Bab 27. Deva Mendaftarkan Gugatan Cerai Alisya
======
Sang Mama terlihat semringah. Sepertinya wanita itu suka kalau Raja dekat dengan Alisya. Entah mengapa, Raja merasakan perhatian sang Mama kini tercurah besar pada dirinya. Bertolak belakang dengan dulu. Bila dulu Deva adalah segalanya bagi sang Mama, kini sepertinya berbalik arah. Perhatian wanita itu sekarang begitu besar untuknya.
“Maaf, Bu. Saya terbiasa hidup hemat, jadi pikirannya gimana biar irit aja, hehehe ….”
“Bagus, dong! Calon istri direktur memang harus penuh perhitungan, gak boleh foya-forya gak jelas, iya, kan, Ja?” Wanita itu menatap putranya.
Raja tersenyum, wajahnya sedikit merona. Berbeda dengan Alisya, perempuan itu malah mengernyitkan keningnya dengan keras. Entah apa maksud
Bab 28. Serangan Mantan Istri Deva ======“Ada tamu yang mau bertemu Ibuk,” Bik warsih mengetuk pintu kamar. Alisya baru saja selesai mandi setelah pulang kantor sore ini.“Bian, Lena yang buta pintu Mammma,” kata Rena langsung beringsut turun dari atas ranjang besar itu.“Rena gak sampai, Sayang. Pegangan pintu kamar ini masih terlalu tinggi untuk Rena. Biar mama, aja, ya!” Alisya cepat-cepat merapikan baju tidur yang baru saja dikenakannya. Sebuah handuk berwarna biru langit masih membalut rambut panjang di kepalanya.“Sebentar!” serunya sambil berjalan menuju pintu kamar. Rena mendampinginya.“Siapa, Bik. Perasaan saya tak ada janji dengan siapa-siapa?” tanya Alisya begitu pintu kamar dia buka.
Bab 29. Deva Menolak Tawaran Rujuk======“Mama!”Seorang bocah perempuan berteriak, Tasya! Tetapi, Warsih segera mengalihkan perhatiannya. Mereka tengah bermain di ayunan yang tersedia di pojok halaman sebelah kanan rumah itu. Tasya dan Rena tampak akrab. Celoteh mereka terdengar riang.“Mas Deva ….” Lirih suara Sonya memanggil mantan suaminya.“Maaf, Pak. Saya terpaksa mengusirnya keluar!”Alisya salah tingkah. Kini dia menunduk, bersiap menunggu apapun ucapan laki-laki itu, karena telah mengasari mantan istrinya.Tetapi, Deva tak berkata apa-apa. Lelaki itu hanya menatap Alisya lekat. Yang di tatap semakin gelisah. Bahkan Alisya langsung berpikir akan segera meninggalkan ruma
Bab 30. Sentuhan Pertama Deva di Leher Alisya====Mobil Sonya telah hilang dari pandangan. Ponsel Deva berdering, saat berjalan kembali menuju teras, menghampiri Alisya dan Rena.“Ya, Raja! Ada apa?” Deva menjawab panggilan di ponselnya.“Mas, sekretaris aku tadi pagi ngajuin resign karena mau nikah. Kebetulan temanku, si Fajar, nelpon barusan, nawarin sepupu dia yang baru selesai kuliah. Tinggal nunggu wisuda aja. Aku terima, Ya, Mas! Gak enak nolak lagi. Kemarin aja udah aku tolak gara-gara Mama nyuruh tempatkan Alisya di kantor.”“Terserah kamu! Kan, sekeretaris kamu! Kamu aja yang mutusin!”“Ok, Mas. Aku iyain, nih! Besok dia mulai masuk, ya, biar dibimbing dulu&n
Bab 31. Penyusup Di Keluarga Besar Wibawa=======Suasana berbeda di rumah Fajar. Lelaki itu baru saja menerima telepon dari sahabatnya, Raja. Sesuatu yang telah direncanakannya, kini sudah mulai berjalan begitu sempurna. Sengaja dia meminta Raja agar menerima Desy bekerja di kantor yang dimiliki oleh keluarga temannya itu. Alisya juga ada di sana.Fajar sama sekali belum bisa terima, Alisya telah mencampakkannya. Alisya adalah miliknya, selamanya akan menjadi miliknya. Berharap Alisya urung menggugat cerai dirinya. Akan direngkuhnya kembali wanitanya, bagaimanapun caranya. Fajar yakin, ada seseorang di sana yang sedang berusaha mengambil hati istrinya. Belum tahu pasti siapa, tapi Fajar berusaha akan mencari tahu secepatnya. Tidak akan ada siapapun yang bisa memiliki Alisya. Alisya dici
Bab 32. Rena Tenggelam di Kolam Renang=======Alisya membisu di sepanjang perjalanan, begitupun dengan Deva. Kalau Alisya membisu karena merasa sangat kaku dan takut salah di hadapan sang Bos, maka berbeda dengan Deva. Lelaki itu membisu justru karena sedang sibuk menetralisir degupan aneh di dalam dadanya. Kian hari degup itu kian menyiksa saja.Pesona Alisya tak mampu lagi ditepis. Hadir perempuan itu tak dapat dia cegah. Alisya mengisi penuh relung hati yang sempat kosong sejak Sonya mengkhianatinya. Setahun yang lalu. Ya, tepat setahun yang lalu Deva memergoki istrinya sedang berada di dalam rengkuhan Theo. Mereka memang tidak melakukan hubungan layaknya suami istri, tetapi melihat keduanya sedang menyatukan bibir sambil saling berpelukan, membuat Deva ta
Bab 33. Kecurigaan Alisya Kepada Perawat Pribadi Alina=======Dua puluh menit, mobil yang dilajukan Deva sudah memasuki halaman parkir Rumah sakit Swasta paling terkenal di kota Medan. Rumah sakit langganan keluarag Haga Wibawa Gle* Eg***s. Deva langsung memgarahkan mobilnya ke parkiran yang paling dekat dengan gedung UGD.Seorang anggota Papanya langsung berlari menyambut mereka, begitu melihat mobil Deva.“Lapor, Pak. Sudah ditangani! Tidak usah khawatir!” lapornya seraya meletakkan tangan di pelipis, seperti orang menghormat.“Baik! Terima kasih.”Laki-laki itu membukakan pintu mobil untuk Alisya. Alisya mengangguk sebagai ucapan terima kasih.Deva keluar dari mobil. Lalu bersisian dengan Alisya menuju ruang UGD.
Bab 34. Kedatangan Fajar ke Rumah Sakit=======“Gak bisa dibuka, Sya! Pakai sandi,” kata Deva.“Minta sama dia, Pak! Beri tahu apa sandinya!” perintah Alisya menatap tajam perawat yang kian memucat itu.“Tidak mau! Itu HP aku, hak aku, privasi aku! Kalian gak bisa memaksa aku!”“Pak Deva majikan kamu! Kamu harus turut perintahnya, bukan?”“Iya, tapi tidak untuk kata sandi di HP aku!”“Ok, kita tunggu saja!” Kau akan tetap di sini, tak bisa ke mana-mana!”“Aku mau pulang, aku mau liat Ibu! Bu Alina membutuhkan rawatanku!”“Diam! Kua diam!” Alisya menghentakkan lengan pere
Bab 35. Signal Dari Deva Mulai Terasa========“Rena Sayang! Ini mama, Nak!” Wanita itu membelai lembut pipi putrinya.Mata sang bocah mengerjap lemah.“Jangan dipaksa dulu, Bu! Biar putri ibu lebih tenang dulu, ya! Yang penting dia sudah melihat keberadaan Ibu di sini. Itu akan membantu dia segera kuat kembali,” ujar salah seorang Dokter yang menangani Rena.“Baik, Dok! Tetapi anak saya udah baik-baik saja, kan, Dok?”“Sudah, Bu. Cairan yang sempat merendam seluruh organ tubuhnya sudah kita keringkan. Tinggal masa pemulihan saja. Selanjutnya kita akan berusaha menyembuhkan traumanya.”“Pasti Rena kaget banget, Dok.”
Bab 210. Para Benalu Bertaubat (Tamat)=============“Yang itu? Sepertinya itu Tante Niken sama siapa, ya, Ma? Ada dua oom oom juga.”“Kita ke sana, yuk Sayang! Biar nampak jelas.”Keduanya mempercepat langkah. Jarak beberapa meter, mereka berhenti. Alisya menahan langkah Tasya, dengan mencengkram lengan gadis kecil itu. Keduanya melongo menatap pemandangan yang mengejutkan di depan mereka. Supir peribadi Niken yang telah lama menghilang, kini ada di sana.Nanar mata Alisya menatap seorang pria satunya. Lelaki kurus, seolah tingggal kulit pembungkus tulang. Mata cekung&nb
Bab 209. Culik Aku, Mas!========“Kasihan Intan, Mas.”“Bagaimana dengan aku? Aku juga sudah berjuang melupakan kamu, tapi tetap gak bisa, gimana?”“Mas?”“Ya?”“Aku bingung!”“Kenapa bingung?”“Masih gak percaya dengan ucapan Intan tadi. Gak mungkin Mama setega itu sama kamu!”“Nyatanya seperti itu, Non! Bu Alina menyerahkan selembar cek untukku, agar aku pergi meningalkan kamu. Tapi aku tolak, karena cintaku tak ternila
Bab 208. Bukan Pagar Makan Tanaman=========“Stop! Stop! Kubilang stop! Kumohon berhenti! Jangan ikuti aku!” Niken berteriak.“Ok, kami berhenti. Tapi, kamu juga berhenti, Ken! Kenapa? Kenapa kamu mau pergi, setelah sekian lama kita tak berjumpa? Ok, aku pernah salah, aku pernah khilaf. Tapi, Mas Deva sudah memaafkan aku. Aku juga sudah menyasali perbuatanku. Aku sudah insyaf, Ken! Mas Deva dan Kak Alisya saja mau memaafkan kesalahanku, kenapa kamu tidak? Padahal kita udah sahabatan sejak kuliah semester satu. Empat tahun bukan waktu singkat untuk membina suatu hungan persahabatan, Niken!” Intan kini berurai air mata.“Sahab
Bab 207. Kejutan Buat Niken===========“Rena! Cepat, dong! Ke mana lagi, sih?” Niken memanggil keponakannya.“Bentan, Ante!” teriak gadis kecil berseragam sekolah taman kanak-kanak itu berlari menuju halaman belakang sekolah.“Rena! Ayo, dong! Kak Tasya nanti kelamaan nunggunya, lho!” Niken berusaha mengejar.Hampir setiap hari Rena menuju tempat itu. Rumah penjaga sekolah. Entah apa yang menarik perhatian Rena di sana. Biasanya Dadang yang mengantar dan menjemput Rena. Pak Dadang hanya akan menunggu saja di mobil, di dekat gerbang, tapi hari ini dia 
Bab 206. Permintaan Alisya===========“Lakukan sesuatu, Mas! Kamu mau Niken seperti itu terus?” pinta Alisya menuntut Deva.“Apa yang bisa kuperbuat, Sya?”Deva menoleh ke arah Alisya. Wanita yang masih berbaring itu menatapnya dengan serius. Deva mendekat. “Aku bisa apa, coba? Mencari Hendra lalu menikahkannya dengan Niken? Lalu apa yang akan terjadi dengan Mama? Belum lagi Papa. Kamu tahu resikonya sangat berat, bukan?”“Ya. Tapi aku tidak tega melihat Niken makin terpuruk seperti itu.”“Aku paham. Aku akan usahakan yang terbaik buat mereka. Jika mereka berjodoh, aku yakin mereka pasti akan bersatu juga. Seperti kita.”“Ya.”“Bedanya, kamu bisa
Bab 205. Niken memilih Menjadi Perawan Tua=======“Gimana, dong?” Aisyah memilin ujung jilbabnya.“Siapa yang suruh merajuk-rajuk segala. Dipaksa nikah sama Mama, bingung, kan?”“Mas Raja, sih. Suka banget buat Ai cemburu!”“Ai, aku baik sama Alisya, hanya sebatas adik kepada kakaknya, gak lebih! Tolong kamu paham, dong, Ai. Aku, sih, ok aja, disuruh nikahi kamu, sekarang, pun aku mau. Tapi, kamu? Belum mau, kan? Nah sekarang siapa yang gak serius dengan hubungan ini?”“Ai serius, Mas. A
Bab 204. Kejutan Putri Bungsu Haga Wibawa==========“Siapa bilang Non Niken tidak punya kekasih, Buk?”“Buktinya, lihat! Hari-hari di rumah saja. Cowok yang datang main ke rumah ini juga tidak pernah ada, kan? kasihan dia, sepertinya kesepian.”“Ibuk salah. Justru Non Niken setiap hari berbunga-bunga. Tapi, saya gak berani bilang siapa orangnya, ya, Buk, jangan paksa saya bicara, ya!”“Siapa? Kamu kenal, Srik?”“Jangan tanya, Buk! Ampun! Ya, Alloh, kanapa mulutku nyeplos, sih! Anggap Ibuk gak pernah dengar apa-
Bab 203. Alisya Hamil, Aisyah Cemburu==========“Iya. Aku akan belajar untuk berubah. Sabar, ya, Sayang! Aku pasti bisa, meski perlahan.” Deva mengelinjang. Sentuhan Alisya membuatnya kian mengawang. Nalurinya kian menghentak, saat tangan Alisya melepas lilitan handuk di pinggang.“Aku khawatir, Sya! Kalau beneran sudah ada calon bayi kita di rahim kamu, aku takut dia terganggu, Sayang!”“Kamu bisa pelan-pelan, kan, Mas!”“Hem, bisa. Terima kasih, Sayang!”Alisya membuktikan rasa hati yang sesungguhnya. Ungkapan cintanya yang begitu besar yang hanya untuk Deva. Tak ada&nb
Bab 202. Perhatian Raja Membakar Cemburu Deva=========“Tidak, kita ke Dokter spesialis kandungan saja, Sayang! bentar aku pakai baju, dulu, ya! Ops, kamu di situ aja, nanti aku gendong ke mobil. Jangan bergerak, Sayang! Tolong jangan gerak, ya!” titahnya seraya bangkit dan berjalan menuju lemari pakian.“Aku bisa jalan sendiri, Mas! Gak usah berlebihan, deh! Aku gak manja, kok. Seperti yang kamu mau. Kamu kan gak suka perempuan manja!”“Sya?” Deva menatap lembut wajah istrinya. Pria itu urung membuka pintu lemari.Ponsel Alisya berdering.&nbs