Di malam hari, keluarga Cahyani pun berkumpul dan dilengkapi oleh Pak Raden yang ikut bergabung lantaran disuruh oleh Abraham.
Mereka sedang makan roti yang dibalut dengan nutella cokelat, sungguh sedap ketika dikunyah, hal tersebut dirasakan oleh semuanya, terutama Cahyani yang lagi dan lagi mengambil roti lalu membalutinya dengan selai cokelat.
"Hm, gini aja enak yah, padahal sederhana," ucap Cahyani, Aristela pun sama, dirinya juga menambah satu roti lagi, sementara yang lain sudah merasa enek dengan cokelat.
"Nak Aristela, tadi Nak Adnan kasih tau saya kalau kamu katanya mau jualan kue di sekolahnya, itu beneran?" tanya Cahyani.
"Iyah, Tan. Beneran, Aristela pengen kerja, he he."
"Kenapa harus jualan kue di sekolahnya Adnan, Nak? Kan Papah kamu ada bisnis kecil-kecil juga, kenapa bukan kamu yang ngurusin?"
"Iya juga sih, Tante. Lebih tepatnya ada toko bunga, cuman A
"Kalau sampai besok malam Mamah pulang lantai enggak seperti semula, Mamah bakalan marah sama kamu sampai entah kapan waktunya, paham?!"Sebelum Abraham menjawab, pintu kamar ditutup dengan bantingan yang keras, membuat sang anak pertama menghela napas sedikit."Huft, Mamah selalu berlebihan dalam segala sesuatu yang ada di rumah ini," gumamnya kemudian berbaring di ranjang sembari menatap atap-atap langit.Pikirannya pun teralihkan ke Aristela, bukan karena menyukai wanita itu, tetapi belum terbiasa dengan kehadiran orang baru dalam rumah ini, segala sandiwara yang dilakukannya ternyata berjalan dengan baik. Saudara-saudaranya tentu tahu akan hal ini karena kemarin-kemarin sempat ia beberkan, akan tetapi sifatnya di lain waktu lagi masih sempat membalas atau menjawab ucapan Aristela yang membuat saudaranya bingung, apakah Abraham serius atau tidak dalam ucapannya itu."Ck, Mamah menikah lagi? Bukannya mem
Adibal turun dari mobilnya, sembari menenteng banyak barang yang berupa oleh-oleh untuk Aristela, wajahnya yang ceria tak dapat dipungkiri ketika pria tersebut merindukan sang putri.Adibal pun meletakkan barang-barang tadi, kemudian mengetuk pintu lalu menyapa sang anak yang entah didengarnya atau tidak."Sayang? Nih Papah pulang, sambil bawa banyak oleh-oleh."Tak ada balasan di dalam sana dan Adibal kembali melakukannya lagi. Namun, tetap saja tidak ada balasan."Nak, Papah bawa janda baru buat kamu, pasti kamu suka sama wanita yang Papah bawa," ucap Adibal dan tidak lama kemudian pintu pun terbuka dengan segera dan memerlihatkan Aristela yang sudah membawa cutter."Mana janda yang Papah bawa? Pasti dia cewek gatel yang cuman ngincer harta Papah," balas Aristela sembari mencari-cari, ke mana wanita yang di maksud papahnya itu."Ha ha ha, Papah cuman bercanda, Nak. Ka
Di sore hari, sesuai apa yang dijanjikan oleh sang papah, mereka pun berada di toko bunga dan melihat-lihat keadaan di sana. Total penjualan bulan ini, sedikit menurun dari bulan sebelumnya, dan itu membuat Adibal sedikit sedih, akan tetapi ... Aristela menenangkan sang ayah dengan mengatakan, semua rezeki sudah ada yang mengatur, tinggal manusianya saja yang berusaha, dan naik turunnya penghasilan itu adalah hal yang wajar."Apa yang menyebabkan penjualan bulan ini menurun Larasati?" tanya Adibal kepada karyawannya. Larasati menjawab bahwa ada beberapa faktor, dimulai dari tingkat inovasi, serta pelayanan yang sedikit kurang membuat Adibal harus mengadakan rapat pada esok hari, karena jika ini dibiarkan, bisa-bisa toko bunga ini menjadi bangkrut dan peninggalan usaha dari almarhumah istrinya terpaksa berhenti, tentu Adibal tak akan membiarkan itu terjadi, Adibal tak terlalu memikirkan pada pendapatannya, tetapi pada peninggalan almarhumah yang harus dia jaga.
Kekecewaan Adnan ketika melihat kiriman dari seseorang yang tidak dikenal, begitu memupuk di hatinya, Adnan pun melihat profil dari nomor tak dikenal tersebut dan terpampanglah wajah calon papah tirinya."Terima kasih sudah ngasih tau ke Adnan kalau Kak Aristela berselingkuh dengan pria lain," ucap Adnan. Keempat saudaranya pun tak luput dari kalimat sang adik dan membuat mereka ikut penasaran."Aristela selingkuh? Emangnya kalian pacaran?" tanya Aderald."Enggak pacaran, tapi gue sama Kak Aristela udah direstui sama papahnya, tapi pas dikirimin foto sama video ini, gue mau nangis, Bang," jawab Adnan kemudian berteriak histeris, Aderald yang mengambil ponsel tersebut, langsung tertawa keras karena meledek Adnan yang akhirnya sakit hati juga."Nah, mampus, siapa suruh suka ngebangga-banggain Aristela, malah ditinggalin, lagi lo juga kepedean jadi orang kunyuk, mana mau Aristela sama bocil mesum kek lu? N
Aristela mengikuti langkah Abraham, mereka telah masuk dalam restoran dan menuju meja makan yang telah dihiasi berbagai macam makanan di atas sana, Aristela ingin sekali bertanya, apakah hanya mereka berdua saja? Karena dia takut jika makanan itu tidak akan bisa dihabiskan dan malah menjadi mubadzir dan terbuang sia-sia. Namun, bibir Aristela kelu saking takutnya kepada Abraham yang telah membentaknya di mobil tadi."Duduk!" Sekian lama pria itu diam, akhirnya Abraham menyahut dengan nada yang sama, yaitu membentak. Aristela pun duduk dan berhadapan dengan Abraham."Jangan percaya diri jika aku membawamu ke sini dalam rangka berkencan, karena kau hanya akan berhalusinasi saja, ingatlah ... aku sangat selektif untuk menentukan siapa kekasihku," sinis Abraham. Aristela tidak tahu apa maksud pria tersebut, gadis ini tidak memikirkan itu, malah tidak terlintas di otaknya, karena yang dia pikirkan adalah, bagaimana cara untuk mengakhiri pemb
Sambil menghapus derai matanya, Aristela merasakan sebuah tepukan di pundaknya, dia berbalik dan menatap pelaku yang ternyata Abraham."Ada apa lagi? Apakah kau belum menuntaskan kalimatmu untuk menghinaku?" tanya Aristela dan Abraham mendekat kemudian berbisik, "Siapa yang menyuruhmu pergi? Aku sudah repot memesan makanan mewah hanya untuk kita berdua agar kenyang sehabis berseteru. Kau pun harus memerhatikan orang-orang yang sedang menganggapku penjahat sekarang, kau ingin mempermalukanku, hm?" Kelembutan Abraham hanya sebatas formalitas di depan umum, Aristela membenci hal itu. Namun, dia hanya pasrah karena sekarang merupakan situasi yang tidak tepat untuk menyurahkan amarahnya kepada pria ini.Aristela memilih untuk menurut dan kembali ke tempat semula, Abraham mengode Aristela dengan senyumannya agar dia kembali kepada Aristela yang ceria."Kak Abraham, keinginanmu tadi akan kupenuhi, tetapi tolong ingat satu hal,
Aristela dilanda kebingungan, gadis itu tidak memiliki pengalaman dalam dunia percintaan, dirinya pun tak menyukai Syahrul, akan tetapi ... ia juga tak enak hati untuk menolak pernyataan cinta dari mantan bosnya ini."Aristela, saya membutuhkan jawabanmu sekarang," pinta Syahrul."Pak, ini terlalu terburu-buru untuk saya dan maafkan saya sebesar-besarnya karena saya tidak mencintai Bapak, saya juga tidak pernah menjalin kasih bersama pria mana pun sebelumnya, saya juga takut mencoba karena saya tidak mau sakit hati karena seorang laki-laki," balas Aristela, jika ditanya, apakah gadis itu pernah kepikiran untuk masalah percintaan? Jawabannya pernah, tetapi hanya sekilas karena dia memiliki tujuan yang lebih kuat, di mana ia harus menjadi anak yang mandiri agar tidak menyusahkan sang ayah."Apakah dirimu punya trauma sebelumnya? Ataulah alasan penolakanmu karena ada laki-laki lain yang menyentuh hatimu?" Pertanyaan itu me
Kali ini author beralih ke Abraham, kenapa? Karena kalian tentunya bakalan penasaran juga, apa sih yang terjadi setelah Abraham ninggalin Aristela di rumahnya?Okay, happy reading. Sebelum itu jangan lupa like-nya, nanti koment-nya menyusul.●●●Semalam, Abraham benar-benar mati rasa, dia juga heran pada dirinya sendiri, sepercik ketertegungan dalam dirinya pernah muncul, tapi tak bertahan lama kembali menjadi tidak peduli, kenapa? Karena rasa tidak sukanya kepada Aristela masih besar. Hadirnya orang baru pun terasa aneh dan dia tidak terbiasa, dengan kehadiran Aristela, para saudaranya lebih fokus ke gadis itu, sampai-sampai Adnan seperti bocah yang baru saja jatuh cinta dan sulit mengontrol diri, yang Abraham khawatirkan, pelajaran adiknya itu pun bisa-bisa terganggu.Di rumah, Abraham ditanya oleh Cahyani, apakah jalan-jalannya bersama Aristela itu lancar a
Aristela resmi akan menikah bersama Zahair, para saudaranya jelas mendukung terutama Adnan yang hampir menangis pula ketika melihat sang kakak terharu, di moment itu, August tak henti-hentinya ilfeel dengan sang adik."Lebay amat, lu.""Hadeuh, udah nikah nanti, pasti enggak ada Kak Aristela di sini, yang ada malah keempat orang jomlo yang sering gangguin gue," balas Adnan dan mendapatkan jitakan dari Agam."Kalau ngomong suka bener lo.""Iyalah," sebal Adnan.Abraham sendiri bagaimana? Dia juga ikut bahagia, selama ini banyak yang menyangkanya benar-benar cemburu karena menyukai Aristela, tidak! Setelah Abraham menutup hati, dia tidak tertarik ke lawan jenis pada Aristela, tetapi sudah menyukainya dalam artian adik yang sesungguhnya. Dia hanya cemburu jika Aristela lebih akrab ke saudaranya yang lain di bandingkan dia sendiri, dan kini, sang adiknya itu akan menikah, mendahului para kakak
Orang yang ditunggu-tunggu sudah tiba, Zeline senang sekali karena papahnya sudah datang, anak itu berlari dan menarik tangan sang papah untuk bergabung bersamanya juga bersama Aristela dalam acara makan buah."Mamah boleh kupasin apel ini buat Aristela?" pinta Zeline."Boleh," jawab Aristela, kemudian mengupaskan apel tersebut dengan cutter berukuran kecil, bukan hanya mengupasnya, tetapi juga memotongnya menjadi beberapa bagian, membuat Zeline semakin gembira.Ketika Aristela memberikan buah tersebut kepada Zeline, Zeline menolaknya, membuat dua orang menjadi keheranan."Kenapa Zeline?""Zeline enggak mau makan kalau Mamah enggak nyuapin Papah dulu," jawab Zeline cemberut dan Aristela hanya bisa menuruti permintaan anak kecil ini. Aristela mengambil satu bagian dari apel, kemudian menyuapi Zahair, walau ia sedikit malu karena Zahair terus menatapnya."Nah udah, sekarang
"Astaga Bapak!" Aristela mendorong Syahrul sekuat tenaga, matanya memerah dan sedikit berlinang karena kaget serta kecewa kepada pria itu, bukan hanya matanya, tetapi wajah Aristela pun memerah juga karena terlanjur emosi."Aristela saya ha-""Hanya apa? Memberikan tanda di leher saya? Apakah itu pantas dikatakan sebagai 'hanya?' jangan membuat saya terlihat murahan untuk yang kedua kalinya, Pak!" Aristela menatap tajam Syahrul."Aristela dengarkan aku, a-""Aku tidak peduli lagi, mau Bapak bunuh keluarga saya, saya enggak peduli! Saya sudah capek dengan semuanya dan saya akan memutuskan untuk mengakhiri hidup saya sendiri dan mumpung Bapak ada di sini, jadi Bapak bisa menyaksikannya secara langsung," potong Aristela dan berujar dengan nada yang tidak main-main lagi. Keseriusannya untuk mengakhiri semuanya sudah berada di ujung tanduk, karena dia ingin mengakhir semua masalah dalam hidup, sekalian nyawanya jug
Seminggu telah berlalu, seminggu pula Aristela menanti kepastian dari seorang Zahair dan seminggu juga harus diganggu oleh puluhan nomor asing yang selalu meneleponnya, sudah dapat ditebak bahwa pria yang menelepon adalah si Syahrul itu, dia masih saja mengejar Aristela dan tidak mau berhenti, Aristela heran dengan pria itu dan kali ini dia memutuskan untuk bertemu dengannya agar dapat menegaskan bahwa sudah jengah, kesal, dan marah pada pria pengganggu itu.Di mana Aristela akan bertemu dengannya? Di toko pria itu sendiri sekaligus memberi kejutan padanya di pagi hari pada jam 9.Aristela telah sampai di sana, disambut oleh Asma, Pita, dan teman-temannya yang lain."Maaf teman-teman, aku ada urusan penting dulu sama bos kalian, kalau sudah selesai aku akan bergabung untuk menuntaskan rasa rindu bareng-bareng," ujar Aristela begitu tidak enak hati ketika dia membalas pelukan mereka begitu singkat. Namun, semuanya mengerti karena aura Aristela kali ini berbeda di ba
Seminggu telah berlalu, seminggu pula Aristela menanti kepastian dari seorang Zahair dan seminggu juga harus diganggu oleh puluhan nomor asing yang selalu meneleponnya, sudah dapat ditebak bahwa pria yang menelepon adalah si Syahrul itu, dia masih saja mengejar Aristela dan tidak mau berhenti, Aristela heran dengan pria itu dan kali ini dia memutuskan untuk bertemu dengannya agar dapat menegaskan bahwa sudah jengah, kesal, dan marah pada pria pengganggu itu.Di mana Aristela akan bertemu dengannya? Di toko pria itu sendiri sekaligus memberi kejutan padanya di pagi hari pada jam 9.Aristela telah sampai di sana, disambut oleh Asma, Pita, dan teman-temannya yang lain."Maaf teman-teman, aku ada urusan penting dulu sama bos kalian, kalau sudah selesai aku akan bergabung untuk menuntaskan rasa rindu bareng-bareng," ujar Aristela begitu tidak enak hati ketika dia membalas pelukan mereka begitu singkat. Namun, semuanya mengerti karena aura Aristela kali ini berbeda di ba
Aristela telah pulang, dirinya mencari di mana keberadaan Adnan tetapi dia tidak menemukan pria itu, hanya ada Agam dan Abraham saja di rumah, dirinya pun menghampiri kakak tertua dan menanyakan keberadaan bocah itu."Kak Abraham, Adnan ke mana, yah?" tanyanya."Di rumah kamu, dia bermalam di sana sama Aderald dan August, juga mamah sama papah," jawab Abraham."Yah ... padahal mau kuajak nonton bareng malam ini," kecewa Aristela kemudian meninggalkan Abraham."Nonton bareng? Kenapa tidak mengajak kami berdua saja?" sahut Abraham tiba-tiba, mendengar kalimat itu membuat Aristela sedikit meragu, tidak biasanya sang kakak ingin menemaninya menonton film horor bersama, biasanya hanya August, Aderald, dan Adnan saja."Eum, boleh," jawab Aristela, bibirnya pun tersenyum gembira dan segera menyalakan televisi dan memutar flm yang telah ia download di telegram melalui smart tv agar ponselnya bisa terhu
Aristela kembali ke kamar untuk melanjutkan masa bermainnya bersama Zeline, tidak lama kemudian, Zahair pun ikut masuk untuk sekadar menanyakan, siapa pria yang menelepon gadis tersebut."Aristela, mohon maaf, bukannya saya menguping atau ingin tahu tadinya, hanya saja kebetulan saya mendengar percakapan kamu bersama seorang pria yang terdengar sedikit berdebat, kalau boleh tahu, siapa dia?" tanya Zahair.Sebenarnya, Aristela ogah membahas Syahrul, tetapi karena si duren yang bertanya, dia pun rela menjawabnya dengan pasrah. "Dia pria yang paling Aristela benci, Om. Karena dia, semuanya hancur, dan aku enggak mau membahas pria itu lagi, maafkan aku, Om." Sepertinya Aristela memang tidak bisa menjawabnya, walau sebelumnya dia ingin, tapi entah kenapa dia refleks menjawab seperti itu."Maafkan saya yang terlalu ingin tahu," balas Zahair. Zahair tentu ingin tahu siapa nama pria itu, hanya itu saja jika memang Aristela tidak ingin melebihkannya, karena dia sedikit tida
Happy Reading.Aristela membuat sebuah status di snap wa-nya dengan foto punggung Zahair yang menjauh lalu fotonya bersama Zeline."Aristela, itu anaknya si om-om ganteng itu, yah?" tanya teman Aristela menunjuk Zeline."Halo, Tante," sapa Zeline, memanggil teman Aristela yang seumuran dengan Aristela sendiri.Aristela mengangguk dan tertawa ketika mendengar panggilan tante untuk Cica yang merupakan salah satu karyawan tetap di toko bunga."Jangan Tante dong, panggil Kakak yah, Kakak masih muda, namanya siapa nih Adik cantik?" tanya Cica kemudian menyubit pipi Aristela dengan pelan."Zeline Kakak," jawab Zeline dan Cica tersenyum gemas dan ingin sekali membawa Zeline pulang ke rumahnya bersama ayah anak ini. Namun, Cica mengurungkan niatnya karena pasti si om-om itu jatuh hati pada Aristela, lalu dia? Sebelum jatuh hati, pria tampan itu akan mun
"Adnan, semongko ulangannya, yah!" teriak Aristela sebelum Adnan berangkat ke sekolah."Siap, Kak!" balas Adnan yang berada di mobil sembari melambaikan tangan seiring mobil mulai berjalan.Aristela pun siap ke bagasi untuk mengeluarkan motornya, dibantu oleh Agam yang juga ingin mengeluarkan kendaraan yang sama karena hari ini dia malas bermobil untuk berangkat kerja."Makasih Kak Agam gantengku.""Helleh, baru ngakuin kalau Abang memang ganteng, padahal dari dulu udah maksimal ganteng gue," balas Agam dan Aristela mengembuskan napasnya dan membalas pula perkataan kakaknya yang mulai narsis, "Mulai lagi, pasti tertular Adnan, bener, kan?""Enak aja, malah Adnan yang ngikutin gue, cuman gue enggak seaktif dia kalau ngomong, seperlunya aja mah, tapi enggak dingin kek Bang Abraham," jawab Agam dan nama yang disebut pun berbalik menatap mereka, Aristela tersenyum ketika tatapan mereka bertemu.