Lauryn memasuki kediaman megah Alexander yang bergaya Eropa. Ia melangkah dengan dagu yang terangkat, wajahnya terlihat tanpa emosi.
Pelayan di kediaman itu terkejut karena kedatangan Lauryn setelah berbulan-bulan tidak pernah melihat wajah Lauryn. Dahulu pelayan di kediaman itu bahkan berani menindas Lauryn, tapi saat ini mereka tidak berani lagi melakukannya karena terintimidasi oleh tatapan dan aura Lauryn yang mengerikan.
Langkah kaki Lauryn terhenti ketika suara penuh kebencian Irene terdengar di telinganya.
"Kau rupanya masih memiliki nyali datang ke kediaman ini." Irene menatap Lauryn seolah Lauryn merupakan manusia paling hina di dunia ini.
"Kenapa aku harus takut, Irene? Sebelumnya aku telah mendatangi tempat mengerikan ini s
Setelah dari kediaman Alexander, Lauryn menghubungi seseorang. Ia mengajak orang itu untuk bertemu di sebuah restoran.Lauryn menunggu selama lima menit sebelum akhirnya seorang wanita datang mendekat padanya."Lauryn?" tanya wanita itu sembari memperhatikan Lauryn."Aku tahu Anda pasti akan datang, Nona Janice." Lauryn tersenyum pada wanita yang seumuran dengannya itu. "Silahkan duduk."Wanita yang bernama Janice menarik kursi lalu kemudian duduk di depan Lauryn. "Apa yang ingin Anda bicarakan dengan saya? Sebelumnya kita tidak saling mengenal sama sekali.""Aku hanya ingin menawarimu bantuan.""Seseorang tidak akan menawari bantua
"Ada yang bisa aku bantu, Lauryn?" tanya Reiner yang berdiri di sebelah Lauryn yang saat ini sedang mengiris bawang."Tidak ada. Kau bisa membiarkan aku sendiri di sini," balas Lauryn."Baiklah. Kalau begitu aku pergi ke ruang kerja untuk melakukan rapat melalui panggilan video.""Ya."Reiner meninggalkan Lauryn di dapur sendirian. Ia memiliki beberapa hal yang harus dibahas dengan beberapa pegawainya.Lauryn menggunakan dapur Reiner dengan baik. Meski peralatan di dapur Reiner berbeda dengan dapur kecil miliknya, tapi ia sudah cukup mengenal beberapa peralatan dan cara menggunakannya.Satu jam lebih Lauryn berada di dapur, dan ia s
Lauryn memainkan cairan berwarna seperti ruby di dalam gelasnya. Ia menggerakan tangannya, membuat cairan itu menari-nari di dalam sana.Beberapa saat lalu, Lauryn menerima kabar dari Janice bahwa Janice berhasil memendangkan mega proyek yang juga diincar oleh Alexander.Tidak sulit bagi Lauryn untuk mengetahui tentang proposal apa yang ditawarkan oleh Alexander. Ia telah menyelinap ke ruang kerja Irene. Lalu mengcopy data yang ada di komputer Irene.Lauryn tidak hanya membuat Alexander kehilangan proyek bernilai jutaan dolar, tapi ia juga membuat Alexander semakin kecewa pada Irene.Bagaimana bisa proposal yang sudah disiapkan selama berbulan-bulan bisa berpindah tangan ke kompetitor. Alexander pasti akan menyalahkan Irene.
"Bagaimana kau bisa bertunangan dengan pria sampah seperti itu, Lauryn?" Reiner bertanya setelah pelayan pergi meninggalkan ruangan."Alexander memikirkan rencana cadangan agar aku tetap mematuhinya, dan rencana konyol itu adalah Lorenzo. Alexander kira aku akan tergila-gila pada Lorenzo, tapi sungguh itu benar-benar sebuah rencana yang gagal. Aku menerima pertunangan dengan Lorenzo hanya karena ingin mengikuti permainan Alexander.""Kau tidak menyukai pria itu, kan?"Lauryn terkekeh geli. "Aku memiliki standar yang tinggi, Reiner. Aku pasti sudah kehilangan akal jika aku menyukai pecundang seperti Lorenzo.""Aku lega mendengarnya," seru Reiner."Kau cemburu, hm?"
Mobil Lauryn sampai di parkiran kediaman Reiner. Rasa sakit di perut Lauryn masih terasa karena dua tendangan Mavrick.Ketika Lauryn keluar dari mobilnya, Grace segera menghampiri Lauryn. "Apa yang terjadi pada Anda, Nyonya?" tanya Grace sembari melihat ke mobil Lauryn yang lecet di mana-mana."Hanya masalah kecil, Grace," jawab Lauryn."Apakah Anda terluka?""Tidak. Aku tidak terluka." Lauryn menjawab cepat. "Aku akan istirahat dulu.""Baik, Nyonya."Lauryn melewati Grace. Ia melangkah masuk ke bangunan utama kediaman Reiner.Grace segera mengeluarkan ponsel dari saku setelan kerj
Orangtua Lorenzo murka setelah mengetahui putranya berakhir di rumah sakit. Mereka langsung meninggalkan London ketika mereka menerima kabar putra semata wayang mereka mengalami patah tulang rusuk.Sekarang mereka sudah sampai di rumah sakit. Hati orangtua Lorenzo sakit ketika melihat putranya yang tampak menyedihkan."Apa yang terjadi pada putraku?" tanya ayah Lorenzo pada asisten Lorenzo."Tuan Lorenzo pergi untuk makan siang di sebuah restoran Jepang, di sana Tuan Lorenzo bertemu dengan Nona Lauryn dan Tuan Reiner. Tuan Lorenzo mengatakan sesuatu yang membuat Tuan Reiner tidak senang, lalu Tuan Reiner menyerang Tuan Lorenzo." Asisten Lorenzo menjelaskan berdasarkan yang ia tahu."Bajingan itu berani sekali memukul putraku. Dia berp
"Aku tidak ingin melakukan pertemuan apapun dengan Lorenzo." Reiner memberikan jawaban pada Jeff. Asistennya itu memberitahunya bahwa Lorenzo menghubunginya dan ingin bertemu dengannya."Baik, Pak." Jeff mengerti dengan baik ucapan Reiner. "Tidak ada lagi yang ingin saya sampaikan, selamat malam, Pak.""Ya." Reiner meletakan kembali ponselnya ke dalam saku celananya.Dari arah belakang Lauryn memeluk tubuh gagah Reiner. "Kenapa Lorenzo ingin bertemu denganmu?" tanya Lauryn.Reiner membalik tubuhnya, ia memandangi wajah cantik wanitanya. "Aku menghancurkan perusahaannya. Dia mungkin ingin meminta belas kasihan.""Lorenzo pasti sedang menderita sekarang. Pria itu sela
Tiga hari berlalu, Lauryn selalu menemani Reiner makan siang bersama. Dan saat ini ia sedang dalam perjalanan menuju ke kediaman Reiner.Lauryn telah melakukan langkah selanjutnya untuk Alexander, dalam waktu dekat ini ia akan membuat Alexander kalah dalam beberapa proyek besar lainnya. Lauryn akan memastikan pria itu tidak mendapatkan proyek apapun mulai dari sekarang.Lauryn meraih ponselnya, ia menghubungi Janice untuk membuat pertemuan dalam beberapa jam lagi."Sial!" Lauryn mengumpat saat ia tidak sengaja menjatuhkan ponsel dari genggaman tangannya.Ia memiringkan tubuhnya untuk meraih ponsel, meraba-raba di dekat kakinya, tempat jatuhnya benda canggih miliknya. Posisi ponselnya cukup jauh dari jangkauan tangannya, Lauryn kehilan
Hari ini Lauryn tampak seperti putri dari negeri dongeng dengan gaun putih yang ia kenakan. Di atas kepalanya terdapat mahkota kecil bertahtakan berlian.Di sebelahnya Reiner tampak gagah dengan setelah jas berwarna hitam yang ia kenakan. Pria yang jarang tersenyum itu kini memperlihatkan senyumannya di depan semua orang.Di aula yang didominasi warna emas itu, Lauryn dan Reiner melangsungkan pernikahan mereka. Mengucapkan janji suci pernikahan yang tidak akan pernah mereka langgar.Tamu-tamu yang hadir di sana ikut bersuka cita untuk kedua mempelai. Mereka semua menikmati pesta mewah bak pernikahan putra raja itu.Setelah berjam-jam, acara selesai. Reiner membawa Lauryn ke kamar pengantin mereka.“Kau lelah?” tanya Reiner.Lauryn menganggukan kepalanya. “Aku merasa sedikit lelah. Mungkin itu karena kehamilanku.”“Seharusnya kau bicara jika kau lelah.”“Tidak apa-apa. Aku bisa menahanny
Mata Lauryn tertuju pada dua mayat yang berada beberapa meter dari keberadaannya saat ini. Kematian Alexander sudah menuntaskan segala dendam di dalam hatinya. Pria seperti Alexander tidak bisa dibiarknan hidup lebih lama karena akan ada lebih banyak orang yang terluka karenanya.Tidak berlama-lama Lauryn mengalihkan pandangannya. Ia tidak akan melihat ke belakang lagi sama seperti dendamnya yang sudah terbalaskan. Sekarang ia bisa menata masa depannya tanpa bayang-bayang dendam yang mengotori hatinya.Lauryn membukakan pintu mobil untuk Reiner, lalu setelahnya ia masuk ke dalam mobil. Membawa mobilnya menuju ke rumah sakit.Noah segera menangani Reiner ketika Reiner sampai. Ia mengeluarkan peluru dari lengan Reiner dan mengatasi luka Reiner.
Alexander sudah tidak lagi datang ke perusahaannya seperti biasa. Saat ini posisinya sudah digantikan oleh orang lain yang dahulu perusahaannya pernah ia hancurkan.Namun, Alexander masih belum akan mengaku kalah pada Lauryn. Jika ia tidak bisa membunuh Lauryn, maka jangan panggil ia Alexander.Saat ini bukan Lauryn yang akan Alexander bereskan, tapi Janice. Wanita itu telah bersekongkol dengan Lauryn untuk menyingkirkannya dari perusahaan yang ia bangun.Ia tidak akan pernah membiarkan Janice hidup dengan tenang setelah mengusiknya."Lakukan sesuai perintahku," seru Alexander pada Ellios."Baik, Tuan." Ellios menundukan kepalanya, lalu pria itu meninggalkan kediaman Alexander.
Irene melajukan mobilnya menuju ke apartemennya yang merupakan hadiah ulang tahun dari ibunya. Hanya tempat itu yang sekarang bisa ia datangi. Rumah ayahnya sudah tidak bisa ia sebut rumah lagi. Tidak ada kedamaian di dalam sana.Sampai di apartemennya, Irene mengerutkan keningnya karena pintu apartemen yang tidak dikunci. Hanya ia dan Lorenzo yang memiliki kunci apartemen, jadi pasti Lorenzo yang ada di dalam apartemen.Irene membuka pintu. Ketika ia masuk, ia disambut dengan adegan menjijikan di atas sofa. Pria yang setengah mati ia cintai berada di atas tubuh seorang wanita. Keduanya tidak mengenakan pakaian apapun."LORENZO!" Irene meraung. Wajahnya merah padam."Irene!" Lorenzo terkejut. Ia segera turun dari tubuh selingkuhannya.
Satu bulan berlalu. Lauryn telah keluar dari rumah sakit, tapi wanita itu harus terus memeriksakan dirinya untuk memantau kondisinya.Ia dilarang oleh Reiner untuk melakukan banyak aktivitas, selain itu jika Lauryn ingin keluar Lauryn harus ditemani oleh penjaga. Saat ini kondisi Lauryn belum pulih sepenuhnya, akan sulit bagi Lauryn untuk melindungi dirinya.Selama dua minggu ini Lauryn memantau perkembangan perusahaan Alexander melalui pemberitaan media.Ia pikir ini sudah saatnya untuk mengambil alih perusahaan Alexander. Pria itu sudah mengalami banyak kekalahan, dan orang-orang telah meremehkan kemampuannya.Lauryn mengeluarkan ponselnya. Ia menghubungi Janice. "Ini saatnya untuk mengambil alih perusahaan Alexander."
Reiner membuka matanya pada pukul enam pagi. Ia terlelap di sebelah tempat tidur Lauryn dengan tangan yang tidak pernah melepaskan genggamannya pada tangan Lauryn."Selamat pagi, Lauryn." Reiner menyapa Lauryn. Menyapa Lauryn merupakan hal yang tidak pernah ia lewatkan."Selamat pagi, Reiner." Bulu mata lentik Lauryn bergerak, kelopak matanya yang sudah hampir dua minggu tertutup kini terbuka. Iris biru tenangnya kini terlihat lagi.Reiner membeku sejenak, ia harap ini bukan mimpi. Ia tidak ingin dihempaskan oleh kenyataan karena dirinya yang berharap terlalu tinggi.Senyum tampak di wajah pucat Lauryn. "Apakah aku sudah membuatmu menunggu terlalu lama?" tanya Lauryn.Suara yang Rein
Alexander merasa muak saat pencari berita menyerangnya dengan berbagai pertanyaan seputar rumah tangganya. Pria itu tidak mengatakan apa-apa, ia hanya menembus kerumunan lalu masuk ke dalam mobilnya.Di dalam mobil, Alexander merasa terkekang oleh dasi di lehernya. Ia menarik dasi di lehernya hingga dasi yang tadinya rapi menjadi menggantung longgar di lehernya.Alexander seperti tercekik. Ia sangat benci situasi di mana ia sulit bernapas seperti sekarang.Ellios segera melajukan mobil, ia membawa Alexander menuju ke depan kantor Reiner. Ia mengetahui bahwa hari ini Reiner datang ke kantor. Menunggu beberapa saat mobil Reiner keluar dari gerbang perusahaan.Ellios mengejar mobil Reiner. Ia menyalip kemudian mobil Reiner berhenti menda
Satu minggu berlalu, terhitung sudah sepuluh hari Lauryn berada dalam kondisi koma. Ia masih tampak betah dalam tidurnya yang sangat lelap.Sementara itu Reiner telah mendapatkan beberapa hal dalam waktu satu minggu. Ia mendapati bahwa istri Alexander William memiliki hubungan terlarang dengan seorang pria muda.Sementara itu ia juga sudah berhasil menekan perusahaan Alexander hingga Alexander mengalami penurunan harga sama ratusan poin. Alexander meminta bantuan pada banyak orang, tapi tidak ada yang bisa membantunya karena tekanan dari Reiner.Dan kemarin Reiner mengirim seorang wanita untuk menggoda Lorenzo. Saat ini hidup Lorenzo sudah hancur, jadi Lorenzo pasti membutuhkan hiburan.Hari ini Reiner akan membuat Eddelia dan Alexand
Orangtua Reiner tiba di rumah sakit. Beberapa jam lalu mereka menerima panggilan dari Reiner yang memberitahukan tentang Lauryn yang mengalami kecalkaan dan sekarang berada dalam keadaan koma.Tanpa banyak berpikir orangtua Reiner memutuskan untuk melakukan penerbangan ke Meksiko. Saat ini putra mereka pasti sangat membutuhkan dukungan dari orang-orang terdekatnya.Sulit untuk melewati masa-masa seperti ini sendirian, dan orangtua Reiner tidak ingin membiarkan putranya sendirian.Ini merupakan pertama kali bagi mereka menjenguk seseorang yang berada dalam keadaan koma. Tidak ada banyak hal yang bisa mereka lakukan selain memandangi Lauryn yang menutup mata."Kau sudah makan, Reiner?" tanya Ibu Reiner pada putranya yang duduk di kursi