“Hallo?”
“Dimana kau?”
“Aku sudah mengatakan jika aku akan pulang pada pelayan setiamu. Aku kira dia akan menyampaikannya padamu,” suara Dante begitu santai, seakan ia sedang berada dalam hati yang gembira, berbanding terbalik dengan Gerardo yang saat ini seperti benang kusut dan belum menemukan titik untuk bisa kembali sesuai dengan keinginannya.
“Jam dua siang aku tunggu di Mansion!”
“Tapi Ger...”
Tuttt....
Panggilan itu diputus secara sepihak, tentu saja Gerardo yang melakukan hal itu. Jika dulu ada dua orang yang bisa Ia andalkan—Teo dan Dante, sekarang ia hanya memiliki Dante.
Banyak anak buah yang bisa Ia jadikan orang kepercayaannya, tapi sangat sulit untuk bisa percaya pada mereka. Bahkan Teo, yang sudah jelas lama bersamanya ternyata adalah mata-mata dan bodohnya Gerardo tidak pernah tahu hal itu.
“Tuan, kita akan kemana?”
“Kemba
Gerardo terus saja menghentak inti tubuhnya. Ia sama sekali tidak peduli dengan Rae yang saat ini sama sekali tidak merespon dan terus berusaha untuk menunjukkan jika ia kuat, bagaimanapun Gerardo memperlakukannya.“Aku akan membuatmu mengerti! Aku sudah memberi sebuah kesempatan untuk bisa bebas dari tempat ini,” katanya dengan tersengal.“Tapi kau memilih untuk tetap di sini bersama ku!”“A-aku tidak akan menyerah!” balasnya dengan berani, Rae sudah tidak bisa merasakan lagi menahan dirinya, sebaik apa pun ia bertahan lelah dan perih pada bagian inti tubuhnya mulai terasa.“Tidak ada kesempatan kedua! Mulai detik ini kau sudah kehilangan hak atas hidupmu sendiri. Kau adalah budak ku!!” tegasnya dengan mendorong tubuhnya untuk semakin menyatu dengan Rae.Rae mencengkram kain di bawahnya dengan kuat saat Gerardo mendesaknya semakin dalam dan menumpahkan semua benih-benihnya.Selesai menuntaskan
Dante mulai mengeluarkan stetoskop dan pengukur tekanan darah. Ia memeriksa semuanya dengan begitu lembut dan terliti. Keningnya sedikit berkerut saat ia melihat tanda kepemilikan di leher Rae. Bukan hanya satu atau dua, tapi cukup banyak. Itu artinya beberapa saat lalu mereka baru saja selesai bercinta. Ia mulai memeriksa semua secara keseluruhan, dan yang terakhir adalah pada bagian perut. Dante tersenyum miris, karena sepertinya Rae tidak bisa menjaga dirinya dan makan dengan baik selama ada ditempat ini. Dante mulai menyapkan perlatan infus dan menyiapkan beberapa obat, kemudian memasang infus itu dengan lincah hanya dengan satu kali percobaan. “Apa yang terjadi padanya?” tanya Gerardo, sesaat setelah Dante selesai memasangkan infus ditangan kiri Rae. “Boleh aku bertanya?” “Ck! Jangan bersikap seperti kau seorang dokter yang ada di rumah sakit,” cibir Gerard. “Jangan lupa dimana kau berada saat ini.” Dante hanya terkekeh mendengar itu. Mem
Beberapa jam berlalu, Rae masih belum sadarkan diri dan tentu saja Gerardo terus memantau kondisi istrinya itu secara langsung, kakinya terasa berat saat Ia ingin melangkah keluar hanya sekedar untuk menyegarkan diri.“Kenapa dia belum sadar juga, apa mungkin terjadi sesuatu?” gumamnya pelan.Gerardo berniat untuk memeriksa, tapi saat tangan kekar itu baru saja terulur, tiba-tiba kelopak mata Rae terbuka dan menatap tajam dari jarak yang begitu dekat.“Apa yang kau lakukan di sini? Apa belum cukup bagimu melakukan itu padaku?” Rae bertanya dengan penuh kekesalan, tapi ia memang tidak berdaya saat ini.“Aku sudah menolongmu! Jadi seperti ini balasan mu padaku, Nona Catalina?” Gerardo kembali menunjukkan egonya yang sangat tinggi di hadapan Rae. Alih-alih meminta maaf, pria itu justru ingin menunjukkan jika dirinya begitu berjasa.Rae tersenyum sinis, “Menjaga keselamatan ku adalah tugas mu, bukan? Jadi janga
Melihat Rae yang sudah semkain pucat, Gerardo tidak bisa berpikir dengan baik. Ia terus mengutuk siapa saja yang sudah ceroboh atau bahkan sengaja membuat istrinya seperti ini.“Bagaimana?” tanya Gerardo dengan wajah pucat.“Aku sudah berusaha, tapi sepertinya racun ini sudah menyebar. Hanya saja tanda vital semua normal, bahkan detak jantung sama sekali tidak mengalami penurunan,” jelas Dante.“Lebih baik kita ke rumah sakit sekarang.”Tanpa berpikir panjang, Gerardo segera menggendong Rae. Infus sengaja Dante matikan. Hal ini benar-benar di luar dugaan, karena selama Dante tinggal di tempat ini sama sekali tidak pernah terjadi hal seperti ini. Bahkan mereka rela mencoba semua makanan di hadapan Gerardo, sebelum makanan itu masuk ke mulut Tuan mereka.Dante langsung mengambil alih kemudi, sedangkan Gerardo duduk di kursi penumpang dengan memeluk Rae. Menatapnya penuh cinta, bahkan sesekali menepuk pipi Rae agar
Semua wanita yang ada di paviliun saat ini sedang berkumpul, atau lebih tepatnya sengaja dikumpulkan atas peritah Gerardo dalam satu ruangan khusus.Beberapa dari wanita yang menganggap dirinya adalah kesayangan Gerardo merasa tidak terima dengan perlakuan kasar yang mereka terima. Tidak ada angin, tidak ada hujan. Tiba-tiba mereka harus berkumpul seperti ini.“Pelayan!”Seorang pelayan lari tergopoh, mendekati Sky yang saat ini sedang berkacak pinggang dan menatapnya.“Iya, Nona, ada yang bisa saya bantu?” pelayan itu menunduk, meskipun dalam hati ia mengumpat atas pada sifat sombong Sky.“Di mana Gerardo? Katakan padanya jika aku tidak suka diperlakukan seperti ini!” Sky merengek, layaknya anak kecil yang permennya di ambil orang.“Maaf, Nona Sky, tapi saya tidak bisa menyampaikan pesan anda. Selain karena Tuan tidak ada di tempatnya, saya juga tidak bisa keluar dari ruangan ini kecuali mendapat pa
Aldric berjalan dalam kemarahan dan ketidakberdayaannya. Ingin rasanya ia membawa serta sang adik bersamanya, tapi kenyataan yang Gerardo katakan membuat hatinya terluka.Dengan susah payah, Al berusaha untuk meyakinkan diri jika semua yang pria itu katakan adalah sebuah kebohongan. Tapi ternyata, adiknya sendiri sama keras kepala seperti dirinya. Sungguh, Al ingin murka pada Ed, karena dendam masa lalu, kini adiknya terpaksa terkurung bersama pria itu.Aldric benar-benar tidak pernah rela.“Apa yang terjadi, Al? Apa adikmu baik-baik saja?” Ed yang terbaring berusaha untuk bangun, rasa khawatir jelas terlihat di wajahnya.Aldric enggan menjawab, putra sulungnya itu melangkah pergi begitu saja tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Namun Teo memilih untuk diam, dan mendekati ranjang Eduardo.“Dia baik, Paman,” jelas Teo dengan senyum merekah. “Hanya saja saat kami datang, Rae baru saja meminum obat, jadi dia tertidur pula
Hari sudah berganti, keadaan Mansion masih saja sama. Semua orang dicurigai menjadi otak dibalik keracunannya Rae. Tidak pernah sekali pun hal seperti ini terjadi, bahkan jika memang orang dalam yang melakukan ini maka ia harus berpikir puluhan kali untuk melakukan itu.“Bagaimana, apa sudah ada titik temu?” suara berat milik Gerardo membuat Dante tersenyum getir.“Sepertinya orang itu sudah merencanakan ini dengan baik. Tapi aku yakin, kita pasti akan menemukan siapa pelakunya.”“Orang itu tidak boleh lepas dengan mudah, Dante!”“Aku akan berusaha.”Panggilan terputus, Gerardo kembali masuk dan menemui Rae yang sudah sadarkan diri. Setelah kedatangan Eduardo, tubuh Rae kembali memberikan respon terhadap sentuhan alat medis. Lebih luar biasa lagi saat masuk, Gerardo melihat Rae sudah duduk dengan menatapnya sinis.Sekarang, Gerardo kembali dikejutkan oleh istrinya itu. Rae sudah berdiri di depa
Satu bulan sudah Rae berada dalam kurungan Gerardo, disebuah rumah yang entah apa nama tempatnya. Rae sama sekali tidak tahu apa yang saat ini sedang terjadi di Mansion milik suaminya, di mana kematian dirinya menjadi sebuah bom waktu yang bisa meledak kapan saja. Sesuai keinginan Gerardo.Sejak kabar kematian Rae tersebar di seluruh Mansion, semua pelayan tidak pernah berani menampakkan batang hidung mereka. Rasa takut yang Dante sebarkan ternyata benar-benar membuat mereka gemetar, hanya dengan mendengar hentakkan sepatu sang Tuan.“Bagaimana dengan pelakunya?” tanya gerardo saat mereka sudah sampai di ruangan khusus kedap suara.“Pelayan itu sangat mencurigakan!” Dante terdiam sesaat dan menghabiskan minuman miliknya. “Apa kau tahu pelayan itu bertugas melayani siapa di paviliun?” Wajah Dante berubah serius.“Siapa?” Gerardo terlihat antusias.“Starla!”Punggung Gerardo menegang
Lagi, lagi dan lagi, Rae dibuat terkejut dengan kenyataan yang ia temukan malam ini. Bukan mengenai kemewahannya, namun karena jarak antara Mansion Gerardo dan kediaman di mana wanita itu berada tidaklah sejauh yang Rae bayangkan.“Jangan berusaha untuk mengecohku! Ini bukanlah tempat yang akan kau datangi bukan?” Rae menekan urat leher pria itu dengan senjata kecil. Sangat kecil, tapi dengan racun yang memastikan.“Ti-tidak! Ini adalah kediaman Nona dan aku memang diminta untuk membawamu ke tempat ini,” jelasnya. Tapi Rae tetap tidak percaya begitu saja.Diam-diam, pria itu meraih ponselnya dan berniat untuk mengabari Nona tetunya, namun Rae bukanlah wanita bodoh yang tidak mengerti mengenai trik murahan seperti ini.“Jadi kau ingin bermain-main denganku? Cepat hubungi dia dan loud speaker!”“Ba-baik …”Sikap pria di hadapannya ini sangat mencurigakan untuk sekelas penjahat. Ya, dia ter
“Gerard! Rae berlari mengejar sebuah mobil,” beritahu Dante.Tanpa berpikir Panjang, Gerardo bergegas keluar menggunakan mobil. Ia melaju dengan kecepatan tinggi dan setelah puluhan meter ia menemukan Rae yang sedang berjalan dengan langkah gontai.“Apa yang kau lakukan di sini, Nona Catalina? Apa kau sudah gila?” Gerardo berteriak, menghakimi Rae tanpa tahu apa yang membuatnya berlari begitu jauh seperti orang bodoh. Gerardo turun dan segera menopang tubuh Rae yang hampir saja jatuh.Rae dibawa ke dalam mobil dengan cepat, napasnya tersengal-sengal, ia lelah. “Kejar dia, Tuan Gerard! Dia orangnya. Wanita itu …”“Rae, tenangkan dirimu!” Gerardo menangkup wajah Rae, membuat istrinya itu sadar di mana mereka berada saat ini. “Tenang! Jangan terpancing,” bisiknya pelan.“Aku melihatnya! Di-dia adalah …”“Sstttt … Aku tahu dia adalah wanita itu.&rd
Dua hari telah berlalu, Rae terus saja mempersiapkan diri dengan segala senjatanya yang mematikan. Ia bahkan kembali melatih tubuhnya saat malam tiba dan terlelap saat menjelang pagi. Gerardo berusaha untuk membuat Rae istirahat, namun istrinya itu tidak pernah ingin diatur.“Jangan seperti ini, Nona Catalina! Kau bisa jatuh sakit,” Gerardo mencekal tangan Rae yang berniat ingin kembali memukul samsak, dan satu tangannya mencegah benda itu agar tidak mengayun pada tubuh Rae.“Cukup! Simpan tenagamu.” Gerardo kembali melunak. “Kita tidak tahu kapan, dari mana dan bagaimana mereka menyerang.”“Itulah alasan kenapa aku tetap seperti ini. Aku harus terjaga!”Gerardo mengerti apa yang Rae maksud, namun jika terus dibiarkan Rae bisa tumbang sebelum berperang.“Pergerakan mereka terhenti! Aku tidak tahu apa yang sedang terjadi, tapi ini begitu mencurigakan,” jelasnya kemudian.Rae terdiam,
Dua pekan kepergian Alex masih menyimpan banyak luka untuk Gerardo dan Kalia. Ada dendam yang belum terbalaskan dan ini begitu menyiksa.Kemana, di mana dan pada siapa mereka harus meluapkan semunya? Tidak ada jawaban pasti.“Jaga Mansion ini, aku mungkin kembali satu pekan lagi,” ujar Gerardo pagi ini.“Tidak! Aku tidak ingin memikul beban yang berat. Jaga sendiri Ibumu!” Rae berkata ketus. Bukan tidak ingin, namun Rae takut jika harus menjaga Kalia. Apapun bisa terjadi dan Rae tidak bisa menduga itu.“Kau tidak ingin menolongku, Nona Catalina?” suara Gerardo terdengar marah, ini bukan masalah besar untuk Rae.“Ya! Aku takut jika terjadi sesuatu dan aku harus kembali kehilangan. Aku tidak bisa!”Gerardo menarik napas dalam, apa yang Rae katakan begitu mengusiknya. Rae Catalina sudah terlalu sering merasa kehilangan dalam hidupnya dan sekarang ia menolak, hatinya takut untuk mengalami hal yang
Panggilan itu terputus, lebih tepatnya Alex yang mengakhiri perbincangan dengan Kalia. Posisinya sudah terlalu terjepit, artinya Alex tidak memiliki banyak waktu sekarang.“Maafkan aku, Kalia, tapi ini yang terbaik untuk menebus semua dosa-dosaku.”Alex menaikan kecepatan mobilnya dan melesat meninggalkan dua mobil yang terus berusaha untuk mencelakainya. Sampai di sebuah jalanan sepi, Alex menghentikan mobilnya. Pria tua itu berdiri di depan mobil dengan membawa senjata laras Panjang. Ia menantang mereka.‘Inilah waktunya. Selamat tinggal, Kalia.’“Kau masih punya nyali yang besar ternyata,” cibir anak buah Nona.“Aku tidak akan pernah takut! Karena ini sudah waktunya bagiku berhenti dan mati.”“Ahaha … Jika itu yang kau mau, aku akan mengabulkannya dengan senang hati pak tua.”“Tunggu! Tanyakan dulu apa keinginan terakhirnya?” ujar salah satu dari anak bu
Gerardo menuruni tangga dengan wajah yang sedikit gelisah. Apa yang Rae katakan mengenai situasi yang tiba-tiba saja berubah sepi. Banyak kemungkinan yang bisa terjadi, termasuk penyerangan lebih besar dan menggila. Namun pikiran itu buyar seketika saat ia mendengar suara yang tidak asing di telinganya.“Apa kabarmu, anakku?” Alex berdiri, ia menatap putranya dengan mata yang berembun.“Aku baik-baik saja,” jawab Gerardo saat mereka berhadapan.“Gerard …” suara Alex tiba-tiba saja tertahan, rasa kecewa pada dirinya sendiri tiba-tiba menyeruak dan membuat pria tua itu sesak. “Maafkan ayah, Gerard.”Untuk pertama kalinya Gerard melihat sikap Alex selemah ini. Pria itu yang sejak lama mengajarkannya untuk selalu bersikap kuat tanpa mengenal kata lelah dan menyerah. Namun hari ini, pria yang sama bahkan mengucapkan kata maaf itu dengan suara begitu pelan.“Kenapa?” tanya Gerardo. &ldquo
“Apa yang kau lakukan pada mereka?” Kalia berdiri dengan wajah penuh amarah. Sejak awal, ia mencurigai jika suaminya terlibat dengan kasus penyerangan yang terjadi pada Gerardo. “Aku sudah memintamu untuk berhenti dan menjauh dari wanita itu, tapi kenapa kau kembali?” Lanjutnya lagi. “Kau tidak akan mengerti!” sahutnya dengan melangkah pergi. Sebagai seorang ibu, Kalia tidak ingin terjadi sesuatu pada putranya, meskipun ia tahu jika Gerardo bisa melindungi dirinya sendiri. Tapi ini sudah keterlaluan, Kalia tidak bisa diam saat melihat suaminya melakukan hal yang bisa menyakiti Gerrado dan menimbulkan perang keluarga. “Tunggu, Alex!” “Apa lagi, Kalia? Apa kau ingin aku berhenti dan membiarkan hidup Gerardo hancur dengan terus bersama wanita itu?” Alex menunjukkan sikapnya saat itu. “Rae bisa saja menghabisi putra kita kapan saja. Apa kau menginginkan itu, Kalia?” “Hah … Apa yang kau ketahui tentang mereka, Alex? Apa kau tahu jika mereka sudah s
Satu pekan telah berlalu dan Rae tetap menyimpan pesan yang tertulis dari surat kaleng itu. Namun tidak dapat dipungkiri jika Rae merasa gelisah. Ini adalah pertama kalinya ia melabuhkan hatinya pada seorang pria dan rintangan sudah lebih dulu datang mengusiknya.Tidak ada penyerangan atau teror apa pun lagi, semua berjalan seperti biasa. Bahkan gerbang utama telah selesai di perbaiki. Gerardo semakin memperketat keamanan dan memastikan jika tidak akan terjadi seperti hari itu. Saat melihat Rae terluka, Gerardo merasa separuh napasnya direnggut secara paksa dan ia tidak ingin melihat hal itu terjadi lagi.“Apa yang kau pikirkan, Nona Catalina?” Rae terkejut saat tangan kekar itu memegang pundaknya.“Kenapa mereka bisa ada di paviliun? Apa mereka pernah menikah denganmu?” Pertanyaan ini adalah hal penting untuknya, meski Rae yakin jika Gerardo sama sekali tidak memikirkan itu.Sudut bibir Gerardo sedikit terangkat, tangan kekarnya m
Gerardo berdiri di ambang pintu, tangannya bergerak menekan saklar dan menyalakan lampu utama kamarnya.“Keluarlah dari kegelapan, Nona Catalina.”“Aku tidak tahu cara untuk keluar dari kegelapan! Dan apa aku pantas memasuki dunia baru yang begitu terang?” Rae menatap nyalang Gerardo. Dia, pria yang ingin Rae habisi saat ini menjadi alasan terbesar baginya untuk tetap bisa bertahan.Dengan bantuan tongkat, Gerardo bisa terlihat lebih normal, meskipun seharusnya ia istirahat agar penyembuhan lukanya lebih cepat. Namun itulah Gerardo, ia tidak akan tennag sebelum memastikan jika Rae baik-baik saja.Gerardo melempar tongkatnya, duduk di tepian ranjang, tepat di samping istrinya. Tanpa memita ijin atau berbasa-basi, Gerardo menyentuh pipi Rae dan menghapus air mata yang tersisa di wajahnya.“Buka dirimu. Buka hatimu dan berdamailah dengan keadaan.”“Aku tidak bisa! A-aku, aku ….”Meli