati Sumirah meladeninya. Tidak ada kata sungkan bagi Sumirah, karena memang tidak ada kasta dalam pantri. Ia sudah mengupayakan hal itu, agar sesama pegawai pantri tidak ada yang merasa berkuasa.
“Lho, Menul mana?” tanya Andini, sedikit khawatir. Sejak Menul meninggalkan ruangan itu beberapa saat lalu dengan tangis, Andini masih kepikiran.
“Menul sudah tidak di pantri Bu,” jawab S
TUGAS PERTAMAMenul sudah mulai menempati ruang kerja barunya. Terasa nyaman. Bahkan terlalu nyaman untuk Menul. Tapi itu sudah menjadi hukum alam, bahwa semakin spesial kedudukan seseorang di perusahaan, maka dia akan mendapatkan fasilitas yang lebih. Seragam office girl sudah Menul tanggalkan. Menul harus mulai belajar menerima kenyataan. Kini pakaian Menul tidak lagi seragam. Meski masih sangat sederhana, tapi Menul mulai menikmati suasana yang terbentuk.Menjadi asisten Andre adalah anugerah terindah yang pernah Menul dapatkan. Bahkan pernah memimpikan saja tidak. Ini sungguh bukti bahwa di dunia ini tidak ada yang tidak mungkin. Tuhan mengatur dunia ini tidak semata berdasar logika manusia. Namun Dia menyelipkan satu dua kejadian luar biasa, yang tentu bisa diambil pelajaran oleh orang-orang yang mau mengambilnya.Menul masih ingat, waktu pertama kali ditawari Dodo untuk bekerja di kota, ia merasa ragu. Apalagi jika harus melalui persaingan, i
PERHATIAN ANDRE Kata-kata Menul tentang jongos, membuat Andre terdiam sesaat. Dia sedang mencerna kata-kata itu. Meski terasa menyesakkan, tetapi dia merasakan ada kebenaran. Orang-orang yang duduk di atas, sering melupakan keberadaan orang yang di bawah. Padahal mereka sejatinya ikut menopang keberlangsungan perusahaan. Ibarat pohon, akarlah yang bekerja mencari asupan makanan, sedang bunga dan buah yang menjadi daya tarik pohon itu. Pun dengan dewan direksi di perusahaan Andre, bisa jadi merek tidak tahu tahu gejolak di tingkat bawah. Oleh karena itu mereka harus menyadari, bahwa mereka berhutang pada orang-orang yang Menul sebut sebagai jongos. Andre pun kemudian manggut-manggut, merasa ide Menul bisa menjadi sesuatu. “Aku rasa ide itu brilian Nul. Sangat mengena,” ujar Andre dengan senyum simpul. “Aku yakin sebagian besar dewan direksi dan jajarannya tidak pernah memikirkan itu. Seperti katamu tadi.” “Iya, Pak. Kami sepenuhnya
METAMORFOSIS MENUL Menul kembali menjalani harinya. Hari yang sangat berbeda dia rasakan, karena kini status dia sudah berbeda. Menjadi asisten. Baju Menul pun berbeda. Baju bermerek. Sepatu juga, sangat nyaman dan bagus. Menul sendiri masih belum percaya dengan apa yang dipakainya. Tetapi Menul tetaplah Menul. Meski sudah resmi menjadi asisten Andre, dia tetap berangkat ke kantor dengan berjalan kaki. Dia juga masih berangkat pagi-pagi sekali, sebelum matahari menampakkan sinarnya. Padahal jam kerja Menul kini dimulai jam delapan. Setibanya di kantor, Menul langsung menyambangi pantri. Bahkan dia masih melakukan pekerjaan yang sebelumnya dia kerjakan. Masih sepi. Belum ada orang. Tapi Menul tidak peduli, karena apa yang dia kerjakan tidak untuk dipuji orang, atau mencari nama. “Ya ampun, kamu ini apa-apaan Nul?” Sumirah yang tiba belakangan, langsung merebut pekerjaan Menul. Menul tidak ingin melepas sapu di tangannya. T
PESAN ANDINIMenul sudah bersiap di ruangannya. Jam masih menunjukkan pukul delapan pagi. Sementara Andre biasanya ke kantor sekitar jam sembilan. Bahkan terkadang lebih. Karena belum ada pekerjaan, maka waktu menunggu itu pun Menul gunakan untuk membaca. Tadinya ia bermaksud beberes ruangan, namun ruangan yang kini ia tempati, sudah sangat rapi.Ini hari pertama ia menempati ruangan itu. Tentu tidak baik jika belum apa-apa, Menul harus mengubah ini dan itu. Harus sudah mengerjakan tugasnya dengan baik. Masalah dekorasi atau aksen apa yang perlu ditambah, itu bisa menyusul. Lagian, Menul juga tidak terbiasa menghiasi ruangannya.Kamar kosnya saja polos. Hanya ada foto orang tuanya yang dibingkai sederhana. Itupun tidak ditempel di dinding, tapi diletakkan di atas mejanya.Menul sangat beruntung, karena semua buku yang ada di ruang Andre sudah berpindah ke ruangannya. Mendapati banyak buku itu Menul merasa mendapat durian runtuh. Ia sangat su
.GALAUMenul menjadi galau. Meski semula ia yakin dengan keputusannya menjadi asisten Andre, namun setelah mendengar cerita Andini jika Delvi sangat menginginkan posisinya, Menul jadi ciut nyali.Sekali lagi, bukan karena takut akan dicaci maki Delvi, tapi ia membayangkan pada apa yang akan Delvi lakukan padanya. Baru satu mobil dengan Andre saja Delvi sudah semarah itu, apalagi setelah ia tahu kalau Menul yang kini menjadi asisten Andre.“Sepertinya duniaku memang di pantri,” guman Menul lirih.Ia tidak mau gara-gara menjadi asisten, ia bakal kehilangan semuanya. Biar bagaimana Delvi anak salah satu dewan direksi. Tentu mereka punya kuasa untuk melakukan hal yang tidak bisa menul bayangkan. Bahkan bisa saja, karena pengaruh keluarganya, Menul akhirnya harus meninggalkan kantor tersebut.Menul tidak yakin, jika ia harus dipecat dari kantor yang sekarang ia merasa nyaman di dalamnya, ia akan mudah mendapat pekerjaan
HERANMenul menjalani kehidupan barunya. Meski sedikit tertatih, tapi Menul mencoba menepis keraguan di hatinya. Pilihan sudah dia tetapkan. Dia tidak boleh menyesalinya. Apalagi menyerah. Gagap, sudah pasti. Dari yang kesehariannya bekerja di pantri, kini Menul harus menempati ruangan sendiri. Dari yang semula akrab dengan sapu dan baki, kini Menul harus membiasakan dengan laptop dan kertas. Sosok Menul pun kini menjadi pusat perhatian. Bukan semata karena keistimewaannya, melainkan selidik dalam pikiran orang-orang di sekitarnya. Tapi sekali lagi, Menul bergeming.Menul sadar dia harus berjuang keras untuk mengejar ketertinggalannya. Pengetahuan, pengalaman dan keterampilannya masih sangat minim. Dia pun harus beradaptasi dengan pekerjaan dan segala hal yang melingkupinya. Namun, semua kekurangan itu mampu Menul tutupi dengan kelebihannya. Menul memang mempunyai kualitas diri. Selain pintar, dia cepat sekali belajar dan beradaptasi. Kep
JATUN CINTA PADA MENUL?Pak Handoko menatap tajam ke arah Andre, setelah Menul meninggalkan ruangan. Perasaannya masih diliputi tanda tanya besar. Andre, yang ia tahu sekali seleranya, mengapa menilih gadis itu untuk menjadi asistennya? Tentu itu yang bermain di pikiran Pak Handoko.Andre seperti paham akan tatapan papinya itu. Jangankan papinya, dia saja masih tidak percaya jika telah menjatuhkan pilihannya pada Menul. Kalau saja ia tidak mendapati sendiri kualitas Menul, tentu saat disodori sosok Menul untuk jadi asistennya, ia akan berpikir beribu kali untuk menjawabnya. Atau bahkan tidak harus berpikir, karena ia sudah akan menolaknya.Namun Andre sudah mendapati keunikan Menul. Sosok sederhana yang dipandang sebelah mata oleh banyak orang itu menyimpan potensi besar. Makanya, Andre yakin seyakin-yakinnya untuk memilih Menul, meski dia sadar akan konsekwesi yang harus ia terima dari keputusannya itu.“Dia istimewa Pi.
KONFRONTASI Delvi makin tidak tenang. Kabar yang didengarnya tentang asisten baru Andre, membuat perjalanan tugas luar kotanya tidak senyaman biasanya. Dia kepikiran untuk segera balik ke kantornya dan menuntaskan penasarannya. Mendapati Menul satu mobil dengan Andre saja sudah membuatnya meradang, kini justru kabar yang dia terima lebih memekakkan telinganya. Menul menjadi asisten Andre. Sungguh kabar yang membuat Delvi shock, bagai disambar petir. Makanya, begitu dia tiba di Jakarta, Delvi langsung mampir ke kantor. Padahal biasanya dia akan segera ke rumahnya dan istirahat. Rupanya, gemuruh di dadanya tidak bisa dia tahan. Darahnya seperti mendidih, tidak terima. “Beneran kabar tentang gadis kampung itu?” tanya Delvi pada pemberi kabar. “Iya. Sekarang dia sudah menempati ruang kerja barunya.” “Ini benar-benar tidak masuk akal. Pasti cecunguk itu memakai pelet,” sergah Delvi berapi-api. “Ruang kerjanya di mana?” “Di se
JEBAKANKebahagiaan masih menyelimuti Andre. Baru kali ini ia merasakan bahagia selama menjalin hubungan dengan Arra. Ia merasa sedang dibutuhkan oleh Arra. Perubahan sikap Arra yang tetiba sangat perhatian, adalah anugerah baginya. Meski ia merasa sedikit heran, namun ia tidak begitu memikirkannya. Baginya, apa yang diraaskannya sekarang, melengkapi kebahagiannya dalam kesuksesan karirnya.Kedatangan Arra ke Jakarta yang ternyata tidak hanya sehari dua hari, seperti memanjakannya. Terang saja Andre sangat senang, karena untuk bisa membujuk Arra agar pulang ke Indonesia saja tidaklah gampang. Sering kali Andre mengemis demi bisa bertemu dengan Arra, namun sering pula dia harus kecewa.Tidak jarang Andre harus menelan patah hati ketika ia menyatakan kerinduannya pada Arra, harus bertepuk sebelah tangan. Bahkan, tidak jarang Arra melontarkan ancaman akan menyudahi hubungan, jika Andre masih saja menghubunginya tanpa alasan.Terkada
KONSIPIRASIReno makin tidak tenang setelah mendapati kabar kalau Andre memukau dalam acara di depan dewan direksi dan petinggi perusahaan. Menurut kabar yang dia dengar, kecemerlangan Andre juga karena didukung oleh keberadaan asistennya. Reno pantas tidak tenang, karena meski kemampuan dia masih di atas Andre, tapi dia tidak yakin kalau Andre tidak bakal mendapat suara yang signifikan. Bahkan, Reno semakin tidak yakin kalau dia bakal bisa mengalahkan Andre dengan kemenangan telak.Tadinya, harapan Reno sangat besar. Terlebih ia tahu jika Andre hanya jadi boneka pada proses pemilihan CEO tersebut. Semua orang juga sudah tahu seperti apa Andre. Makanya, Reno terlalu merisaukannya. Namun setelah Andre mendapatkan rubrik di majalah, kemudian dipercaya oleh beberapa dewan direksi, Reno mulai berubah pikiran.Belakangan ini pamor Andre sedang naik. Bisa jadi di kalangan pegawai, keberadaan Andre b
JENGAHMenul tergagap saat mendapati Arra melenggang masuk ke ruangan Andre. Dia mengurungkan niatnya untuk memberikan hasil pekerjaannya pada Andre. Sebelum kejadian di mana Menul mendapati Arra telah bermain belakang dengan Reno saja, Menul sudah tidak respek dengan Arra, apalagi setelah kejadian itu. Menul jadi makin tidak respek.Entah kenapa Menul tidak rela Arra menyakiti Andre. Bagi Menul, Andre itu tipikal laki-laki tidak banyak tingkah. Ia tidak banyak tuntutan. Setiap pekerjaan yang diberikan Andre pada Menul, tidak banyak yang diprotes. Meski ada kesalahan di sana sini, Andre menyampaikan itu, dengan kata “bagaiman kalau”. Bukan sementang-mentang marah, karena ia merasa menjadi atasan.Makanya, Menul ikut merasa sakit hati saat mendapati atasannya itu telah dikhianati cintanya oleh orang yang sangat disayanginya. Kalau saja punya kuasa, tentu ia akan segera memberi tahu Andre, sebelum berakibat pada karir Andre.Tapi sayang, Menul b
SECERCAH HARAP“Gimana dengan Menul, Ra?”Delvi tergopoh menghampiri Arra, begitu dia melihat Arra muncul di kantor. Perasaannya sudah tidak karuan sejak Menul menjadi asisten Andre. Ia tentu tidak terima karena Menul, perempuan yang telah ia damprat habis-habisan harus naik kasta. Semenjak Menul jadi asisten Andre, kinerja Delvi sangat menurun. Ia jadi tidak bisa fokus. Pikirannya selalu tertuju pada perempuan itu.Membayangkan Menul menemani Andre menemui kolega, membuatnya uring-uringan. Namun ia tidak bisa berbuat apa-apa. Dulu, saat ia mendapat kabar jika Menul berada satu mobil dengan Andre saja darahnya sudah mendidih. Kini ia harus mendapati kenyataan yang membuatnya muak.Kalau saja tidak ada Arra, tentu ia sudah keluar dari kantor itu. Keberadaan Arra adalah harapan baginya. Ia ingin sekali bisa menyingkirkan Menul, perempuan tak tahu diuntung itu seperti mencabik-cabiknya.Delvi merasa harus kucing-kucinga
SEMANGATMenul diam terpaku dengan apa yang baru saja dilihatnya. Nafasnya berpacu, menandakan sesuatu sedang tidak baik-baik saja. Tentu saja ia tidak baik-baik saja, mendapati dua orang yang ia pernah sedikit kenal, berduaan. Bermain di belakang orang baik. Bahkan ia yakin keduanya memang sudah sering melakukannya.Kalau saja tidak ada hubungan dengan atasannya itu mungkin Menul tidak terlalu memusingkan. Namun dua orang itu ada kaitannya dengan Andre. Yang Menul tahu, Arra adalah orang yang tentu saja mendukung sepenuhnya pecalonan Andre sebagai CEO. Sedang Reno adalah orang yang menjadi rival Andre. Kebetulan keduanya tidak menyukai Menul, yang Menul sendiri tidak tahu alasannya.Berbagai pertanyaan datang silih berganti di pikiran Menul. Meski dia belum begitu pengalaman dengan urusan asmara, tapi Menul bisa melihat ketidakberesan yang diperlihatkan Arra dan Reno. Gandengan tangan itu. Pandangan mesra itu. Apalagi keduanya masuk dalam sa
SELINGKUHSudah hampir setengah jam Menul menunggu Pak Prasetyo di lobi hotel. Namun Menul tidak merasa terbebani, karena dia sudah mendapat kepastian kalau Pak Prasetyo masih ada acara. Lagian, Menul bukan tipikal gadis penggerutu, yang baru menunggu beberapa menit saja sudah uring-uringan. Menul sudah terbiasa menunggu. Apalagi setelah akrab dengan phonesell yang lebih canggih, maka menunggu menjadi keasikan tersendiri. Menul bisa mencoba banyak fitur yang belum sempat dia pelajari.Namun meski asik dengan phonesellnya, sesekali Menul menebar pandang. Bahkan ornamen hotel tidak lepas dari pandangannya karena Menul merasa harus merekam banyak hal yang dia jumpai. Menul ingat kata-kata seorang penulis fiksi ternama bahwa penggambaran sebuah tempat akan makin detail jika seseorang pernah berada di tempat yang sama. Deskripsinya akan lebih terasa sehingga penonton merasa terbawa dalam setingnya. Bakan seolah-olah
MISI ARRA“Beneran, itu asistenmu?”Arra langsung memberondong Andre dengan pertanyaan. Kalau saja dia tidak sedang ingin membangun Arra dirinya agar Andre makin sayang padanya, tentunya dia sudah mendamprat Menul saat dia menjumpainya di ruangan yang menurut Arra sangat tidak layak bagi Menul.Arra memandang tajam ke arah Andre. Sebenarnya ia bukan penasaran mengapa Andre memilih Menul, perempuan yang dari segi fisiknya jelas tidak masuk dalam kriteria sebagai asisten. Ia penasaran karena mendapat kabar dari Reno bahwa asisten Andre tidak bisa dipandang remeh.“Iya Beib. Kan aku sudah pernah bilang padamu kalau aku akan angkat seorang asisten?”“Tapi dengan tampang seperti itu?” ujar Arra bernada mencibir. Kalau saja ia tidak mendapat kabar jika asisten Andre itu telah berhasil membungkam dewan direksi. Bahkan telah mampu membuat Reno tidak berkutik, tentu ia tidak akan peduli. Bahkan A
KEPURA-PURAANPengalaman Menul makin berwarna. Mulai dari restoran mewah, perkantoran megah, hotel berbintang lima, dan banyak lagi. Meski tidak di setiap tempat Menul mendampingi Andre, tapi berada di antara orang-orang besar adalah anugerah tersendiri bagi Menul. Menjadi asisten dari orang yang sedang dipromosikan sebagai calon CEO, membuat dunia Menul menjadi begitu indah. Banyak sekali pengalaman berharga ia dapatkan.Menul tidak pernah membayangkan, jika dalam hidupnya ia akan mengalami hal yang bagi orang sepertinya seperti mustahil. Berada di tempat yang untuk orang sepertinya hanya sebuah mimpi. Bertemu dengan banyak orang dengan banyak karakter, membuatnya bisa mendapatkan banyak ide sehingga tulisan Menul pun bisa lebih berkembang. Cita rasanya juga makin bervariasi.Menul juga mulai mencoba menggeluti dunia fiksi. Imaginasi dan pengalaman hidupnya yang penuh warna, membuat Menul seperti menemukan media untuk menuangkannya. Lebih dari itu
KEKAGUMAN DIREKTURAndre segera mengajak Menul untuk makan siang di restoran langganannya, sebagai bentuk sukur sekaligus terima kasih pada Menul. Andre makin respek pada Menul. Sosok yang semula dia pilih menjadi asisten karena sebuah ketidaksengajaan, kini sosok itu telah menjawab kepercayaannya melebihi ekspektasinya. Andre merasa Menul adalah takdirnya untuk mencapai sesuatu yang semula tidak ia pandang penting dalam hidupnya. Tuhan telah menggerakkanya untuk menemukan notes itu, yang kemudian mengubah kehidupan Andre.Setelah apa yang terjadi baru saja, semangat Andre makin besar. Ia juga makin percaya diri, karena Menul telah mengajarkan padanya bahwa orang yang selama ini menduduki jabatan penting, bisa jadi bukan karena ia hebat, tetapi karena ia mendapatkan kesempatan. Siapa pun bisa menjadi hebat, ketika ia mendapatkan kesempatan dengan bakat dan minat yang ia miliki.Andre merasa sangat beruntung. Baru kali ini dia mendapati orang yang m