Share

10. Perih

Penulis: Chida
last update Terakhir Diperbarui: 2021-10-09 17:28:32

Suara ketukan di pintu membuyarkan konsentrasi Alvin dalam mengerjakan pekerjaannya. Budiman Atmaja, ayah Alvin datang menemui putranya bersama seorang wanita berkulit putih bening, bermata indah dan mempunyai rambut berwarna coklat keemasan.

"Hai, Alvin," sapa Soraya. Wanita dengan tinggi badan 165 sentimeter itu berjalan mendekati Alvin dan memberikan kecupan di pipi lelaki itu.

"Papa kesini mau nganterin Soraya, ajak Soraya makan malam ya ... jauh-jauh dari Bali sudah pasti harus kamu jamu dengan baik," ujar Budiman pada Alvin.

"Kenapa gak Papa sama mama aja yang makan malam sama Soraya? Alvin masih banyak pekerjaan." Alvin berusaha menolak, jelas dia ingat sekali janjinya pada Shesa malam ini.

"Papa masih ada urusan, kalo mama kamu ... tau sendiri lah jadwalnya padat, kan." Budiman menepuk pundak Soraya. "Soraya, Om tinggal dulu ya ... butuh apa-apa selama di sini, bilang aja sama Alvin." Budiman lalu melangkah pergi meninggalkan ruangan itu.

Chida

Sorry, kadang typo bikin gagal keren 🤭 maklumi yaaah😘

| 5
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (17)
goodnovel comment avatar
Christina Natalia
halo gue benci loe vin.udah ak wakil kan sha jgn diangkat
goodnovel comment avatar
Indarini Rini
cuekin alvin sha, biar dia kejar lo
goodnovel comment avatar
Wakhidah Dani
ayo kencangkan semangat buat nyuekin Alvin
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Bercinta Denganmu   11. Tatapan Itu

    Suara ponsel Shesa berbunyi kala dua sahabat itu sedang membahas tentang masalah percintaan yang dialami oleh Shesa. "Siapa?" tanya Nina. "Alvin," jawab Shesa dengan mata yang terbelalak lalu menatap Nina. "Nin ... gimana?" "Eh, gimana? malah nanya gue." Nina mengangkat kedua bahunya. "Angkat aja." Shesa meletakkan jari telunjuk di bibirnya memberikan isyarat pada Nina untuk diam. "Halo," sapa Shesa dengan wajah yang datar. "Kamu dimana?" "Kenapa?" "Aku tanya kamu dimana, jangan balik bertanya," ujar Alvin. "Sedang di suatu tempat, kenapa?" "Aku jemput, katakan dimana?" "Aku lagi sama teman-teman," ujar Shesa. "Lain kali saja ...." "Sha ...." "I got to go now, bye (aku pergi dulu)" ujar Shesa menutup telponnya. "Ish ... kejam lo," ujar Nina. "Biar gak kebiasaan maenin hati anak perawan," ujar Shesa terkekeh meski hatinya perih. "Anak perawan, njiirr." Nina

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-10
  • Bercinta Denganmu   12. Dimana kamu?

    Alvin menatap Shesa dengan tatapan tajam saat Shesa meminta izin meninggalkan ruangan kerjanya. Sedangkan Soraya masih asyik mengingat ingat, semahal apa bayaran Shesa hingga mantan model itu memutuskan untuk bekerja di perusahaan Alvin."Aku keluar sebentar," ujar Alvin beranjak dari kursinya."Kemana?""Ke ruangan Ibu Sinta," bohong Alvin yang sebenarnya ingin mengejar Shesa.Langkah lebar Alvin keluar dari ruangannya mengejar Shesa sampai ke depan pintu lift, dan nasib baik berpihak padanya. Wanita itu masih berada di depan lift, pintu lift terbuka Alvin berlari kecil dan berhasil menahan pintu lift dengan tangannya."Tunggu!" seru Alvin.Shesa memutar tubuhnya saat satu kakinya baru saja masuk ke dalam lift, cepat-cepat dia menekan tombol close namun kalah cepat dengan Alvin yang buru-buru ikut masuk ke dalam."Dengerin dulu," ujar Alvin meraih tangan Shesa."Apa-apa sih," sungut Shesa menepis tangan Alvin.Alvin men

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-11
  • Bercinta Denganmu   13. Baku Hantam

    Shesa baru saja turun dari mobilnya saat dia melihat Alvin memasuki apartemen tempat Shesa tinggal. Wanita itu mengerutkan kedua alisnya, darimana Alvin tahu dimana tempat tinggalnya, pikir Shesa. Barulah dia tersadar jika dia mengaktifkan GPS pada ponsel yang Shesa gunakan. "Ck, kenapa harus kesini sih," gumam Shesa lalu masuk lagi ke dalam mobilnya. Rencananya untuk menukar pakaiannya terlebih dahulu baru pergi lagi menuju ke sebuah Mall pun kandas. Shesa menonaktifkan GPS ponselnya, lalu mengemudikan mobilnya ke tempat yang dia tuju. Lelah mencari sesuatu yang dia butuhkan, Shesa masuk ke restoran Jepang yang berada di Mall itu. Setelah memesan makanannya, Shesa kembali menggulir layar ponselnya, beberapa pesan masuk termasuk dari Nina dan Alvin. "Shesa? Hai ... Shesa," sapa dua orang wanita dengan postur tubuh yang tak kalah tinggi darinya dengan paper bag yang berisi barang-barang branded, dua wanita itu bergabung duduk bersama Shesa di sana. "Lo

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-12
  • Bercinta Denganmu   14. Aku Maunya Kamu

    "Kalo udah baikan kamu boleh pulang," ujar Shesa, kali ini Shesa beranjak keluar dari kamarnya.Alvin mengusap wajahnya, dia meringis ketika tangannya mengenai pelipis mata, dan pipinya yang lebam. Matanya menyusuri ke seluruh ruangan, kamar yang berukuran besar berwarna putih itu berdesain sangat elegan, satu pintu penghubung berhadapan langsung dengan tempat tidur, Alvin yakin itu adalah ruangan dimana segala benda ber merk seperti sepatu, tas bahkan baju berada di sana.Alvin beranjak perlahan, menyusuri kamar itu. Balkon yang menghadap langsung pada pemandangan malam kota Jakarta begitu indah terlihat dari tempat dia berdiri sekarang. Bisa dia tebak, jika Shesa sedang ingin menyendiri, maka Shesa akan menghabiskan waktunya berlama-lama duduk di sana."Mau aku pesankan taksi?" Suara Shesa membuyarkan lamunan Alvin.Alvin memutar tubuhnya, bersandar pada pagar pembatas balkon."Luka aku belum juga kering, udah kamu suruh pulang."

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-12
  • Bercinta Denganmu   15. Status Baru

    "Vin," lirih Shesa dengan tatapan mata yang sayu. Mereka saling bertatapan, Alvin masih berada di atas tubuh wanita itu. Alvin meraih tengkuk leher Shesa memulai pagutannya kembali kali ini mereka saling membalas, tanpa sadar Shesa melingkarkan tangannya pada leher Alvin. Alvin mulai menyusuri leher wanita itu perlahan tangannya membawa turun tali tank top yang dikenakan Shesa. "Apa? Kamu mulai suka aku kan?" tanya Alvin menciumi dada Shesa yang sedikit demi sedikit terbuka. "Vin,, aku gak bisa—" Alvin masih tak memperdulikan ucapan Shesa, tubuhnya terus menuju perut Shesa yang terbuka. Kulit wanita itu begitu bening, Alvin menyentuhnya hingga masuk ke dalam celah-celah pakaian Shesa. Shesa bergerak tak beraturan, dadanya membusung ketika tangan Alvin masuk dan meremasnya. Alvin suka hal itu, payudara berukuran pas pada cengkraman tangannya itu, Alvin tersenyum. "Aku suka ini, Sha ... Please jadi milik aku," bisiknya pada telinga Shesa.

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-13
  • Bercinta Denganmu   16. Sekretaris Baru

    "Vin." "Iya," jawab Alvin yang masih menikmati permainan lidahnya pada dada Shesa. Shesa menjauhkan tubuh avin yang berada di atasnya perlahan. "Susu coklat kita keburu dingin." Shesa memunguti tank topnya yang berada di lantai lalu memakainya kembali. "Setelah sarapan ya?" "Apa?" "Kita lanjut lagi." Alvin tersenyum nakal. "Kamu itu." Shesa meninggalkan Alvin menuju meja bar yang sudah siap dengan sarapan yang dia buat tadi. "Alvin." Shesa terkejut ketika Alvin meletakkan bra miliknya di atas meja. "Kamu gak pake, jadi aku taruh di sini." "Ya gak di sini juga kali," ujar Shesa meraih pembungkus dadanya itu. "Kamu emang menggoda aku ya." "Apa?" "Kenapa gak pake?" "Astaga dibahas ... makan." Shesa menyuapkan potongan omelette ke mulut Alvin dengan tangannya. "Enak." Alvin menahan tangan Shesa, menyesapnya hingga membuat sensasi menggelitik di sekujur tubuh Shesa.

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-15
  • Bercinta Denganmu   17. Makan Kamu

    Ini adalah hari pertama Shesa berada di sebuah ruangan menduduki posisi sekretaris wakil direktur. Setelah berpamitan pada tim Humas yang selama ini banyak membantunya dalam mengerjakan pekerjaannya, Shesa sibuk mempelajari beberapa file yang harus dia berikan pada Alvin nanti. Pagi itu masih pukul setengah sembilan, Alvin belum juga datang. Sementara, Ibu Sinta sudah bolak-balik ke ruangan Shesa untuk memberitahukan urutan pekerjaan yang akan dia lakukan jika Alvin datang nanti. "Laporan tadi sudah di siapkan?" tanya Bu Sinta. "Kalau sudah, taruh di atas meja Pak Alvin, lalu nanti Pak Alvin datang, sebutkan jadwal dia hari ini. Sudah ada semua di tablet, kamu cukup pelajari saja susunannya, nanti terbiasa kok." Shesa mengangguk, "lalu, kalau nanti dibutuhkan kamu harus siap menemani kemana Pak Alvin pergi, ke proyek sekalipun." "Proyek?" "Iya, sudah dengarkan perusahaan kita membangun satu pabrik lagi di daerah Tasikmalaya?"

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-16
  • Bercinta Denganmu   18. Ada Aku, Jangan Takut.

    Shesa baru saja menyelesaikan masakannya, lasagna yang berisi daging, sayur-sayuran, serta olesan saos putih dan lelehan keju mozzarella begitu nikmat walau hanya di pandang mata. Bel pintu apartemen itu pun berbunyi, Shesa menanggalkan appron yang dia kenakan, dan melangkah menuju pintu, Alvin datang lebih awal dari yang dia kira, begitulah pikir Shesa. "Hai, Sha." "Catur?" Shesa terkejut begitu dia membuka pintu dan melihat Catur sudah berdiri di sana. "Ngapain kesini?" Shesa mengerutkan alisnya. "Kangen kamu." "Ngaco kamu ... lebih baik kamu pergi, sebelum aku panggil security." "Aku gak ngapa-ngapain kamu, cuma mau berkunjung aja, Sha." "Tapi aku gak mau terima kamu, aku gak mau ini terlihat dan jadi berita." "Makanya suruh aku masuk dong." Catur membuka pintu itu lebar dan melangkah masuk. "Gila! Pergi gak ... aku gak mau kamu ada di apartemen aku. Jadi, tolong pergi dari sini!" Shesa menarik tangan Catur aga

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-17

Bab terbaru

  • Bercinta Denganmu   111. I Love You To The Moon And Back (TAMAT)

    Taman samping rumah Shesa sudah di penuhi keluarga Atmaja dan Gunawan. Malam ini adalah perayaan kembalinya Gunawan setelah melewati masa hukumannya di penjara atas perbuatannya. Shesa dan Anggi duduk di sisi para suaminya, Gunawan dengan seksama mendengarkan cerita dari putri-putrinya melewati hari mengurus buah hati mereka. Sementara Wulan dan Paula sudah menjadi kebiasaan dua nenek ini menyiapkan segala sesuatu di meja makan. "Ini yang mau di bakar apa?" tanya Pandu dengan polosnya. "Jangan rumah gue," seloroh Alvin diiringi tawa semua anggota keluarga. "Kita tunggu satu keluarga lagi untuk bergabung," ujar Budiman. "Papa sengaja mengundang mereka." "Selamat malam." Semua orang menoleh ke asal suara, lelaki tampan bermata sipit berkulit putih, merangkul seorang wanita dengan perut yang membesar. "Aya, Windu," sahut Shesa yang tak percaya jika yang di maksud Budiman adalah Soraya dan Windu serta Citra yang berdi

  • Bercinta Denganmu   110. Selamat Datang Kembali

    "Sayaaang," seru Anggi dari dalam kamarnya. Pandu menaiki tangga tergopoh-gopoh, membawa tiga bungkus pampers berukuran besar dan satu plastik besar. Setengah jam yang lalu, Anggi menyuruhnya membeli perlengkapan bayi yang dia butuhkan termasuk susu dan Pampers untuk si kembar. "Sayang," seru Anggi lagi. "Iya, aku di sini," jawab Pandu masuk ke dalam dan melihat kesibukan Anggi mengurus bayi mereka yang berumur lima bulan. "Apa lagi yang harus aku bantu?" tanya Pandu dengan napas tersengal-sengal. "Bikinin susu untuk Aira, aku mau gantiin pampers Arya dulu," jawab Anggi meletakkan Aira ke tempat tidur bayinya, lalu mengangkat pelan tubuh Arya yang sudah menunggu antrian untuk di gantikan popoknya. "Siap!" jawab Pandu lantang, lalu melangkah ke sudut ruangan yang sudah lengkap dengan semua peralatan susu bayi kembar mereka. "Nggi." Wulan memanggilnya di ambang pintu. "Iya, Ma." "Kita berangkat setelah makan siang

  • Bercinta Denganmu   109. Selalu Bersama

    "Wah, selamat ya, Ndu. Langsung dua keren banget gimana bikinnya itu?" tanya Windu yang siang itu di telpon oleh Pandu, mengabarkan kalau Anggi sudah melahirkan. "Ya bikin aja, Win. Masa perlu gue ajarin." Pandu terkekeh. "Gimana Soraya?" "Sehat dia, tapi ya gitu ... apa memang begitu ya kalo perempuan lagi hamil?" "Emang gimana?" tanya Pandu, "eh, sebentar gue ubah mode video call aja, ini ada yang ribet pengen ikut ngobrol." Windu tertawa, hubungan tiga orang lelaki ini semakin hari semakin akrab. "Gimana? Coba di ulang lagi." Alvin meminta Windu mengulang perkataannya. "Iya, banyak banget maunya, belum sensitifnya, belum lagi minta yang nggak-nggak," keluh Windu. "Minta yang aneh dalam hal itu, nggak?" tanya Alvin tertawa. "Iya, Vin. Kok lo tau? Shesa juga?" tanya Windu penasaran. "Ya kali gue cerita, Win." Alvin tertawa. "Kapan lahiran?" tanya Pandu. "Masih lima bulan lagi," ujar Windu.

  • Bercinta Denganmu   108. Bayi Kembar

    Pandu berjalan tergopoh-gopoh memasuki koridor rumah sakit. Setengah jam yang lalu dia di telpon Wulan untuk langsung datang ke rumah sakit karena Anggi mengeluh sakit pada perutnya. Jadwal melahirkan Anggi masih tiga minggu lagi seharusnya. Saat ini usia kandungannya masih delapan bulan, untung saja selesai acara keluarga tiga minggu lalu, Wulan memutuskan untuk tinggal bersama mereka mengingat kandungan Anggi yang sudah membesar. Apalagi kehamilan bayi kembar lebih-lebih tidak bisa di prediksi kapan akan lahirnya. Dokter saat pemeriksaan terakhir dua minggu lalu menyarankan untuk Anggi melakukan operasi secar, namun Anggi bersikeras ingin melahirkan normal. "Gimana, Ma?" tanya Pandu pada Wulan yang berdiri di depan ruang bersalin. "Ndu, kamu cepat siap-siap, temui suster temani Anggi," ujar Wulan terlihat panik. "I-iya, Ma. Pandu masuk dulu ya, Mama tolong hubungi keluarga," kata Pandu. Memasuki ruang dingin itu dengan baju yang suda

  • Bercinta Denganmu   107. Pelukan Keluarga

    Perut itu semakin membuncit, bukan hal biasa jika mengandung dua janin sekaligus apalagi dengan tubuh mungil seperti tubuh Anggi. Dengan susah payah, wanita yang mengenakan denim jumper dress itu berjalan menuju ruang makan VVIP di sebuah restoran di Bandung. "Kenapa sih nggak di rumah aja?" tanyanya namun dengan mendumel. "Perutnya gede banget," kekeh Shesa yang sedang menyuapi Naima. "Iyalah Kak, kan di kasih makan sama bapaknya," ujar Anggi sebal lalu dia menoleh ke kanan ke kiri. "Mas Pandu mana?" "Dih, mana tau," jawab Alvin mengangkat kedua bahunya. "Suami situ," kekeh Alvin di balas tepukan di bahu oleh Shesa. "Kakaknya situ," balas Shesa. "Iya juga, ya." Alvin lalu tertawa lagi. "Dia belum dateng?" Anggi mendelik, lalu merogoh tasnya mengambil ponsel. "Suami isrti yang aneh," ujar Wulan mengusap bibir Naima yang sudah belepotan dengan biskuitnya. "Ya udah, ini udah di tungguin," ujar Anggi yang ber

  • Bercinta Denganmu   106. Sahabat Lama

    Usia Naima menginjak enam bulan, hari ini adalah hari pertama dia mendapatkan makanan pendamping ASI. Pagi sekali Shesa sudah sibuk di dapur, dia begitu bersemangat memberikan makanan pendamping pertama untuk Naima. "Mau dibikinin apa?" tanya Wulan yang sudah satu bulan ini tinggal bersama mereka. "Ada hati ayam, telur ayam kampung, wortel, brokoli," jawab Shesa. "Kaldu ayam yang Mama bikin kemarin jangan lupa, Sha." Wulan membalik telur dadar yang di buat untuk tambahan sarapan nasi goreng kegemaran Alvin. "Buburnya kamu saring, kan?" "Iya, Ma. Kalo di blender emang kenapa, Ma?" tanya Shesa. "Ya nggak kenapa-kenapa. Cuma kayaknya nggak sreg aja sih, kalo Mama ya." "Ya udah, nanti Shesa saring aja," ujar Shesa yang mencampur semua bahan menjadi satu. "Bik," panggilnya pada pembantu rumah tangganya. "Tolong di aduk ya, aku mau lihat Nay sama papi nya udah pada bangun belum." Yang di serahkan tanggungjawab pun hanya mengangguk. S

  • Bercinta Denganmu   105. Segera Menjadi Ayah

    "Kamu mau coba gaya yang gimana?" tanya Windu mendesah di telinga Soraya. Soraya mendekat dengan seluruh tubuh yang tidak terhalang sehelai benangpun. Masih menggunakan heelsnya, Soraya mendorong pelan tubuh suaminya hingga ke sisi tempat tidur. Windu terjatuh pelan ke atas tempat, membuat senyuman kecil kala melihat kelakuan istrinya. Dia memundurkan dirinya tepat ke tengah-tengah, Soraya merangkak erotis menggerakkan tubuhnya meliuk di atas tubuh Windu. "Kamu punya gaya baru?" goda Windu. "Khusus malam ini," ujar Soraya menarik turun boxer suaminya dan membuangnya ke sembarang tempat. Kelakian Windu sudah menegang sejak awal mereka melakukan cumbuan tadi. Tangan Soraya dengan cepatnya meraih milik Windu, Soraya sedikit turun menghadap pada milik Windu, lalu menatap mata Windu. Windu mengangkat sedikit kepalanya, rasa ingin tahu yang besar atas apa yang akan dilakukan Soraya padanya. "Hhmm." Windu mengerang saat So

  • Bercinta Denganmu   104. Windu Soraya Wedding

    Soraya memandangi tubuhnya di depan kaca besar di dalam kamar hotel. Tubuh langsing, tinggi dan cantik, siapa yang tidak ingin bersanding dengannya. Hubungannya dengan Windu yang sempat terputus akhirnya membawanya kembali kedalam pelukan lelaki itu. Windu yang selalu ada di saat-saat susahnya, di saat-saat terpuruknya. Windu yang selalu menyemangati hidupnya, Windu yang meredamkan amarah kesalahpahaman yang terjadi selama ini, dan Windu juga yang menguatkan dia dan ibunya. Sebegitu yakinnya Soraya jika Windu adalah pelabuhan cinta terakhirnya. Ketukan di pintu kamar menyadarkannya untuk bergegas merapikan penampilannya. Shesa masuk ke dalam kamar Soraya, dia tertegun dengan penampilan wanita yang sempat menjadi saingannya itu. "Ya ampun, cantik banget," ujar Shesa terpana. "Siapa yang bikin gaunnya," kekeh Soraya mengulurkan tangannya pada Shesa. "Makasih ya, ini luar biasa." Gaun pengantin dengan potongan tanpa lengan, dengan bagian da

  • Bercinta Denganmu   103. Jangan-jangan Kamu Hamil

    "Siapa?" tanya Soraya lagi. "Kalo marah kamu makin cantik," ujar Windu menggoda. "Nggak usa ngerayu!' "Aku ngga ngerayu, bahkan kamu memang lebih cantik dengan wanita tadi," ucap Windu mengendusi parfum di leher kekasihnya. "Jadi pengen." Tangan Windu sudah berada di bokong Soraya. "Nggak usah macem-macem, aku masih marah." "Kalo marah malah lebih hot," bisik Windu di telinga Soraya, yang membuat tubuh Soraya menegang. "Lepas nggak! Aku mau tau siapa perempuan tadi!" Soraya berusaha melepaskan dirinya dari Windu. "Kalo aku kasih tau, janji jangan marah ya?" Windu semakin menempelkan tubuhnya. "Hhmm." "Cium dulu tapi." "Win!" "Cium dulu," rengek Windu. Mau tidak mau, Soraya pun memberikan kecupan sekilas di bibir calon suaminya yang entah mengapa semakin hari semakin manja dan harus siap di layani. "Udah," ujar Soraya kesal. "Jadi siapa dia?" "Dia itu ... wedding organizer

DMCA.com Protection Status