Share

29

Author: Gleoriud
last update Last Updated: 2022-07-17 19:07:20

Tidak ada kata terucap dari dua mulut manusia dewasa itu. Novan terpekur, Sri termenung. Mereka sudah merencanakan perpisahan, akan tetapi dengan kehamilan Sri yang ke dua ini, apakah niat itu bisa kembali terlaksana?

"Sekarang bagaimana?" tanya Sri kemudian, dia menatap Nadhira, Nadhira kembali terlelap, kondisinya sudah mulai membaik.

"Aku juga tidak tau." Novan pasrah.

"Haruskah aku menggugurkannya, Mas?"

"Orangtua macam apa kalian?"

Novan dan Sri tersentak. Entah bagaimana, mama dan papa Novan sudah muncul di pintu masuk. Wajah mamanya menegang menahan marah.

"Ma, pa? Kenapa tidak mengabari kami terlebih dulu akan ke sini?" Novan tergagap.

"Dan membiarkan kekonyolan kalian meraja lela? Mama nggak ngerti, apa yang ada dalam otak kalian berdua, membunuh anak kalian sendiri tanpa belas kasihan." Mata tajam mama Novan menguliti Sri penuh geram.

"Dan kamu, ibu macam apa yang berinisiatif dan memberi ide untuk melenyapkan anaknya sendiri."

"Sudah, Ma." Papa Novan menenangkan.

"Biarin
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Bekas Merah di Leher Istriku    30

    Dua orang itu, yang merupakan ayah dan anak, saling berhadapan dengan wajah penuh tegang. Novan berusaha menetralkan emosi di dadanya. Bagaimana bisa, papanya memiliki ide seperti itu. Ini sama saja dengan membunuhnya secara perlahan."Kenapa papa tega sekali padaku?" Suara Novan bergetar, bahkan matanya berkaca-kaca seperti hendak menangis."Papa melakukan ini demi kebaikanmu.""Kebaikan apa, Pa? Papa mengeluarkan aku dari perusahaan, lalu memberiku sebuah toko kecil untuk dikelola? Papa bilang ini demi kebaikanmu, terkadang aku berpikir, aku ini bukan anak kalian. Kenapa kalian begitu tega.""Novan, kamu anak laki-laki papa satu-satunya. Papa ingin, kamu memulai dari awal, perusahaan yang kamu kelola, semuanya mengalami kemunduran, bahkan beberapa anak cabang kita terpaksa ditutup."Novan terdiam."Beberapa bulan belakangan ini, papa mengawasi kamu diam-diam, Novan. Papa tau segalanya apa yang kamu lakukan, kamu tidak pernah fokus untuk bekerja, kamu sibuk dengan diri kamu sendiri,

    Last Updated : 2022-07-18
  • Bekas Merah di Leher Istriku    31

    Hujan petir, Aryo menerobos hujan dan memasukkan motornya ke dalam rumah. Siang mulai beranjak menuju sore. Dari pagi hujan gerimis mulai turun, namun menjelang sore malah semakin lebat dan diikuti petir serta angin kencang.Baju yang basah kuyup dilepas oleh Aryo, diganti dengan kaos hitam pas badan."Kalau begini lebat, bisa-bisa banjir nih, Yo." Mang Ujang muncul dari kamar. "Jangan sampai lah, Mang. Kita doakan hujan cepat reda." Aryo menggosok rambutnya dengan handuk."Kalau begini, aku bakal nginap lagi di kontrakanmu, nggak apa kan?"Aryo tersenyum."Nggak apa-apa kok, saya malah senang. Ada teman ngobrol."Mang Ujang menutup pintu masuk, karena angin membawa hujan berembus kencang masuk ke dalam rumah."Kapan jadinya?""Apanya, Mang?""Nikahnya, kamu sama bos besar." Mang Ujang memang sudah mendapat cerita dari Aryo, karena pria tua itu sebagai teman curhat laki-laki gagah itu."Oh, itu. Dua Minggu lagi.""Alhamdulillah, niat baik bagusnya disegerakan, Yo.""Iya, Mang."Mang U

    Last Updated : 2022-07-19
  • Bekas Merah di Leher Istriku    32

    Tangannya bergetar, bahan tempat meletakkan kunci pun masih sama. Dia membuka pintu pondok dengan hati yang sesak."Dari mana, Dek. Kenapa lama sekali, mas menunggumu, mas kangen." "Ah! Mas, baru aja ditinggal dua jam, pengajiannya seru." "Benarkah?""Bisa cerita sama mas?""Ah, aku malu.""Loh, kenapa?""Pengajiannya agak sensitif, nggak mau ah.""Ayolah, Dek!""Kata ustadz, melayani suami itu banyak banget pahalanya, bahkan kalau menghidangkan air putih dengan ikhlas, bakal dihitung mendirikan seribu rakaat shalat Sunnah.""Benarkah?""Hmm, terus....""Terus apa?""Katanya kalau melayani suami di tempat tidur di malam Jum'at, bahkan pahalanya sama dengan berjihad melawan seribu orang Yahudi.""Wah, berarti udah berapa banyak yang kita bunuh, Dek?""Mas, jangan tanya gitu, kan aku malu.""Mas kan cuma tanya.""Ya, nggak bisa dihitung Lo mas.""Ya udah, mas mau bunuh Yahudi terus.""Mas ini, kesempatan. Kan seribu yahudi itu kalau malam Jumat, ini siang hari mas, Minggu pula.""Angg

    Last Updated : 2022-07-20
  • Bekas Merah di Leher Istriku    33

    Mbak Lusi, menatap Aryo penuh tanya. Namun, tidak ada satu kalimat pun terlontar dari mulutnya. Walaupun hatinya dilanda penasaran."Ini ditaruh dimana Mas?" Mbak Lusi menyodorkan pakaian basah milik Sri. Sri sekarang tengah memakai daster batik bewarna ungu muda, begitu kontras dengan kulitnya yang pucat."Sini! Biar saya yang naruh di kamar mandi. Makasih ya Mbak.""Sama-sama, Mas. Hmm, kalau boleh tau, siapa ini Mas?" Lusi tidak bisa menahan rasa penasarannya. Karena tempo hari, dia melihat wanita yang berbeda mengunjungi Aryo."Dia mantan istri saya." Aryo menjawab lesu."Oh, maaf," jawab Lusi tidak enak. Baru dia tau, Aryo seorang duda, dia sempat merasa suka pada Aryo, namun sejak dia melihat Brenda berkunjung, hatinya pupus sudah. Lusi mundur teratur, dia tidak mungkin bersaing dengan Brenda. Apalah daya, dia hanya karyawan toko yang sudah berumur banyak."Nggak apa-apa, Mbak.""Kalau gitu, saya pamit ya." "Iya, Mbak. Makasih sekali lagi." Aryo tersenyum dan mengantar Mbak Lus

    Last Updated : 2022-07-21
  • Bekas Merah di Leher Istriku    34

    "Sah!" Jawaban serentak memenuhi ruangan besar itu. Aryo melepas nafas lega, sedangkan Brenda menangis haru. Mama papanya mengucapkan syukur berkali-kali. Doa yang dilantunkan oleh pak penghulu, diaminkan sepenuh hati oleh sepasang penganten baru itu.Aryo menatap lembut Brenda. Wanita yang kini telah menjadi dunia baru untuknya. Mencium kening wanita itu yang tampil sederhana dengan make up seadanya. "Jangan menangis!" Aryo mengusap air mata haru yang mengalir di pipi Brenda. Tangis Brenda semakin hebat. Bahkan saat Aryo merengkuhnya dalam pelukannya."Diamlah! Kau bisa berubah jelek jika matamu bengkak." Aryo menggoda Brenda. Sapaan resmi berupa "Mbak" sudah dihilangkan oleh Aryo.Brenda memukul pelan dada Aryo. Bahagia yang tidak bisa dikatakan dengan kata-kata."Jangan mengendus, Mas mu belum mandi sore. Jakarta musik hujan.""Kau tidak bau." Brenda merajuk."Nggak boleh panggil "kau". Mulai detik ini panggil "Mas". Nanti jadi istri durhaka, mau?" Aryo menggoda lagi.Brenda mengg

    Last Updated : 2022-07-22
  • Bekas Merah di Leher Istriku    35

    Matahari mengintip malu-malu, melalui celah gorden yang tersibak ditiup angin. Sepasang manusia yang baru saja mengesahkan pernikahan mereka semalaman membuat ke duanya merasa lelah.Brenda bangun, tersenyum malu. Tubuhnya terasa remuk. Namun, dia harus bangkit untuk kembali mandi dan menyiapkan sarapan.Satu yang diketahui Brenda, Aryo adalah laki-laki tangguh yang tidak bisa dijelaskan. Dia begitu mahir menerbangkan Brenda ke atas awan dan memberi kenikmatan halal yang telah mereka cicipi. "Sudah bangun?" Aryo ikut terganggu dan membuka matanya. Selepas shalat subuh, mereka memutuskan untuk "tidur" kembali. Hujan semalaman bahkan sampai pagi sangat mendukung suasana malam temaram untuk mereka."Udah, Mas." Brenda menunduk. Laki-laki itu berhasil membuat dia tidak percaya diri untuk membalas tatapan mautnya."Mas mau dibuatkan apa?""Memangnya kamu bisa masak, nggak biasanya seorang bos besar mau bertungkus lumus di dapur."Brenda mengerucutkan bibirnya."Asal mas tau aja. Aku perna

    Last Updated : 2022-07-24
  • Bekas Merah di Leher Istriku    Sesion 2 ( 36 )

    Apa yang lebih indah dibanding cinta. Saat gubuk menjadi istana, hidup ditemani tawa. Dan apa yang paling membuat menderita, saat setiap detik hidup bagai neraka, hembusan nafas menjadi siksa. Tidak ada derita melebihi derita karena cinta.Dia, pernah menjadi manusia paling bahagia di dunia, dan juga pernah menjadi orang yang paling menderita, nyaris ingin mati.Kesalahannya, penyesalannya, hanya debu yang tak berharga. Saat semua sudah terlambat, dia tinggal memutuskan hidup atau mati.Hujan rintik mengguyur kota Jakarta. Dia berusaha mempertahankan payungnya yang dilanda angin, tubuh ringkihnya bertarung dengan kuatnya angin. Bahkan, rok selututnya basah terkena air hujan.Seperti biasa, dia akan pergi pagi dan pulang sore hari. Mencoba bekerja sendiri mengais rezeki untuk menghidupinya.Dia mendesis, saat telapak sepatunya telah menganga. Benar, dia butuh sepatu baru.Dia pernah mencoba menjadi sangat miskin, dan menjadi sangat kaya. Dan sekarang sendiri mencoba membangun hidupnya

    Last Updated : 2022-07-26
  • Bekas Merah di Leher Istriku    37

    Sri menata bunga mawar di dalam pot-pot yang sudah ditata sedemikian rupa. Matanya tertuju pada mawar bewarna putih, dari sekalian bunga, mawar putih sangat disukainya. Senyum tipis terukir di bibirnya. Di ambilnya satu tangkai bunga itu kemudian didekatkan ke hidungnya. Rasanya begitu menyenangkan, aroma lembut bunga memenuhi penciumannya."Permisi!"Sri menoleh, pria itu lagi. Wajah kelewat ramah, senyum jenaka yang cerah secerah matahari pagi. Sri baru tau, ada orang yang hampir sama persis dengan Aryo. Akan tetapi, mereka memiliki sifat yang berbeda."Ada yang bisa dibantu?" tanya Sri datar. Dia tidak munafik, ada dentuman di hatinya, akan tetapi setelah menyadari dia bukanlah Aryo, dentuman itu pergi begitu saja."Oh, itu. Saya ingin punya bunga yang tidak biasa.""Bunga yang tidak biasa?" Kening Sri berkerut. Sungguh, dia tidak pernah mendengar nama itu."Maksud saya, yang agak unik, jarang dicari orang, jarang disukai orang."Sri menemukan senyum jenaka itu lagi, menurutnya, pr

    Last Updated : 2022-07-29

Latest chapter

  • Bekas Merah di Leher Istriku    84

    "Sah!" Sahutan serempak bergaung di mesjid besar itu. Marisa mengusap air matanya, Sri menangis dan menutup wajahnya sendiri. Bukankah sebuah keajaiban? Hatinya yang awalnya beku luluh karena kegigihan Briyan. Pria itu tak mau mundur sedikit pun, bahkan semakin maju menggapai cinta Sri walaupun ditolak berkali-kali.Sifat Briyan selama bertolak belakang dengan Aryo yang melepaskannya tanpa berpikir dua kali. Mereka memang terlahir dari rahim yang sama, wajah yang sama, tapi nasib yang berbeda serta sikap yang berbeda pula.Ini untuk yang ke-tiga kalinya dia pernah melalui momen ini, dan kali ini pula rasanya Sri masih tak percaya. Ada banyak rasa yang dirasakannya. Sedih, bahagia, haru dan seperti mimpi. Sri terkesiap saat kepalanya diusap lembut, dia menemukan seorang pria tampan dengan wajah teduh dan menenangkan. Wajah itu, yang akan menjadi imam di sisa hidupnya."Ayo! Cium tangan suamimu!"bisik Marisa. Sri tergagap, kemudian dia menyambut uluran tangan Briyan dan membawa ke waj

  • Bekas Merah di Leher Istriku    83

    Teruntuk Marisa istrikuApa kabar Marisa? Aku melihatmu terus dari kejauhan saat kau telah menjadi bintang yang tak mungkin lagi aku raih. Tuhan maha adil dengan segala kuasa-Nya. Memberikan derajat yang tinggi padamu, dan memberikan hukuman yang berat padaku.Apakah dayaku, Marisa. Sejak kepergianmu puluhan tahun silam, saat itu juga hatiku hancur dan menghabiskan malam-malam dengan mabuk minuman keras. Saat kau tak ada, aku merasa benar-benar kehilangan. Aku sudah mencarimu waktu itu untuk meminta maaf, ingin memulai kembali pernikahan yang indah dan penuh maaf. Tapi, kau benar-benar pergi, Marisa.Takdirku tak berhenti begitu saja, aku hancur, terbuang dan menjadi gelandangan. Berbagai penyakit menggerogotiku, jantung dan diabetes serta darah tinggi.Aku tau Marisa, takkan ada maaf untukku lagi, namun di punghujung nafasku, aku ingin meminta maaf kepadamu, aku tak mau mati dengan beban penyesalan yang tak berkesudahan. Andaikan waktu bisa diulang Marisa, aku ingin kita kembali ke m

  • Bekas Merah di Leher Istriku    82

    Briyan masih bertahan di posisinya berdiri bahkan setelah Hans berlalu dan lebih dulu masuk rumah. Dia sempat mengangguk sekilas pada wanita cantik yang memakai kebaya hijau muda dan rambut disanggul rapi. Briyan yakin, itulah yang namanya Marisa."Wah, cantik-cantik bunga majikanmu," puji Briyan, hatinya senang sekali saat ini. Sri terlihat biasa saja, tak berniat meluruskan. Dia menggulung selang air kembali dan meletakan pada sebuah wadah yang telah disediakan."Aneh, kamu meninggalkan pekerjaan sebagai menejer demi menjadi pembantu? Kalau begitu bekerja di rumahku saja, setelah ijab qobul." Briyan tersenyum konyol.Sri tak terpengaruh dengan lelucon itu. Biar saja Briyan tau sendiri, supaya laki-laki itu sedikit syok."Kau tinggal di mana?""Di sini!""Ibumu?""Di sini juga," jawab Sri sambil mencuci tangannya."Wah, baik sekali Nyonya Marisa memperbolehkan pembantu tinggal di sini bersama ibunya. Pantas saja Hans memujinya. Jarang-jarang ada orang sebaik itu.""Bapak masuklah dul

  • Bekas Merah di Leher Istriku    81

    Mata sendu itu masih terbuka, ada lelah yang tak bisa dijabarkan di sana. Pada hakikatnya dia adalah pria rupawan yang kesepian. Dulu, sebelum dia tau bahwa dia hanyalah anak angkat, dia sering bertanya pada Hans, "di mana ibu?", dan Hans hanya memberikan senyum hangat tanpa memberi penjelasan.Terkadang dia iri dengan teman-temannya di sekolah, yang bergayut manja digendong oleh ibu mereka. Atau, saat acara piknik bersama keluarga, hanya tendanya dan Hans yang paling sedikit isinya."Dad, ini tidak seru," kata Briyan kecil sambil meletakkan gitar mainannya. Teman-temannya berlarian dengan adik atau kakak mereka, atau ada yang membantu ibunya menyiapkan makan malam, sementara di tenda mereka, Hans sibuk dengan majalah bisnis. Mereka tengah piknik acara sekolah, namun Hans tetap saja bekerja."Tidurlah! Atau bermain dengan temanmu yang lain!"Briyan kecil cemberut, mata bulatnya menatap bosan ke luar tenda miliknya, lampu-lampu taman menerangi tenda-tenda yang berjarak kisaran empat me

  • Bekas Merah di Leher Istriku    80

    Sakit itu, sebuah musuh yang tak berwujud tapi mematikan. Dia mengendap begitu dalam, tak bisa diobati, tak bisa ditawar, hanya bisa menggerogoti jiwa yang penuh putus asa dan semakin melemah. Tak terperi, rasa sakit yang dirasakan Briyan seakan bisa membuatnya mati. Begitu hancurnya dia ketika mengetahui kenyataan yang tak ada kenyataan bahagia sedikit saja di masa lalunya. Andaikan pria tua lumpuh itu tidak dalam keadaan cacat, tentu Briyan telah menghajarnya sampai hatinya puas, tapi, laki-laki tua yang Briyan berat mengakui sebagai kakeknya itu, tak lebih dari seonggok daging hidup yang tak mengerti. Dia lumpuh dan depresi. Dan Briyan tau, orang gila tidak bisa diajak berbicara.Seusai menemui Adhiwijaya, Briyan memacu mobilnya seperti orang kesetanan. Dia tak peduli dengan sumpah serapah serta umpatan kasar orang yang disalip secara ugal-ugalan.Wajah pria tampan itu memerah. Matanya masih basah, urat-urat bertonjolan di sepanjang lehernya.Ini sakit, apa yang lebih menyakitkan d

  • Bekas Merah di Leher Istriku    79

    Bolehkah dia menangis dan meraung sekuat tenaga? Andaikan dia tak bersikeras menyelidiki tentang dirinya, tentu rasanya tidak akan sesakit ini. Pada dasarnya dia hanyalah anak yang dibuang untuk menghilangkan malu. Lalu, apa yang benar-benar dimilikinya di dunia ini, tak ada selain nyawanya sendiri."Maafkan aku! Ampuni aku! Aku ikut membantu Adhiwijaya membuang kalian karena terpaksa, aku mohon! Ampuni aku!" Laki-laki tua itu bersimpuh dan terisak di depan Briyan, hilang sudah ketegasan dan kegagahan yang dia perlihatkan beberapa saat yang lalu. Dia terlihat menyedihkan dengan bersimpuh di kaki orang yang lebih muda pada dirinya."Katakan apa saja yang engkau ketahui, Pak! Aku ingin mendengar langsung dari mulutmu. Aku akan mengampunimu jika kau berkata jujur!" jawab Briyan dingin. Nafasnya, sesak dan seakan jantungnya ingin meledak Manahan marah.Danu bangkit, mengusap air mata dengan sapu tangan yang disimpan di balik jasnya, sedangkan Adhiwijaya memperhatikan mereka dengan tatapan

  • Bekas Merah di Leher Istriku    78

    Marisa muda menyandarkan bahunya yang ramping ke sandaran tempat tidur. Matanya yang sembab melirik laki-laki yang tertidur pulas di sampingnya, seperti biasa, pulang dalam keadaan mabuk minuman keras.Dia dipapah oleh wanita malam yang mengumpati Marisa. Bahkan percakapan hina itu tak mampu dielakkan."Besok aku akan datang lagi ke sini, lakimu belum membayar setelah aku melayaninya, kalau aku tau dia adalah laki-laki kere, dari awal aku sudah menendangnya saat masuk ke dalam kamar. Ternyata apa ini? Gubuk reyot mencerminkan penghuninya yang melarat. Bodohnya aku masih mau mengantar pria payah ini ke rumahnya." Wanita itu menjatuhkan suaminya begitu saja. Marisa tak menjawab. Ini entah yang keberapa kalinya, suaminya diantar oleh pelacur yang berbeda.Marisa melirik pria yang sudah terlelap dalam tidurnya. Dia sudah tak sanggup, tak ada lagi alasan baginya untuk bersama pria itu. Marisa bangkit, kemudian duduk di depan kaca buram yang terdapat di lemari yang sudah tanggal pintunya. D

  • Bekas Merah di Leher Istriku    77

    Dua manusia yang saling berhadapan, saling memandang satu sama lain. Yang satu berwajah datar terkesan bosan, yang satu lagi wajah Briyan yang terlihat tidak bersemangat. Bahkan dia memutar-mutar pulpennya beberapa kali. Terkesan mengabaikan lawan bicaranya."Pak!" sapa wanita yang tak lain adalah Sri. Sudah beberapa menit dia duduk di hadapan pria itu, tapi Briyan terkesan tak peduli."Sebut namaku!" seru Briyan, dia merasa terganggu dengan sapaan resmi itu, sehingga sekat dan jarak di antara mereka semakin jauh."Baiklah! Briyan." Sri menjawab pasrah.Briyan tersenyum tipis, tatapan lembutnya menyapu wajah cantik yang digilainya itu. Kedatangan wanita itu pasti tak jauh dari rencana pengunduran dirinya.Sri memakai blouse merah maroon dan celana panjang warna hitam, rambutnya dikuncir kuda menampakkan anak-anak rambut di kening dan tengkuknya. Bibir mungilnya dipoles dengan warna pink lembut. Wanita sederhana ini selalu sukses memukau setiap laki-laki yang memandangnya."Ini hari t

  • Bekas Merah di Leher Istriku    76

    Kaki keriputnya berjalan terseok. Baju bewarna merah itu sudah berubah warna menjadi kecoklatan karena kotor. Celana hitamnya penuh debu dan kotoran, sedangkan celana bagian kiri sengaja dipotong agar tak mengenai luka yang sudah membusuk. Terlihat luka itu cukup parah, bahkan lalat yang meninggalkan telurnya di sana, telah berhasil membuat telurnya menetas berubah menjadi belatung yang menjijikkan.Dia menyeret kakinya yang terseok. Siapa pun yang berpapasan dengannya menghindar sambil menutup hidung. Pria itu sebenarnya belum terlalu tua, hanya saja rambutnya panjang tak terurus serta sudah memutih. Kalau diamati lebih dekat, bisa dipastikan dia dulunya adalah laki-laki yang rupawan.Dia berjalan terseok-seok, mendekati kerumunan orang-orang yang tengah asik memilih baju obral di kaki lima. Sontak sebagian besar orang itu menghindar, bahkan ada yang tak bisa menahan mual.Pedagang kaki lima itu menjadi kesal karena pembeli pergi gara-gara pria kumal itu."Kau lagi! Pergi!" Bentak p

DMCA.com Protection Status