"Bapak membeli ini untuk Risma dan mas Bayu?"Aku hampir pingsan saat melihat rumah dua lantai yang ada di hadapanku. Bagaimana tidak ini akan membuat mas Bayu dan keluarganya merasa berada di atas awan."Iya tapi belum deal, kan menunggu persetujuanmu dan Bayu. Apa rumah ini cocok atau tidak, tapi menurut kami ini jauh lebih bagus dari rumah peninggalan mertuamu yang sekarang kalian tinggali."Tentu saja rumah ini jauh lebih bagus, rumah baru dua lantai. Sudah lengkap dengan perabotan baru juga, kalau jadi bisa langsung masuk tanpa perlu bawa barang lama."Rumah ini bagus, Pak. Tapi sebelum mengambil rumah ini bisa kita bicara terlebih dahulu."Aku harus menceritakan dulu semua yang telah terjadi dan juga keputusan yang akan aku ambil nantinya. Semoga bapak dan ibu mengerti, karena aku sudah benar-benar lelah menghadapi mas Bayu dan keluarganya."Apa itu sudah keputusan final yang akan kau ambil, Nak?"Bapak tampak sedih setelah mendengar penjelasanku, tapi dia berusaha kuat itu membu
"Dasar miskin, datang kerumah anak dan menantu tidak bawa apa-apa. Percuma aku tunggu dari tadi."Masih terdengar suara ibu mertua yang mengomel. sebab bapak dan ibu tidak membawa oleh-oleh, kan kami tinggal di rumah yang baru jadi oleh-oleh itu di tinggal di sana.Kami semua tersenyum mendengarnya. Memangnya enak dikerjai, orang serakah memang pantas di beri pelajaran seperti itu biar kapok.Aku dan Dania membereskan barang-barang yang hendak dibawa. Terutama semua berkas yang akan dibutuhkan untuk mengugat mas Bayu, kalau dia tidak berubah juga apa boleh buat terpaksa mengambil jalan terakhir yaitu cerai."Cukup tidak perlu dibawa yang lainnya anggap sedekah. Yang penting ini simpan dalam mobilmu."Hanya beberapa baju, seprai dan tas berisi surat-surat penting termasuk buku nikah dan kartu keluarga juga yang aku bawa pergi.Setelah itu kami duduk-duduk menikmati makanan yang di pesan online Dania. Bapak dan ibu tampak senang, meski berkali-kali ibu bilang tidak sabar menunggu malam t
"Sudah langsung saja apa maksudmu sebenarnya. Kau kan istri Bayu, iklaskan saja hitung-hitung bapakmu bantu anak dan menantunya." Ibu tampak sangat marah sedangkan aku belum selesai bicara. Dia sudah sangat takut rupanya."Ibu benar awalnya bapak juga berpikir begitu. Tapi aku mendengar kalian membuka hutang baru, dengan mengadaikan rumah ibu ini. Dan lagi-lagi cicilannya dilimpahkan ke mas Bayu."Kali ini mas Bayu yang berdiri dari duduknya tanpa perduli rasa hormat kepada bapak dan ibuku lagi."Kau hanya istri tidak perlu ikut campur urusan keluarga kami. Anak lelaki bertangungjawab kepada ibunya, jadi jangan mencegahku membahagiakan ibu."Mas Bayu berkata dengan nada keras. Bapak dan ibu sampai berdiri, tapi aku menahan agar mereka kembali duduk."Karena itu mas aku datang kemari. Ini ATM mu aku kembalikan, hutang bapakmu lunas dan uang bapak juga sudah aku kembalikan. Bang Togar sudah setuju, memberi pinjaman untuk membayar uang bapak dengan mengadaikan rumahmu itu. Hutang bapakmu
"Bawa masuk semua pak, hati-hati jangan sampai rusak kami beli mahal semua ini."Ibu berkata dengan sombong, aku tau ibu tengah mengejek mas Bayu dan ibunya."Jangan sentuh biar mereka yang bawa masuk. Kalian ada apa datang kemari? Bukankah sudah dengar yang di katakan bapak semalam."Ibu berdiri menatap mas Bayu setelah memukul tangannya, agar tidak ikut mengangkat barang masuk kedalam rumah."Bu tolong kita bicarakan semuanya dengan baik-baik. Bagaimana pun Risma masih istri Bayu, tidak pantas dia pergi meninggalkan rumah dan memilih ikut bersama orang tuanya."Kali ini ibu berhadapan dengan mertuaku langsung, aku jadi takut akan ada perang baratayuda kali ini."Memangnya kenapa? Kalau Bayu bisa menghabiskan gajinya untuk bayar hutangmu tanpa memberi nafkah istrinya. Kenapa Risma tidak boleh pulang kerumah orang tuanya, jika sudah tidak sanggup hidup bersama anakmu."Kedua wanita itu mulai beradu mulut kalau begini sebentar lagi pasti akan terjadi adu jotos antara kedua wanita itu."
Seorang pria menutup pintu belakang mobil pick up setelah ibu memberi tanda. Kembali ibu memukul mobil bagian samping, mobil pun melaju meninggalkan rumah kami dengan di iringi teriakan mertuaku.Sakit gak tuh mendapat pembalasan dari menantu dan besan yang katanya miskin. Yuk ikuti cerita ini dan dukung dengan cara memberikan ulasan bintang lima dan klik vote,, juga simpan buku untuk di baca. Terima kasih."Sejak kapan tikar itu ada di atas mobil, sepertinya tadi tidak ada?"Aku melirik Dania yang terlihat cekikikan dan tersenyum lebar. Sedang ibu hanya tertawa melihat bapak yang mengelengkan kepala."Ibu memang luar biasa bisa terpikir begituan, di saat dan waktu yang singkat. Dania juga seperti punya telepati bisa tau pikiran ibu."Kami berempat tertawa mendengar ucapan bapak. Tapi memang cukup aneh karena aku dan bapak tidak mendengar ibu bicara, tapi Dania bisa paham hanya dengan melihat mata ibu."Makanya kalian harus belajar, bagaimana caranya mengahadapi orang-orang licik seper
"Mana ada saldo sebanyak itu, mbak. Dirumah makannya saja kangkung, tempe dan ikan asin. Bermimpi belanja sebanyak itu."Ucapnya mengejek kali ini semua orang tertawa. membuat seorang pria yang mungkin supervisor atau manager menghampiri anak buahnya."Ada apa Desi?"Gadis itu tampak cemas lalu menyerahkan kartu bapak. Pria itu mencoba menggesek karena kasir bilang mesin tidak berfungsi, pria itu tersenyum dan meminjam mesin di sebelah."Maafkan kami mesin mengalami kerusakan. Sekarang sudah bisa melakukan pembayaran."Aku tersenyum dan menatap mbak Ana yang tampak pucat, mungkin dia tidak menyangka aku bisa belanja sebanyak itu. Dia masih tidak percaya, saat dua orang pria membantu membawakan belanjaan kami ke mobil Dania."Belanja bulanan selesai selanjutnya kau bisa beli motor atau mobil, Ris. Jadi orang kaya jangan terlihat miskin yang miskin aja pura-pura kaya, kau yang kaya pura-pura miskin."Dania berkata cukup keras meski berada tepat di depan mbak Ana. Membuat wanita itu tamp
"Anak-anak lihat kalian suka coklat dan buah kan. Sini kalian boleh ambil tapi makan di sini saja."Dengan kasar aku buka bungkus bingkisan yang mereka bawa. Lalu meletakkan semua makanan dan buah itu keatas meja, seperti dugaanku kedua anak itu berebut seperti tidak pernah di beri jajan oleh ibunya."Eh ...mau kemana? Kalau makan duduk. Kalau tidak nanti bibi ambil, dan menyimpannya kedalam lemari kalian tidak boleh minta."Aku menahan agar kedua anak itu tidak lari kebelakang, biar mbak Ana penasaran lihat taman belakang rumah ini."Mereka masih anak-anak, Ris. Biarkan melihat rumah kita."Deg ...aku terkejut lalu menatap mas Bayu. Bisa-bisanya dia bilang rumah ini rumah kita, berarti dia merasa punya hak di rumah ini."Rumah kita kapan kau beli rumah ini, Bayu? Bapak beli rumah ini tidak pernah menerima sepeserpun uang darimu. Jangankan uang, merasakan makanan yang kau beli saja belum pernah."Bapak duduk dan menatap mas Bayu yang tampak gugup. Kami menarik napas melihat kejadian se
"Aku tidak akan pergi dari sini. Mulai hari ini di mana istriku berada, maka suaminya akan ikut. Kecuali kau pulang bersamaku sekarang juga."Bapak tertawa saat mendengar ucapan mas Bayu begitu juga dengan ibu. Mereka kompak sekali sambil menunjuk wajah mas Bayu yang terlihat mulai heran."Baru kali ini aku dengar suami yang mengikuti istri. Dimana-mana istrilah yang mengikuti suami, Bego. Sudah sana pergi, kalau tidak bersiaplah menerima pangilan dari pengadilan agama. Sepertinya lebih baik Risma menjanda saja dari pada terus bersamamu."Bapak menunjuk pintu pagar, agar mas Bayu segera pergi dari rumah kami. Tapi mas Bayu tampaknya berkeras tidak mau pergi, itu membuat bapak jadi sangat marah.Dengan cepat bapak menghampiri mas Bayu. Menarik kerah bajunya lalu melempar keluar dari pintu pagar. Bapak memang kalem dan terlihat lembek, tapi dulu dia guru silat jangan melawan kalau dia sedang marah."Sudah di suruh pergi baik-baik bandel. Sekarang terserah kalau mau menunggu disini, kami
Ekstra Part 14."Aku tidak menyangka sama sekali. Niat mereka begitu kejam, tapi aku masih tak habis pikir, kenapa harus aku yang mereka pilih?"Malik membelai perut sang istri. Dia mengira perut wanita itu keram seperti biasa, karena melihat Risma terus mengusap perutnya.Plak ..."Jauhkan tanganmu, aku kekenyangan, kau sibuk ikut mengelus perutku."Risma memukul tangan Malik. Memikirkan Sarah sudah membuatnya kesal, sekarang tanpa dosa suaminya membelai perutnya yang mulai membuncit, bukan hanya karena ada bayi tapi juga karena makanan yang mertuanya masak. Risma benar-benar kekenyangan."Tidak apa, Yank. Kan ada anak kita di dalam sini. Meski gemuk kau tetap cantik."Malik tersenyum ke arah sang istri. Dia mengira sudah membuat wanita itu senang, siapa sangka reaksi Risma justru mengerikan."Aku belum gemuk saja kau sudah dekat-dekat dengan Sarah. Aku tak tau saat perut ini besar nanti, wanita mana lagi yang kau dekati!"Risma semakin kesal setelah mendengar ucapan Malik. Pria itu t
Plak ...."Dasar perempuan tak berotak, aku sudah memberimu banyak bantuan, Gendis. Dari anak-anakmu masih hidup hingga mereka semua mati, aku membantumu tapi apa yang kau lakukan? Mengoda suamiku dan membuat lumpuh mertuaku."Indah membabi buta saat menghajar Bu Gendis. Wanita itu hanya diam saat mendapatkan perlakuan kasar itu, karena di sana banyak orang-orang Indah.Keadaannya sudah sangat menyedihkan tapi Indah masih belum puas. Bu Gendis mengepalkan tangan saat melihat Risma duduk menikmati sepiring siomay. Mantan menantunya itu memanggil penjual siomay keliling, untuk berhenti di depan rumah kontrakannya.Keramaian di rumahnya pasti ulah Risma. Dia tak menyangka mantan menantumu mengetahui tempat tinggalnya, sedangkan rencananya dengan Sarah belum berhasil."Yank, apa ini tidak terlalu kejam? Lihat dia sudah terluka seperti itu, kasihan."Malik meraih sendok di tangan istrinya lalu ikut makan siomay dengan santai. Dia tak perduli meski sang istri melotot ke arahnya."Pria yang m
"Silakan duduk Nina Sarah. Ada apa datang kemari?"Risma tersenyum saat melihat Sarah masuk ke ruangannya. Ruangan tempat dia bekerja di butiknya, ruangan yang sudah dua tahun ini dia tempati."Aku datang karena mas Malik yang minta. Dia tak ingin terjadi keributan makanya memintaku bicara denganmu."Risma menegakkan punggungnya saat mendengar ucapan Sarah. Dia tak menyangka, wanita ini bilang di minta Malik untuk bicara dengannya."Bicara soal apa? Aku rasa tak ada yang perlu kita bicarakan. Apalagi soal yang berhubungan denganmu dan suamiku," ucap Risma."Baguslah kalau kau sadar. Aku hanya ingin kau tau, kalau hubunganku dengan Malik sudah sangat mendalam. Kami bahkan sudah tidur bersama, saat kau kedinginan di mobil malam itu. Aku dan Malik justru berada di atas ranjang yang membara."Risma menatap ke arah Sarah. Dia tak menyangka wanita elegan ini ternyata murahan juga, dia jadi ingin tau kedok wanita ini."Bagus dong kalau begitu. Sekarang kau hanya perlu mengikatnya dalam ikatan
"Angkat Mas."Risma memohon agar Malik mengangkat panggilannya. Saat ini perutnya terasa sakit luar biasa, namun sayang Malik tak mengangkat panggilannya. Sedangkan posisi pria itu paling dekat, karena saat ini dia berada tak jauh dari kantor suaminya."Taksi!"Risma terpaksa memanggil taksi untuk membawanya ke rumah sakit. Rasa nyeri di perutnya membuatnya takut luar biasa, dia takut terjadi sesuatu pada kandungannya."Rumah sakit Permata Bunda, Pak. Tolong lebih cepat."Risma memohon pada supir taksi itu. Melihat raut wajah penumpangnya yang kesakitan, sopir itu segera paham jadi dia segera melaju menuju rumah sakit tujuan Risma."Tunggu sebentar Mbak saya panggilkan perawat."Begitu sampai rumah sakit, sopir itu segera memanggil perawat untuk membantu penumpangnya. Risma berterima kasih lalu membayar ongkosnya, kemudian dia meminta perawat untuk membawanya ke dokter kandungan.Saat itulah dia bertemu dengan Malik yang sedang memapah Sarah. Sepertinya wanita itu juga sedang sakit, de
"Benar ada yang aneh, Mbak."Putri meraih potongan apel di meja. Meski mulutnya mengunyah tapi matanya tampak kosong, dia dan Risma seperti sedang berpikir.Malik yang berdiri di kejauhan merasa heran, saat melihat kedua wanita itu tak bicara atau pun bergerak. Penasaran membuatnya mendekat lalu mencium kening Risma, membuat wanita itu terkejut karena tak menyadari kedatangan suaminya."Apaan sih?"Risma mengusap keningnya lalu kembali mengunyah potongan buah di piring. Dia tak memperdulikan Malik yang duduk di depannya, dia justru asik menatap adik iparnya yang terdiam sejak kedatangan Malik."Aku rasa memang ada yang aneh. Aku harap kita bisa dapatkan petunjuk, Put. Nanti kita lihat lagi, siapa tau ada sesuatu yang terlepas dari pandangan kita."Risma menyerahkan piring berisi buah. Dia dan adik iparnya memang suka makan buah, mereka bilang untuk membantu diet. Walau hasilnya melihat nasi di embat juga."Yank."Risma melirik sekilas ke arah Malik. Membuat pria itu mengerucutkan bibir
"Sayang, syukurlah kau pulang."Malik berlari menyambut kepulangan istrinya. Beberapa jam mereka kebingungan, karena Risma menghilang tanpa kabar. Ponselnya mati hingga tak bisa di hubungi."Jangan mendekat, Mas. Tolong menjauh lah, aku belum mandi dan belum mencuci muka."Risma menolak Malik ketika pria itu hendak memeluknya. Matanya melirik Sarah yang berdiri di belakang suaminya, dia bisa menebak kalau wanita itu selalu bersama Malik saat dia menghilang."Maaf, mobil Risma mogok di jalan semalam. Apalagi hujan lebat jadi aku tidur di mobil, tak ada yang bisa membantu apalagi ponselku kehabisan baterai. Kalian bisa sarapan duluan, aku mau mandi baru tidur sebentar."Risma langsung pergi meninggalkan kedua orangtuanya. Untunglah mereka ada sehingga bisa menjaga anaknya saat dia tak pulang."Yank.""Tolong tinggalkan aku, Mas."Risma menutup pintu sebelum Malik bisa masuk ke kamar. Dia tak mau ribut sehingga membuat orangtuanya bingung, meski dia kesal tapi masih mencoba tenang."Sayan
Ekstra Part 8"Jadi Mas tak jadi ikut ke rumah Tante Indah dan Om Sean? Mereka sudah jauh hari mengundang kita, apa tak bisa walau datang sebentar saja?"Risma menatap Malik yang tengah mengancingkan bajunya. Pria itu tadi bilang, kalau ada acara dengan Sarah dan rekan bisnisnya. "Mas, tak bisa datang, Yank. Pertemuan ini sangat penting untuk bisnis kita."Risma tak berkata apa-apa lagi, karena Malik sudah memutuskan untuk tidak memenuhi undangan Indah dan Sean."Kalau begitu bolehkan aku pergi ke rumah Tante Indah? Tak enak kalau tak datang."Sejak Indah dan Sean memutuskan untuk kembali bersama. Hubungan mereka dengan Risma juga membaik, mereka sudah menganggap mantan istri keponakannya sebagai keponakan sendiri."Boleh, tapi usahakan jangan pulang terlalu malam. Aku tak mau istri cantikku ini kelelahan, apalagi ada dedek bayi yang harus di jaga."Malik mencium perut sang istri. Yah, ulang tahun Risma mendapatkan hadiah luar biasa, dia benar-benar hamil anak kedua."Kalau begitu aku
"Mau apa lagi kau kemari? Sudah tak ada gunanya lagi, Ndis. Kau pembawa sial, kehancuran anak-anak mu seharusnya jadi pelajaran tapi aku buta oleh rayuanmu. Sekarang kesialanmu menjadi penyebab kehancuran ku."Sean menunduk dengan wajah sedih. Sudah dua minggu ini sang istri pergi bersama anak-anaknya, jiwanya kosong tapi keluarganya tak ada yang perduli lagi. Penghianatnya tak termaafkan lagi.Bu Gendis mengepalkan tangannya, saat mendengar ucapan Sean. Hatinya hancur saat pria itu menyebutnya pembawa sial."Jangan bilang hatimu sakit, saat Sean menyebutmu pembawa sial, Gendis. Ingatlah betapa sakit hati Risma, saat kau menyebutnya dengan kata yang sama."Ibu mertua Bu gendis berjalan tertatih mendekati anaknya. Hatinya sakit melihat anak bungsunya begitu menderita sejak istrinya pergi.Awalnya dia tak tau alasan sang menantu pergi, namun akhirnya dia tau perselingkuhan anak bungsunya dan menantu pertamanya. Meski marah tapi dia tak mampu berbuat apa-apa."Aku sudah banyak bertindak u
"Dasar wanita pembawa sial." Semua orang berpaling lalu menatap wanita yang berkata kasar itu.Risma terkejut melihat kedatangan wanita yang tak pernah dia duga sama sekali. Seperti biasa kedatangannya hanya membuat keributan.Plok ....Belum lagi sadar dari keterkejutan karena umpatan Bu Gendis. Risma harus kembali terkejut, saat melihat wajah mantan mertuanya penuh dengan kue ulang tahunnya."Makan itu biar mulutmu bisa bicara yanng baik-baik. Heran, setiap ketemu mulutmu itu tak pernah bisa berkata baik."Ibu Risma tersenyum puas, saat melihat mantan besannya kebingungan membersihkan wajahnya. Meski kasihan tapi tak ada yang membantu wanita itu.Byuur ...."Untuk menambah rasa manis setelah makan, kau juga harus merasakan minuman manis ini ."Lengkap sudah penderitaan Bu Gendis, setelah ibu Risma melempar kue ke wajahnya. Kini mertua Risma menambahkan segelas jus jeruk ke kepalanya."Lain kali jaga bicaramu, Gendis. Selama ini kami diam bukan takut padamu, tapi kami sudah muak melih