"Honey, please ..."
Chloe mengejar pria di depannya itu dengan panik. Tidak ia pedulikan tatapan orang-orang yang melihatnya seperti penguntit. Yang ia pedulikan kini hanya sosok dingin yang sedari tadi ia ikuti. Meminta maaf karena kebodohan yang telah ia perbuat.
"Vander, please, talk to me. I know that i'm wrong... but- Aw!" Gadis bersurai panjang itu terhempas ke rak buku di belakangnya. Vander sang pelaku kini menjepitnya dalam kungkungan badan besar nan tegap itu.
"Kau— " Vander menarik napas juga memicing matanya, "kapan tidak membuat semuanya menjadi runyam?" Kemudian menatap Chloe menusuk.
Chloe hanya bisa menelan ludahnya. Sedikit takut dengan tatapan mata pujaan hatinya yang terlihat kelam.
"Ma-af ...," cicit Chloe dengan menundukkan kepalanya, lantaran tak ingin
Dan disinilah Vander dan Chloe berada- di sebuah ruangan bernuansa monokrom yang adalah ruang santai di tempatnya bekerja, tepatnya di lantai dua dengan pencahayaan yang menyilaukan dari matahari sore yang menembus dinding kaca.Mata elang itu sedang menatap nyalang pada gadis yang kini sedang mengunyah permen karetnya, dengan urat-urat kepala yang sudah menegang disekitaran pelipis."Apa? Apa ada yang salah denganku?"Vander menatap garang pada perempuan yang sepertinya tidak punya rasa bersalah sama sekali itu. Pertanyaan santai yang keluar dari bibir manis Chloe berhasil membuat darahnya mendidih.Bagaimana tidak? Si biang onar membuat keonaran lainnya yang membuatnya malu di hadapan Yasmine tadi. Dengan seenaknya gadis itu mengklaim dirinya, dan tidak tahu malunya juga mengancam agar siapapun tidak menyentuhnya apalagi mend
Riverside Park, 06 pm - Yasmin.Sekali lagi Vander membaca isi pesan pada ponsel barunya dan mencocokkan waktu dengan jam tangannya lalu menghela napas panjang dan berkata dalam hati untuk bersabar lebih lama demi mobil yang diidamkannya. Meski sudah sejam menunggu, yang dinanti belum juga tiba.Poor Vander.Sudah pukul tujuh malam, namun langit New York masih terang. Sedikit menampakkan pendar jingganya, dikala itu matahari sudah mulai menurun. Membuat suasana senja sangat indah bila dipandang.Apalagi kini ia tengah berada di taman umum tepi laut. Berdiri di depan pembatas dengan semilir angin pantai yang seolah menggodanya untuk tetap diam disana. Menikmati ciptaan alam yang jarang sekali dilihatnya.Sambil menutup mata, Vander berpegangan pada pembatas besi. Menikmati s
"Aku sudah di bawah. Bisa kau jelaskan apa yang terjadi? Apa perlu kupanggilkan ambulan?"Seorang berseragam kepolisian baru saja tiba dengan atribut lengkapnya di sebuah parkiran basement— berkomunikasi dengan menggunakan ponsel pada seseorang yang dari suaranya seperti mengalami kejadian tragis."Aku membunuhnya. Ya, Tuhan... aku membunuhnya," suara pria histeris keluar dari benda tipis itu. Sang polisi dengan sigap berjalan menuju muasal tempat yang dimaksud."Tenang. Aku akan kesana segera," putus sang polisi muda. Kemudian berlari cepat memasuki lift.Setibanya sampai di tempat tujuan. Pria berseragam yang sudah hapal kode kunci unit tersebut, menekan angka demi angka yang diingatnya. Kemudian tanpa membuka sepatu dan topinya, ia berhambur kedalam melihat kondisi sang teman yang tadi katany
Jika ada yang harus berubah disini adalah diri Vander. Tak hanya merubah cara berpikirnya yang selama ini terbilang sederhana. Menghadapi seorang Angelic Demon ternyata perlu pemikiran yang lebih kompleks, di luar nalar ataupun sesuatu yang tak pernah terlintas. Vander harus mengambil sisi tergelapnya untuk berurusan dengan si ratu onar. Bila perlu ia menjadi raja atas segalanya. Bahkan sekarang dirinya harus menjungkir balikkan kewarasannya, bermain-main dengan ketidak stabilan dan mengambil resiko yang jauh lebih tinggi. Seperti berjudi, ia tak hanya bisa berdiam duduk sambil memerhatikan, atau dirinya berakhir dalam kekalahan telak. Banyak yang ia pertaruhkan. Termasuk mengubah penampilan? Adalah poin penting jika
"Are you ready? Let's get f*cked up!"Dan ketiganya turun dari mobil mewah yang telah mengantarkan mereka ke sebuah gedung dengan menara tinggi yang menjulang di atasnya.Sebuah bangunan yang merupakan tempat dimana kaum elit berada, sekaligus tempat dimana pesta diadakannya ulang tahun Chloe yang juga merupakan kelabter-eksklusif se-kota New York.Dengan menggunakan kaca mata hitam secara kompak dan dengan tampilan yang super memukau— mereka berjalan gagah saat memasuki lobi bangunan tersebut, membuat siapa saja yang melihat pangling dengan keberadaan para pria tampan itu.Bahkan hampir semua orang yang berada di area sekitar mereka tampak tak ingin melewatkan kesempatan untuk mencari tahu siapa sosok 'wajah baru' yang baru saja menunjukkan batang hidungnya kini.
"Let's go to my room."Setelah berbisik dengan suara seksinya yang provokatif, Chloe dengan gerakannya yang sensual turun dan memisahkan dirinya dari si 'panas' Vander yang masih terdiam lantaran menahan gairahnya— hanya melihat bagaimana si setan cantik itu mempermainkannya; berlari kecil sambil menggodanya agar segera di buru.Tak perlu berpikir panjang sebelum ia kehilangan jejak si kelinci nakal itu.Vander menyusuri jalannya yang hampir dipenuhi banyak orang yang berlalu lalang demi mendapatkan santapan malamnya yang menggiurkan.Sedangkan Chloe ... gadis itu sengaja membuat dirinya timbul-tenggelam di keramaian— mencoba membuat permainannya agar terlihat lebih menyenangkan.Vander menggeram begitu melihat Chloe berlari ke arah pintu darurat, dim
Bisa Vander lihat perubahan mimik pada wajah Chloe dari bayangan di cermin di hadapan mereka. Air wajah itu menampilkan berbagai sirat yang menunjukkan rasa terkejut, cemas juga rasa ... takut?Vander tak yakin jika permintaannya tadi mampu membuat si setan cantik itu juga sedikit bergetar. Aneh bila mengingat sepak terjang wanita itu yang begitu lihai menggoda, bahkan terkenal agresif. Ada yang berbeda dengan Chloe. Rasanya seperti menghadapi dua orang berbeda dari Chloe yang ia temui beberapa hari yang lalu dengan yang sekarang.Perubahan yang cukup signifikan. Padahal Vander mengira kegiatan mereka akan terkesan sangat binal malam ini.Entahlah kalau begini keadaannya. Lagi-lagi si biang onar tak dapat di prediksi dengan benar."Jangan katakan bila kau belum siap, Chloe. Bahkan sedari awal kau yang mencoba mencumbuku, re
Vander terus mengerjai tubuh indah Chloe. Tak peduli jika gadis itu meracau-racau karena ulah lidah nakalnya yang begitu lihai mengerjai setiap jengkal pemilik tubuh.Seolah mengobrak-abrik diri si biang onar— Vander menyentuh si pemilik tubuh eksotis itu dengan liar juga lembut. Sengaja membuat kesan yang nantinya takkan terlupakan sebagai kenang-kenangan yang mematikan.Vander ingin membuat seorang Chloe menyesal. Sangat menyesal."Oh, God. It's so good," erang Chloe ketika mendapati kepala Vander berada di antara kedua kaki jenjangnya, "kau yang terbaik, Rexie. It's always you."Senyum Vander tersungging selagi ia mengerjai bagian inti gadis itu— merasa bangga dengan apa yang dilakukannya. Dan itu artinya adalah kabar baik. Chloe terhipnotis akan perlakuannya. Si setan cantik itu benar-benar melupakan kekas
Mansion Keluarga Zeckar, Spanyol.Langit malam yang biasanya terlihat gelap dan hitam, kini bernuansa terang benderang berwarna - warni. Lucunya bukan karena ada perayaan tahun baru, tetapi bentuk suka cita keluarga Zeckar di malam natal. Setelah sekian lama mereka tidak merayakannya bersama, sekarang semuanya berkumpul. Bahkan turut mengundang semua kerabat terdekat dan yang berhubungan baik.Kasih natal rupanya melingkupi musim dingin tahun ini. Berita bahagia pun menjadi kado istimewah bagi mereka semua. Selain kehadiran anggota baru di keluarga itu, diketahui calon menantu keluarga Zeckar rupanya telah mengandung. Itu artinya ada generasi baru yang menjadi penerus mereka. Sepasang bayi lelaki dan perempuan diprediksi akan hadir pertengahan tahun depan. Menjadi penantian terindah bagi semuanya.Tuan Ramos yang berada di balkon melih
Bring The Autumn Backs Sorak sorai para penonton terdengar membahana seisi ruangan besar tempat peragaan busana yang diadakan oleh salah satu rumah mode terbaik edisi musim gugur ini. Satu per satu model terbaik tampil memamerkan hasil rancangan desainer ternama yang sedang naik daun. Termasuk Chloe, yang merupakan salah satu supermodel muda saat ini. Mimpinya kini terwujud berada satu panggung dengan para senior yang menjadi panutannya. Saat giliran dirinya keluar dan tampil dengan pakaian dalam seksi dengan sayap hitam tinggi di belakangnya, semua yang hadir semakin riuh dan berdiri dari tempat duduk masing - masing. Meneriakkan nama Chloe dan bersorak keras ke arah panggung. Membuat Vander yang berada di deretan kursi VIP semakin jengah dan teramat kesal. Bagaimana tidak? Kekasihnya dan tubuh eksotis yang hanya miliknya itu menjadi bahan
Love in Summer : Deja Vu Satu musim pun berlalu. Kini telah tiba saatnya musim panas. Banyak orang yang menantinya, karena sekarang adalah waktunya liburan. Berbeda dengan Vander yang tak ingin kemanapun saat ini. Ia lebih memilih rumah atau bengkel ayahnya sebagai rutinitas yang baginya tak membosankan. Alhasil kebiasaan itu sedikit membuat jengkel seseorang. Lantas tak jarang Vander sering mendapat keluhan, dan sekarang mungkin lebih dari pada itu. Contohnya, seperti saat ini. Tepat saat ia tiba di bengkelnya pukul sembilan pagi, Vander sudah mendapat amukan dari seorang wanita yang nyatanya telah lebih dulu tiba darinya. Wanita itu mengeluhkan ketidakpekaan Vander yang tak pernah mengajaknya kencan selama ini. Hanya wanita itu saja yang berinisiatif untuk mengajak pergi. Bahkan memberikan hadiah pun tak pernah. Alhasil si wanita dirundung rasa sedih dan gelisah. Khawatir jika seorang V
Spring has sprung (again!) Padahal empat musim rasanya sudah Vander lewati hingga ke titik di mana dirinya mendapatkan segalanya. Sayangnya, semua hanyalah sebatas mimpi. Sebuah imaji yang terbentuk di dalam pikiran dan ingatannya. Sesuatu yang antara dua ia yakini; apakah itu hanya sekedar bunga tidur? Ataukah mungkin ... bisa menjadi nyata? Vander memang mengalami sebuah mimpi sadar atau mimpi lucid tadi malam. Sebuah mimpi yang telah ia rancang akan hadir di ingatannya, tetapi tidak sepenuhnya bisa ia kendalikan. Seperti sebuah skenario. Hanya saja kita bertarung di dalamnya untuk membuat semua menjadi sesuai apa yang diinginkan. Bukan berarti semua terlihat mudah. Vander justru menemukan hal-hal lain yang tak pernah ia sangka. Entah itu si iblis cantik yang menyerupai malaikat. Ada juga manusia berhati setan yang hampir merusak segalanya. &n
East River, New York."Sugar- Honey- Iced- Tea! Damn! What the hell going on, Guys?"Chloe terlihat panik sambil berjalan memegangi perutnya yang besar.Dia baru saja meninggalkan pesta dan turun ke bagian dalam yacht miliknya— dengan penampilan sangat cantik menggunakan gaun panjang khusus ibu hamilnya dan mantel bulu hangat, serta riasan wajah yang memukau. Wanita itu menuntut ke arah sepasang kekasih yang kini tepat berada di hadapannya."Tenanglah, Chloe. Hanya ada kesalah pahaman sedikit. Mike akan mengatasinya. Kebetulan dia masih berada di kota," ujar Yasmine menenangkan. Wanita itu tak kalah anggunnya dengan gaun beludru merah hati dipadu padankan dengan coat panjangnya dan stiletto yang dipakai."It's okay, Ibu hamil. Kejut
"SURPRISEE!!!" Alangkah terkejutnya Vander dan semua yang baru saja tiba. Bunyi terompet, tebaran konfeti dan banyak balon seolah menyerbu mereka begitu memasuki mansion luas Turner. Apakah ini perayaan atas kemenangan mereka? Sepertinya begitu, tapi tidak setelah melihat siapa yang telah menyambut mereka. Itu bukan perayaan spesial dari Tuan Turner seperti yang mereka sangka. Melainkan dari orang-orang yang selama ini mereka rindukan. Semuanya berkumpul di sana tanpa terkecuali. "Welcome back!" sambut semua orang dari dalam. Bagaikan terkena terapi syok, semuanya tak bisa berkata-kata, terperangah dan terdiam di tempat masing-masing. Hingga satu per satu orang berhambur memeluk mereka semua. Barulah tersadar dengan apa yang sedang saja t
"Kau akan menyesal," sumpahnya menatap penuh rasa dendam ke arah Vander. "Aku akan membunuhmu untuk yang kedua kalinya. Kupastikan kau mati. Inilah akhirmu, Zeckar. Berbaliklah, dan lihat siapa yang datang," sambung Trevor sambil menyeringai puas. Vander dengan cekalannya yang masih kuat mencoba untuk menoleh ke arah yang dimaksud, akan tetapi sebuah moncong pistol sudah mendarat di pelipisnya. Begitu ia mendongak ke atas, sebuah seringai ia dapati. "Ay, Vander. Long time no see." _____ Pupil mata Vander membesar tatkala melihat siapa sosok yang berada di belakangnya; Sosok pria bertubuh tegap dengan rambut cepak— sedang menyeringai dengan ganja kering menyala di sudut bibir.
Tak banyak yang bisa dilihat Vander dari posisinya ia berada sekarang. Namun, sepertinya truk trailer yang membawa dia dan kelompoknya itu memasuki kawasan kota mati. Di mana tempat tersebut adalah kota industri otomotif lama yang telah ditinggalkan, dan hanya tersisa bangunan -bangunan tua usang saja saat ini.Dahulu sekali Vander pernah mengunjungi tempat tersebut. Mencari seorang anggota yang kabur membawa aset mereka dan mengeksekusinya sekaligus juga di sana. Di gereja satu-satunya di tempat itu. Dengan cara memasukkannya ke dalam peti dan memakunya hingga tak dapat keluar. Tak lupa ia menembakkan timah panasnya tepat di tengah peti tersebut.Terakhir yang Vander ingat sebelum keluar pintu, ia mendengar jeritan pria tersebut memanggil namanya. Dan setelahnya .... Ia benar-benar tak peduli.Lantas kini Vander kembali. Mencari orang-orang yang masuk
Bunyi deru mesin mobil dan motor mulai terdengar di halaman depan mansion Turner. Vander begitu juga yang lainnya sudah sedia di kendaraan masing-masing. Tepat saat fajar. Mereka memilih waktu subuh karena pasti sang musuh takkan mengira akan diserang pada saat itu. Mereka memutuskan untuk mulai berjalan, karena sekarang adalah saatnya. Earpeace sudah terpasang ditelinga. Memudahkan mereka untuk berkomunikasi jarak jauh. Begitu juga dengan senjata, juga taktik tentunya. Vander sudah duduk dibalik kemudinya. Sesaat dia baru saja berbicara dengan sang kakek. Aneh rasanya mendapat panggilan dari Abuelo-nya itu. Hanya saja Vander mengangkatnya juga. Ternyata kakeknya itu mengkhawatirkan dirinya. Walaupun tak terdengar seperti itu. Hanya saja Vander bisa merasakan yang kakeknya itu rasakan. Tuan