Share

Kecelakaan

Author: kimfangirl
last update Last Updated: 2022-07-12 15:52:49

Tubuhnya terasa sangat segar karena baru selesai mandi.

Kaila menyemprotkan minyak wangi ke tubuhnya dan mencium wanginya yang menenangkan. Kaila selalu menyukai minyak wangi yang beraroma soft seperti vanilla, dia tidak bisa dengan minyak wangi yang menyengat. Kepalanya akan langsung pusing ketika mencium wanginya.

Sekarang ia sedang bersiap-siap untuk ke supermarket dan belanja keperluan yang ia butuhkan di tempatnya yang baru ini. Ia juga harus membeli beberapa sprei karena semalam ia tidur tidak menggunakan sprei, tapi barang lain seperti lemari, meja kecil, dan semua yang ia butuhkan sudah lengkap di sana. Ia hanya harus membeli beberapa saja.

Topi putih melekat di kepalanya, hoodie yang semalam masih ia pakai karena ia malas mencari baju-baju santainya, celana jin hitam semalam juga masih ia kenakan. Kaila tidak terlalu peduli dengan penampilan sebenarnya, tapi kalau ke bar, dia memang akan lebih berdandan dan memakai baju yang sesuai dengan suasana di bar.

Kaila membuka bungkus cokelat yang ia ambil dari kulkas, tentu saja milik Angkasa, tapi ia tidak peduli karena Angkasa sendiri yang membuat peraturan kalau makanan yang tidak mempunyai label adalah milik bersama.

Ia mengambil satu tas belanja yang cukup besar dan mengambil dompetnya. Ia siap berbelanja sekarang. Tangan satunya juga masih memegang cokelat.

Suara pintu terbuka.

“Dah balik lo?” tanya Kaila. Angkasa mengangguk singkat.

Gadis itu melihat jam, baru jam sebelas siang.

Mereka berdua tidak berbicara lagi. Kaila hendak berjalan keluar tapi suara Angkasa menghentikannya.

“Lo makan cokelat gue ya?” tanyanya karena melihat ada cokelat di tangan Kaila.

Kaila mengangguk dan mengangkat tangannya. “Iya, karena gak ada nama lo di sini,” jawabnya dan menunjukkan cokelat yang baru ia makan dua kali gigitan.

Angkasa hendak protes tapi ia urungkan karena memang salahnya belum memberi label namanya di sana. Tidak masalah, hanya satu batang cokelat dan.. satu porsi sereal, tapi ia tidak tahu kalau Kaila sudah memakan sereal dan susunya juga.

Kaila tidak peduli, lagian pemuda itu yang membuat peraturan seperti itu, jadi dia tidak salah sama sekali.

Pemuda itu mengangguk dan mengambil satu kaleng cola lalu masuk ke dalam kamarnya tanpa bertanya apa-apa lagi pada Kaila. Dia benar-benar mematuhi peraturannya yang keempat dan kelima.

Jangan mencampuri urusan pribadi dan jangan sok akrab.

Kaila menggigit cokelatnya dan mengangguk. Ia menyukai ini. Ia suka ketika orang tidak mencampuri urusannya karena selama ini juga ia sudah terbiasa dengan hidup sendiri, jadi ini sama saja dengan ia hidup sendiri. Ia tidak keberatan sama sekali dengan semua ini, malah ini yang ia inginkan. Tidak akan ada lagi orang yang peduli padanya.

Ia bisa pergi ke bar dan minum alkohol sampai subuh, nanti malam ia berniat pergi ke bar lagi.

Sejujurnya, sebelumnya Kaila sangat khawatir dengan berbagi apartemen bersama orang asing. Ia takut kalau mereka terlalu ikut campur dan sok akrab dengan Kaila, karena Kaila tidak bisa berbasa-basi dengan orang-orang. Ia tidak bisa memasang wajah yang selalu tersenyum.

Namun sekarang ia merasa senang karena mempunyai teman satu apartemen yang tidak mempedulikannya sama sekali.

“Oke, mari belanja,” ujarnya pada diri sendiri dan segera keluar dari apartemen miliknya.

---

Sudah kurang lebih dua jam Kaila menghabiskan waktunya di Mal.

Ia membeli beberapa baju kaos karena ia tidak membawa banyak baju kaos dari rumahnya. Kopernya tidak akan muat untuk membawa semua baju yang ia punya. Ia juga membeli sprei seperti yang sudah ia rencanakan sejak tadi malam ketika melihat kasurnya polos tanpa sprei.

Sekarang ia berada di supermarket dan hendak membeli beberapa macam sayur, ikan, dan juga ayam untuk jatah setidaknya dua minggu. Mie instan juga adalah sesuatu yang tidak boleh terlewatkan. Susu, sereal, dan beberapa snack lainnya.

Ia membayar belanjaannya dengan uang cash yang kemarin ia tarik dari kartu Mamanya, sebelum pertengkaran hebat terjadi semalam. Untung dia menarik agak banyak, kemarin ia menarik tiga juta karena kelebihan satu nol. Seharusnya ia akan menarik tiga ratus ribu, tapi ternyata kelebihan nol alhasil ia menarik uang sebesar tiga juta.

Kaila mengecek ponselnya dan membuka aplikasi bank. Ia menghitung uangnya yang tersisa sekarang. Dua puluh juta, itulah uang yang tersisa sekarang di banknya dan di dompetnya ada sekitar satu juta setengah.

Sembari berjalan menuju apartemennya, ia mulai berpikir akan bekerja apa karena uang segitu tidak akan cukup membuatnya bertahan lama. Ia akan berhemat, jelas, tapi paling tidak uang itu akan bertahan satu tahun paling sebentar dan dua tahun paling lama.

Satu lagi, ia juga harus membayar biaya kuliahnya.

“Haaa... mari semangat. Hidup gue emang gak mudah sejak awal,” ujarnya menyemangati dirinya sendiri sembari menjilati es krim yang ada di genggaman tangannya.

“Awasssss! Kakkkk minggirrrr!”

Dari arah berlawanan Kaila mendengar suara seseorang yang berteriak. Ia berbalik dan melihat satu buah sepeda menuruni tebing dengan cepat, dan tepat ke arahnya padahal Kaila sudah ada di pinggir jalan, tempat pejalan kaki.

Kecelakaan itu tidak terelakkan. Es krim di tangan Kaila melayang ke tengah jalan, kantong belanjaannya terjatuh, begitu juga dengan dirinya yang mencium aspal, untung hanya kecupan bukan ciuman yang hangat.

“Ergh..” Kaila berusaha berangkat dari jatuhnya. Ia melihat telapak tangan kanannya yang tergores di aspal. Berdarah dan sangat pedih.

Pengendara sepeda itu juga terjatuh di dekat Kaila. Seorang gadis yang masih memakai seragam sekolah SMA. Ia berdiri dan menghampiri Kaila dengan tergesa-gesa.

“Aaa berdarah,” paniknya. “Kak, kita ke rumah sakit ya? Ayok Kak,” ajaknya dan mengambil tangan Kaila yang satunya.

“Lutut lo juga berdarah,” tunjuk Kaila pada lutut gadis itu.

Gadis itu menunduk dan melihat kedua lututnya berdarah. Ia sedikit terkejut melihat darah yang mengalir ke kakinya.

“Lo obatin luka lo aja, luka gue gak terlalu,” balas Kaila dan mulai memasukkan barang belanjaannya kembali ke dalam tas belanjanya.

“Tapi Kak, itu pasti pedih,” ujar gadis itu dan masih berniat bertanggung jawab atas perbuatannya barusan yang membuat orang terluka dan juga luka tergores di telapak tangan pasti terasa sangat pedih.

“Gapapa kok, beneran. Tapi lain kali hati-hati ya main sepedanya, Rania,” balas Kaila sembari melirik nametag yang ada di dada gadis itu. Ia mengatakannya dengan wajah datar. Seperti yang dibilang, ia sedikit kesusahan untuk tersenyum dan berbasa-basi dengan orang-orang.

“Lo sebaiknya langsung ke rumah sakit, bisa sendiri gak? Atau mau gue anter?” tanya Kaila lagi.

“Bisa kok Kak, tapi itu Kakaknya beneran gak papa?” tanyanya sekali lagi, memastikan keadaan Kaila.

Kaila mengangguk dengan mantap. “Gue oke,” jawabnya dan meyakinkan gadis SMA itu. Tangannya kembali mengambil beberapa barang yang masih tercecer di jalanan dan memasukkannya kembali ke dalam tas belanjaannya.

Gadis yang bernama Rania itu terlihat susah untuk membuat sepedanya berdiri karena lututnya sakit jika ditekuk. Kaila menyadari itu, dia menghela napas pelan. Dia ingin segera pulang tapi ia juga tidak bisa meninggalkan gadis ini sendirian dalam keadaan lutut yang terluka.

“Pegang.” Kaila memberikan tas belanjaannya pada gadis itu. “Gue yang bawa sepedanya, lo gue bonceng.”

“Eh eh gak usah Kak, ngerepotin banget ini,” tolaknya.

“Lo bahkan gak bisa nekuk lutut lo, gimana bisa lo ngayuh sepeda?” tanya Kaila dan melihat lutut Rania. “Lo gak punya tisu? Darahnya meler banget itu.”

Dia menggeleng. Lagi-lagi Kaila menghela napasnya. Ia berlutut di depan Rania dan menarik hoodie yang sedang ia pakai lalu mengelap darah yang mengalir di kaki sang gadis. Rania terkejut, tentu saja. Ia bergerak mundur.

“Kak! Kotor,” ujarnya menatap Kaila tidak percaya.

“Naik,” suruh Kaila tanpa membalas ucapan Rania barusan. Ia hanya ingin segera pulang ke apartemennya.

Gadis itu menurut. Dia memangku tas belanjaan Kaila dan mereka berdua pergi menuju rumah sakit yang berada tidak jauh dari lokasi mereka. Sebenarnya ini tidak harus dibawa ke rumah sakit, tapi karena Kaila juga tidak mengerti bagaimana mengobati orang juga karena mereka tidak punya obat, jadi ke rumah sakit adalah pilihan yang tepat.

“Nama Kakak siapa?” tanya gadis itu. Rania.

“Kaila,” jawabnya singkat.

“Aku Rania, Kak. Tapi Kakak bisa panggil aku Rara,” balasnya. Suara gadis itu terdengar sangat ceria. Kaila tidak akan pernah bisa mengeluarkan suara seperti itu.

Related chapters

  • Berbagi Apartemen dengan Ketua BEM   Jangan Sok Akrab

    Kaila sudah lama tidak mengendarai sepeda.Mungkin ini kali pertamanya sejak enam tahun yang lalu, seingatnya terakhir kali ia bersepada ketika sedang menginap di rumah Kakek dan Neneknya, ia meminjam sepeda milik sepupunya yang ada di sana. Dia punya sepeda di rumahnya tapi dia sudah tidak pernah memakainya karena itu akan mengingatkan dirinya akan kenangan bersama Kakaknya.Kaila sedikit kesusahan pada awalnya, karena ini kali pertama sejak enam tahun ditambah dengan ia membonceng seseorang yang beratnya hampir sama dengannya. Rania juga beberapa kali bertanya pada Kaila apa ia bisa mengendarai sepeda karena Kaila selalu ke sana ke mari, masih berusaha menyeimbangkan sepedanya.“Gue bisa,” ujarnya dan masih berusaha mengayuh sepeda ke rumah sakit.Mereka sudah melewati apartemen Kaila dan juga kampus Kaila, di depannya berdiri gedung besar berwarna putih dengan tulisan Rumah Sakit di depannya dan juga di atas gedungnya.Kaila mengambil tas belanjaannya dari tangan Rara. Mereka berdu

    Last Updated : 2022-07-12
  • Berbagi Apartemen dengan Ketua BEM   Angkasa Reyan

    Angkasa sudah bertemu dengan banyak orang dan dengan banyak sifat, tapi ini kali pertama ia bertemu dengan orang yang sifatnya seperti ini.Sebelumnya ia tidak pernah bertemu seseorang yang seperti Kaila. Seseorang yang menolak bantuan, seseorang yang enggan menjawab pertanyaan darinya, seseorang yang bahkan tidak ingin akrab dengannya. Ini pertama kalinya bagi Angkasa.Bertanya tentang keadaan saja tidak boleh? Pikir Angkasa.Ia masih duduk di meja dan memandang Kaila yang sedang membelakanginya dan sedang memasak mie untuk dirinya sendiri. Angkasa teringat akan sesuatu ketika gadis itu sedang pergi ke luar.“Lo kuliah di kampus sini juga ya?” tanya Angkasa.“Iya,” jawab Kaila tanpa menoleh.Angkasa ingin marah tapi setidaknya ia menjawab pertanyaannya kali ini dan tidak menjawab ‘jangan sok akrab’.“Lo gak tau gue siapa?” tanyanya lagi.Kaila menghela napasnya. “Gak,” balasnya.“Lo semester berapa dan jurusan apa?”Kaila berbalik. “Lo denger gak kata gue barusan?” tanya Kaila dengan

    Last Updated : 2022-07-15
  • Berbagi Apartemen dengan Ketua BEM   Tiga Pagi

    Kaila terbangun.Tenggorokannya terasa sangat kering dan ia tidak punya air di dalam kamarnya. Dengan gerakan yang malas, ia berusaha untuk bangkit dan keluar kamar menuju dispenser yang ada di dapur.Ia membuka kamarnya dan berjalan dengan mata yang masih setengah terpejam. Tidak menyadari kalau Angkasa ada di sofa depan televisi, pemuda itu menatap Kaila dari belakang dan melihat gadis itu yang berjalan dengan pelan menuju dispenser mereka.Angkasa tidak mengatakan apa-apa, ia kembali berkutat dengan laptop dan proposal yang harus ia selesaikan hari ini. Ya, hari ini, karena sekarang sudah jam tiga pagi.Kaila berbalik dan meminum airnya tapi tiba-tiba ia terkejut dan menjerit, gelas yang ada di tangannya terlepas menghantam lantai dan pecah. Serpihan kaca mengenai kakinya dan berdarah.“Kenapa?” tanya Angkasa yang entah sejak kapan sudah ada di dekat Kaila. Raut wajahnya terlihat terkejut juga dengan teriakan gadis itu.Kaila memegang dadanya. “Gue kaget anjir. Gue kira lo hantu,”

    Last Updated : 2022-07-15
  • Berbagi Apartemen dengan Ketua BEM   Ciuman

    “Lo pernah ciuman gak?”Angkasa tidak segera menjawab ketika mendapat pertanyaan itu dari gadis yang ada di sampingnya saat ini. Ia mengerutkan dahinya heran karena Kaila tiba-tiba menanyakan sesuatu yang seperti itu.“Kenapa?” tanya Angkasa balik.Kaila memutar bola matanya. “Lo bisa gak kalo gue nanya tuh jawab aja, jangan malah nanya balik?”Angkasa tersenyum miring. “Peraturan nomor lima, ingat? Jangan sok akrab.” Angkasa membalikkan omongan Kaila tadi sore. Memangnya hanya Kaila yang bisa begitu? Ia juga bisa.Kaila mengangkat tangannya di depan dada. Ia mengangguk. “Oke,” balasnya dan berdiri dari duduknya.“Lo pernah?” tanya Angkasa tiba-tiba.Kaila masih berdiri di tempatnya, alisnya bertaut tidak mengerti dengan pertanyaan Angkasa yang tiba-tiba.“Ciuman,” jelasnya. “Lo pernah?”Kaila tidak segera menjawab. Ia menunduk dan mengambil kotak P3K di atas meja, setelahnya ia kembali berdiri dan menatap Angkasa dengan kotak P3K yang ada di tangannya.“I’m good at that,” jawabnya. I

    Last Updated : 2022-07-16
  • Berbagi Apartemen dengan Ketua BEM   Buronan

    Sinar matahari menyerang Kaila dengan begitu semangat.Saat ini, Kaila duduk di salah satu kafe yang cukup jauh dari kampus dan apartemennya. Sembari menyesap americanonya, ia mengedarkan pandangannya dan menunggu seseorang datang.“Kaila Renasya ya?” tanya seseorang yang memakai celemek.Kaila mengangguk dan mendudukkan cup kopinya di atas meja. Ia mengelap tangannya dengan terburu-buru dan menyambut tangan orang itu.“Kita langsung aja ya mulai wawancaranya,” ujar orang itu. Kaila mengangguk. “Saya Adrian, pemilik kafe ini.” Ia memperkenalkan dirinya.Kaila mengira orang yang ada di depannya ini sekitar umur tiga puluh lebih. Ia pikir akan lebih tua dari ini, tapi ternyata masih cukup muda.“Saya sudah baca lamaran kamu, dan kamu ngelamar di posisi bersih-bersih piring dan gelas, bener?”“Ya, benar,” jawab Kaila.“Kenapa ngelamar di posisi itu?” tanyanya dan membuat Kaila sedikit kebingungan. “Maksudnya kenapa gak jadi barista atau yang nganterin kopi ke tamu-tamu?” tanyanya lebih m

    Last Updated : 2022-07-16
  • Berbagi Apartemen dengan Ketua BEM   Jam Satu Malam

    Suara pintu berbunyi.Kaila melangkahkan kakinya masuk ke apartemen. Kepalanya pusing dan pandangannya tidak jelas. Jordan mengantarnya, sama seperti biasa. Jordan memang satu-satunya teman yang tidak meninggalkan dirinya meskipun ia sudah tahu latar belakang Kaila.Kaila mengambil satu buah gelas dan mengisinya dengan air. Tenggorokkannya terasa sangat kering meskipun ia sudah minum banyak di bar tadi.“Aish.” Ia memegang bibirnya yang luka karena pemuda tadi. “Kenapa digigit sih?” keluhnya.Ciuman mereka berdua terjadi cukup panas. Kaila ingat ketika ia menekan kepala pemuda itu untuk terus mempertahankan dan memperdalam ciumannya, tapi bukan berarti ia boleh menggigit bibir Kaila.“Lo baru pulang?”Angkasa keluar dari kamarnya dan melihat Kaila dari atas kepala sampai kaki. Ia mengerutkan dahinya dan terkejut dengan keadaan gadis yang ada di depannya. Penampilannya cukup kacau, dan ia benar-benar terlihat mabuk.“Lo mabok?” tanya Angkasa lagi dan berjalan mendekat. “Ow, lo minum be

    Last Updated : 2022-07-18
  • Berbagi Apartemen dengan Ketua BEM   Ketua BEM

    Kaila tidak percaya kalau ia juga harus bertemu dengan Angkasa lagi hari ini. Di kampus.Angkasa menatap Kaila dengan ekspresi datar, seakan mereka berdua tidak pernah bertemu sebelumnya, selain kejadian kemarin yang ada di depan pintu dan disaksikan oleh banyak orang.Sekarang Kaila disuruh untuk meminta maaf pada Angkasa oleh teman-teman di kelasnya karena kemarin sudah mendorong Angkasa dan lari begitu saja. Para gadis juga sibuk menyebut nama Kak Asa, Kaila jengah mendengarnya.“Dia juga belum minta maaf ke gue karena buka pintu tiba-tiba,” ujar Kaila dan menatap teman-temannya.“Tapi kan itu salah lo yang tiba-tiba berdiri di depan pintu padahal udah disuruh untuk jangan keluar kelas dulu,” sahut salah satu teman sekelasnya, lagi-lagi Kaila tidak mengingat nama gadis itu.“Dia juga gak sengaja karena gak tau kalo ada lo di sana,” timpal seseorang lagi. Jelas seorang gadis juga.Kaila mendecih pelan. Ia ingin tertawa mendengar suara-suara gadis yang sedang mengerumuninya saat ini.

    Last Updated : 2022-07-20
  • Berbagi Apartemen dengan Ketua BEM   Diyagara Bumi

    “Dek, kan udah abang bilang abang aja yang jemput, kenapa malah naik sepeda? Kaki lo kan masih sakit.” Baru saja datang tapi pemuda itu langsung mengomeli adiknya, yang Kaila tebak adalah Rania. Pemuda itu masih belum menyadari keberadaan Kaila karena tatapannya hanya terfokus pada adiknya. “Ah, ribet banget. Lagian ini juga udah gak sakit lagi,” balas Rania. Adrian menghela napas. “Om tanya, kalian berdua ngapain di sini?” tanyanya lagi karena pertanyaan tadi tidak dijawab oleh Rania. “Ya mau liat kafe Om, lah. Kemarin pas opening gak sempet ke sini karena aku kecelakaan sepeda.” Rania menjelaskan, dan ia baru ingat akan sesuatu. “Tangannya Kak Kai masih sakit?” tanya Rania pada Kaila, ia berjalan mendekati Kaila dan saat itulah pemuda itu menatap Kaila. Matanya terbuka lebar. Kaila tidak mempedulikan tatapan pemuda itu. Ia memperhatikan Rania yang meraih tangannya. Rania terlihat kaget karena Kaila sudah membuka kapas dan perbannya sejak kemarin,

    Last Updated : 2022-07-22

Latest chapter

  • Berbagi Apartemen dengan Ketua BEM   Penjelasan

    "Mama tau gak kalo mereka berdua tinggal dalam satu apartemen yang sama?" Mama Angkasa mengerutkan dahinya mendengar pertanyaan yang baru saja diajukan oleh Henni. "Siapa?" tanya Mamanya Angkasa. "Siapa yang tinggal dalam satu apartemen yang sama?" ulangnya lagi. "Angkasa sama Kaila, Ma," jawab Henni melirik dua orang yang ada di samping Mama. "Mereka memang tinggal dalam satu gedung apartemen, memangnya kenapa?" Henni menghela napas terlihat sangat kesal. "Bukan gitu Ma maksudnya," balasnya. "Mereka tinggl di unit yang sama. Satu ruangan." Penjelasan dari Henni tadi berhasil membuat Mamanya Angkasa melirik dua orang yang ada di sampingnya, ia bisa melihat kalau Angkasa dan juga Kaila terlihat sangat gugup dengan ucapan Henni barusan. Menunjukkan kalau yang Henni katakan memang benar. Mereka tinggal dalam satu apartemen yang sama. "Oh, itu saja?" tanya Mamanya Angkasa yang membuat ketiga orang itu mengangkat alisnya. "Kalo itu aja, yaudah, silakan pergi."Bukan hanya Henni yan

  • Berbagi Apartemen dengan Ketua BEM   Terbongkar

    Angkasa berjalan menghampiri Kaila yang duduk sendirian di ujung sana."Hei, kenapa sendirian?" tanyanya menyentuh pundak Kaila.Kaila tampak terkejut. Ia menggeleng dengan cepat. "Gak papa kok, pengen sendirian aja," balasnya sekenanya.Angkasa mengangguk dan duduk di samping Kaila. "Masih gugup?" tanyanya.Kaila mengangguk. "Banget, malah makin gugup," sahutnya. "Aku gak kebiasa banget dikelilingi orang banyak kayak gini, mana baik-baik semua lagi."Angkasa bingung harus merasa senang atau menyesal.Ia senang karena keluarganya menyambut Kaila dengan hangat dan baik, tapi ia juga sedikit menyesal karena secara tidak langsung dia memaksa Kaila keluar dari zona nyamannya.Ia tahu Kaila harus mulai belajar perlahan-lahan, tapi ia masih merasa tidak enak."Maaf ya," ujar Angkasa kemudian. Ia memutuskan untuk meminta maaf.Kaila mengerutkan dahinya tidak mengerti. "Kenapa malah minta maaf?" tanya Kaila bingung."Kamu pasti terpaksa ke sini ya," ujarnya. "Aku maksa kamu banget buat ikut k

  • Berbagi Apartemen dengan Ketua BEM   Keluarga Angkasa

    Sedari tadi jantung Kaila berdetak dengan sangat cepat, terlebih lagi ketika dia sudah melihat tempat yang mereka tuju.Gedungnya berada tepat di depan, dan Kaila merasakan jantungnya semakin menggila. Rasanya ia ingin pergi saat ini juga. Dia masih belum bisa menghadapi orang-orang, terlebih lagi itu adalah keluarganya Angkasa. Seakan mengerti dengan apa yang dikhawatirkan oleh Kaila, Angkasa menggenggam tangan pacarnya dan mengelusnya pelan. "It's okay, ada aku, Kai," ujarnya menenangkan Kaila. Angkasa tahu kalau Kaila pasti sangat tegang dan gugup saat ini. Ia bisa melihatnya dengan sangat jelas. "Keluarga aku pada baik kok, kamu gak usah khawatir."Kaila masih tidak bisa tenang meskipun sudah mendengar kalimat dari Angkasa. Kaila berpikir, kalau keluarganya tahu mereka berpacaran, artinya mereka tidak lagi backstreet dong? Atau backstreetnya sama anak-anak kampus saja?Ah, Kaila pusing. Dia ingin pergi.Ia ingin lari saat ini juga. "Ayo," ajak Angkasa. Telat. Kaila tidak a

  • Berbagi Apartemen dengan Ketua BEM   Kondangan

    "Lho, kok udah pulang?" tanya Kaila ketika masuk ke dalam apartemennya dan mendapati Angkasa yang sedang duduk di sofa sembari menonton Upin & Ipin. "Iya nih, agak cepet, soalnya besok juga bakalan ke sana lagi," balasnya dan menyuruh Kaila untuk duduk di sampingnya. "Lah, kalo mau ke sana lagi ngapain pulang deh?" tanya Kaila bingung seraya mendudukkan dirinya di sofa samping Angkasa. Angkasa tidak menjawab beberapa saat. Dia mengambil tangan Kaila dan menggenggamnya, membuat Kaila mendadak bingung dengan tindakan pacarnya barusan. Pasalnya dia memegang tangan Kaila dan menarik napas panjang. "Apa?" tanya Kaila. "Kamu mau ngomong apa?" tanyanya lembut. Kaila bisa merasakan kalau Angkasa sedang ingin mengatakan sesuatu tapi terlihat ragu. "Besok kan sepupu aku nikah," ujarnya. Kaila mengangguk. "Iya, terus?" "Kamu mau ikut gak?" tanyanya. "Kondangan bareng aku, Mama juga mau ketemu kamu." Angkasa tidak bohong mengenai Mamanya yang ingin bertemu dengan Kaila. Tadi Angkasa bert

  • Berbagi Apartemen dengan Ketua BEM   Mencurigakan

    "Aromanya enak banget nih brownies." Angkasa menghampiri Kaila yang berdiri di depan oven, menunggu browniesnya matang. "Iya kan, enak kan baunya," sahut Kaila penuh semangat karena ia sedari tadi memang sudah pengen makan tapi belum matang. "Tapi gak usah diliatin terus-terusan gini dong, nanti jadinya makin lama," ujar Angkasa. "Mending nonton aja deh selagi nunggu." Angkasa menarik Kaila menjauh dari sana, dan dengan berat hati Kaila menurut meskipun pandangannya masih pada ovennya yang sedang menyala dan tersisa lima belas menit lagi sebelum matang merata. "Nonton apa emang?" tanyanya setelah duduk di sofa. "Eh, tapi gimana kalo kita nonton drakor aja?" usul Kaila. "Drakor apaan?" tanya Angkasa menoleh. Remot di tangannya sudah siap untuk mencari drama yang akan Kaila sebut. "King Two Hearts, mau gak? Aku pengen rewatch," ujar Kaila. "Semalem tiba-tiba keinget sama drakor lama itu. Jadi kangen." Sepanjang Kaila berbicara, sepanjang itulah Angkasa tersenyum. Ia benar-benar

  • Berbagi Apartemen dengan Ketua BEM   Brownies

    Angkasa kembali ke apartemennya di jam sepuluh malam dan belum mendapati Kaila di sana. Ia mengeluarkan ponselnya dan memutuskan untuk menelepon Kaila, mungkin saja gadis itu ingin ia menjemputnya, tapi baru saja ia hendak menelepon Kaila, suara langkah kaki Kaila terdengar. Angkasa memilih untuk bersembunyi dan berniat untuk mengejutkan Kaila. Dia bersembunyi di dekat pintu toilet luar dan melihat Kaila yang sedang melepas sepatunya. "Lho, belum pulang ya?" ujarnya pada diri sendiri ketika melihat apartemen mereka masih gelap, tanpa tahu kalau Angkasa sedang bersembunyi dan siap untuk mengagetkannya. Angkasa berjalan perlahan, mendekat pada Kaila yang sedang membelakanginya. Dengan kecepatan yang tidak begitu cepat, Angkasa memeluk Kaila dari belakang. Kaila menjerit kaget dan tangannya memukul sembarangan, tepat ke kepala Angkasa dan membuat pemuda itu mundur kesakitan. "Kai, ini gue," ujarnya dengan tangan yang memegang kepalanya yang baru saja kena pukul oleh pacarnya sendir

  • Berbagi Apartemen dengan Ketua BEM   Mencari Alasan

    Angkasa kembali ke apartemennya setelah berurusan dengan Altar dan Popi yang mengajukan banyak pertanyaan. Ia melihat Kaila yang sedang memainkan ponsel di kamarnya. Matanya masih sayu karena mengantuk tapi dia berusaha untuk membuka matanya, dan sesekali ponsel itu hampir terjatuh mengenai wajahnya. "Tidur lagi aja kalo masih ngantuk," ujar Angkasa memasuki kamar Kaila. Kaila tertawa kecil. "Lo dari mana?" tanyanya. "Beli bubur ayam nih," sahutnya dan menunjuk dua wadah bubur ayam yang ada di atas meja. "Sana cuci muka, abis itu kita makan."Kaila mengangguk dan mengangkat tangannya, meminta bantuan pada Angkasa untuk menariknya berdiri. Angkasa terkekeh dan menarik tangan Kaila hingga gadis itu langsung berdiri di depannya. Kaila mencium pipi Angkasa singkat dan pergi ke toilet setelahnya. Senyum mengembang di wajah Angkasa. "Dasar."Dia kembali ke dapur dan membuka bubur ayam untuk mereka berdua. Tidak lama kemudian, Kaila keluar dari toilet dan menghampiri Angkasa."Lo abis

  • Berbagi Apartemen dengan Ketua BEM   Hampir Ketahuan

    "Lho, Kak Kai juga tinggal di sekitaran sini sih." Angkasa mulai merasa gugup karena percakapan dua orang di depannya saat ini, terlebih lagi ketika Popi menanyakan apartemen Angkasa di mana. "Apartemen Kak Asa yang mana emang?" tanyanya. Angkasa tidak menjawab, tapi Altar menjawab mewakili dirinya. Ah, ia menjadi menyesal keluar dari apartemennya. "Itu," jawab Altar dan menunjuk gedung apartemen yang disewa oleh Angkasa. Popi membulatkan matanya. "Kak Kai juga nyewa apart di gedung itu lho," balas Popi yang tidak percaya kalau keduanya berada di gedung yang sama. "Ah, pantes kalian berdua deket ya, ternyata satu gedung apartemen," ujar Altar mengangguk dan menyenggol tubuh Angkasa. Angkasa terkekeh pelan. "Tapi jarang ketemu sih kami, itu juga gue baru tahu dua bulan yang lalu kalo ternyata dia tinggal di sini." "Oh, padahal Kak Kai udah cukup lama di sini katanya, sekitar hampir enam bulan sih kayaknya, apa lima bulan ya, lupa gue," balas Popi menatap gedung apartemen

  • Berbagi Apartemen dengan Ketua BEM   In Love

    Kaila baru saja duduk dan hendak beristirahat ketika mendengar Popi yang memanggilnya. "Kak," panggilnya. "Kak Kai." "Ya?" sahut Kaila sedikit berteriak karena ia masih berada di belakang sedangkan Popi ada di depan sana. "Sini dong, mumpung kafe sepi nih," suruhnya. "Ada Kak Asa sama Kak Altar juga ini," lanjutnya dengan suara yang sedikit nyaring. "Ah iya," balas Kaila dan berdiri dari duduknya. Dia melepas sarung tangannya yang masih terpasang di tangan dan berjalan ke depan dengan mulut yang menguap. "Ngantuk Bu?" tanya Yansa terkekeh. Kaila mengangguk. "Iya, ngantuk banget dah," jawabnya dan duduk di dekat Yansa padahal Angkasa ada di meja yang berada tidak jauh darinya. "Kok duduk sini?" tanya Yansa. "Duduk sana deket Angkasa, Altar dan Popi," suruhnya. "Kok gak boleh gue duduk di sini sih?" tanya Kaila. "Ya ampun," balas Yansa. "Ya udah duduk sini aja, temenin gue." Belum juga satu menit Yansa ngomong begitu, tapi Popi sudah menyeret Kaila untuk duduk di samping Angka

DMCA.com Protection Status