“I, itu bisa aku jelaskan sayang.” Amarahku sudah hampir meluap. Melihat orang-orang yang berlalu lalang membuatku menghela nafas berulang kali. Aku tidak boleh marah di tempat umum seperti ini.“Suruh Raya bawa balik motorku. Atau kalau nggak aku akan langsung melaporkan kalian ke polisi. Ingatlah Mas. Jika aku belum menandatangani surat yang mengijinkan agar pernikahanmu dan Raya disahkan secara negara.” Kataku pelan agar tidak menarik perhatian semakin banyak orang.Tanpa melihat wajah Raya lagi, aku langsung masuk ke dalam mobil. Terlihat dari kaca spion Mas Harun tengah bicara dengan Raya. Sepertinya mereka tengah berdebat. Karena sudah tidak sabar lagi, aku menelpon Mas Harun. “Cepatlah. Jangan sampai semua orang merekam kalian.” Kataku begitu dia mengabgkat panggilan. Tanganku menunjuk pada orang-orang yang masih menonton kami. Mas Harun menganggukan kepalanya lalu segera duduk di balik kemudi.Selama di perjalanan, aku terus melihat ke kaca spion untuk memastikan jika Raya t
Tubuh Raya seketika bergetar. Dia langsung bersembunyi di belakang tubuh Mas Harun. Tanganku meraup wajah kesal. Niat hati ingin menyembunyikan dulu pernikahan kedua suamiku malah berakhir seperti ini. Gara-gara Mas Harun yang mengabulkan keinginan istri keduanya itu. Masalah kami justru sudah di ketahui oleh para tetangga.“Maaf Ibu-ibu kami mau lewat.” Kata Mas Harun yang suaranya tenggelam di antara para Ibu-ibu yang sedang bicara. “Mas Harun benar Ibu-ibu. Tolong jangan halangi jalan mereka. Biarkan mereka pergi dari rumah saya. Satu hal lagi. Tolong jangan bicarakan kejadian ini pada Alana dan Syifa. Karena saya masih ingin menjaga perasaan kedua putri saya.”“Baiklah. Kami pergi dulu Lan. Kalau butuh bantuan bilang saja sama salah satu dari kami. Biar kami yang memberikan pelakor ini pelajaran.” Kata Bu Wati lalu mengajak para tetangga untuk pergi. Tapi, bukan pulang ke rumah mereka masing-masing. Melainkan berkumpul di rumah Bu Wati untuk bergosip.“Terima kasih banyak Lan.” K
Suasana hening terasa di ruang makan ini. Ibu mertua dan Mas Harun memilih untuk tidak menjawab permintaan Rani. Membuat gadis itu berdecak kesal lalu duduk di samping Ibunya. Tangan Rani sudah sibuk mencomot bakwan jagung di atas meja. Aku sendiri tidak berminat untuk menjawab. Biarlah mereka lebih dulu berkata pada Rani sedang tidak punya uang.“Ibu aneh banget deh. Kenapa nggak mau jawab?” Omel Rani tidak sopan pada Ibunya sendiri. Gadis itu sudah menyendokan nasi ke dalam piring lalu mengambil lauk yang ada.Dia bahkan tidak menyadari suasana ruang makan ini yang canggung. Karena Alana dan Syifa memilih diam saja. Tidak ada celoteh kedua putriku yang membuat meja makan jadi ramai. Alana dan Syifa yang sudah selesai makan pamit untuk masuk ke dalam kamar lebih dulu. Aku segera merapikan piring kami lalu meletakannya di tempat cuci piring. Bude Yah yang akan mencucinya nanti. Baru saja aku hendak beranjak pergi ke kamar, Mas Harun sudah menahan tanganku.“Besok siang aku mau langsu
Ternyata ada salah satu hal yang luput dari pencarianku. Salah satunya tentang pesan Mas Harun dan Bulek May. Sebelum mereka menikah, aku terlalu sibuk membuka pesan Raya dengan orang tuanya. Atau pesan Raya dengan Mas Harun. Tidak pernah terpikir dalam benakku untuk memeriksa pesan Mas Harun dengan orang tua Raya juga. Karena aku sudah tahu jika Bulek May setuju dengan hubungan terlarang anaknya. Bahkan dia sendiri yang menyuruh Raya untuk menjadi selingkuhan Mas Harun. Malam ini, Allah kembali membuka rahasia yang sudah di sembunyikan Mas Harun dariku.Jari ini menggulir layar hp untuk melihat semua pesan yang sudah terkirim. Rupanya Mas Harun mulai mengirim uang pada Bulek May sejak sepuluh bulan lalu. Di pesannya tertulis jika Mas Harun mendapat bonus dari kantor. Tapi, aku tahu dia sudah berbohong karena sudah menelusuri semua hasil pendapatan Mas Harun di kantor. Bagaimana Mas Harun bisa rutin memberikan uang pada orang tua Raya? Pasti ada sesuatu yang masih ia sembunyikan darik
Aku hanya bisa tertawa mendengar tuduhan Bulek May. Dasar tidak tahu diri. Setelah kebusukannya terbongkar, kini dia semakin berani menunjukkan sifat aslinya. Jika di ingat kembali, memang seperti inilah sifat Bulek May pada keluargaku saat masih miskin dulu. Dia berubah baik saat aku bisa suskes membangun usaha. Tapi, ternyata semua kebaikannya dulu itu ternyata palsu. Karena di belakangku Bulek May punya rencana jahat. Dasar manusia bermuka dua.“Kenapa kamu malah tertawa? Cepat berikan hpmu pada Harun. Dia harus mengirimkan uangnya padaku karena sudah menikah dengan Raya. Sudah jadi tanggung jawab Harun untuk ikut menafkahi keluarga Raya sekarang.” Kata Bulek May yang membuat wajah Mas Harun jadi merah padam.Dia jelas sedang marah dan kesal mendengar penuturan Ibu mertuanya itu. Rasakan kamu Mas. Selamat menjadi sapi perah untuk keluarga Raya.“Mas Harun ada di sampingku sejak tadi kok. Kami lagi mengobrol sambil minum teh bersama. Sekarang aku harus menghabisakan qulity time berd
"Lepaskan Raya, Rani." Teriak Mas Harun berusaha melepaskan cengkrama tangan Rani di kepala istri keduanya. Rani tidak mendengar karena dia masih menjambak rambut Raya dengan beringas. Menumpahkan seluruh kemarahannya pada Raya.Ibu juga berusaha membantu dengan menarik tubuh Rani menjauh. Setelah jambakan Rani terlepas, Mas Harun segera menarik tangan Raya keluar. Sementara Rani masih meraung tidak terima."Lepas Bu. Akan aku beri pelajaran pada pelakor itu. Gara-gara dia Mbak Wulan tidak mau membayar kuliahku lagi." Hardik Rani kasar pada Ibunya sendiri."Jangan Ran. Malu kalau di lihat tetangga. Lagian Raya juga akan menggadaikan sertifikat sawah orang tuanya untuk membayar uang kuliahmu." Bujuk Ibu berusaha menenangkan anak bungsunya itu.Aku sendiri hanya duduk di sofa menonton semua keributan yang terjadi. Tidak perlu mengotori tanganku sendiri untuk melukai Raya. Cukup membuat Rani ada di pihakku, maka bisa membuat Raya semakin terluka. Bagi Rani yang terpenting adalah uang unt
Tanpa sadar tubuhku sudah bergetar menahan amarah. Kejutan demi kejutan dari sikap Raya yang sebenarnya membuatku semakin heran. Ternyata seperti inilah sikapnya. Di balik wajah lembut dan tutur kata yang selalu sopan. Dulu aku mengiras sifat Raya sangat berbanding terbalik dengan Ibunya yang pandai mencela. Sekarang aku sudah tahu kebusukannya sejak ia memutuskan untuk berselingkuh lalu menikah dengan Mas Harun. Tidak cukup aku mempermalukannya di resepsi pernikahan mereka, kini Raya hendah mengirim guna-guna pada Mas Harun. Padahal untuk memikat suamiku, dia tidak menggunakan cara ini sebelumnya.“Iya Bu. Aku kesal pada Mas Harun yang terlalu tunduk pada Mbak Wulan dan Ibunya. Mana aku akan dapat bagian kecil dari gajinya. Penghasilan Mas Harun dari bermain saham juga di berikan pada Ibu. Niatku menikah dengan Mas Harun agar diam-diam bisa merebut harta Mbak Wulan. Setelah ketahuan, aku tidak mau menjadi janda terlalu cepat. Setidaknya aku harus mendapat banyak uang dari Mas Harun.
Bunyi apa itu tadi? Kenapa suaranya seperti berasal dari genting di lantai dua. Perasaanku jadi tidak enak. Dadaku berdebar kencang karena takut. Rasanya hal ini familiar karena aku sering menonton konten horor di You**. Walaupun tidak ada gangguan mistis yang terjadi. Aku segera mengambil wudhu lalu menghubungi Mbak Nana. Syukurlah telponku langsung di angkat. “Halo assalamualaikum mbak.”“Waalaikumsalam Lan. Kenapa suara kamu terdengar panik seperti itu?” Tanya Mbak Nana heran. Aku lalu menceritakan kejadian yang baru saja terjadi. Ada suara seperti benda jatuh di genting rumah.“Apa kamu sudah ambil wudhu?” Tanya Mbak Nana dengan nada serius.“Sudah mbak.” Jawabku sambil melangkahkan kaki menuju lantai dua. Aku takut terjadi hal yang buruk pada anak-anak.“Kalau begitu baca surat yasin dan tiga qul. Seperti yang aku ajarkan dulu. Jangan khawatir. Saat ini aku sedang berada di pondok pesantren untuk membantu Nyai. Aku akan meminta bantuannya.”“Terima kasih banyak Mbak. Wassalamuala
Pov Orang KetigaSurat panggilan sidang dari pengadilan agama akhirnya datang juga ke rumah megah Ardi. Dia termenung menatap kurir yang mengantar surat itu. Tangannya sudah meremas surat tanpa membalas sapaan kurir yang berlalu pergi. Ardi menutup pintu rumahnya dengan kasar hingga membuat Bu May yang sedang memasak di dapur jadi terlonjak kaget.Ia masuk ke dalam kamar lalu duduk di tepi tempat tidur. Menyobek amlopnya dan membaca gugatan Desi yang tertera dalam surat tersebut. Di surat itu menyebutkan tentang sikap kasar Ardi pada Desi dan anak-anak selama ini yang di sebut kekerasan secara verbal. Walaupun tidak ada kekerasan secara fisik. Mata Ardi semakin membulat saat ia membaca isi gugatan berikutnya dimana Ardi sudah berselingkuh dengan Sarah. Hanya nama Sarah yang di sebutkan. Tidak ada nama Raya sebagai selingkuha Ardi. Desi mengklaim jika dia punya semua bukti yang akan ia bawa ke pengadilan saat sidang pertama kelak."Desi si*"*****." Seru Ardi marah dengan suara men
"Sebenarnya dimana Desi dan anak-anak? Kenapa kamu sampai tidak tahu keberadaan mereka, Ardi?" Seru Mama jengkel yang membuatku keringat dingin. Sedangkan Papa hanya diam saja sambil menatapku tajam.Aku sangat tahu karakter orang tuaku yang lebih sayang dengan Desi. Tidak mungkin jika aku mengarang cerita jelek tentang Desi. Bukannya percaya Mama justru akan sangat marah padaku. Rasanya pikiranku buntu di tatap sedemikian tajam oleh orang tuaku "Aku nggak tahu Ma. Seharian ini aku bekerja di kantor jadi aku nggak tahu keman Desi dan anak-anak pergi. Tadi siang Bu May sempat telpon kalau Desi sedang tidak enak badan sehingga tidak bisa rewang di rumah tetangga. Jadi, Bu May yang menggantikannya. Aku izinkan karena tidak enak dengan tetangga kami jika tidak ada yang rewang. Baru saja aku pulang sore ini bersamaan dengan Papa dan Mama, mereka sudah pergi. Aku baru saja hendak mencari mereka. Tolong jangan marah padaku dulu." Jelasku pelan dengan suara bergetar. Ya ampun kenapa aku tida
Siang itu aku berkenalan dengan anak Bu May yang bernama Raya. Wajah cantik, tubuh seksi dan sikap yang ramah langsung memikatku saat itu juga Entah kenapa aku bisa langsung jatuh cinta pada Raya. Bukan hanya rasa tertarik seperti yang aku rasakan pada Sarah dan dua mantan kekasihku yang lain. Karena masih ingin mengobrol dengan Raya lebih banyak lagi, aku mengajaknya dan Bu May untuk menemaniku duduk di meja makan. Mumpung Desi dan anak-anak sedang tidak ada di rumah. Hampir saja kami ketahuan oleh Desi yang tiba-tiba saja sudah pulang ke rumah. Untungnya dia tidak curiga sama sekali dengan kedekatanku bersama Raya. Apalagi ini pertama kalinya aku mengijinkan pembantu untuk duduk di meja makan yang sama denganku. Setelah Desi pergi aku bisa menghela nafas lega.Di tengah kelumit hubunganku dengan Sarah yang sedang berada di masa membosankan, rasanya sangat menyenangkan bisa menjalnin hubungan dengan wanita baru seperti Raya. Dia jauh lebih pengertian dan baik daripada Sarah. Raya tid
Pov ArdiMenikah ternyata sangat membosankan. Apalagi jika istri sudah melahirkan bayi. Membuat penampilan fisik menjadi berubah seratus delapan puluh derajat. Wajahnya jadi sayu karena kurang tidur akibat begadang mengurus bayi. Tidak ada lagi badan seksi milik Desi yang bisa kulihat. Namun, di sisi lain aku juga menuntutnya untuk melahirkan sebanyak empat kali. Hingga kami memiliki tiga anak perempuan dan dua anak laki-laki. Aku ingin memiliki anak sebanyak mungkin yang bisa di jadikan pewaris perusahaan Papa. Sekaligus anak yang bisa mengurusku di masa tua nanti.Pelayanan yang di berikan Desi di atas ranjang juga tidak bisa maksimal lagi. Sehingga membuatku sering mencari pelampiasan pada wanita lain. Yang sudah aku uji kebersihannya melalui peemeriksaan kesehatan di rumah sakit. Setelah memastikan jika wanita yang aku pilih sehat dan bebas dari penyakit menular baru kami melanjutlan hubungan. Aku bisa memberikan banyak uang pada wanita simpananku setiap mereka mau melayani dengan
Rasanya badanku sangat letih saat pulang ke rumah bersama Andi dan Tika yang menyusul ke bimbel. Sedangkan Raka berada di rumah bersama Salma dan Salwa. Beruntung si kembar mau membantu dengan mengambil alih dapur dengan memasak untuk membuat menu makan malam kami kali ini. Mereka juga mau membantu pekerjaan rumah seperti menyapu dan mencuci piring. Bahkan untuk urusan seragam sekolah, anak-anak dengan terampil menyetrika. Tentu saja dengan di dampingi oleh si kembar. "Pokoknya Ibu tenang saja. Urusan pekerjaan rumah serahkan pada kami. Ibu juga nggak perlu lagi memasak biar nggak kecapekan. Fokus saja bekerja di bimbel. Kalau adik-adik mau menyusul kami yang akan mengantarkan." Kata Salma pagi ini saat kami tengah berkutat untuk membuat sarapan di dapur. Sedangkan Salwa dan Tika sudah membagi tugas untuk menyapu halaman depan dan rumah. Raka dan Andi masih sibuk membereskan tempat tidur dan buku yang akan mereka bawa ke sekolah."Terima kasih sayang. Kamu dan Salwa juga nggak perlu
Meskipun merasa sedih setelah melihat pesan balasan Wulan, aku berusaha untuk menenangkan diri. Mungkin untuk saat ini aku harus membiarkan Mama dan Papa berspekulasi sesuai dengan fitnah yang sudah di katakan Bu May pada mereka. Karena aku tidak ingin sembarangan memberikan bukti sebelum persidangan di mulai. Teringat dengan pesan Pak Hendra agar aku selalu berhati-hati terkait dengan barang bukti yang sudah di berikan ke pengadilan agama.[Biarkan saja Lan. Biar Papa dan Mama melihat sendiri di pengadilan bukti-bukti yang sudah aku serahkan. Aku takut jika memberikan bukti itu sekarang Mas Ardi akan punya bahan untuk mengelak. Bisa saja dia akan menyiapkan sangkalan mengingat Mas Ardi bisa melakukan segalanya dengan uang.]Balasku cepat. Aku tahu jika kemungkinan besar orang tua Mas Ardi akan tahu lebih cepat. Hanya saja hatiku tetap merasa sedih karena harus pergi begitu saja tanpa ijin pada mereka. Aneh sekali. Padahal ini keputusanku. Tapi, aku juga yang merasa sedih. Mungkin kar
Jarum jam sudah menunjukkan setengah empat sore saat kami sampai di rumah ini. Langit jingga mulai terlihat menjelang malam. Aku meminta anak-anak untuk menunggu di teras. Sementara aku pergi ke rumah pemilik kontrakan yang jaraknya hanya dua rumah saja dari sini. Saat bertemu Bu Marni langsung menyerahkan kunci rumah padaku lalu kami masuk ke dalam. Ruangan tampak bersih karena ada yang rutin menyapu selama dua bulan ini. Tidak ada perabotan di ruang tamu dan dapur. Tapi, setidaknya sudah ada tempat tidur dan lemari di setiap kamar yang di beli Ratna setelah aku mentransfer uang padanya. Saat Ratna dan keluarganya menginap di rumah ini. Dua koper besar yang dulu di bawa Ratna sudah ada di kamar utama. Sedangkan satu koper lagi aku kirim lewat jasa travel dan di letakan di dapur. Baru aku kirim beberapa hari lalu setelah anak-anak selesai ujian akhir sekolah atau yang biasa di sebut dengan UAS.“Kita sholat jamaah di ruang tengah dulu ya. Baru pasang seprai di kasur terus istirahat se
POV DesiSatu minggu lebih aku berusaha menghindari jebakan Mas Ardi walaupun obat terlarang itu sudah di tukar dengan teg biasa. Kadang kala aku menyanggupi keinginannya untuk minum teh di ruang makan atau berdua saja di dapur. Aku merasa gugup karena bingung harus menunjukkan reaksi apa setelah minum teh itu yang di yakini Mas Ardi mengandung obat terlarang. Namun, tidak ada reaksi apapun dari Mas Ardi selain ekspresi heran. Dia juga tidak curiga sama sekali. Setidaknya aku merasa sangat lega karena selalu berhasil lolos. Kesibukanku bersama anak-anak membuat Mas Ardi tidak bisa menjebakku untuk tidur bersama pria lain. Selain itu, dia juga harus sibuk bolak-balik dari rumah Sarah ke rumah ini karena harus membagi waktu setelah mereka resmi menikah secara siri. Membuatku bisa dengan mudah memasukan obat tidur setiap dia akan menjalanklan rencana untuk menghubungi temannya yang akan ikut dalam rencana untuk memfitnahku. Membuat Mas Ardi merasa bahwa ia terlalu kelelahan hingga bisa t
POV RayaLiburan selama tiga hari ke Bali bersama Mas Ardi sungguh menyenangkan dan menakjubkan. Karena ini kedua kalinya aku bisa liburan ke Bali setelah study tour saat SMA dulu. Ada banyak tempat yang lebih bagus sudah kami kunjungi. Di tambah dengan banyaknya oleh-oleh yang sudah kubeli dengan harga ratusan juta. Membuat aku membeli banyak baju, tas, sepatu dan masih banyak barang yang bagus dan sangat mahal. Tidak lupa juga aku membelikan untuk Ibu dengan jumlah yang sangat banyak.Dia sangat pengertian mengajakku pergi tanpa perlu bertanya dimana keberadaan suamiku. Setelah aku cerita Mas Ardi memang tidak pernah bertanya secara detail tentang sosok Mas Harun. Membuatku merasa sangat lega karena mereka bedua sudah saling mengenal sebagai rekan kerja di kantor. Aku takut jika Mas Ardi akan memilih mundur sebelum semua rencanaku dan Ibu terlaksana. Di sisi lain aku juga banyak menguping percakapan Mas Ardi dengan Sarah di kamar hotel tempat kami menginap. Dia selalu mengira jika a