Nara adalah kebohongan terbesar di hidup Theo.Namun, Theo jauh lebih bodoh daripada Nara. Setidaknya Nara mengetahui semua kebenarannya dan bersandiwara seolah dia adalah orang yang berjasa. Berbeda dengan Theo, Theo malah menganggap sebuah kebohongan sebagai sebuah kebenaran."Anisa, kenapa kamu memperlakukanku seperti ini?" Theo bergumam sambil meneteskan air mata, "Kenapa?"Yang menjawab Theo hanya embusan angin sepoi-sepoi.Di perjalanan pulang, Wilona bertanya kepada Mike, "Kenapa nggak boleh memberi tahu Ayah bahwa Ibu yang mengoperasi Thea? Setelah tahu, Ayah juga kelihatan nggak senang.""Wilona, memangnya kamu senang kalau dibohongi William?" Mike menggunakan perumpamaan untuk menjelaskan kepada Wilona. "Kalau ayahmu tahu sejak awal, dia nggak bakal semarah ini.""Terus kenapa Ibu nggak memberi tahu Ayah?" tanya Wilona."Dulu ibumu menjaga jarak sama Theo. Kalau Theo tahu ibumu yang mengoperasi Thea, Theo pasti bakalan sering datang menemui kalian. Ibumu takut kalau Theo akan
Wilona memang tidak sepintar William, tapi dia juga tidak bodoh.Wilona beranjak ke dalam toilet sambil memperhatikan wanita itu dari ekor matanya. Wilona sama sekali tidak mengenal wanita ini, untuk apa dia menemui Wilona?Setelah selesai buang kecil, Wilona mengenakan celananya dan berdiam selama beberapa saat. Dia tidak berani langsung membuka pintu."Wilona, jangan takut, Tante bukan orang jahat," kata wanita ini saat mendengar kesunyian di balik bilik toilet. "Theo yang mengutusku."Begitu mendengar nama Theo, ketakutan di hati Wilona pun sirna. Meskipun Theo dan Anisa sering bertengkar, Theo tidak pernah menyakiti Wilona.Wilona membuka bilik toilet dan menjawab, "Tante, kamu membuatku takut. Untuk apa Theo mengutusmu menemuiku? Kenapa dia nggak datang sendiri? Kemarin kami masih bertemu.""Dia lagi sibuk banget, makanya dia mengutus Tante untuk menemuimu," jawab wanita asing ini.Jawaban wanita ini sontak membuat Wilona kembali meningkatkan kewaspadaannya."Memangnya ada masala
Bagaimana Theo tahu kalau kotaknya dicuri Wilona?Wilona merasa sangat gelisah, dia tidak tahu harus berbuat apa."A-aku nggak tahu. Aku mau pulang," kata Wilona sambil beranjak pergi.Wanita asing mengadang jalannya. "Wilona, Tante tahu kamu tahu. Tante juga takut. Kalau kamu tidak memberi tahu Tante, Theo bakal membunuhku. Pengawal yang menjagamu juga akan dihabisi. Kamu tahu kan Theo orang seperti apa?"Wilona langsung menggelengkan kepala. "Kalau aku nggak mau bicara, Theo akan membunuhku juga? Nggak, nggak akan!""Kamu adalah putrinya, mana mungkin dia tega membunuhmu. Tapi ... pengawalmu bakal mati," kata wanita asing sambil menyeringai dingin.Kedua mata Wilona langsung memerah. "Nggak, jangan! Aku nggak mau pengawalku mati.""Kotak itu adalah milik Theo. Kembalikan kotak itu kepadaku dan anggap semuanya tidak pernah terjadi. Bagaimanapun, barang itu adalah milik Theo, memang sudah seharusnya dikembalikan kepada pemilik.""A-aku harus memberi tahu Kakak dulu," jawab Wilona."Bag
Theo yang mengutus wanita asing itu," Wilona menjelaskan dengan ekspresi yang serius. "Theo adalah orang jahat. Kata wanita itu, kalau aku nggak mengembalikan kotaknya, Theo akan membunuh kamu. Setiap hari kamu selalu menjaga aku, aku nggak akan membiarkan Theo membunuh kamu."Pengawal merasa terharu sekaligus terkejut. "Wilona, aku rasa Theo bukan orang seperti itu. Aku dipekerjakan oleh ibumu. Kalau dia membunuhku, bagaimana dia akan menjelaskan kepada ibumu?"Wilona mengedipkan kedua matanya, dia terlihat kebingungan. "Maksudnya, Theo nggak berani membuat ibuku marah?""Iya. Apakah kamu pernah melihat dia menindas orang di rumah? Jangankan bertemu paman dan kakakmu, dia juga selalu bersikap ramah kepadaku." Pengawal menjelaskan kepada Wilona, "Aku juga tidak membuat dia marah, untuk apa dia membunuh aku?""Tapi aku mencuri barangnya." Wilona menggembungkan kedua pipi. "Aku mencuri kotak itu dari rumahnya Theo. Di dalamnya ada barang penting. Dia pasti marah setelah tahu aku mencurin
Malia buru-buru mengambil kunci mobil dan pergi ke Vila Starbay.Sesampainya di lokasi kecelakaan, Malia keluar dari mobil, lalu bergegas menerobos kerumunan yang berada di tempat.Mobil yang dikendarai wanita asing penyok hingga tidak berbentuk. Tak hanya itu, beberapa mayat juga tampak tergeletak dengan ditutupi kain berwarna putih.Malia memberanikan diri untuk mendekati salah satu mayat yang berada ujung. Ketika melihat warna lengan baju yang membentang keluar, Malia yakin bahwa wanita ini adalah orang suruhannya.Sekujur tubuh Malia bergidik, dia tidak peduli dengan hidup maupun mati wanita ini. Yang terpenting, di mana kotak merahnya?Malia ingin menerobos masuk ke dalam mobil yang hancur, tetapi polisi sedang mengumpulkan barang bukti di tempat kejadian perkara. Malia tidak berani bertindak gegabah, dia takut kalau Theo tiba-tiba muncul.Dengan tegang, Malia melihat petugas kepolisian yang memeriksa semua barang bukti. Begitu melihat sebuah kotak berwarna merah yang berlumuran d
Siapa yang mencuri isi kotak ini?Kotak ini sudah ditemukan, tetapi teka-teki masih belum dapat dipecahkan. Yang pasti, pelakunya adalah orang yang berada di sekitar Theo.Kecelakaan mobil terjadi di dekat Vila Starbay, berarti kotak ini diambil dari sana. Ada kemungkinan, salah satu penghuni Vila Starbay yang mencuri kotak ini dari rumah Theo.Kalau tidak, kenapa kecelakaan itu terjadi di dekat Vila Starbay?Di rumah sakit.Meskipun nyawanya berhasil diselamatkan, Clara merasa lebih tersiksa daripada mati. Sisi kiri wajah Clara mengalami luka bakar. Kata dokter, luka itu akan membekas selamanya dan tak bisa disembuhkan.Sejak kecil, Clara adalah wanita yang sangat memperhatikan penampilan. Dia tidak sanggup menerima wajahnya yang berubah menjadi buruk rupa.Clara merasa sangat putus asa. Hidup maupun mati, keduanya membuat Clara menderita."Clara, sadarlah!" kata Nyonya Tangsa yang berdiri di samping Clara. "Aku sudah mengingatkanmu untuk menjauhi Theo, tapi kamu ngotot dan tidak mau
Nial belum bisa berbicara maupun bangkit dari tempat tidur. Sepertinya bukan dia yang mencuri kotak tersebut."Tuan, kamar Clara berada di sebelah. Apakah Anda mau menemuinya?" Pengawal bertanya kepada Theo. "Aku dengar wajahnya rusak, kasihan sekali wanita secantik dirinya malah jadi cacat. Dia pasti sangat menderita."Pengawal berkata seperti ini karena dia tahu bahwa Theo membenci Clara.Awalnya Theo tidak tertarik menjenguk Clara, tapi begitu mendengar ucapan pengawal, Theo pun membalikkan badan dan masuk ke ruangan Clara.Sesaat menoleh, wajah Clara sontak memucat saat melihat sosok yang berdiri di hadapannya.Kemudian Clara menutup wajahnya yang diperban sambil memalingkan muka."Bukannya kamu kabur ke luar negeri?" Theo menatap Clara dengan tajam. "Masih berani kembali?"Clara menjawab dengan putus asa, "Aku tidak mau kabur lagi. Theo, bunuh saja aku."Sembari bicara, Clara membuka selimutnya, lalu turun dari tempat tidur dan berlutut di hadapan Theo sambil memegang kakinya. "T
Kenapa tiba-tiba Theo datang ke sini? Bukankah Wilona sudah mengembalikan kotaknya?Wilona melompat dari kursi, lalu berlari ke ruang makan sambil berteriak, "Paman Mike!"Teriakan Wilona sontak membuat Anisa terkejut. Wilona menjatuhkan ponselnya ke lantai, kamera ponsel menghadap ke arah plafon sehingga Anisa tidak bisa melihat apa-apa.Anisa tidak bisa menebak apa yang terjadi, dia bahkan tidak melihat apa-apa. Namun satu hal yang pasti, Wilona pasti sedang di dalam bahaya."Wilona!" Anisa memanggilnya.Jantung Anisa berdebar sangat kencang. Meskipun dia sedang berada di Negara Hamok, dia akan langsung pulang jika memang terjadi sesuatu kepada Wilona.Theo mengerutkan alis saat melihat Wilona yang kabur ketakutan. Theo dan Wilona sudah sering bertemu. Walaupun Wilona sering bersikap kurang ajar, dia tidak pernah ketakutan sampai seperti ini.Theo mengangkat tangan dan mengusap wajahnya sendiri. Apakah wajahnya membuat Wilona berlari ketakutan?Theo membungkukkan badan, lalu memungut
Sebelum mengirimkan foto-foto Wilona, Theo menuliskan beberapa kalimat di atasnya.[ Anisa, berikan aku 1 kesempatan lagi. ][ Satu kesempatan terakhir. ]Anisa menutup ponsel, lalu memejamkan matanya. Suara tangisan Sania terus bergema di dalam kepala Anisa.Karena emosi sesaat, Sania menceraikan Vanzoe, lalu meninggalkan Negara Legia dan bahkan memaki Vanzoe. Namun saat Vanzoe mau menikah lagi, Sania malah sedih dan menangis setiap hari.Siapa yang tidak menginginkan hidup tenang dan damai? Cinta adalah hal yang bisa membuat seseorang menjadi damai sekaligus gila.....Setelah meninggalkan Vila Starbay, Theo membuka ponselnya untuk mengecek pesan Anisa.Ternyata Anisa tidak membalas .... Meskipun tidak membalas, Theo yakin Anisa membaca pesannya.Theo tidak akan memaksa Anisa, dia sadar Anisa tidak akan memaafkannya dengan mudah. Theo hanya bisa bersabar dan berusaha.....Keesokan hari, Sania datang ke Vila Starbay dengan membawa banyak hadiah."Rasanya kembali seperti dulu," kata B
"Nggak masalah! Kakakmu ganteng dan pintar, pasti banyak gadis yang mengejarnya. Kalaupun nggak dapat wanita, masih ada pria," jawab Mike.Wilona langsung menutup mulutnya."Membosankan!" William meletakkan alat makannya dan pergi meninggalkan ruang makan.Setelah William pergi, Anisa juga merasa kenyang dan ingin beristirahat. Sesampainya di kamar, dia membereskan koper, lalu berbaring dan hendak tidur.Ketika Anisa hendak memadamkan lampu kamar, dia menerima belasan pesan dari Theo.Anisa tertegun, lalu membuka pesan yang dikirimkan. Ternyata Theo mengirimkan semua foto-foto Wilona saat bermain di taman hiburan.Anisa menyimpan beberapa foto yang cantik dan bergegas menutup pesan dari Theo.Anisa belum siap menghadapi Theo. Perpisahan kemarin membuatnya sangat terpukul, dia tidak bisa melupakannya begitu saja.Akhirnya Anisa menelepon Sania dan mengajaknya mengobrol. "Sania, aku sudah pulang.""Kamu sudah pulang?" Sania terdengar kaget."Em. Aku memutuskan pulang secara tiba-tiba, ja
Semua orang kaget melihat mobil Rolls-Royce milik Theo.Theo tahu bahwa Anisa masih marah dan tidak ingin menemuinya. Bukankah Theo memiliki ego yang tinggi, kenapa dia rela membuang semua harga dirinya dan datang dengan konsekuensi dimarahi Anisa?Sesaat Theo membuka pintu mobil, dia melihat Eden yang berlari keluar."Pak, sebaiknya Anda jangan masuk." Eden berbicara dengan canggung, "Anisa tidak mau menemui Anda. Aku juga ikut diusir."Sebenarnya kondisi di dalam tidak separah yang Eden ceritakan. Anisa tidak akan mempermasalahkan kejadian hari ini asalkan Eden mengusir Theo pergi.Jadi, Eden sengaja melebih-lebihkan agar Theo tidak memaksa masuk ke rumah Anisa."Dia tidak memarahi Wilona, 'kan?" tanya Theo."Tidak. Wilona masih kecil, Anisa tidak mungkin menyalahkannya. Pak, tenang saja, yang penting Anisa sudah pulang. Masih ada hari esok." Eden berusaha menghibur Theo. Theo mengerutkan alis. "Ucapanmu seolah aku ingin melakukan sesuatu terhadap Anisa.""Bukan begitu maksudku ....
"Kamu tahu sendiri karakter Pak Theo, dia takut sama Anisa," jawab Eden sambil menggaruk kepala.....Hari yang menyenangkan pun berakhir dalam sekejap mata. Setelah puas bermain, Theo mengajak Wilona, Mike, dan Eden makan malam bersama. Awalnya Mike tidak mau menolak karena Wilona pasti kelelahan dan kelaparan, tetapi tiba-tiba Anisa menelepon Mike.Sesaat mengeluarkan ponsel, Mike terkejut melihat nama Anisa yang tertera di layar. "Anisa telepon! Sst, kalian diam dulu.""Halo, Anisa?" Mike menjawab panggilannya. "Kamu mau melakukan panggilan video? Kami lagi di luar. Aku akan meneleponmu kembali begitu sampai di rumah.""Sekarang aku ada di rumah," kata Anisa dengan nada yang tenang, tapi mencekam. "Bawa Wilona pulang sekarang juga!"Mike tertegun mendengar ucapan Anisa. Sebelum Mike sempat menjawab, Anisa telah menutup teleponnya."Gawat!" Wajah Mike tampak memerah, jantungnya berdegup sangat kencang. "Anisa sudah pulang, dia ada di rumah. Anisa memerintahkanku untuk segera membawa
Sesampainya di wahana kedua, antrian panjang terlihat di depan pintu.Wilona berjalan ke barisan VIP dan ikut mengantri.Bagaimana mungkin Theo tega membiarkan putrinya mengantri? Meskipun cuaca hari ini cerah dan berangin, mengantri sepanjang itu pasti melelahkan.Theo sendiri paling benci mengantri!Theo berjalan ke depan, lalu menarik lengan Wilona dengan penuh kasih berkata, "Sayang, Ayah akan membawamu masuk."Wilona mengerutkan alis. "Maksudnya memotong antrian?"Tanpa pikir panjang, Theo langsung mengangguk.Mike langsung menggosok kedua tangannya, dia sudah mengantisipasi apa yang akan terjadi selanjutnya.Di saat bersamaan, Eden berjalan ke samping Theo untuk menceritakan insiden yang terjadi 1 jam lalu."Aku paling benci menyerobot antrian! Baru saja, seorang Tante jahat menyerobit antrian dan diusir. Masa aku memarahi orang lain, tapi aku sendiri juga menyerobot antrian?" Meskipun Wilona tidak suka mengantri, hati nurani melarangnya untuk melakukan tindakan yan gsalah.Setel
Penanggung jawab taman berpikir sebentar, lalu menganggukkan kepala. Eden terlihat sangat serius, penanggung jawab taman tidak mau kehilangan pekerjaan ini.Akhirnya wanita arogan itu pun diusir.Sebelum pergi, wanita itu meneriaki Wilona, "Bocah tengil, tunggu pembalasanku!"Wilona menjulurkan lidahnya dan mengolok-olok wanita itu."Wilona, wanita itu nggak akan datang lagi. Kamu jangan marah, ya!" Eden menghibur sambil tersenyum."Aku nggak marah. Yang malu dia, bukan aku." Wilona menarik Mike tempat semula dan lanjut mengantri."Kak, kamu hebat banget." Gadis kecil yang berdiri di depan Wilona mengacungkan jempolnya.Wilona membalasnya dengan senyuman abngga.Setelah wanita itu pergi, peannggung jawab taman menelepon Theo. "Pak, putri Anda sedang mengunjungi Dunia Fantasi."Penanggung jawab taman memanfaatkan status Wilona untuk menyanjung Theo, ini adalah kesempatan yang bagus untuk menarik simpati."Putriku?" tanya Theo."Benar! Pak Eden yang bilang, tidak mungkin salah. Hmm, apak
Wilona menarik tangan Mike dan mengajaknya ke depan.Petugas yang melayani di depan terlihat ketakutan menghadapi wanita tersebut. Eden takut terjadi keributan, dia pun mengeluarkan ponsel dan menelepon penanggung jawab taman hiburan."Tante!" Wilona berteriak sambil menatap wanita itu. "Menyerobot antrian itu salah. Kamu sudah salah, tapi masih berani memarahi orang lain. Gurumu nggak mengajari kamu sopan santun, ya?"Mike tertegun melihat sikap Wilona. Tampaknya Wilona sudah semakin dewasa, dia bukan lagi anak berusia 3 tahun yang cengeng.Teriakan Wilona sontak membuat orang-orang di sekitar tercengang selama beberapa deitk.Wanita tersebut memelototi Wilona dan memarahinya, "Bocah tengil! Beraninya berteriak di hadapanku. Memangnya siapa kamu?"Wilona menjawab dengan tenang dan lantang, "Kamu buta, ya? Aku anak kecil! Dasar bodoh!"Para pengunjung tertawa mendengar ucapan Wilona.Wanita ini pun murka, dia mengangkat tangan dan hendak memukul Wilona.Melihat wanita yang hendak memuk
"Wilona, ayahmu nggak tahu kamu pergi ke taman huburan ini. Aku tidak akan memberi tahu ayahmu. Kita pergi dulu, kalau nggak seru, kita pindah tempat. Bagaimana?" tanya Eden.Wilona berpikir sebentar, lalu mengangguk sambil tersenyum."Jangan beri tahu ibumu, ya! Kalau ibumu tahu, dia pasti tidak akan mengizinkan kamu ke sana." Eden mengingatkan. "Taman ini sangat cantik dan seru. Aku pernah membawa keponakanku ke sana, dia sangat suka."Pikiran Wilona hanya dipenuhi bermain. Dia langsung mengangguk saat mendengar semua ucapan Eden.Tak terasa, akhir pekan pun tiba.Suasana di Dunia Fantasi sangat ramai.Ketika Eden membawa keponakannya datang, cuaca gerimis dan banyak wahana yang ditutup."Untung William nggak ikut." Mike menghela napas, dia tahu William tidak akan menyukai tempat seperti ini.Kalau William datang, dia mungkin tidak akan masuk dan langsung pulang ke rumah. William paling tidak menyukai tempat yang ramai.Eden meminta maaf. "Aduh, antriannya panjang banget. Sebentar, a
Ketika Eden menyiapkan makan malam, dia memberikan isyarat mata kepada Mike.Mike langsung mengangguk, lalu berkata kepada William dan Wilona, "Anak-anak, akhir pekan aku akan membawa kalian jalan-jalan.""Oke, oke! Paman, kita mau jalan ke mana?" tanya Wilona dengan antusias."Hari ini baru hari selasa," jawab William."Makanya kita buat rencana dulu. William, kamu ada waktu, 'kan" tanya Mike."Tidak ada." Tahun ajaran baru telah dimulai, William harus mengerjakan banyak tugas."Kamu masih SD, memang sebanyak apa tugasmu? Kalau kamu sudah SMP, jangan-jangan kamu bahkan nggak ada waktu untuk pulang." Mike tampak cemberut. "Waktu SD aku nggak sesibuk kamu, tapi aku pintar dan sukses.""Kelak aku akan lebih sukses daripada kamu," William berakta dengan serius.Dulu Mike mungkin akan membantah William, tetapi sekarang Mike tidak memiliki kepercayaan diri.Eden tertawa terbahak-bahak sambil mengacungkan jempol."Aku akan meminta ibumu untuk memindahkan sekolahmu," kata Mike dengan kesal."