"Kau itu di nasehati di dengar, Bukan semakin menjadi-jadi. Tolong sadar diri," cibir Bella Saphira dengan nada sarkasanya yang semakin menambah dendam di hati Cinyta bekali-kai lipat untuk kesekian kalinya. Kasihan melihat Cintya di marahi sejak tadi oleh Bella Saphira, Ia mulai bersuara. "Sudah... sudah... Jangan bertengkar lagi," timpal James Arthur yang berusaha merelai keduanya untuk tidak berkelahi satu sama lain yang ujungnya akan mempermalukan diri sendiri dan juga akan menganggu tetangga sekitar. "Jangan berlama-lama untuk pulang ke sini!" perintah Bella Saphira dengan tegurannya kepada James Arthur yang mengantar Cintya kembali kerumah. "Iya," balas James Athur yang membalas perkataan Bella Saphira dengan kecupan mesra dan hal ini tidak di sukai oleh Cintya yang melihat kedua sedang berciuman di sertai dengan pangutan di bibir. Bella Saphira semakin menjadi-jadi, Ia memperlihatkan ciuman panasnya kepada Cintya yang berdiri menatap dirinya sejak tadi. Cintya menatapi ked
Melihat Cintya masih marah dengan mendiamkan dirinya. James Arthur mengambil insiatif untuk menjelaskan apa yang di lakukan hari ini bersama dengan Bella Saphira di luar. "Hari ini aku menjual tubuh jalang itu dan lumayan mendapatkan uang. Besok kita pergi bersantai bersama-sama. Soal waktu dan tempat akan aku kabarin," ucap James Arthur dengan nada santainya untuk menghibur Cintya. Apa yang di katakan oleh James Arthur tidak sampai ke dalam hati Cintya yang masih gusar, akibat kecemburuan di dalam hatinya kepada Bella Saphira yang menginap di apertemen James Arthur. "Sudah malam, Sana masuk ke dalam rumah!" perintah James Arthur dengan nada lembutnya kepada Cintya yang masih duduk dengan wajah sedih. Melihat Cintya yang tidak ada niat untuk turun dai dalam mobil. James Arthur mendekati wajah Cintya. Lalu melumat bibir ranum itu dengan pangutan, Lalu melepaskannya secara mendadak. "Hanya malam ini Bella Saphira menginap di apertemen, Kau harus sabar dan jangan berpikir yang tidak-
Setelah James Arthur pergi dari dalam kamar. Bella Saphira kembali melanjutkan tidurnya di atas ranjang yang berukuran cukup besar. Di perjalanan yang hendak menjemput Cintya. James Arthur melirik ponselnya yang ada panggilan masuk yang merupakan panggilan dari ibunya. "Ada apa mom," sahut James Arthur ramah kepada wanita di balik ponsel yang merupakan ibu kandungnya. "Mom ingin kau pulang ke sini sebentar," ucap wanita itu di balik ponsel dengan suara tegasnya. Lalu mematikan panggilan tanpa melanjutkan pembicaraan selanjutnya yang membuat James Arthur terheran-heran atas sikap ibunya yang tidak biasanya. James Arthur menatapi layar ponselnya yang sudah menjadi hitam dan ia juga penasaran kenapa ibunya memanggil dirinya pulang hari ini. Juga tidak biasanya melakukan panggilan singkat seperti ini. "Aku harus menghubungi Cintya dulu, Sebelum dia salah paham lagi dan berakhir dengan perpisahan." James Arthur menekan layar ponselnya untuk mencari nama Cintya yang ia tulis dengan nam
Begitu juga dengan para preman yang bersiap-siap mandi dan mereka juga tidak sabar untuk mencicipi tubuh Bella Saphira dengan berbagai trik.***Bella Saphira yang sudah bangun dari tidur ketika sudah jam hampir 10 pagi. Ia menyantap sarapan pagi yang di buatkan oleh James Arthur di atas meja makan. lalu bergegas mandi di dalam kamar mandi.Di dalam kamar mandi, Bella Saphira menatapi tubuhnya yang ia banggakan selama ini di depan kaca."Sepertinya hari ini harus melakukan perawat," gumam Bella yang menaikan kedua dadanya yang berisi dengan kedua tangan dan menatapi puncak dadanya yang sudah tegang.Berapa kali Bella Saphira menatapi tubuhnya di depan cermin yang memantulkan lekuk tubuhnya yang terdapat berapa bekas kebiruan di berapa tempat. Terutama di bagian dada yang merupakan bekas cengkeraman pria tua kemarin."Duh... ternyata masih ada bekas dan juga terasa sakit," ucap Bella Saphira yang meremas kedua dadanya sendiri secara bergantian.Selesai meremas kedua dadanya, Bella Sap
Bella Saphira mengambilnya tanpa curiga sama sekali. Setengah jalan ia membuka isi vocer tersebut dan menemukan vocer menginap di hotel mewah di sekitar sini tapi tidak di baca secara teliti lagi. Karena tergiur dengan salah satu toko yang menjual aneka ice cream. Selesai memakan ice cream, Bella Saphira memilih untuk pulang ke apertemen James Arthur. Tapi niatnya tetiba batal, Karena ingin mengunakan vocer discon hotel yang di dapatkan barusan. "Lebih baik mengunakan fasilitas hotel untuk memanjakan badan," gumam Bella Saphira yang termakan iklan vocer palsu dari Cintya. Bella Saphira berjalan masuk ke dalam hotel untuk melakukan cek in di hotel tersebut. Lalu melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangan kamar. Kedua mata Bella Saphira menatapi kamar yang wangi dan mewah seperti harapan. "Lebih baik tidur lagi, Besok sudah harus kerja. Setelah itu mengajuhkan diri untuk berhenti," gumam Bella Saphira yang tidak menyadari ada orang di belakangnya yang berjalan secara perlahan-lahan
Merasakan bokong Bella Saphira bergerak liar di atas bukit keperkasaan. Preman itu semakin bergairah tinggi dan tidak sabar untuk menyetubuhi Bella Saphira secara kasar. "Wow... Kau memang wanita nakal," ucap pria itu dengan menurunkan sleting celananya. Ia membiarkan rudalnya yang besar itu keluar untuk bergesekan dengan milik Bella Saphira yang basah. Bella Saphira dapat merasakan benda keras dan berurat telah mengesek bibir celah intinya berapa kali secara kasar. Ketua preman mulai membuka lipatan demi lipatan di celah inti Bella Saphira dengan rudalnya yang hitam dan berurat. "Wow sungguh nikmat," puji ketua preman yang masih mengesek-gesekkan badan rudalnya ke arah celah inti Bella Saphira yang sudah basah setelah mengalami perlepasan berapa kali oleh permainan lidah para bawahannya. Ingin sekali ketua preman itu memasukkan rudalnya ke celah inti Bella Saphira. Tapi mengingat apa yang di katakan oleh Cintya. Ia mengundurkan niatnya lalu memasukkan rudalnya ke arah lubang sat
Ketua preman masih belum puas menikmati tubuh Bella Saphira. Ia menarik Bella Saphira untuk belutut di hadapannya. Lalu memasukkan rudalnya ke dalam mulut Bella Saphira. "Kulum!" perintah ketua preman itu yang memaksa Bella Saphira tetap membuka mulut. Bella Saphira yang jengkel atas pelecehan yang di alami sejak tadi. Ia memilih mengigit badan rudal yang di dalam mulutnya. Klek. Wajah preman itu langsung menghitam. "Keparat kau," ucap ketua preman yang hampir melayang tamparan ke wajah Bella Saphira. Tapi ia mengundurkan niatnya. "Aku akan membuat mu merasakan kenikmatan," lanjut ketua preman yang menjambak rambut Bella Saphira dengan menghentakkan rudalnya berulang kali ke dalam mulut Bella Saphira secara kasar. Bella Saphira hampir kesendat dan berapa kali kehabisan nafas. Tapi pria itu masih belum melepaskan dirinya. Merasakan akan mendapatkan perlepasan. Ketua preman itu mengeluarkan semua pelepasan di dalam kerongkongan Bella Saphira. Lalu menariknya keluar dengan wajah b
***Dua jam kemudian, James Arthur berhasil sampai ke rumah kedua orangtuanya yang tinggal di pinggiran kota yang jauh dari pusat kota. Ia memakirkan mobilnya di samping rumah. Lalu keluar dengan tergesah-gesah dan hati penuh pertanyaan atas panggilan ibunya barusan yang terkesan penuh dengan misteris."Aku pulang," seru James Arthur yang masuk ke dalam rumah dengan sikap santainya."Akhirnya kau pulang," sahut ibu James Arthur yang sedang mempersiapkan makan siang di dalam dapur."Apa yang terjadi, Kenapa meminta aku pulang mendadak?" tanya James Arthur yang menarik kursi di samping ayahnya. Lalu duduk di situ dengan menatapi ibunya dengan tatapan menyelidik.Ayah James Arthur menampakkan wajah tidak senangnya atas pertanyaan James Arthur yang di anggap tidak pekak sama sekali dengan situasi saat ini."Aku dengar kau masih ngotot menikahi wanita jalang itu?" tanya Anne Arthur yang merupakan ibu James Arthur yang sejak semula tidak merestui hubungan James Arthur dengan Bella Saphira.
Panggilan masuk itu berbunyi berulang kali. William Randolph yang sudah terkapar tidak sadar diri tidak menyadari bunyi ponsel yang tiada berhenti.Raisa Andriana yang sejak tadi menghubungi William Randolph. Wajah cantiknya kini terlihat menghitam setelah panggilan berpuluh-puluhan kali tidak di respon oleh William Randolph."Jangan bermimpi kau bisa kabur dari aku setelah mencampakkan aku seperti sampah," batin Raisa Andriana yang masih terobsesi kepada William Randolph serta kekayaan yang di miliki oleh William Randolph.Melihat hari sudah menunjukkan jam 5 pagi, Raisa Andriana memutuskan untuk makan sedikit di bandara untuk mengisi tenaga. Kemudian langsung pergi ke hotel mewah untuk istirahat.***Ujung mata Ricky menatapi kedua kembar yang keluar dari mobil mewah dan di temani oleh seorang pria yang tidak lain adalah Adam Levine."Daddy," seru kedua kembar yang nempel seperti prangko. Sebelum masuk ke dalam halaman sekolah."Belajar yang rajin," Adam Levine memeluk kedua kembar
Mendengar apa yang di katakan oleh pria tua di hadapannya, tawa Cindy semakin nyaring. Semua tamu yang hadir hanya bisa memandang satu sama lain. Mereka tanpa bersuara."Putri kata mu?" seru Cindy yang berusaha berdiri. Ia menatapi Bella dengan senyuman jahat, kemudian membuang ludah sebagai penghinaan.Erik Stephen mengerutkan dahi semakin dalam, ia tidak suka ada yang merusak acara ulang tahun kedua cucu kembar."Wanita jalang itu sudah tidur dengan banyak pria dan kini pria tua itu adalah simpan jalang itu," seru Cindy yang masih emosional dan ia tidak iklhas hidup Bella lebih baik dari dirinya.Bella yang kehabisan kesabaran, ia berjalan ke arah Cindy dengan menghadiahkan satu tamparan keras yang membuat semua tamu ternganga."Tutup mulut jahatmu, berani menghina ayah aku. Aku bersumpah kau tidak akan hidup dengan tenang."Apa yang di katakan oleh Bella mengaketkan semua tamu yang hadir. Termasuk Ricky dan Adam Leonard yang melihat Bella yang menjambak rambut pirang Cindy dengan
Ricky merasa apa yang dilakukan oleh Adam Levine sangat lucu."Pria sampah seperti kau hanya bisa berlindung di belakang wanita," cibir Ricky dalam hati dengan membalas tatapan ancaman dari Adam Levine.Keduanya terlihat saling memperingati satu sama lain. Ricky yang tidak ingin topeng aslinya terbongkar di depan umum, Ia segera mengikuti sang ayah ke tempat lain.Adam Leonard ingin mewancari Ricky secara detail. Tapi melihat Ricky menguap berapa kali dan memijit kepala, niatnya terundur.Untuk menutupi kecurigaan sang ayah, Ricky sengaja meminta air putih kepada salah satu pelayan yang berjalan lalu lalang."Kau kenapa?" tanya Adam Leonard yang melihat Ricky menelan satu pil obat.“Sakit kepala,” balas Ricky yang melemparkan bungkusan obat kepada Adam Leonard yang duduk di depan.Adam Leonard menatapi bungkusan obat di atas meja depan wajah dengan tidak senang.“Mengapa ada yang bau badan di pesta ini?” dusta Ricky yang menutup hidung dengan sapu tangan dan sebelah tangan memijit dahi
melihat sikap Erick Stephen yang posesif kepada gadis kecil itu. Emosi Roberth Randolph seketika mendidih. Ia merasa terkalahkan dalam hal untuk memiliki sesuatu.Robert Randolph berdiri dari tempat duduknya. Ia tidak ingin Erick Stephen memonopoli Lilica seorang diri.Tanpa kata-kata, Erick Stephen memilih untuk pergi dari hadapan Robert Randolph dengan tujuan menjauhkan Lilica dari Robert Randolph.Robert Randolph yang ingin melangkahkan kakinya, namun ia terhalang oleh Anton Bachrul."Jangan gegabah tuan," saran Anton Bachrul yang tidak ingin Robert Randolph kena masalah. Mengingat latar belakang Erick Stephen yang terkenal di dunia hitam."Apakah tuhan membalas apa yang aku lakukan di masa lalu dengan cara seperti ini," Robert Randolph berusaha menahan kesedihan, kemarahan dan ketakutan menjadi satu di dalam hati.Anton Bachrul tidak mengerti apa yang di katakan oleh Robert Randolph, ia segera membawa Robert Randolph untuk segera kembali ke rumah utama.Di rumah utama, Robert Rand
"Apa katamu tua Bangka," seru Cindy yang tidak terima atas kata-kata Deep Arthur yang merupakan ayah mertua. "Tidak sopan," Deep Arthur yang tidak tahan dengan sikap Cindy yang kian hari kian kurang kurang ajar. Ia langsung menyiramkan satu ember air ke arah Cindy. Cindy melap wajahnya yang basah, ia berdiri dari tempat duduk dengan wajah hitam. Rasa marah dan sesak bercampur jadi satu di dalam hati. "Tua Bangka sialan, aku berharap kau cepat masuk tanah." Cindy meraih tas mewah, ia berlari dari ruang tamu dengan emosi membara sembari mengumpat berulang kali. Sedangkan Anne Arthur berusaha mengejar Cindy dari arah belakang. "Sekalian saja kau ikut wanita mandul itu pergi, maka tidak perlu kembali lagi ke sini!" tegas Deep Arthur yang membanting ember ke lantai. Langkah kaki Anne Arthur terhenti, ia tidak berani mengejar langkah kaki Cindy lagi. Ketika sebuah suara berat berupa ancaman terdengar nyaring. "Aku heran kenapa James bisa menikahi wanita ini," seru Deep Arthur yang lup
"Aku kan bercanda, lagian Adam pasti akan marah besar. Jika tau aku bekerja," Bella tertawa pelan. Kemudian menarik Erick Stephen keluar dari rumah.Kerutan di dahi Erick Stephen terlihat semakin dalam ketika melihat tingkah Bella hari ini."Temani aku jalan-jalan! Kita sudah lama tidak berjalan bersama sebagai ayah dan anak," Bella sedikit memaksa kehendaknya kepada Erick Stephen untuk keluar dari dalam rumah.Erick Stephen yang tidak ingin Bella stres. Ia pun setuju akan permintaan Bella hari ini.Di mall, Bella melirik barang mewah keluaran terbaru."Aku mau tas ini," ucap Bella dan seorang wanita secara bersamaan.Wanita itu terlihat tidak suka ada yang mengincar barang yang ia sukai. Sedangkan Bella masa bodoh."Aku pikir siapa, ternyata kau Bella. Oops wanita jalang," Cindy sengaja menyindir Bella untuk membalas sakit hati di pameran perhiasan di Paris."Oh ada pelakor," balas Bella dengan tatapan menyindir. Ia pun melap jari-jari dengan tissue basah anti kuman di depan Cindy.T
Di salah satu ruangan, Adam Levine mendudukan kedua kembar. Ia ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi pada kedua kembar."Mengapa kalian menagis, apa karena dad dan mom tidak ikut kalian pergi main ke pantai?" Adam Levine berusaha menghibur kedua kembar tersebut."Rumah kita terbakar habis," Shimon yang mengambil ahli untuk menjawab pertanyaan yang tidak bisa di jawab oleh kedua kembar yang masih sibuk menagis.Wajah Adam Levine memperlihatkan sedikit ketakutan, apa yang ia takutkan menjadi kenyataan."Itu hanya rumah sementara untuk di tempati, sekarang kita semua balik ke Italia. Liburan sudah selesai," timpal Erick Stephen yang ingin menjauhkan kedua kembar dari ayah biologis."Baiklah," kedua kembar menjawab perkataan Erick Stephen secara bersamaan. Karena mereka tahu keegoisan telah menyebabkan banyak hal terjadi. Sedangkan Adam Levine hanya bisa diam tanpa protes atau apapun.Shimon merasa semua ini tidak sederhana, ia yakin ada yang sengaja membakar rumah sebagai peringatan u
"Mau apa kau menghubungi aku," William Randolph menaikkan volume suara lebih tinggi dari biasanya saat berbicara dengan Ricky di balik ponsel."Dasar bodoh, apa yang kau lakukan di sana. Otak udangmu itu di pakai sedikit bisa tidak? Karena kebodohan mu itu telah menyebabkan banyak masalah di banyak pihak,"William Randolph menaikkan sebelah alisnya. Ia merasa semua ini pantas di dapatkan oleh para pecundang seperti Adam Levine dan Erick Stephen.Ricky yang di balik ponsel hanya menghela nafas panjang. Ia tidak bisa membantu banyak atas kebodohan yang di sebabkan oleh William Randolph.Seorang pria tua berdiri di hadapan Ricky. Ia menunjukkan sikap tidak senang.Sadar posisi dalam bahaya, Ricky memutuskan panggilan dengan William Randolph saat itu juga."Berapa kali aku katakan padamu untuk tidak berteman dengan bajingan itu yang bisa menghancurkan karir dan nama keluarga kita!" ucap pria tua itu yang tak lain adalah Adam Leonard.Ricky menghela nafas panjang, ia beralasan orang yang i
"Sial, terkutuk kau...." William Randolph melampiaskan kekesalan di dalam hati ke arah salah satu kaki meja. "Sial..sial.." tidak puas mengumpat, William Randolph membanting meja tersebut dengan sekuat tenaga untuk melampiaskan kekesalan di dalam hati yang masih ada api yang kebencian yang membara kian tinggi. Tidak puas melampiaskan kekesalannya itu, William Randolph memilih untuk keluar dari dalam rumah. Ia memutuskan untuk mencari Erick Stephen atau Adam Levine untuk membuat perhitungan karena selama ini berani menyembunyikan keberadaan Bella Saphira tanpa seizinnya. "Wanita sialan itu harus diberikan pelajaran berlipat-lipat dari sebelumnya," batin William Randolph yang masih penuh amarah kepada Adam Levine dan Erick Stephen. Sehingga melupakan nasehat Ricky. Pintu rumah di buka secara tiba-tiba oleh William Randolph. Seketika dahi William Randolph berkerut dalam saat melihat siapa yang ada di hadapannya. Wanita itu menampilkan senyuman manis dengan bagian dada yang hampir te