Tanpa sadar Alexa menekan dadanya yang mendadak sesak, air mata ikut luruh membasahi wajah cantiknya. “Hikss..” Alexa terisak menangis membuat Lucas dan Shwa yang tengah berbicara langsung melihat ke arahnya dan tertegun dibuat terkejut.“A-Alexa” Lucas terbata, dia tidak dapat menyembunyikan kekhawatirannya karena Alexa sudah mendengarkan apa yang sudah dia bicarakan dengan Shwan.“Kenapa kau ingin membunuhku?” tanya Alexa gemetar.Bibir Lucas menekan kuat tidak dapat berkata-kata, pria itu beranjak perlahan mencoba mendekat dan memeluk Alexa sebelum memberikannya penjelasan.“Jawab aku Lucas!” teriak Alexa frustasi, Alexa menepis tangan Lucas, menolak sentuhannya. “Kau ingin membunuhku karena perjodohan dan kutukan waktu itu?”“Alexa, itu_”“Kau juga yang sudah menjebak Dev agar bercinta dengan Melby?” sela Alexa dengan serangkaian pertanyaan yang membuatnya marah, kecewa, juga sedih.Lucas tertunduk terlihat pasrah, “Itu benar, Alexa,” jawab Lucas mengakui semuanya.“Aku benci kau
“Tuan!” Shwan berlari di ikuti para pengawalnya.Lucas menarik napasnya dalam-dalam, pria itu berusaha untuk kembali bangkit dan pergi ke ujung tebing.Sebelum Shwan sampai menolong Lucas, Lucas sudah menjatuhkan tubuhnya ke laut melawan segala ketakutan dan traumanya demi menolong Alexa.Shwan menutup mulutnya rapat-rapat, melihat ombak besar yang membawa Lucas.“Panggil ambulance!” teriak Armin yang baru datang.Shwan berlari dalam keadaan panik, berteriak mengintruksikan pengawalnya agar menghubungi ambulance dan menyisir tebing pantai. Armin berlari, melompat menuruni tebing begitu melihat warna merah darah di antara birunya air laut, Lucas berhasil membawa Alexa, pria itu tidak berhenti memeluk Alexa dan membiarkan tubuhnya sendiri terpukul ombak dan membentur dinding tebing.Lucas berusaha membawa Alexa ke tepian pasir. Pria itu menahan ringisan sakit di bahunya karena darah yang tidak berhenti dan air laut yang menambah perih.“Tolong selamatkan Alexa” rintih Lucas setengah sa
“Dia siapa Ayah?”Semua orang tercengang kaget begitu tahu Alexa tidak mengenali Lucas.Tubuh Lucas menegang, kegetiran yang terpancar di wajahnya melihat kebingungan di mata Alexa yang tidak mengerti dengan keterkejutan orang-orang disekitarnya karena dia tidak mengenal Lucas.“Alexa, jangan bercanda,” bisik Lucas penuh kekhawatiran.Lucas meraih tangan Alexa, namun gadis itu menepisnya dan bersembunyi di bahu Connor dengan tatapan takut.“Ayah, dia siapa? Kenapa bersikap aneh padaku?” tanya Alexa dengan gemetar ketakutan.Semua orang semakin diabuat diam membungkam terlihat kerkejut. Sementara Devon, pria itu bersorak di dalam diamnya karena keajaiban tidak terduga berpihak kepadanya.Jika Alexa lupa dengan Lucas, bukankah itu artinya dia kembali memiliki kesempatan untuk bisa kembali dengan Alexa?Tanpa sadar sudut bibir Devon terangkat membentuk senyuman, hatinya sangat puas karena keadilan akan datang kepadanya dan membalas semua perbuatan buruk yang telah Lucas lakukan selama in
Alexa menggeleng terlihat tidak setuju dan tidak terima ketika Armin memperlihatkan beberapa potret kebersamaannya bersama Lucas, hingga bukti buku nikah sah yang di akui negara jika dia sudah menikah.Alexa menangis, menolak kebenaran yang sudah Armin beritahukan kepadanya.Alexa tidak percaya, mana mungkin laki-laki asing yang sama sekali tidak dia kenal adalah suaminya.“Tidak mungkin, aku tidak mengenal dia sama sekali, aku berpacaran dengan Dev, aku tidak mungkin menikah dengan pria lain selain Dev,” isak Alexa tidak terima.“Alexa, apa kau tidak mendengar penjelasan dari dokter kemarin? Kau mengalami amnesia, karena hal itulah kau melupakan suamimu,” ucap Armin dengan hati-hati.“Tidak mungkin Armin! Tidak mungkin aku menikah dengan pria lain selain Dev!” teriak Alexa menarik rambutnya dengan frustasi, tangisannya kian keras terpecah.“Kau mencintai Lucas, kalian bersama karena perjodohan, memang benar awalnya kau tidak menyukainya, tapi kau sudh mulai jatuh cinta kepadanya,” ja
“Nona, Silahkan masuk.” Evan mempersilakan Alexa dengan sopan dan membantu membawakan kopernya. Evan sudah diberitahu sebelumnya oleh Shwan mengenai keadaan Alexa, dia dan semua pelayan yang ada di rumah harus ekstra memberikan kenyamanan untuk Alexa agar dia bisa betah.Alexa tertunduk sedih menatap setiap inch lantai yang akan di langkahinya, dia meremas ujung gaunnya dengan erat untuk menyalurkan kegelisahan yang dirasakan.Alexa masih merasakan perasaan yang sangat asing dengan Lucas rumah padahal Armin bilang, jika sudah lama Alexa tinggal di tempat ini. Alexa juga masih bingung harus bersikap apa bila nanti kembali bertemu dengan Lucas.Evan yang mengantar, langsung menunjukan kamar yang dulu pernah Alexa tinggali sebelum menikah dengan Lucas.Lucas memilih untuk tinggal di kamar yang terpisah sementara waktu sampai Alexa terbiasa.“Jika ada sesuatu yang Anda butuhkan, Anda bisa menelpon saya,” ucap Evan di belakang Alexa.“Iya, terima kasih.”Evan tersenyum singkat, dia membung
Lucas duduk dengan tenang di kursinya, sudah cukup lama dia menunggu Alexa turun untuk makan malam bersamanya.Lucas ingin memulai semuanya dengan baik tanpa pemaksaan, mungkin dengan begitu, dia bisa menebus beberapa kesalahannya di masa lalu yang kerap kali memaksa Alexa untuk mengikuti kehendaknya.Tidak berapa lama Alexa turun, tetapi dia menenteng tas selempang kecilnya seperti akan bepergian.“Kau mau ke mana?” tanya Lucas meneliti.“Saya ak”“Jangan bicara formal Alexa, aku suamimu,” koreksi Lucas memotong ucapan Alexa.“Aku akan pergi keluar, aku memiliki janji dengan temanku,” ucap Alexa dengan sedikit terbata dan bergerak canggung.Kesenangan di wajah Lucas mendadak hilang, baru sebentar Alexa datang ke rumah, kini dia akan pergi. Teman? Memangnya siapa teman Alexa? Sejak Lucas bersama Alexa selama beberapa bulan terakhir ini, Lucas tidak pernah sekalipun diperkenalkan kepada teman Alexa.Jika Alexa tidak memiliki teman, lantas dengan siapa dia akan bertemu? Devon?Lucas men
Lucas menegak anggurnya lagi dengan cepat, entah sudah berapa banyak anggur yang dia minum hari ini. Ada banyak masalah yang dia hadapi dan membuat Lucas mencari pelarian untuk meredakan sedikit penat di kepalanya.Tidak hanya masalah pekerjaan yang lama dia tinggalkan selama koma, masalah hubungannya dengan Alexa ikut menjadi rumit kembali.Suara langkah Armin yang menuruni tangga usai keluar dari kamar Alexa terdengar, Lucas hanya melihat ke belakang sekilas, lalu kembali melihat gelas anggurnya yang tinggak satu teguk lagi.Armin duduk bergabung, pria itu ikut mengambil anggur dan menuangkannya ke gelas.“Bagaimana keadaannya?” tanya Lucas terdengar pelan. Lucas tidak dapat menyembunyikan kegalauannya melihat Alexa yang kini melupakan dia sepenuhnya dan justru mengejar Devon kembali.Lucas tersadar jika mungkin ini semua karma untuknya karena sudah mendapatkan Alexa dengan cara yang kotor, tetapi Lucas juga berhak untuk gelisah karena Alexa berharga untuknya.Lucas butuh kesempatan
Pembicaraan yang terjadi di pagi hari pada akhirnya membuat Lucas segera memutuskan membawa Alexa ke perusahaannya. Lucas tidak ingin banyak mengecewakan Alexa, dia ingin membuat gadis itu nyaman dengannya.“Perusahaanmu besar sekali,” pandangan Alexa mengedar ke penjuru arah, melihat setiap sudut tempat yang nyaman dan berkelas. “Apa ini perusahaan keluargamu?”Lucas melihat Alexa sekilas sebelum menekan tombol di lift. “Benar, tetapi mereka tidak suka bisnis seperti ini, karena itulah aku bertanggung jawab atas semuanya.”Alexa mengangguk mengerti, kepalanya bergerak ke sana-kemari masih menikmati pemandangan di sekitarnya. “Di mana aku akan memulai wawancara?”“Kau tidak perlu melakukan wawancara, langsung saja ke meja kerjamu yang sudah disiapkan.”Alexa terperangah kaget, dia tahu betul seberapa ketatnya persaingan pekerjaan di Hong Kong, sangat menakjubkan jika dia langsung bisa bekerja tanpa melakukan sesi wawancara apapun.“Kau sangat luar biasa,” puji Alexa.Lucas menyeringai
Suara roda ranjang yang dorong berderak melewati setiap lorong rumah sakit, genggaman tangan Lucas mengerat memandangan Alexa yang terbaring kesakitan.Seorang dokter menahan langkah Lucas yang akan ikut memasuki ruangan bersalin, "Maaf Tuan, silahkan tunggu."“Aku ingin menemani isteriku, dia membutuhkan aku!” Geram Lucas tidak suka dengan siapapun yang mengahalangi keinginannya.“Anda ikuti prosedurnya, dengan begitu semuanya akan berjalan lebih cepat,” ucap dokter tersebut masih dengan ketanangan.“Tuan, sebaiknya ikuti apa yang di katakan Dokter. Biar Nyonya Alexa lebih cepat di tangani,” usul Shwan mengusap bahu Lucas agar tuannya bisa lebih tenang.Kemarahan Lucas sedikit berkurang, dengan terpaksa dia mundur dan memberi jalan dokter tersebut. Ketegangan dibahu Lucs mengedur, perlahan Lucas terduduk di kursi, memandang daun pintu yang masih tertutup rapat. Ledua tangannya saling bertautan memanjatkan do'a dan berusaha meredakan kecemasan juga rasa takutnya. “Nyonya Alexa akan
Kemurungan hati Lucas tampak jelas di raut wajahnya, Julian adalah sahabat satu-satunya yang dia miliki di muka bumi ini.Lucas mengerti, Julian telah jatuh cinta kepada kekasih Armin. Pria itu benci di usik karena kedatangan Armin dalam kebahagiannya.Kebingungan Lucas bertambah, dia tidak dapat menjauhkan Armin sedikit pun. Pria itu sama kuatnya dengan Julian.Suara deringan telepon masuk menjeda Lucas yang sempat akan membuka pintu mobil. “Shwan.”“Tuan,” suara napas Shwan memburu dan kasar, “nyonay Alexa kabur.”“Sialan!” maki Lucas murka. “Dapatkan dia sebelum membuat ulah!”“Iya, Tuan.”Decitan kasar suara mobil yang meninggalkan tempat sangat terdengar keras. Hati Lucas bergemuruh kesal dengan sikap manja Alexa yang tidak pernah berubah, bahkan dengan perut besarnya yang sekarang pun Alexa masih gemar membuat ulah.***Sorak suara penonton baseball bergemuruh penuh semangat, mereka menyanyikan lagu kebagsaan Neydish setelah pertarungan usai.Alexa berteriak merasakan euforia pe
Peluh keringat membasahi wajah Alexa, sesekali gadis itu menyekanya dengan punggung tangan dan melanjutkan untuk mendekor kamar untuk calon buah hatinya.Shwan dan para pengawal mengangkut beberapa barang, meletakannya sesuai dengan apa yang Alexa inginkan.Nuansa warna hijau sangat mencolok dengan banyaknya hiasan dinding, beberapa mainan sudah tersedia di dalam kurungan pagar. Sebuah teleskop berdiri kokoh di depan jendela, boneka-boneka pesawat kecil menggantung dan berputar di atas ranjang kecil bayi.Alexa menjatuhkan dirinya ke sofa, menyangga bawah perutnya yang semakin membesar dan membuatnya merasakan beban berat.“Nyonya” Shwan berdiri di hadapan Alexa. “Ada yang bisa saya kerjakan lagi?”Tubuh Alexa meringkuk di sofa, gerakan matanya melambat, ia menguap merasakan kantuk yang menyerang. “Apa aku boleh jalan-jalan?”Shwan tersenyum kaku. “Maaf Nyonya, sebaiknya Anda meminta izin pada Tuan Lucas terlebih dahulu,” jawabnya sebijak mungkin. Semakin bertambahnya usia kandunga
Enam bulan kemudian..Suara angin berhembus lembut menerpa dadaunan dan mejatuhkan ranting keringnya ke permukaan air.Hamparan rumput hijau membentang luas mengelilingi rumah baru Lucas dan Alexa. Rumah itu jauh dari kesan mewah seperti mansionnya di Hong Kong, namun deburan ombak di bawah tebing menjadi menjadi pesona tersendiri.Pemandangan di setiap sudut rumah mengarah pada kekuatan hedonisme, gedung-gedung menjulang kokoh di depan taman hiburan yang langsung mengarah ke laut.Club malam, hotel, dan sebuah kasino yang berkilauan di puncak tertinggi gedung, layaknya sebuah berlian raksasa yang menggambarkan kekayaan.Hekataran kincir berdiri kokoh telah menjadi penerang sebagian pulau itu.Jauh dari keramaian, jalanan yang luas membentang indah menembus, hutan dan kebun lavender yang menghidupi ratusan petani yang hidup di pinggiran sungai.Lucas berdiri di pinggiran tebing, berpegangan pada pagar sambil menikmati segelas anggur.Rambutnya bergerak mengikuti ke mana arah angin men
Dalam remang cahaya, Alexa duduk menikmati popcornnya sambil melihat layar depannya yang menampilkan film THE LEGO MOVIE 2: THE SECONDPART.Tanpa Alexa sadari, jika Lucas telah menyusul masuk dan duduk di sampingnya. Setelah perkataan Armin mengenai keadaan Alexa yang kemungkinan hamil berhasil membuat Lucas tidak bisa tidur sepanjang malam. Pria itu gelisah, tenggelam dalam renungan dan banyak kekhawatiran.Lucas masih trauma dengan kehamilan yang menimpa Lucy, dan Lucas belum siap menjadi seorang ayah.Lucas bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Apa yang kini harus dia lakukan?Lucas masih belum bisa menjadi suami yang baik untuk Alexa, dan kini Lucas harus memikirkan kemungkinan jika Alexa tengah mengandung anaknya.Tanggung jawab di tangan Lucas kian membesar.Sempat Lucas berpikir untuk meminta Alexa menggugurkan kandungannya, mungkin itu keputusan yang terbaik.Tapi, jauh di dalam lubuk hati Lucas, dia akan menjadi bajingan paling kotor dan menjijikan di dunia ini bila menolak k
Langkah Lucas langsung terhenti, dalam satu gerakan dia berbalik. Alexa langsung menjatuhkan tubuhnya ke lantai sambil memijat kepalanya.Dengan cepat Lucas berlari ke arah Alexa dan memeluknya. “Apa kau terluka?” Tanya Lucas khawatir. Alexa menggelengkan kepalanya membiarkan Lucas menggendongnya.“Di mana kamarmu?” Tanya Lucas dengan langkah lebarnya, Alexa menunjuk ke arah tangga menunjuk kamar pertama yang dulu sering dia gunakan ketika menginap di rumah Armin.Tubuh Alexa di baringkan di atas ranjang, Lucas menaikan selimut sampai dadanya. “Aku Akan memanggil Doker.”“Jangan!” jawab cepat Alexa,. “Armin juga Dokter. Dia bisa mengurusku,” cegah alexa mulai panik, setetes keringat dingin langsung membasahi pelipisnya.Lucas mengangguk sedih, mengusap helain rambut yang menempel di wajah Alexa. “Aku akan pesan makanan. Kamu mau apa?”Alexa menggeleng lemah, perutnya sudah sangat keras dan penuh tidak dapat menampung apapun lagi. “Aku tidak nafsu makan.”“Aku mohon Alexa, makanlah.
Armin bersedekap dan duduk santai melihat Alexa yang tengah duduk di depannya memakan sup dengan lahap, sepertinya belum cukup bagi Alexa makan dua loyang pizza.Namun, sepertinya dengan banyak makan cukup efektif bagi Alexa agar tidak menangis terus menerus, memikirkan perkataan Lucas yang berhasil mematahkan hatinya. Jika diteliti, Alexa memiliki nafsu makan yang lebih banyak dari biasanya. Alexa seorang model, biasanya dia akan pilih-pilih makanan, tapi sekarang ada sesuatu yang berbeda.“Kau memiliki pola makan yang berbeda dari biasanya,” komentar Armin.“Aku juga tidak tahu, satu minggu terakhir ini aku terus-terus suka makan dan ingin dekat-dekat dengan Lucas”“Benarkah?”Alexa termenung sedih dengan mulut yang mengunyah. “Awalnya aku sangat membencinya karena dia kasar dan bertempramen buruk, terkadang aku suka takut dengannya. Namun, setelah aku lebih dekat mengenal Lucas, aku merasa nyaman meski dia tidak selembut Dev. Meski Lucas sering membentakku dan memaksaku untuk berc
Dengan tangan terkepal Lucas berkata. “Jadi, kau lebih memilih temanmu dibandingkan aku? Apa itu artinya, kita harus bercerai Alexa?”Alexa tertunduk menatap dedaunan di tanah, air matanya berjatuhan membasahi tangangannya. Alexa tidak dapat berbicara lagi.“Lepaskan cincin pernikahan itu!” pinta Lucas.Alexa tersenyum getir melihat cincin pernikahannya yang masih tersemat di jari manisnya, dengan gemetar dan beruraian air mata Alexa melepaskannya.Hati Alexa semakin hancur dan sakit, perkataan Lucas sangat mengguncangnya. Alexa tahu letak kesalahannya, namun keputusan Lucas yang secepat ini tanpa beban sudah membuat Alexa menerka-nerka jika hubungan pernikahan mereka tidaklah sekuat yang Alexa pikirkan.Dengan kasar Armin mengambil cincinnya dari tangan Alexa. “Biar aku yang memberikannya Alexa, sekarang kau masuklah ke rumahku, ada yang harus aku katakan pada Lucas.”Tangis Alexa yang kuat terdengar lebih jelas, gadis itu merintih merasakan hatinya yang sangat sakit.Alexa berbalik
Dalam diam Alexa duduk di kusen jendela, tangannya menggenggam sebuah remote yang tidak dia ketahui seutuhnya.Tanpa rasa curiga apapun Lucas meninggalkannya pergi menyelesaikan semua keributan yang ada.Sudah kesekian kalinya Alexa memeriksa arah jam dinding karena sudah cukup lama dia menunggu.Sementara di tempat lain Lucas menggelar pertemuan penting. Kerusuhan yang baru terjadi satu hari itu telah mempengaruhi saham perusahaanya. Berkali-kali Alexa menguap dan menahan pegal di punggungnya, namun pandangannya masih fokus ke jalanan.Mobil yang di tunggunya datang..Alexa turun dari kusen jendela dan menutup gordengnya. Perlu waktu beberapa detik agar bagi Alexa menunggu mobil itu sampai di depan gerbang dan mendekat sebuah belokan halaman.Geggaman tangan Alexa menguat, ibu jarinya menekan tombol merah di remote.Sebuah ledakan dahsyat di bawah tanah berhasil melemparkan mobil box itu dengan mudah. Para pengawal Lucas berlari berhamburan mengeluarkan senjata mereka. “Tidak!” Tubuh