Mulai saat itu Maya berpikir, ada banyak rahasia tersimpan di rumah Ambar, mungkinkah pernyataan Rama Widata benar, jika ia hanya kambing hitam , penjahat yang sebenarnya adalah Ambar, itulah yang dipikirkan Maya saat ini.Raja tampak bahagia, seakan ia melupakan kejadian siang tadi, dan bersama Fardian, kini keduanya sedang menonton televisi, diam-diam Maya memperhatikannya, kedua orang yang berbeda usai itu, tampak bahagia, Fardian sukses memerankan peranya sebagai seorang ayah di mata Raja.Malam beranjak naik, hubungan Maya dan Fardian semakin berjarak. Maya duduk ditepi pembaringan menatap Fardian yang sibuk dengan laptopnya.“Aku ingin bicara,”ucap Maya“Bicaralah, aku akan mendengarkannya,”suara Fardian terdengar dingin“Aku ingin bercerai.”Fardian seketika menatap Maya, dan menutup laptopnya, lalu menaruhnya di atas nakas meja.“Maya...kamu ingin bercerai denganku dan akan kembali ke Rendra?”“Kembali atau tidak, itu bukan urusanmu, aku tidak bisa lagi menjalankan pernikahan
“Apa, Arnia, tahu jika Maya waktu itu hamil?”“Aku rasa, Non Arnia tidak tahu, yang tahu kehamilan Maya, adalah saya dan Nyonya Ambar,”jawab SitiRendra sangat kecewa, mendengar penuturan Bi Siti, lalu menyuruh wanita itu pergi, dari ruang kerjanya. Rendra memperlihatkan wajah tegang dan siap mencerca ibunya.‘Jangan –jangan ponselku menghilang adalah bagian dari skenario Ibu, jadi aku tidak bisa menghubungi Maya, dan Maya tidak bisa menghubungiku waktu di Singapura, sungguh aku merasa dipermainkan oleh ibuku sendiri,’batin Rendra.Tak berselang lama, Ambar kembali, dan melihat Rendra di rumah dengan menatapanya tajam.“Ini jam kerja, kenapa kamu ada di rumah?”tanya Ambar“Aku ingin bicara dengan ibu?”“Masalah apa?”“Masalah, Maya.”“Ahh dia lagi, kamu tahu ‘kan, ibu tidak suka membicarakan dia di rumah ini, paham!”gertak Ambar“Suka tidak suka ibu harus mendengarkannya.Ibu tahu ‘kan, jika Maya sebelum menandatangani berkas perceraian, dia hamil?”cerca Rendra“Masalah itu sudah berla
“Cepatlah beri cucu! Karena hanya seorang cucu yang bisa membuat aku menerimamu sebagai menantu. Jika kamu tidak bisa memberikan cucu padaku, Rendra akan menceraikanmu!” Dada Maya bergemuruh mendengar ucapan ibu mertuanya. Baru beberapa menit yang lalu suaminya berangkat ke kantor, dan mertuanya itu langsung mencecarnya. “Iya, Bu. Kami sudah berikhtiar setiap malam, demi memenuhi keinginan ibu,” kata Maya menahan perih di hatinya.“Kamu beruntung karena dicintai dan dikagumi oleh putraku. Gadis yatim piatu sepertimu pasti bangga menjadi anggota keluarga Dermawan.”Maya terdiam, kata-kata seperti itu selalu didengar oleh telinganya, seakan dirinya wanita yang tidak pantas bersanding dengan Rendra.“Iya, Bu, aku sangat beruntung,” sahut Maya, berusaha tidak memasukkan ucapan ibu mertuanya ke dalam hati. Ambar mendengus dan menatap Maya sinis. “Jangan hanya menjadi parasit di keluargaku, setidaknya kamu harus melahirkan keturunan keluarga Dermawan!” tegasnya. Maya hanya bisa menunduk
Sepulang dari klinik, Maya melihat sang ibu mertua sedang duduk sambil menikmati sore di taman rumahnya yang sangat luas itu. Ingin rasanya Maya bertanya, mengapa sang mertua memberinya pil kontrasepsi alih-alih vitamin sungguhan. Tapi niat itu diurungkan, percuma berdebat dengan ibu mertuanya yang memiliki kuasa atas semuanya di rumah ini. Maya lantas menghampiri Ambar. “Apa perlu Maya buatkan camilan untuk menemani sore Ibu?” tanyanya, berusaha meredakan amarah dalam dadanya.“Oh… kamu sudah pulang,” sahut Ambar acuh tak acuh. “Tidak usah, lebih baik kamu bantu Bi Siti memasak, nanti malam ada tamu spesial yang akan datang,” titah wanita itu.“Baik, Bu.”Maya bergegas menuju dapur untuk memenuhi perintah sang ibu mertua.Sesampainya di dapur, Maya menatap lekat Bi Siti. Ia berpikir wanita yang berusia 40 tahunan itu juga ikut andil dalam rencana busuk Ambar.“Bi... aku ingin tahu, vitamin apa yang diberikan Ibu padaku setiap malam?”Siti tampak terkejut mendengar pertanyaan tiba-t
Mendengar ucapan ibu mertuanya yang lagi-lagi merendahkannya, Maya hanya bisa menghela napas pelan. Setelah terlihat mobil Arnia menghilang di balik pagar tinggi rumahnya, Ambar pun masuk ke dalam rumah.“Bi Siti, antar vitamin itu pada Maya, suruh ia meminumnya!” perintah Ambar pada sang asisten rumah tangga.“Baik, Nyonya,” jawab Siti dengan sangat patuh.Siti beranjak ke dapur, membuka salah satu laci kabinet, kemudian meraih tablet dan mengeluarkan dari bungkusnya. Setelah itu ditaruhnya di nampan beserta segelas air mineral.Diam-diam, Maya memperhatikan apa yang dilakukan Siti, hingga wanita berdaster longgar itu berjalan ke arah tangga, tapi Maya mencegat langkahnya.“Bi Siti, itu untukku ‘kan? Sini biar aku bawa ke kamar, nanti aku minum,” pinta Maya, seraya meraih nampan kecil dari tangan Bi Siti.“Non Maya masih di bawah to, saya kira sudah di kamar,” kata Siti.Maya hanya mengulum senyum, dan melangkahkan kakinya menuju lantai atas. Sesampainya di kamar, pil yang diberikan
Hari ini, Maya kembali menjumpai dokter kandungan untuk melakukan konsultasi. “Dokter, beberapa hari ini saya sudah tidak mengkonsumsi obat kontrasepsi. Apakah kesuburanku tidak terganggu karena terlalu lama mengkonsumsinya?”“Jangan khawatir, begitu Bu Maya tidak mengkonsumsinya, maka siklus akan kembali normal. Perbanyak mengkonsumsi sayur dan buah ya. Jika dalam tiga bulan Anda belum hamil, kita akan melakukan program hamil bersama suami Bu Maya,” kata dokter memberikan saran.Maya hanya terdiam, ia berharap akan segera hamil dalam waktu satu bulan ini. “Baik, Dokter, terima kasih,” kata Maya tampak pasrah.Maya berjalan keluar klinik dan langsung pulang. Sesampainya di rumah mewah milik mertuanya, terlihat ada sebuah mobil asing yang terparkir di halaman.Di sofa ruang tamu, ada seorang pria berpenampilan rapi sedang berbincang dengan Ambar.Pria itu menoleh ke arah pintu depan, ketika terdengar langkah kaki Maya yang memasuki rumah.Sesaat Maya dan pria itu saling tatap, kemud
Waktu menunjukan pukul sepuluh malam, tapi Rendra belum juga pulang. Maya terlihat khawatir. Sejak sore tadi, ponsel suaminya tidak bisa dihubungi. Tapi tak lama sebuah pesan masuk, bergegas Maya meraih ponselnya dan senyum mengembang di bibir ranumnya.{Aku tidak pulang malam ini, ada meeting dadakan di Bandung, kamu tidurlah dulu.}Chat dari Rendra membuat Maya bernapas lega, meski hal itu sedikit mengusiknya sebab tak biasanya suaminya pergi mendadak. Namun, Maya segera merebahkan tubuhnya di kasur, tanpa suami di sampingnya.Hingga pagi menyapa, Maya perlahan bangkit dan membuka korden kamarnya. Hawa sejuk dihirupnya, tapi tiba-tiba rasa mual menyergap. Dengan setengah berlari, ia pun menuju kamar mandi, memuntahkan cairan kekuningan yang terasa pahit.Maya membasuh mukanya, entah kenapa pagi ini terasa berbeda dengan tubuhnya, rasa pening tiba-tiba datang menyerang kepalanya, hingga Maya memutuskan berbaring lagi di tempat tidur.Maya menoleh ke arah pintu ketika terdengar suara
Maya mencoba menghubungi Rendra, tapi ponselnya tidak aktif, wanita itu terlihat sangat kesal. Lalu tatapannya mengarah tajam pada Ambar.“Apa rencana ibu sebenarnya, jika ibu menginginkan yayasan itu, Maya akan berikan, tapi tolong jangan pisahkan Maya dengan Mas Rendra, hanya dia yang Maya punya saat ini,”pinta Maya dengan nada permohonan.“Apa istimewanya dirimu Maya, hingga mendiang suamiku memilih dirimu untuk menjadi menantu dan menyerahkan yayasan Mery gold padamu!”sarkas Ambar.“Ibu menginginkan Mery Gold, ambilah, akan aku berikan, tolong jangan campuri lagi pernikahanku dengan Mas Rendra,”pinta Maya sekali lagi kali ini ia memohon sambil berlutut di depan ibu mertuanya.“Mery gold akan menjadi miliku tanpa kamu akan menyerahkannya, sebentar lagi Kamu dan Rendra akan bercerai, dan semuanya otomatis akan pindah ke tanganku, “jawab Ambar dengan menyilangkan kedua tanganya di dadaMaya bangkit dari jongkoknya, dan menatap sinis wanita dengan potongan rambut bob itu.“Ibu memberi
“Apa, Arnia, tahu jika Maya waktu itu hamil?”“Aku rasa, Non Arnia tidak tahu, yang tahu kehamilan Maya, adalah saya dan Nyonya Ambar,”jawab SitiRendra sangat kecewa, mendengar penuturan Bi Siti, lalu menyuruh wanita itu pergi, dari ruang kerjanya. Rendra memperlihatkan wajah tegang dan siap mencerca ibunya.‘Jangan –jangan ponselku menghilang adalah bagian dari skenario Ibu, jadi aku tidak bisa menghubungi Maya, dan Maya tidak bisa menghubungiku waktu di Singapura, sungguh aku merasa dipermainkan oleh ibuku sendiri,’batin Rendra.Tak berselang lama, Ambar kembali, dan melihat Rendra di rumah dengan menatapanya tajam.“Ini jam kerja, kenapa kamu ada di rumah?”tanya Ambar“Aku ingin bicara dengan ibu?”“Masalah apa?”“Masalah, Maya.”“Ahh dia lagi, kamu tahu ‘kan, ibu tidak suka membicarakan dia di rumah ini, paham!”gertak Ambar“Suka tidak suka ibu harus mendengarkannya.Ibu tahu ‘kan, jika Maya sebelum menandatangani berkas perceraian, dia hamil?”cerca Rendra“Masalah itu sudah berla
Mulai saat itu Maya berpikir, ada banyak rahasia tersimpan di rumah Ambar, mungkinkah pernyataan Rama Widata benar, jika ia hanya kambing hitam , penjahat yang sebenarnya adalah Ambar, itulah yang dipikirkan Maya saat ini.Raja tampak bahagia, seakan ia melupakan kejadian siang tadi, dan bersama Fardian, kini keduanya sedang menonton televisi, diam-diam Maya memperhatikannya, kedua orang yang berbeda usai itu, tampak bahagia, Fardian sukses memerankan peranya sebagai seorang ayah di mata Raja.Malam beranjak naik, hubungan Maya dan Fardian semakin berjarak. Maya duduk ditepi pembaringan menatap Fardian yang sibuk dengan laptopnya.“Aku ingin bicara,”ucap Maya“Bicaralah, aku akan mendengarkannya,”suara Fardian terdengar dingin“Aku ingin bercerai.”Fardian seketika menatap Maya, dan menutup laptopnya, lalu menaruhnya di atas nakas meja.“Maya...kamu ingin bercerai denganku dan akan kembali ke Rendra?”“Kembali atau tidak, itu bukan urusanmu, aku tidak bisa lagi menjalankan pernikahan
“Jadi kamu sudah mengetahui isi surat wasiat itu?”“Jika Maya tahu, ia bisa mengugat ibu, iya ‘kan?”Ambar tampak berpikir , tatapanya serius ke arah Arnia, berpikir apakah Arnia dapat dipercaya untuk memegang Mery Gold.“Aku akan pikirkan lagi saranmu,”jawab AmbarArnia tersenyum kearah ibu mertuanya,”Oh ,iya Bu, apa ibu mengenal, Rika dan Agam?”“Dari mana kamu tahu kedua orang itu?”balik tanya Ambar“Dari cincin yang disimpan Papah Dherma, aku menemukan dialmari Papah, dan cincin itu bertuliskan Agam dan Rika”jelas Arnia, seraya menatap dalam Ambar“Aku tidak tahu kedua manamu itu, jika kamu sudah selesai berbicara, keluarlah dari kamarku!”perintah AmbarArnia mengangguk paham, lalu ia bangkit dari duduknya, tapi dalam hati ia berpikir jika Ambar menyembunyikan sesuatu tentang kedua nama itu, bisa dilihat dari ekpresinya jika Ambar terkejut.Arnia menyusuri lorong rumah, kakinya sampai di ruang para pembantu, di sana ia melihat Parto sedang makan di meja sederhana.“Parto, aku ada
Beberapa hari berlalu, Maya dan Raja datang ke rumah Rendra, di sana pria tampan berbadan tegap itu, sudah tak sabar menantikan kedatangan Maya dan putranya, tapi tidak dengan Arnia dan Ambar, perdebatan mereka mengenai Raja, tidak dihiraukan Rendra.Maya berjalan ke arah Rendra yang menyambutnya di depan rumah, tanganya mengandeng Raja, bocah kecil itu tampak sedikit takut, terutama, ia takut pada Parto si tukang kebun.“Mah, Raja, takut ada orang berwajah seram di sini,”ucap Raja pelan.“Jangan takut ada Pak Rendra, “jawab Maya“Selamat datang Raja, aku senang kamu dan mamahmu datang ke rumah ini,”sapa RendraRendra berjongkok mensejajarkan tubuhnya pada Raja, lalu meraih tangan mungil itu dan membawanya masuk ke dalam rumah.Bi Siti sedang sibuk mempersiapkan makan siang, dan ia menoleh ke arah Raja, ketika bocah itu sudah ada diambang ruang makan bersama Rendra dan Maya.Bi Siti tersenyum ke arah Raja, sambil berkata,”Selamat datang, Non Maya, Tuan muda Raja,”ucap Bi Siti“Raja, b
“Kamu tak perlu diam-diam melakukan test DNA, aku sudah jujur dihadapanmu, itu ‘kan yang kamu inginkan!”tegas Fardian sekali lagi dengan menatap tajam pada MayaMata Maya berkaca-kaca, telapak tangannya mengengam erat, dengan suara bergetar ia berucap,”Jadi apa maksudmu menikahiku?kamu tahu dari awal ‘kan, jika aku putri Agam Dirgantara?”“Aku tahu Maya, oleh karena itu aku menikahimu,waktu kesempatan itu ada, aku menikahimu karena aku menicintaimu,”jawab Fardian“Plak!Cinta...cinta itu yang selalu menjadi alasanmu, pembohong sepertimu tidak pantas mengucapkan cinta,”sarkas Maya“Lalu apa Rendra lebih pantas, dia menghianatimu dengan Arnia, waktu kalian masih menikah.“Maya terdiam dengan tatapannya yang tajam.”Kalian sama saja.”Maya dengan kesal, melangkah pergi, ia kini menyendiri di rumah kaca sambil menangis.“Aku benar-benar sendiri sekarang, Fardian dan Rendra.kedua pria itu sama-sama pembohong, “rutuk Maya mengusap air matanya dengan kasarSementara Fardian menatap ke rumah ka
“Maksudmu Bi Siti?”“Bu Maya ingat waku dulu kita pernah mengadakan pertemuan di rumah Pak Rendra, dan kita bertemu dengan Bi Siti, aku masih mengingat anting yang digunakan Bi Siti kerena anting seperti ini aku memilikinya, peninggalan dari ibuku, “jelas Salma“Jika Bu Siti yang melakukanya, pastilah atas perintah Bu Ambar atau bisa juga Arnia,”jawab Maya“Aku rasa Pak Fardian ada benarnya, apa Bu Maya masih tetap akan memperkenalkan Raja, pada keluarga Pak Rendra, aku rasa semua orang disana tidak menyukai Bu Maya dan Raja,”ucap Salma“Justru aku punya rencana lain Salma, aku ingin Raja dekat dengan Rendra, dengan begitu aku juga dekat dengan Rendra, dan lebih sering ke rumah itu, aku akan mencari tahu jejak masakecilku disana, kenangan mengenai orang tuaku. Dan perkataaan Rama Widata, bahwa ia hanya kambing hitam, jika benar yang bertanggung jawab adalah Ambar pastilah ada petujuk ‘kan?”“Bu Maya mempertaruhkan keselamatan Raja?”tanya Salma“Salma, Raja bersama ayah kandungnya
Arnia juga mendengar perdebatan mertua dan suaminya, Arnia menahan marahnya, sambil mengusap perutnya yang semakin membuncit.‘Tidak akan aku biarkan anak Maya merebut posisi anakku, lihat saja nanti, jika Bu Ambar gagal menyingkirkan Raja, mungkin tidak denganku, aku akan berhasil menyingkirkan Raja’batin ArniaRendra terlihat kesal, dengan ibunya, tapi ia tak peduli lagi dengan larangan Ambar, tekadnya sudah bulat untuk membawa Raja, ke rumahnya.Sementara di tempat lain disebuah gudang kosong Fardian tampak sedang memukuli preman, dengan bantuan orang bayarannya, ia berhasil menangkap preman yang menghajarnya beberapa hari yang lalu.Dug! Siapa yang menyuruhmu, katakan atau kupatahkan tulang kakimu!”gertak Fardian sambil mencengkram leher preman.“Lepaskan aku, aku akan mengatakan siapa yang menyuruhku,”pinta preman yang sudah terikat dengan wajah babak belur.“Siapa?”“Tuan Ren..dra,”sahut preman“Sudah kuduga, si brengsek itu dalangnya, satu keluarga itu memang kriminal!”umpat
Maya terkejut mendengar nama Fardian disebut oleh Ranti“Apa, Bu Ranti yakin?”“Aku sangat yakin, satu –satunya anak berusia 1 1tahun yang dibawa ke Mery gold adalah Fardian, seorang wanita yang mengantarknnya, tapi tidak ada data ataupun mengenai siapa orang tua Fardian. Dan Fardian pun mengaku tidak memiliki siapa-siapa ia hidup sebatang kara dijalanan, seperti itu yang dikatakan Fardian waktu itu,”jelas Ranti“Terima kasih Bu Ranti, jika anda mengingat apapun tentang Mery Gold, tolong hubungi aku, aku akan meninggalkan nomor ponsel,”pinta Maya pada wanita tengah baya dihadapnnya“Baiklah, Maya, “jawab RantiMaya meninggalkan kediaman Ranti dengan perasaan yang hancur dan sekaligus kecewa pada Fardian“Lagi-lagi Mas Fardian ada ditengah pusaran masa laluku, aku tidak akan membiarkannya terus membodohi aku, “gerutu Maya sambil fokus menyetirPikirannya berputar-putar mengenai anak Rama Widata adalah Fardian, kemarahan Maya semakin membuncah, justru orang yang selama ini berbagi ranja
Sementara itu disebuah klinik, Fardian mengerang kesakitan, beberapa jahitan ada di pungungnya dan juga memar memenuhi pungungnya.“Argh...pelan –palan,”rintih Fardian menahan sakit“Apa perlu aku hubungi Maya, kamu sudah seharian di klinik, mungkin Maya dan Raja mencemaskanmu,”ucap Tata yang duduk di depan brankar menyaksikan Fardian diobati oleh seorang perawat.“Tidak perlu, justru aku tidak mau membuat Raja cemas, belikan saja aku ponsel baru, ponselku dirusak oleh preman sialan itu!”Fardian terlihat kesal.“Kenapa kamu tidak melapor pada polisi?”tanya Tata“Jika preman ditangkap mereka hanya di penjara beberapa hari, lalu minta maaf, dan bungkam siapa yang menyuruhnya, aku mau tahu siapa orang telah menyuruh menghajarku habis-habissan tanpa pesan sedikitpun.”“Mungin musuh dari salah satu klienmu, hal ini sudah biasa ‘kan, apalagi kamu sekarang tidak hanya menangani kasus perceraian.”Fardian perlahan bangkit, setelah perawat selesai mengobati lukanya.“Aku akan pergi sekarang,