Sania tahu, cara ini memang terlihat agak kasar. Dia bisa saja menunggu sampai Anisa sembuh dan membiarkan Anisa yang menceritakan semuanya. Namun Sania tidak ingin kedua anak ini dibohongi lebih lama."Tante Sania, tadi pagi Kak William sudah memberi tahu aku." Wilona berbicara sambil meneteskan air mata. "Aku tidak akan memercayainya lagi. Dia jahat!"Sania bergegas menggendong Wilona dan menghiburnya. "Wilo, jangan nangis. Kamu masih punya Ibu, Kakak, Paman Mike, dan aku! Kami semua akan selalu menyayangi kamu.""Aku marah karena Ayah membohongi aku." Wilona mengucek matanya. "Aku marah, dia membuat Ibu sedih dan sakit. Aku nggak boleh nangis. Kalau aku nangis, Ibu bakal makin sedih."Meskipun berusaha menahan air mata, pada akhirnya tangisan Wilona tetap meledak. "Huhuhuhu, air mataku keluar terus. Tapi aku akan berusaha nggak mengganggu Ibu.""Sayang, jangan nangis lama-lama. Air matamu terlalu mahal untuk bajingan itu. Sekarang dia lagi bahagia di sana," kata Sania.Wilona merasa
"Em.""Theo, bukan aku yang memaksa untuk menikah denganmu." Clara memutuskan untuk memberi tahu Theo semuanya. "Nial ingin menggunakan aku untuk mempermalukanmu di pesta pernikahan. Aku tidak mau menikah, aku tidak mau mengadakan pesta.""Itu semua tidak penting," Theo menjawab dengan santai.Clara terdiam sebentar, lalu lanjut bertanya, "Bagaimana dengan Anisa ....""Clara, kamu hanya perlu melakukan yang aku perintahkan. Tidak perlu mencampuri kehidupan pribadiku.""Aku ... aku bisa membantumu untuk menjelaskan semuanya kepada Anisa," kata Clara."Tidak perlu." Theo berbicara sambil menggertakkan giginya, "Jangan mengganggu Anisa!"Theo tahu bagaimana sikap Anisa. Jika sekarang Clara menemuinya, yang ada Anisa malah makin murka.Setelah semuanya beres, Theo bisa menjelaskannya sendiri kepada Anisa.Dua jam kemudian, media dihebohkan dengan berita pernikahan Theo dan Clara."Presdir Tera Group menikahi putri bungsu Keluarga Tangsa."Berita ini dibuat atas perintah Nial. Nial ingin se
"Anisa, beberapa hari ini jangan buka ponsel." Sania mengingatkan. "Pernikahan Theo sampai menjadi perbincangan panas di Negara Hamok."Anisa tidak menanggapi ucapan Sania. Anisa merasa kelaparan, dia belum makan sejak tadi pagi. Tenggorokannya juga gatal dan nyeri."Anisa, sebaiknya kamu makan dulu. Mike menyuruhku untuk menjemputnya di bandara. Sebentar lagi aku mau berangkat."Setelah Bibi Wina membawakan bubur untuk Anisa, Sania pun berpamitan dan pergi menjemput Mike."William, Wilona, kenapa kalian menatap Ibu seperti itu?" Anisa tersenyum canggung. "Ibu hanya demam biasa.""Ibu nangis, ya?" Wilona cemberut saat melihat mata Anisa yang bengkak. "Ibu jangan sedih. Ada aku, Kakak, dan Wilson yang tidak akan pernah meninggalkan Ibu.""Ibu tahu. Tenang saja, Ibu tidak apa-apa." Anisa mengusap kepala Wilona.William bangkit berdiri, lalu berjalan ke samping Anisa dan memeluknya. Ketika memeluk William, Anisa merasa mendapatkan semangat dan kekuatan yang baru."Ibu ingin memberikan kal
"Aku tetap mau pulang, kayaknya bakal ada pertunjukan seru. Oh iya, apakah kamu melihat wajah Clara? Kok Theo mau menikahi wanita sejelek itu? Yang pasti bukan karena cinta. Aku mau mencari tahu apa alasan Theo menikahi Clara, ini lebih seru daripada mengikuti kelas tambahan di kampus." Sania tampak antusias.Tak berapa lama, Mike dan Sania tiba di rumah Anisa. Mike buru-buru membuka pintu dan berlari ke ruang tamu.Anisa sedang menemani William dan Wilona bermain. Mike beranjak ke samping Anisa, lalu mengamatinya dengan serius."Kamu ngapain?" Anisa mendorong Mike. "Kamu tidak kerja? Siapa yang menyuruh kamu datang?"Mike berdecak kesal. "Terserah aku mau datang atau tidak. Memangnya perusahaan nggak bisa jalan tanpa aku? Kok aku nggak tahu peranku penting banget di perusahaan?"Sania tertawa terbahak-bahak. "Anisa, jangan memarahi dia. Lihat pakainnya. Dia ke sini tanpa ganti baju dulu. Dia pasti mencemaskan kamu."Anisa melirik Mike, lalu memutar bola matanya dan berkata, "Aku masih
Setelah berita pernikahan Theo dan Clara tersebar, berbagai detail tentang pernikahan mereka pun terungkap. Hotel tempat pesta akan diadakan, jumlah tamu, menu pernikahan, mahar, perhiasan pengantin wanita, dan sebagainya. Semua detail tersebut tersebar di internet.Pernikahan ini mengangkat derajat Keluarga Tangsa, semua tokoh penting di Negara Legia diundang untuk menyaksikan pernikahan termegah di Kota Dome.Malia yang sedang melarikan diri ke luar negeri pun tak tahan dan langsung menelepon Nial."Nial, licik sekali kamu!" Malia berteriak histeris, "Kamu yang mencuri isi kotak itu? Harusnya itu semua adalah milikku!"Jika Nial tidak mencuri isi kotak tersebut, Malia pasti sudah berhasil mengontrol Theo.Uang sejumlah 888 miliar itu juga akan masuk ke rekening Malia, bukan Nial!"Malia, apakah kamu mau menghadiri pernikahan Clara? Aku bisa menjawab semua pertanyaanmu. Bagaimana kalau kita bertemu?" Nial tertawa bangga. "Kalau kamu berani datang, aku pasti akan menyambutmu dengan bai
Dulu Clara tidak tertarik dengan harta dan warisan Keluarga Tangsa. Clara hanya ingin dihargai dan dihormati. Namun, sekarang Clara tidak memedulikan pandangan orang, dia hanya menginginkan Keluarga Tangsa!Di Tera Group.Hari ini adalah hari pertama bekerja. Semua karyawan kaget melihat Theo yang datang sangat awal.Bukankah Theo akan segera menikah? Untuk apa dia masih datang bekerja?Selama seharian, Theo duduk di dalam ruangannya, dia sama sekali tidak keluar.Ketika Pak Ernest membagikan angpau, para karyawan penasaran dan bergosip."Pak Ernest, Pak Theo benaran mau menikahi Clara? Pak Theo tidak salah membuat keputusan?""Aku juga tidak tahu. Coba tanyakan sama Pak Sabai," jawab Pak Ernest.Sabai membelalak. "Aku juga tidak tahu apa-apa. Kalian mau tahu, masuk saja ke ruangannya dan tanyakan langsung."Tentu saja tidak ada karyawan yang berani menanyakannya secara frontal kepada Theo."Pak Sabai, bukannya kamu dan Pak Theo bersahabat? Kamu tidak menasihatinya?""Aku tahu kalian m
Waktu menunjukkan pukul 8 malam di Negara Legia.Sebuah berita heboh sontak menggemparkan masyarakat.Sebuah kalimat mengejutkan tertulis di akun sosial media Nial.[ Theo Pratama mengidap gangguan jiwa. ]Lima kata sederhana yang menggemparkan seluruh Negara Legia.Bukankah Theo akan segera menikahi Clara, adik tiri Nial? Apakah pernikahan tersebut akan dibatalkan?Setelah berita ini menyebar, salah seorang teman Nial meneleponnya untuk memberi tahu masalah ini."Aku sudah lama nggak membuka akun sosial mediaku, aku nggak pernah menulis kalimat itu! Sialan, siapa yang menjebakku?" Nial menggertakkan gigi.Setelah berbicara, Nial mengambil ponselnya dan memeriksa akun sosial media yang sudah bertahun-tahun tidak dibukanya. Kedua mata Nial tampak membara saat membaca kalimat tersebut, kepalanya terasa kosong dan bingung.Siapa yang melakukan ini? Siapa meretas akun sosial media Nial dan menulis kalimat ini?Nial segera menghapus tulisan tersebut, lalu menulis sebuah klarifikasi.[ Akunk
"Pak Theo, aku baru menelepon Mike. Bukan Mike yang meretas akun Nial." Eden mendorong bingkai kacamatanya dan lanjut berkata, "Kata Mike ... William yang melakukannya."Theo langsung mematikan panggilan Nial.Ternyata William yang melakukanya, tidak heran. Wilona mencuri kotak tersebut, mustahil William tidak tahu. Seharusnya, sejak awal William mengetahui keadaan Theo.Theo teringat saat dia hampir membunuh William. Saat itu William mengatakan Theo memiliki gangguan jiwa. Awalnya Theo mengira William hanya asal bicara, tapi sekarang Theo baru mengetahui alasannya.Theo merasa sangat bodoh. Meskipun dia tidak mencekik William, William juga tidak akan sudi mengakuinya sebagai ayah.William merendahkan Theo! Kalau tidak, untuk apa William meretas akun sosial media Nial dan menyebarkan aib Theo."Pak, William hanya usil." Eden hanya tahu bahwa William adalah pelakunya, tapi dia tidak tahu kenapa William berbuat seperti itu."Dia bukan usil, tapi sengaja," kata Theo dengan tenang."Kalaup
Sebelum mengirimkan foto-foto Wilona, Theo menuliskan beberapa kalimat di atasnya.[ Anisa, berikan aku 1 kesempatan lagi. ][ Satu kesempatan terakhir. ]Anisa menutup ponsel, lalu memejamkan matanya. Suara tangisan Sania terus bergema di dalam kepala Anisa.Karena emosi sesaat, Sania menceraikan Vanzoe, lalu meninggalkan Negara Legia dan bahkan memaki Vanzoe. Namun saat Vanzoe mau menikah lagi, Sania malah sedih dan menangis setiap hari.Siapa yang tidak menginginkan hidup tenang dan damai? Cinta adalah hal yang bisa membuat seseorang menjadi damai sekaligus gila.....Setelah meninggalkan Vila Starbay, Theo membuka ponselnya untuk mengecek pesan Anisa.Ternyata Anisa tidak membalas .... Meskipun tidak membalas, Theo yakin Anisa membaca pesannya.Theo tidak akan memaksa Anisa, dia sadar Anisa tidak akan memaafkannya dengan mudah. Theo hanya bisa bersabar dan berusaha.....Keesokan hari, Sania datang ke Vila Starbay dengan membawa banyak hadiah."Rasanya kembali seperti dulu," kata B
"Nggak masalah! Kakakmu ganteng dan pintar, pasti banyak gadis yang mengejarnya. Kalaupun nggak dapat wanita, masih ada pria," jawab Mike.Wilona langsung menutup mulutnya."Membosankan!" William meletakkan alat makannya dan pergi meninggalkan ruang makan.Setelah William pergi, Anisa juga merasa kenyang dan ingin beristirahat. Sesampainya di kamar, dia membereskan koper, lalu berbaring dan hendak tidur.Ketika Anisa hendak memadamkan lampu kamar, dia menerima belasan pesan dari Theo.Anisa tertegun, lalu membuka pesan yang dikirimkan. Ternyata Theo mengirimkan semua foto-foto Wilona saat bermain di taman hiburan.Anisa menyimpan beberapa foto yang cantik dan bergegas menutup pesan dari Theo.Anisa belum siap menghadapi Theo. Perpisahan kemarin membuatnya sangat terpukul, dia tidak bisa melupakannya begitu saja.Akhirnya Anisa menelepon Sania dan mengajaknya mengobrol. "Sania, aku sudah pulang.""Kamu sudah pulang?" Sania terdengar kaget."Em. Aku memutuskan pulang secara tiba-tiba, ja
Semua orang kaget melihat mobil Rolls-Royce milik Theo.Theo tahu bahwa Anisa masih marah dan tidak ingin menemuinya. Bukankah Theo memiliki ego yang tinggi, kenapa dia rela membuang semua harga dirinya dan datang dengan konsekuensi dimarahi Anisa?Sesaat Theo membuka pintu mobil, dia melihat Eden yang berlari keluar."Pak, sebaiknya Anda jangan masuk." Eden berbicara dengan canggung, "Anisa tidak mau menemui Anda. Aku juga ikut diusir."Sebenarnya kondisi di dalam tidak separah yang Eden ceritakan. Anisa tidak akan mempermasalahkan kejadian hari ini asalkan Eden mengusir Theo pergi.Jadi, Eden sengaja melebih-lebihkan agar Theo tidak memaksa masuk ke rumah Anisa."Dia tidak memarahi Wilona, 'kan?" tanya Theo."Tidak. Wilona masih kecil, Anisa tidak mungkin menyalahkannya. Pak, tenang saja, yang penting Anisa sudah pulang. Masih ada hari esok." Eden berusaha menghibur Theo. Theo mengerutkan alis. "Ucapanmu seolah aku ingin melakukan sesuatu terhadap Anisa.""Bukan begitu maksudku ....
"Kamu tahu sendiri karakter Pak Theo, dia takut sama Anisa," jawab Eden sambil menggaruk kepala.....Hari yang menyenangkan pun berakhir dalam sekejap mata. Setelah puas bermain, Theo mengajak Wilona, Mike, dan Eden makan malam bersama. Awalnya Mike tidak mau menolak karena Wilona pasti kelelahan dan kelaparan, tetapi tiba-tiba Anisa menelepon Mike.Sesaat mengeluarkan ponsel, Mike terkejut melihat nama Anisa yang tertera di layar. "Anisa telepon! Sst, kalian diam dulu.""Halo, Anisa?" Mike menjawab panggilannya. "Kamu mau melakukan panggilan video? Kami lagi di luar. Aku akan meneleponmu kembali begitu sampai di rumah.""Sekarang aku ada di rumah," kata Anisa dengan nada yang tenang, tapi mencekam. "Bawa Wilona pulang sekarang juga!"Mike tertegun mendengar ucapan Anisa. Sebelum Mike sempat menjawab, Anisa telah menutup teleponnya."Gawat!" Wajah Mike tampak memerah, jantungnya berdegup sangat kencang. "Anisa sudah pulang, dia ada di rumah. Anisa memerintahkanku untuk segera membawa
Sesampainya di wahana kedua, antrian panjang terlihat di depan pintu.Wilona berjalan ke barisan VIP dan ikut mengantri.Bagaimana mungkin Theo tega membiarkan putrinya mengantri? Meskipun cuaca hari ini cerah dan berangin, mengantri sepanjang itu pasti melelahkan.Theo sendiri paling benci mengantri!Theo berjalan ke depan, lalu menarik lengan Wilona dengan penuh kasih berkata, "Sayang, Ayah akan membawamu masuk."Wilona mengerutkan alis. "Maksudnya memotong antrian?"Tanpa pikir panjang, Theo langsung mengangguk.Mike langsung menggosok kedua tangannya, dia sudah mengantisipasi apa yang akan terjadi selanjutnya.Di saat bersamaan, Eden berjalan ke samping Theo untuk menceritakan insiden yang terjadi 1 jam lalu."Aku paling benci menyerobot antrian! Baru saja, seorang Tante jahat menyerobit antrian dan diusir. Masa aku memarahi orang lain, tapi aku sendiri juga menyerobot antrian?" Meskipun Wilona tidak suka mengantri, hati nurani melarangnya untuk melakukan tindakan yan gsalah.Setel
Penanggung jawab taman berpikir sebentar, lalu menganggukkan kepala. Eden terlihat sangat serius, penanggung jawab taman tidak mau kehilangan pekerjaan ini.Akhirnya wanita arogan itu pun diusir.Sebelum pergi, wanita itu meneriaki Wilona, "Bocah tengil, tunggu pembalasanku!"Wilona menjulurkan lidahnya dan mengolok-olok wanita itu."Wilona, wanita itu nggak akan datang lagi. Kamu jangan marah, ya!" Eden menghibur sambil tersenyum."Aku nggak marah. Yang malu dia, bukan aku." Wilona menarik Mike tempat semula dan lanjut mengantri."Kak, kamu hebat banget." Gadis kecil yang berdiri di depan Wilona mengacungkan jempolnya.Wilona membalasnya dengan senyuman abngga.Setelah wanita itu pergi, peannggung jawab taman menelepon Theo. "Pak, putri Anda sedang mengunjungi Dunia Fantasi."Penanggung jawab taman memanfaatkan status Wilona untuk menyanjung Theo, ini adalah kesempatan yang bagus untuk menarik simpati."Putriku?" tanya Theo."Benar! Pak Eden yang bilang, tidak mungkin salah. Hmm, apak
Wilona menarik tangan Mike dan mengajaknya ke depan.Petugas yang melayani di depan terlihat ketakutan menghadapi wanita tersebut. Eden takut terjadi keributan, dia pun mengeluarkan ponsel dan menelepon penanggung jawab taman hiburan."Tante!" Wilona berteriak sambil menatap wanita itu. "Menyerobot antrian itu salah. Kamu sudah salah, tapi masih berani memarahi orang lain. Gurumu nggak mengajari kamu sopan santun, ya?"Mike tertegun melihat sikap Wilona. Tampaknya Wilona sudah semakin dewasa, dia bukan lagi anak berusia 3 tahun yang cengeng.Teriakan Wilona sontak membuat orang-orang di sekitar tercengang selama beberapa deitk.Wanita tersebut memelototi Wilona dan memarahinya, "Bocah tengil! Beraninya berteriak di hadapanku. Memangnya siapa kamu?"Wilona menjawab dengan tenang dan lantang, "Kamu buta, ya? Aku anak kecil! Dasar bodoh!"Para pengunjung tertawa mendengar ucapan Wilona.Wanita ini pun murka, dia mengangkat tangan dan hendak memukul Wilona.Melihat wanita yang hendak memuk
"Wilona, ayahmu nggak tahu kamu pergi ke taman huburan ini. Aku tidak akan memberi tahu ayahmu. Kita pergi dulu, kalau nggak seru, kita pindah tempat. Bagaimana?" tanya Eden.Wilona berpikir sebentar, lalu mengangguk sambil tersenyum."Jangan beri tahu ibumu, ya! Kalau ibumu tahu, dia pasti tidak akan mengizinkan kamu ke sana." Eden mengingatkan. "Taman ini sangat cantik dan seru. Aku pernah membawa keponakanku ke sana, dia sangat suka."Pikiran Wilona hanya dipenuhi bermain. Dia langsung mengangguk saat mendengar semua ucapan Eden.Tak terasa, akhir pekan pun tiba.Suasana di Dunia Fantasi sangat ramai.Ketika Eden membawa keponakannya datang, cuaca gerimis dan banyak wahana yang ditutup."Untung William nggak ikut." Mike menghela napas, dia tahu William tidak akan menyukai tempat seperti ini.Kalau William datang, dia mungkin tidak akan masuk dan langsung pulang ke rumah. William paling tidak menyukai tempat yang ramai.Eden meminta maaf. "Aduh, antriannya panjang banget. Sebentar, a
Ketika Eden menyiapkan makan malam, dia memberikan isyarat mata kepada Mike.Mike langsung mengangguk, lalu berkata kepada William dan Wilona, "Anak-anak, akhir pekan aku akan membawa kalian jalan-jalan.""Oke, oke! Paman, kita mau jalan ke mana?" tanya Wilona dengan antusias."Hari ini baru hari selasa," jawab William."Makanya kita buat rencana dulu. William, kamu ada waktu, 'kan" tanya Mike."Tidak ada." Tahun ajaran baru telah dimulai, William harus mengerjakan banyak tugas."Kamu masih SD, memang sebanyak apa tugasmu? Kalau kamu sudah SMP, jangan-jangan kamu bahkan nggak ada waktu untuk pulang." Mike tampak cemberut. "Waktu SD aku nggak sesibuk kamu, tapi aku pintar dan sukses.""Kelak aku akan lebih sukses daripada kamu," William berakta dengan serius.Dulu Mike mungkin akan membantah William, tetapi sekarang Mike tidak memiliki kepercayaan diri.Eden tertawa terbahak-bahak sambil mengacungkan jempol."Aku akan meminta ibumu untuk memindahkan sekolahmu," kata Mike dengan kesal."