Share

BAB 18

Author: Yuliswar
last update Last Updated: 2023-01-23 17:11:49

Mas Seno sudah pulang dari toko. Aku baru selesai memasak dan langsung mandi.

Mas Seno mau makan dulu di rumah, Sebelum menemui Ria di hotel.

Setelah sholat magrib kami makan malam. Setelah makan malam Mas Seno meminta ku untuk segera bersiap. Karena jarak dari rumah ke hotel membutuhkan waktu sekitar satu jam.

Sekitar tiga puluh menit aku bersiap, mulai memilih baju sampai memoleskan sedikit riasan di wajah ku.

Ketika aku keluar dan menemui Mas Seno. Mas Seno nampak terkejut melihat ku.

"Wah. Dek. Kamu cantik banget mengenakan baju itu."ucapnya.

Aku memilih sebuah dress berwarna hitam. mas Seno melihat ku tanpa berkedip.

"Gak. berlebihan Mas?"tanyaku

"Gak. Dek. Gaun itu sangat cocok untuk mu."pujinya. Aku tersipu karena Mas Seno memujiku.

"Ya sudah ayo kita berangkat Mas."ajak ku.

"Tunggu, Mas pastikan dulu. Ria sudah di hotel atau belum."ucapnya.

Lalu Mas Seno mengeluarkan gawainya. Dan langsung menghubungi Ria.

"Hallo. Sudah di hotel?"

"Ya.... Mas juga sudah tidak tahan ingin seger
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Bagaikan Menu Warteg   BAB 19

    Aku mencoba untuk setenang mungkin. Agar Mas Seno tidak curiga jika aku ingin menyelediki wanita bernama Dewi itu."Oh. Mas kenal sama wanita di foto itu?"tanyaku"Ya, kenal Dek. Dewi itu anak pemilik warung makan di toko yang lama Mas, yang sekarang milik Ria itu."jawabnya santai."Kok Mas yakin betul jika itu Dewi. Secara wajahnya saja di tutupi stiker."selidik ku"Itu lho. Dek, Mas sich ingat Dia punya tahi lalat di atas dadanya."jawabnya sambil menunjuk tahi lalat di foto itu.Aku semakin terkejut mendengar jawaban Mas Seno. Karena itu area yang tidak mungkin diumbar."Lho. Mas. Itukan tempat pribadi, kok Mas bisa tahu ada tahi lalat disitu?"tanyaku dengan tatapan tajam.Mas Seno terlihat sedikit gugup terlihat dari cara duduknya sudah mulai sedikit gelisah."Oh. Iyu Dek. Dia sering mandi keluar hanya memakai handuk. Udah ah Dek. Gak usah di bahas, Mas mau ke toko dulu ya."jawabnya. Lalu bangkit dan langsung berangkat ke toko.Aku jadi semakin yakin jika Mas Seno memiliki rahasia

    Last Updated : 2023-01-28
  • Bagaikan Menu Warteg   BAB 20

    Bagaikan Menu WartegBAB 20Mbah Pon langsung mengajakku pulang. Setelah sampai rumah tangisku pecah. Aku tak bisa lagi menahannya.Mbah Pon terlihat panik melihat ku menangis. Mbah Pon langsung memeluk ku."Ada apa Nduk. Kenapa kamu menangis seperti ini?"tanyanya Lalu aku menceritakan semua yang aku dengar di warung milik Dewi dan ucapan Mas Seno setelah memakan-makanan yang kami bawa tadi.Mbah Pon terlihat menahan emosi karena wajahnya memerah."Nduk. Kam tidak boleh lemah."ucapnya sambil mengelus rambut ku"Tutik takut Mbah jika Mas Seno benar-benar selingkuh."jawabku"Jika kebenaran itu nyata. Maka kamu harus siap. Ingat kamu sedari kecil sudah sering kehilangan orang yang kamu sayangi. Apa sekarang kamu juga mau kehilangan lagi."tuturnya"Tapi Mbah. Hati Tutik sangat sakit. Tutik takut tidak bisa menerima kenyataan itu."jawab ku"Nduk. Kam harus bisa menjadi wanita yang kuat dan agresif. Kamu kasih pelajaran para wanita yang didekati oleh Seno. Setelah itu baru kamu kasih pelaj

    Last Updated : 2023-01-31
  • Bagaikan Menu Warteg   BAB 21

    Bagaikan Menu WartegBAB 21Aku menangis didalam kamar mandi. Aku seharusnya berhasil mendapat informasi dari Mas Seno. Tapi mengapa aku bisa ikut merasakan kenikmatan itu. Setelah selesai menenangkan diriku. Aku keluar dari kamar mandi. Mas Seno masih terlelap.Aku lalu membangunkannya karena Mbah Pon pasti sebentar lagi mengetuk pintu. Mengajak kami makan malam.Dan benar saja tak berselang lama mbah Pon memanggil kami."Nduk... Nak... Ayo makan."serunya"Iya Mbah."jawabku.Lalu aku membangunkan Mas Seno dan menyuruhnya untuk segera mandi. Setelah menyiapkan baju ganti Mas Seno. Aku keluar menemui Mbah Pon yang sudah menunggu di meja makan.Ketika di meja makan aku berbicara kepada Mbah Pon dengan mata berkaca-kaca."Mbah... Tutik gagal mencari informasi."ucapku"Kenapa kok bisa gagal."tanyanya sambil menatap ku"Eeehhhmmm... I-itu... A-anu..."ucapku bingung bagaimana cara menceritakan kepada Mbah Pon"Sudah jangan terburu-buru, masih banyak waktu untuk kamu merayu Seno."jawab mbah

    Last Updated : 2023-02-03
  • Bagaikan Menu Warteg   BAB 22

    Bagaikan Menu WartegBAB 22Tidak aku tidak boleh berpikir buruk dulu. Karena selama ini Mas Seno selalu perhatian dan penuh kasih sayang kepada ku. Jadi tidak mungkin Mas Seno menghianati ku.Aku masih pura-pura tidur ketika Mas Seno naik keatas ranjang. Mas Seno mengecup kening ku. Dan setelah itu dia tidur di samping ku sambil memelukku.Keesokan paginya Mbok Sumi sudah menyiapkan sarapan. Namun Mas Seno tidak mau sarapan katanya mau ketemu sama distributor karena banyak barang yang akan di pesan."Mas. Sarapan dulu."ajakku"Maaf Dek. Mas tidak bisa sarapan karena Mas mau ketemu sama distributor. Barang di toko banyak yang habis."jawabnya sambil merapikan rambut.Sebenarnya hatiku berkata jika mas Seno sedang berbohong.Tapi karena aku tidak mau merusak suasana hatiku. Maka aku biarkan saja Mas Seno pergi tanpa aku bertanya lebih jauh.Setelah mencium kening ku, Mas Seno langsung berangkat.Setelah kepergian Mas Seno . Aku lalu menghubungi Mbah Pon."Assalamualaikum Mbah.""Waalai

    Last Updated : 2023-02-06
  • Bagaikan Menu Warteg   BAB 23

    Bagaikan Menu WartegBAB 23Aku semakin tercengang mendengar penuturan Ibunya Susi. Bagaimana bisa seorang Ibu membiarkan anaknya menyerahkan hal yang sangat berharga kepada laki-laki beristri. Jujur sebenarnya aku kasihan melihat Susi. Tapi aku tidak boleh lemah. Dia harus di berberi pelajaran.Aku tidak lagi menggubris apapun yang mereka katakan. Aku pergi dengan menaiki motor itu. Susi dan Ibunya berteriak-teriak memanggil namaku. Namun tak ku hiraukan.Setelah sampai rumah. Mbok Sumi terkejut aku pulang mengendarai motor."Lho. Non habis beli motor?"tanyanya"Iya Mbok. Tadi Mas Seno ngasih kejutan."Jawabku berbohong"Lha itu mobil nganggur Non."tunjuknya kearah garasi"Biar saja Mbok. Nanti kalau sudah lahiran aku baru belajar nyetir. Kalau mengendarai motor aku bisa. Karena di kampung aku kemana-mana pake motor."jawabku."Mbok. Aku ke kamar dulu ya."imbuhkuLalu aku masuk kedalam kamar. Setelah sampai di dalam kamar aku langsung beristirahat.Entah mengapa aku tidak lagi menang

    Last Updated : 2023-02-13
  • Bagaikan Menu Warteg   BAB 24

    Setelah kepergian bayiku. Aku begitu kehilangan, aku benar-benar terpuruk. Hampir setiap hari aku menangisi kepergian anakku. Tapi aku sadar jika waktu terus berjalan, aku sadar ada Mas Seno yang butuh aku. Tiga bulan aku meratapi kepergian bayiku dan meratapi nasibku yang selalu kehilangan orang-orang yang aku sayangi. Mbah Pon, Ibu, Bapak, Bibik dan Mas Seno selalu menyemangati ku, menghibur ku.Setelah makan malam kami semua sedang berkumpul di ruang keluarga."Nduk, katanya kamu ingin membuat rumah petak."ucap Ibu mertua"Iya Bu. Tapi..."Jawabku"Nduk. Kamu harus ikhlas dengan kepergian anak mu. Kamu harus bangkit. Cari kesibukan agar kamu tidak selalu memikirkan anak mu."ucap Ibu"Iya, Nduk. Kamu harus cari kesibukan. Kamu mau bangun rumah petak di daerah mana? Nanti Mbah bantu carikan tanah yang di jual."imbuh Mbah Pon"Bener itu Nduk. Kami semua mendukung mu. Carilah kesibukan untuk mengobati luka bathinmu."imbuh BibikBibik langsung datang ketika mendengar tentang kematian b

    Last Updated : 2023-02-17
  • Bagaikan Menu Warteg   BAB 25

    Bagaikan Menu WartegBAB 25Setelah Paman mendatangi kertas kosong itu. Aku segera menyimpan sertifikat dan kertas tadi. Lalu aku membujuk Paman agar bisa meminjam kan sertifikat rumah Bik Sari."Paman. Bisa tolong Tutik sekali lagi."ucapku"Mau minta tolong apa lagi?"tanyanya sambil menghitung uang"Tolong bantu Tutik untuk meminjam sertifikat rumah Bik Sari. Karena pihak Bank maunya harus dua sertifikat kalau mau pinjaman cepat cair."jawabku."Kalau Paman. Tidak bisa bantu Tutik terpaksa harus menjual rumah baru itu."imbuh ku"Apa sertifikat rumah Paman masih belum cukup."tanyanya"Pihak Bank meminta dua sertifikat sebagai jaminan. Karena pinjaman Tutik cukup besar dan paman tahu sendiri kalau rumah di kampung pasti di hargai murah oleh mereka."jawabku."Paman tenang saja. Nanti kalau Bibik bersedia meminjamkan sertifikat rumahnya. Ada bonus sepuluh juta untuk Paman."imbuhku.Paman semakin berbinar mendengar aku akan memberinya bonus."Ambil saja Mas tawaran Tutik. Hari gini siapa y

    Last Updated : 2023-02-23
  • Bagaikan Menu Warteg   BAB 26

    Bagaikan Menu WartegBAB 26"Mas. Memang usia Dewi saat itu berapa?"tanyaku penasaran karena Mas Seno tadi mengucapkan jika waktu itu Dewi dibawah umur dan itu juga yang di pake senjata untuk memeras Mas Seno."Sembilan belas tahun Dek. Waktu itu pas ulang tahun Dewi."jawabnya "Mas! Itu bukan di bawah umur. Jika usia Dewi delapan belas atau tujuh belas tahun. Itu baru di bawah umur."ucapku dengan emosi"Masak kamu gak ngerti akan hal itu Mas! Atau semua ini hanya rekayasa kamu saja agar tetap bisa menikmati tubuh Dewi!"bentakku"Dek. Mas tahu. Tapi setiap Mas ngomong seperti itu keluarga Dewi selalu mengatakan jika Dewi di bawah umur. Karena Mas malas ribut dan Mas juga salah jadi Mas mengalah. Tapi Dek. Mas berani bersumpah, Mas tidak pernah menjanjikan Dewi sebuah pernikahan. Mas juga bingung kenapa Dewi tiba-tiba minta Mas nikahin. Padahal selama ini kami berkomunikasi baik dan setiap bulan Mas kirim uang ke Dewi dan bahkan Dewi juga bercerita kepada Mas jika dia sudah memiliki pa

    Last Updated : 2023-02-23

Latest chapter

  • Bagaikan Menu Warteg   BAB 30

    Bagaikan Menu WartegBAB 30Aku sangat terkejut ketika mendengar Mas Seno menyebut nama Susi. Apakah Mas Seno masih berhubungan dengan Susi?"Memang ada apa dengan Susi?"tanyaku"Dek. Mas benar-benar minta maaf tidak meminta ijin mu terlebih dahulu."jawabnya.Mendengar jawaban Mas Seno, aku jadi semakin gelisah, aku takut jika apa yang aku pikirkan ternyata benar."Ma-maksudnya!"ucapku"Dek. Mas yang menyuruh Susi dan ibunya untuk pindah dari kota ini. Dan maaf Mas juga membukakan warung untuk mereka sebagai permintaan maaf Mas."jawabnyaDEG... Ada apa lagi ini? Apakah Mas Seno selalu menyesali perbuatannya setelah meniduri para gadis-gadis itu?"Tapi, Dek. Mas tidak punya hubungan apapun sama Susi. Mas hanya memberikan sejumlah uang yang mereka minta. Dan setelah Mas kasih uang itu mereka pindah dan Mas tidak pernah lagi berkomunikasi dengan Susi."imbuhnya.Aku memandangi wajah Mas Seno. Terlihat ada kejujuran terpancar dari matanya."Mas. Apakah semua yang kamu katakan ini semuanya

  • Bagaikan Menu Warteg   BAB 29

    Bagaikan Menu WartegBAB 29Aku lalu menurunkan Mbok di depan rumah. Aku lalu meminta supir taksi untuk mengantarku ke toko.Setelah sampai di toko dan membayar taksi tadi. Aku langsung menemui Mas Seno untuk menanyakan kebenaran tentang apa yang Ria ucapkan tadi.Aku lihat toko masih terlihat sepi. Aku lalu langsung ke meja kasir, karena Mas Seno sedang duduk disana."Mas... Bisa kita bicara sebentar."ucapku dengan pelan agar para karyawan tidak curiga."Mau bicara apa Dek?"tanyanya"Penting. Ayo kita cari tempat di luar jangan disini tidak enak di dengar karyawan."jawabku"Oke... Mas kasih tahu mereka dulu. Untuk menjaga toko."ucapnya.Lalu Mas Seno memanggil salah satu karyawan dan memberitahu jika kami akan pergi keluar sebentar.Setelah itu kami pergi dengan menaiki mobil Mas Seno. Kami menuju sebuah cafe yang tidak terlalu jauh dari toko.Setelah sampai cafe dan memesan makanan. Aku mulai bertanya kepada Mas Seno."Mas. Tolong jawab dengan jujur."ucapku"Mau tanya apa sich Dek?"j

  • Bagaikan Menu Warteg   BAB 28

    Bagaikan Menu WartegBAB 28Sedih, sakit, hancur, ya itulah yang aku rasakan saat ini.Tapi aku tidak boleh lemah. Aku tahu jika Mas Seno sekarang ingin berubah. Karena sudah beberapa kali Mas Seno menolak Dewi maupun Ria.Aku akan memberi pelajaran kepada Ria. Jangan sampai dia menjadi duri di dalam rumah tangga ku.Setelah sedikit tenang aku lalu keluar dari kamar mandi.Mas Seno masih terlelap. Sepertinya dia sangat capek karena tadi habis ngewarteg.Karena tidak bisa tidur. Aku duduk di balkon sambil mencari udara segar.Setelah beberapa saat aku kembali masuk, karena sudah larut malam.Setelah itu aku beristirahat. Aku mencoba untuk bisa memejamkan mata.Dan akhirnya aku bisa tertidur.Keesokan paginya.Rutinitas ku seperti biasa, menyiapkan sarapan untuk Mas Seno. Sedangkan Mbok Sumi membersihkan rumah.Setelah selesai sarapan Mas Seno berangkat ke toko.Setelah Kepergian Mas Seno. Aku menghubungi mbah Pon, untuk menanyakan progres pembangunan rumah petak ku."Mbah... Bagaimana

  • Bagaikan Menu Warteg   BAB 27

    Bagaikan Menu WartegBAB 27Karena melihat kondisi ku yang tidak memungkinkan. Mas Seno lalu mengajak ku untuk pulang ke rumah.Setelah sampai rumah aku langsung masuk kedalam kamar untuk menenangkan diri. Jujur aku masih sangat terkejut. Mas Seno meminta Mbok Sumi untuk membuatkan teh hangat untuk ku. Setelah itu Mas Seno kembali ke toko.Ketika aku sedang mencoba menenangkan diri, tiba-tiba hp ku berbunyi.Aku segera mengangkatnya karena penasaran siapa yang menghubungi ku dengan nomor baru."Hallo.""He! Perempuan kampung! Enyah kamu dari kehidupan Seno!""Ria! Ooo... Jadi kamu yang tadi mau menabrak ku.""Ha...ha...ha... Itu baru permulaan. Ingat jika kamu tidak segera pergi dari kehidupan Seno. Maka aku akan melakukan yang lebih parah dari itu.""Kamu pikir aku takut dengan ancaman mu!""OOO... Kamu nantangin aku!""Sebenarnya apa sich mau mu itu. Ha!""Aku mau rujuk sama Seno. Tapi karena ada kamu. Seno tidak mau.""Ha...ha...ha... Kamu gak malu sebagai wanita? Sudah di tolak m

  • Bagaikan Menu Warteg   BAB 26

    Bagaikan Menu WartegBAB 26"Mas. Memang usia Dewi saat itu berapa?"tanyaku penasaran karena Mas Seno tadi mengucapkan jika waktu itu Dewi dibawah umur dan itu juga yang di pake senjata untuk memeras Mas Seno."Sembilan belas tahun Dek. Waktu itu pas ulang tahun Dewi."jawabnya "Mas! Itu bukan di bawah umur. Jika usia Dewi delapan belas atau tujuh belas tahun. Itu baru di bawah umur."ucapku dengan emosi"Masak kamu gak ngerti akan hal itu Mas! Atau semua ini hanya rekayasa kamu saja agar tetap bisa menikmati tubuh Dewi!"bentakku"Dek. Mas tahu. Tapi setiap Mas ngomong seperti itu keluarga Dewi selalu mengatakan jika Dewi di bawah umur. Karena Mas malas ribut dan Mas juga salah jadi Mas mengalah. Tapi Dek. Mas berani bersumpah, Mas tidak pernah menjanjikan Dewi sebuah pernikahan. Mas juga bingung kenapa Dewi tiba-tiba minta Mas nikahin. Padahal selama ini kami berkomunikasi baik dan setiap bulan Mas kirim uang ke Dewi dan bahkan Dewi juga bercerita kepada Mas jika dia sudah memiliki pa

  • Bagaikan Menu Warteg   BAB 25

    Bagaikan Menu WartegBAB 25Setelah Paman mendatangi kertas kosong itu. Aku segera menyimpan sertifikat dan kertas tadi. Lalu aku membujuk Paman agar bisa meminjam kan sertifikat rumah Bik Sari."Paman. Bisa tolong Tutik sekali lagi."ucapku"Mau minta tolong apa lagi?"tanyanya sambil menghitung uang"Tolong bantu Tutik untuk meminjam sertifikat rumah Bik Sari. Karena pihak Bank maunya harus dua sertifikat kalau mau pinjaman cepat cair."jawabku."Kalau Paman. Tidak bisa bantu Tutik terpaksa harus menjual rumah baru itu."imbuh ku"Apa sertifikat rumah Paman masih belum cukup."tanyanya"Pihak Bank meminta dua sertifikat sebagai jaminan. Karena pinjaman Tutik cukup besar dan paman tahu sendiri kalau rumah di kampung pasti di hargai murah oleh mereka."jawabku."Paman tenang saja. Nanti kalau Bibik bersedia meminjamkan sertifikat rumahnya. Ada bonus sepuluh juta untuk Paman."imbuhku.Paman semakin berbinar mendengar aku akan memberinya bonus."Ambil saja Mas tawaran Tutik. Hari gini siapa y

  • Bagaikan Menu Warteg   BAB 24

    Setelah kepergian bayiku. Aku begitu kehilangan, aku benar-benar terpuruk. Hampir setiap hari aku menangisi kepergian anakku. Tapi aku sadar jika waktu terus berjalan, aku sadar ada Mas Seno yang butuh aku. Tiga bulan aku meratapi kepergian bayiku dan meratapi nasibku yang selalu kehilangan orang-orang yang aku sayangi. Mbah Pon, Ibu, Bapak, Bibik dan Mas Seno selalu menyemangati ku, menghibur ku.Setelah makan malam kami semua sedang berkumpul di ruang keluarga."Nduk, katanya kamu ingin membuat rumah petak."ucap Ibu mertua"Iya Bu. Tapi..."Jawabku"Nduk. Kamu harus ikhlas dengan kepergian anak mu. Kamu harus bangkit. Cari kesibukan agar kamu tidak selalu memikirkan anak mu."ucap Ibu"Iya, Nduk. Kamu harus cari kesibukan. Kamu mau bangun rumah petak di daerah mana? Nanti Mbah bantu carikan tanah yang di jual."imbuh Mbah Pon"Bener itu Nduk. Kami semua mendukung mu. Carilah kesibukan untuk mengobati luka bathinmu."imbuh BibikBibik langsung datang ketika mendengar tentang kematian b

  • Bagaikan Menu Warteg   BAB 23

    Bagaikan Menu WartegBAB 23Aku semakin tercengang mendengar penuturan Ibunya Susi. Bagaimana bisa seorang Ibu membiarkan anaknya menyerahkan hal yang sangat berharga kepada laki-laki beristri. Jujur sebenarnya aku kasihan melihat Susi. Tapi aku tidak boleh lemah. Dia harus di berberi pelajaran.Aku tidak lagi menggubris apapun yang mereka katakan. Aku pergi dengan menaiki motor itu. Susi dan Ibunya berteriak-teriak memanggil namaku. Namun tak ku hiraukan.Setelah sampai rumah. Mbok Sumi terkejut aku pulang mengendarai motor."Lho. Non habis beli motor?"tanyanya"Iya Mbok. Tadi Mas Seno ngasih kejutan."Jawabku berbohong"Lha itu mobil nganggur Non."tunjuknya kearah garasi"Biar saja Mbok. Nanti kalau sudah lahiran aku baru belajar nyetir. Kalau mengendarai motor aku bisa. Karena di kampung aku kemana-mana pake motor."jawabku."Mbok. Aku ke kamar dulu ya."imbuhkuLalu aku masuk kedalam kamar. Setelah sampai di dalam kamar aku langsung beristirahat.Entah mengapa aku tidak lagi menang

  • Bagaikan Menu Warteg   BAB 22

    Bagaikan Menu WartegBAB 22Tidak aku tidak boleh berpikir buruk dulu. Karena selama ini Mas Seno selalu perhatian dan penuh kasih sayang kepada ku. Jadi tidak mungkin Mas Seno menghianati ku.Aku masih pura-pura tidur ketika Mas Seno naik keatas ranjang. Mas Seno mengecup kening ku. Dan setelah itu dia tidur di samping ku sambil memelukku.Keesokan paginya Mbok Sumi sudah menyiapkan sarapan. Namun Mas Seno tidak mau sarapan katanya mau ketemu sama distributor karena banyak barang yang akan di pesan."Mas. Sarapan dulu."ajakku"Maaf Dek. Mas tidak bisa sarapan karena Mas mau ketemu sama distributor. Barang di toko banyak yang habis."jawabnya sambil merapikan rambut.Sebenarnya hatiku berkata jika mas Seno sedang berbohong.Tapi karena aku tidak mau merusak suasana hatiku. Maka aku biarkan saja Mas Seno pergi tanpa aku bertanya lebih jauh.Setelah mencium kening ku, Mas Seno langsung berangkat.Setelah kepergian Mas Seno . Aku lalu menghubungi Mbah Pon."Assalamualaikum Mbah.""Waalai

DMCA.com Protection Status