Share

BAB 06

Penulis: Yuliswar
last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-09 22:15:11

Bagaikan Menu Warteg 

BAB 06

Aku sedikit tenang karena aku tak melihat Mas Seno, karena tubuhku hanya di tutupi dengan sebuah handuk sebatas dada.

Belum juga aku sepenuhnya tenang. Tiba-tiba aku merasakan sebuah pelukan dari belakang.

Mas Seno memelukku dari belakang. Aku jadi kaget dan mulai takut. Mas Seno memelukku sangat erat. Nafasnya sedikit memburu.

"Mas, tolong lepaskan, Mas tahu kan aku lagi datang bulan."ucapku dengan degub jantung yang tak beraturan.

"Mas... Tahu kamu berbohong sayang... Mas melihat mu tadi subuh sholat."ucapnya dengan nada sedikit berat.

Hembusan nafas Mas Seno di telinga ku membuat bulu kuduk meremang.

Mas Seno lalu membalikkan badanku. Mas Seno mulai mendekat kan wajahnya ke wajahku, jarak kami sudah sangat dekat hingga hembusan nafas mas Seno terasa sangat dekat, mas Seno mulai mencium kening, pipi dan leherku, aku jadi semakin takut tanpa sadar aku menangis.

Mas seno mengabaikan tangisanku, Mas Seno tidak menghentikan aksinya, Mas Seno terus menciumi leherku dan naik ke bibirku, bibirku di lumatnya seperti seorang yang sangat kelaparan.

Mas Seno masih melumat bibirku dan tangannya mulai bergerilya kemana-mana, aku mencoba untuk menahan tangannya. Namun tenaga ku tidak sekuat Mas Seno. 

Aku kalah... Ya senja itu akau kalah oleh Mas Seno.

Mas Seno mengangkat tubuhku dan di baringkan diatas kasur. 

"Sayang... Hari inj adalah hari dimana kamu akan resmi menjadi milik Mas seutuhnya."bisiknya

Aku tidak menjawab hanya air mata ku yang semakin deras.

"Jangan menangis sayang... Mas tidak akan menyakiti mu. Mas akan buat kamu melayang merasakan kenikmatan yang belum pernah kamu rasakan."bisiknya.

Mas Seno semakin beringas mencumbui ku. Aku sudah benar-benar pasrah, karena sekuat apapun aku takkan bisa mengalahkan mas Seno.

Aku sedikit berteriak ketika merasakan ada sesuatu yang memaksa masuk dan terasa ada robek di bagian bawah, rasanya sangat sakit dan perih.

Mas seno langsung melumat bibirku. Setelah itu Mas Seno melakukan gerakan yang sangat lembut tidak seperti tadi.

Hingga beberapa saat kemudian Mas Seno nafasnya memburu dan dengan gerakan yang sedikit cepat sambil melenguh.... ah...ah...ah...Rica-rica ayam sayangggg.

Setelah mengatakan itu Mas Seno terkulai lemas diatas ku.

Setelah beberapa saat Mas Seno bangkit dari tubuhku dan Sebelum pergi ke kamar mandi Mas Seno mengecup kening ku.

"Terima kasih sayang."ucapnya dengan lembut

Aku hanya bisa menangis sambil menarik selimut untuk menutupi tubuhku.

Setelah selesai membersihkan diri, Mas Seno menghampiri ku yang masih terisak di atas ranjang.

"Dek, maafin Mas. Mas tadi tidak tahan lagi."ucapnya dengan lembut

"Mas jahat. Kenapa Mas tidak bisa bersabar sedikit saja. Setidaknya tunggu aku benar-benar siap."ucapku dengan tangis

Mas Seno langsung memelukku dengan erat. 

"Dek, Mas adalah suamimu jadi Mas berhak meminta itu dari mu."ucapnya sambil membelai rambut ku

"Aku tahu Mas. Tapi apa mas tidak bisa menahannya sampai aku benar-benar siap."jawabku marah

"Maaf Dek, Mas janji, Mas tidak akan mengulanginya lagi sampai kamu benar-benar siap melayani mas."ucapnya dengan wajah sedikit terlihat menyesal

Lalu Mas Seno membantuku untuk ke kamar mandi.

Di dalam kamar mandi. aku nyalakan air untuk mengguyur tubuhku, aku merasakan perih yang luar biasa di bagian bawah.

Setelah cukup lama di kamar mandi aku keluar dengan sedikit tertatih karena rasa sakit itu.

Ketika aku keluar kamar mandi Mas Seno ternyata sudah mengganti seprai.

Karena warna seprai yang tadi berbeda dengan yang sekarang.

Aku mengacuhkan Mas Seno, jujur aku sangat kecewa dan marah dengan apa yang di lakukan Mas Seno tadi.

Mas Seno tersenyum ke arah ku.

"Yang... Makan yok. Mbah sudah nunggu kita di meja makan."ajaknya

"Kamu gak lihat Mas! Aku jalan aja susah."Jawab ku dengan nada ketus

Mas Seno tersenyum mendengar jawaban ku.

"Itu hanya sementara saja kok Sayang. Dua hari juga sembuh."jawabnya enteng

"Apa! Dua hari aku harus merasakan sakit? Terus bagaimana aku bisa bantuin Mbah dan Ibuk memasak."gerutu ku

"Hahahaha... Sayang. Disini tugas mu hanya melayani Mas. Urusan masak ada Si Mbok, dan Ibuk selalu ke toko pusat setiap hari. Jadi yang ada cuma Mbah."jelasnya

"Jadi Ibuk tidak pernah di rumah?"tanyaku lagi

Mas Seno menggeleng.

"Ibuk bertugas di toko pusat, sedangkan Bapak di cabang kedua dan Mas di toko Mas sendiri. Jadi nanti kamu temani Mbah ya Sayang. Mbah orangnya asyik kok dan gaul jadi kamu pasti cocok dengannya."imbuhnya

"Ya sudah Mas turun dulu mau makan. Kamu disini saja nanti Mas suruh Si Mbok bawakan nasi kesini."ucapnya dengan lembut dan berjalan mendekat kearah ku.

Mas Seno hendak mencium ku namun aku mengelak.

"Masih marah rupanya."godanya 

Aku diam tak membalas ucapannya. Mas Seno lalu keluar kamar.

Aku berbaring di tempat tidur. Setelah beberapa menit pintu kamar di ketuk.

Tok... Tok... Tok...

"Masuk saja Mbok."seruku

Pintu lalu terbuka, dan aku terkejut ternyata yang membuka pintu bukan si Mbok tapi Mbah Pon.

Ketika aku akan bangkit Mbah Pon melarangku.

"Sudah Nduk, baring saja, Mbah bawain makanan."ucapnya sambil berjalan mendekat kearah ku sambil membawa nampan berisi nasi dan lauk pauk.

Aku hanya mengangguk. Mbah Pon berjalan mendekat kearah ku dan menaruh nampan di atas pangkuan ku.

Mbah Pon duduk disamping ku.

"Nduk. Kenapa kamu bersedih?"tanyanya

"Gak apa-apa Mbah. Tutik teringat Bapak sama Bibik di kampung."jawab ku berbohong

"Nduk. Anggap keluarga di sini sama seperti keluarga mu di kampung."ujarnya

"I-iya Mbah."jawabku dengan mata berkaca-kaca

"Seno adalah seorang laki-laki yang baik dan bertanggung jawab Nduk, yakinlah Dia akan menjadi seorang suami yang bisa kamu banggakan."ujarnya

Aku diam mendengar penuturan si Mbah. Bagiku Mas Seno hanyalah seorang Laki-laki yang egois.

"Nduk. Saat ini mungkin kamu tersiksa menikah dengan Seno karena kamu belum memiliki perasaan terhadap. Mbah mengerti perasaan mu saat ini, Seno sudah menceritakan semuanya kepada Mbah."imbuhnya

Aku sangat terkejut mendengar penuturan si Mbah. Aku langsung menatap wajah si Mbah.

"Ma-maksudnya Mbah?"tanyaku penasaran

"Seno sudah bercerita jika kamu marah karena Seno menuntut haknya."jawab Mbah Pon sambil tersenyum

Aku yang mendengar hal itu jadi merah wajahku, marah, kesal dan malu menjadi satu. Aku jadi semakin kesal dan benci dengan Mas Seno. Bisa-bisanya hal seperti itu di ceritakan ke Neneknya.

"Nduk. Seharusnya kamu senang karena segel yang seharusnya milik suami mu bisa kamu serahkan kepada yang benar-benar berhak. Coba kamu lihat ditivi-tivi itu banyak gadis yang dengan mudah memberikan segelnya kepada laki-laki yang belum tentu menjadi suaminya, akhirnya hamil kalau gak digugurkan ya di buang. Jadi kamu harus bersyukur karena segel itu yang menerima suami mu."jelasnya.

Wajahku semakin memerah, Mbah Pon lalu mengelus rambut ku dan mencium kening ku.

"Mbah yakin kamu adalah istri yang baik untuk cucu Mbah. Dan jangan terlalu formal sama Mbah, anggap Mbah ini teman agar kamu bisa berbagi cerita dengan Mbah."imbuhnya.

Aku masih diam, aku benar-benar gak habis pikir hal serahasia seperti itu bisa-bisanya di ceritakan kepada orang.

Bab terkait

  • Bagaikan Menu Warteg   BAB 07

    Bagaikan Menu WartegBAB 07Setelah memberiku pengertian Mbah pamit keluar, karena mau mengajak si Mbok berbelanja bulanan.Setelah kepergian Mbah Pon, Mas Seno masuk ke kamar."Mas! Kenapa Mas cerita sama si Mbah!"hardikku"Memang kenapa Dek?"tanyanya polos"Apa Mas gak malu! Bahas hal seperti itu sama Mbah?"ucapku ketus"Malu? Untuk apa malu Dek? Aku cuma sekedar sharing sama Mbah tentang seorang wanita yang menangis karena suaminya meminta haknya. Apa itu salah?"ucapnya santai"Salah! Itu sangat salah!"protes ku"Salahnya dimana?"jawabnya"Mas! Bukankah kamu sudah pernah menikah. Jadi apa gak malu kamu bertanya hal seperti itu kepada Mbah!"ujarku dengan nada tinggiMas Seno tidak lagi menjawab perkataan ku.Mas Seno pergi keluar kamar, mungkin Dia tersinggung karena aku tadi membentaknya.Setelah kepergian Mas Seno, aku bangkit dari tempat tidur, aku mengambil handphone ku yang sedari tadi di atas meja.Aku lihat banyak panggilan masuk dari nomor Bibik. Aku lalu segera menghubungi

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-11
  • Bagaikan Menu Warteg   BAB 08

    Bagaikan Menu WartegBAB 08Aku naik ke atas untuk segera mandi, dan untuk membangunkan Mas Seno.Setelah mandi aku lihat Mas Seno sudah duduk di tepi ranjang, sepertinya Dia baru bangun."Mas. Mandi lalu sarapan."perintah ku Mas Seno lalu bangkit dan masuk ke dalam kamar mandi, sedangkan aku menyiapkan baju untuk Mas Seno.Setelah menyiapkan baju aku kembali turun. Aku melihat Mbah Pon sedang sibuk menerima telepon.Lalu aku ke dapur untuk membuatkan teh untuk semua keluarga.Setelah selesai membuat teh, aku memanggil Bapak dan Ibu."Pak, Bu, sarapan sudah siap."seruku dari balik pintu"Oh. Iya Nduk,"jawab merekaLalu aku kembali ke kamar untuk memanggil Mas Seno."Mas, ayo sarapan sudah siap. Ibu sama Bapak sudah menunggu."ucapku"Eeehhhmmm... Dek, tunggu."serunya"Ada apa? tanyaku"Eeehhhmmm itu, tolong kesini sebentar."pintanya"Ogah! Nanti seperti kemarin!"tolakku"Hahahaha... Masih kesal ya..."godanya"Sudah ayo turun."ajakkuLalu Mas Seno mengekor di belakang ku.Ketika sampai

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-13
  • Bagaikan Menu Warteg   BAB 09

    Bagaikan Menu WartegBAB 09Keesokan paginya seperti kemarin, aku menyiapkan sarapan untuk semuanya.Kali ini aku masak sedikit lebih banyak karena Ibu sama Bapak mau bawa bekal.Kami sarapan bersama, Ibu dan Bapak mertua orangnya super sibuk, sampai gak pernah punya waktu luang. Waktu mereka dihabiskan untuk mengurus toko masing-masing.Setelah sarapan Bapak dan Ibu langsung berangkat ke toko. Mereka mengendarai mobil masing-masing, karena toko mereka taksearah.Sedangkan aku membantu Mbok Sumi membersihkan meja dan mencuci piring.Setelah selesai membersihkan peralatan makan, aku menyuruh Mbok Sumi dan yang lain untuk sarapan, sedangkan aku kembali naik ke kamar ku.Aku segera mandi dan berganti baju karena Mbah Pon mau mengajakku jalan-jalan dan berbelanja.Setelah selesai bersiap aku segera turun dan menuju kamar Mbah Pon.Tok... Tok... Tok... "Mbah, ayo. Tutik sudah siap."seruku dari balik pintu"Iya. Sebentar Nduk."jawabnya. Tak berselang lama pintu kamar terbuka, Mbah Pon terl

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-16
  • Bagaikan Menu Warteg   BAB 10

    Bagaikan Menu WartegBAB 10Adzan subuh berkumandang, aku terbangun namun, kepala ku terasa sedikit pusing. Aku mencoba untuk bangkit dari tempat tidur.Namun betapa terkejutnya diriku, ketika melihat tubuhku tanpa sehelai kain yang melekat. Aku langsung melihat ke dalam samping dan lagi-lagi mataku di kejutkan dengan pemandangan yang sangat sangat luar biasa."Mas! Apa yang sudah kamu lakukan!"ujarku sambil menggoyangkan tubuhnyaMas Seno langsung terlonjak kaget."Ada apa Dek?"tanyanya sambil mengucek mata"Ini! Apa yang terjadi? Kenapa aku bisa seperti ini!"bentakku"Kan. Tadi malam Adek sendiri yang minta kepada Mas."jawabnya lembut"Bohong! Tidak mungkin! Mas bohong kan!"ujarku sambil sedikit berteriak"Dek. Untuk apa Mas berbohong? Adek mau bukti?"tanyanya meyakinkan ku"Ma-maksudnya Mas?"aku tanya balik"Mas, tadi malam merekam semuanya untuk jadi bukti. Takutnya nanti Mas di kira berbohong."jawabnya dengan senyumLalu Mas Seno mengambil handphone yang di taruhnya di atas meja.

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-19
  • Bagaikan Menu Warteg   BAB 11

    Bagaikan Menu WartegBAB 11Kami semua makan malam bersama.Setelah makan malam, semua seperti biasa Bapak dan Ibu ijin untuk beristirahat.Sebenarnya aku pengen banget bisa lebih dekat dengan Bapak dan Ibu, karena selama disini jarang sekali kami ngobrol.Tapi setiap pulang dari toko beliau terlihat sangat lelah jadi gak tega meminta mereka untuk bisa meluangkan waktu untuk ku.Aku, Mbah Pon, dan Mas Seno masih di meja makan."Nak. Besok istri mu ajak ke toko."perintahnya Mbah Pon"Eeehhhmmm..."Mas Seno seperti sedang berpikir"Jangan takut, Dia berbeda."ucap si mbah"Baiklah Mbah."jawab Mas Seno"Nduk. Besok ikut suami mu ke toko biar tahu segede apa toko suami mu."ucapnya kepada ku"Tapi nanti Mbah sama siapa di rumah?"tanyaku"Mbah, mau keluar kota, besok subuh berangkat diantar supir."jawabnyaAku lalu mengangguk.Mbah pamit ke kamar untuk menyiapkan semua keperluan untuk ke luar kota, Sebenarnya aku sudah menawark bantuan tapi si Mbah menolak. Si Mbah menyuruhku untuk melayani M

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-23
  • Bagaikan Menu Warteg   BAB 12

    Bagaikan Menu WartegBAB 12Gadis bernama Susi itu menghentakkan kakinya dan langsung kembali ke dalam.Sedangkan Mas Seno terlihat biasa saja dan langsung memesan makanan untuk karyawan dan untuk kami."Dek. Makannya di toko saja ya."ucapnya"Iya Mas." JawabkuSetelah menyebutkan beberapa lauk yang Mas Seno inginkan, dengan cekatan wanita bernama Wanti itu membungkuskan pesanan Mas Seno.Enam buah nasi bungkus sudah selesai di bungkus, lalu Mas Seno membayarnya."Ini nanti sisanya kasih untuk Susi, bilang jangan suka ngambek."ucap Mas Seno sambil menyodorkan uang beberapa lembar berwarna merah."Beres Bos."jawab wanita ituSebenarnya aku heran, kenapa gadis itu marah ketika Mas Seno membawa ku? Dan kenapa Mas Seno terlalu peduli pada gadis itu sampai mau mengeluarkan uang untuk mereda kemarahannya.Setelah memberikan uang kepada Wanti, Mas Seno lalu mengajak ku untuk kembali ke toko.Karyawan Mas Seno langsung makan dan beristirahat, toko di tutup sekitar satu jam.Aku yang tadi bers

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-28
  • Bagaikan Menu Warteg   BAB 13

    Satu Minggu kemudian.Sesuai kesepakatan kami membayar setengah dari harga yang di sepakati.Setelah surat menyurat selesei baru pelunasan.Ibu mertua meminta sertifikat rumah atas nama ku. Awalnya aku menolak. Karena tidak enak dengan Mas Seno, tapi karena Mas Seno tidak keberatan akhirnya aku tidak bisa menolak lagi."Nduk. Sertifikat atas nama mu saja.""Ta-tapi Bu.""Ini Ibu belikan sebagai hadiah untuk pernikahan kalian.""Kenapa gak atas nama Mas Seno saja Bu?""Rumah yang sekarang kami tempati ini haknya Seno. Jadi rumah itu hak kamu.""Ta-tapi Bu.""Sudah Dek. Terima saja. Rejeki jangan di tolak."sela Mas Seno."Ba-baik lah Bu. Tutik terima hadiah dari Ibu.""Nah. Gitu dong Nduk.""Terima kasih banyak Bu.""Iya sama-sama Nduk. Oh iya kapan kalian akan pindah?""Tunggu rumahnya selesei di bersihkan dan di cat ulang Bu.""Ya sudah kalau begitu. Minta sama Seno untuk menemani mu membeli perabotan rumah.""Iya Bu."Setelah selesai di bersihkan dan di cat ulang. Kami mulai membeli

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-02
  • Bagaikan Menu Warteg   BAB 14

    Satu Minggu kemudian.Hari ini kami akan pindah ke rumah baru. Bapak dan Ibu tidak membuka tokonya hari ini. Karena mereka ingin membantu kami pindahan.Sebenarnya tidak banyak barang yang kami bawa. Kami hanya membawa baju saja. Karena di rumah baru semua perlengkapan rumah sudah kami beli seminggu yang lalu.Kami berangkat beriringan. Menggunakan tiga mobil, Bapak, Ibu, Mbok, satu mobil. Sedangkan aku dan Mas Seno, satu mobil. Lalu mobil hadiah dari Bapak supir yang mengendarai. Karena Bapak maunya nanti aku segera bisa menyetir sendiri.Setelah sampai rumah kami lalu menurunkan dua koper. Ya karena memang hanya itu barang yang kami bawa.Bapak dan Ibu sangat senang dengan rumah baru kami. Kata mereka walaupun kecil tapi sangat nyaman dan asri.Sebenarnya aku meminta Ibu dan Bapak untuk menginap di sini untuk beberapa hari, namun mereka menolak karena mereka tidak mau mengganggu kami bulan madu katanya."Pak, Bu. Menginap lah disini untuk beberapa hari."pintaku"Bukan Ibu sama Bapak

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-06

Bab terbaru

  • Bagaikan Menu Warteg   BAB 30

    Bagaikan Menu WartegBAB 30Aku sangat terkejut ketika mendengar Mas Seno menyebut nama Susi. Apakah Mas Seno masih berhubungan dengan Susi?"Memang ada apa dengan Susi?"tanyaku"Dek. Mas benar-benar minta maaf tidak meminta ijin mu terlebih dahulu."jawabnya.Mendengar jawaban Mas Seno, aku jadi semakin gelisah, aku takut jika apa yang aku pikirkan ternyata benar."Ma-maksudnya!"ucapku"Dek. Mas yang menyuruh Susi dan ibunya untuk pindah dari kota ini. Dan maaf Mas juga membukakan warung untuk mereka sebagai permintaan maaf Mas."jawabnyaDEG... Ada apa lagi ini? Apakah Mas Seno selalu menyesali perbuatannya setelah meniduri para gadis-gadis itu?"Tapi, Dek. Mas tidak punya hubungan apapun sama Susi. Mas hanya memberikan sejumlah uang yang mereka minta. Dan setelah Mas kasih uang itu mereka pindah dan Mas tidak pernah lagi berkomunikasi dengan Susi."imbuhnya.Aku memandangi wajah Mas Seno. Terlihat ada kejujuran terpancar dari matanya."Mas. Apakah semua yang kamu katakan ini semuanya

  • Bagaikan Menu Warteg   BAB 29

    Bagaikan Menu WartegBAB 29Aku lalu menurunkan Mbok di depan rumah. Aku lalu meminta supir taksi untuk mengantarku ke toko.Setelah sampai di toko dan membayar taksi tadi. Aku langsung menemui Mas Seno untuk menanyakan kebenaran tentang apa yang Ria ucapkan tadi.Aku lihat toko masih terlihat sepi. Aku lalu langsung ke meja kasir, karena Mas Seno sedang duduk disana."Mas... Bisa kita bicara sebentar."ucapku dengan pelan agar para karyawan tidak curiga."Mau bicara apa Dek?"tanyanya"Penting. Ayo kita cari tempat di luar jangan disini tidak enak di dengar karyawan."jawabku"Oke... Mas kasih tahu mereka dulu. Untuk menjaga toko."ucapnya.Lalu Mas Seno memanggil salah satu karyawan dan memberitahu jika kami akan pergi keluar sebentar.Setelah itu kami pergi dengan menaiki mobil Mas Seno. Kami menuju sebuah cafe yang tidak terlalu jauh dari toko.Setelah sampai cafe dan memesan makanan. Aku mulai bertanya kepada Mas Seno."Mas. Tolong jawab dengan jujur."ucapku"Mau tanya apa sich Dek?"j

  • Bagaikan Menu Warteg   BAB 28

    Bagaikan Menu WartegBAB 28Sedih, sakit, hancur, ya itulah yang aku rasakan saat ini.Tapi aku tidak boleh lemah. Aku tahu jika Mas Seno sekarang ingin berubah. Karena sudah beberapa kali Mas Seno menolak Dewi maupun Ria.Aku akan memberi pelajaran kepada Ria. Jangan sampai dia menjadi duri di dalam rumah tangga ku.Setelah sedikit tenang aku lalu keluar dari kamar mandi.Mas Seno masih terlelap. Sepertinya dia sangat capek karena tadi habis ngewarteg.Karena tidak bisa tidur. Aku duduk di balkon sambil mencari udara segar.Setelah beberapa saat aku kembali masuk, karena sudah larut malam.Setelah itu aku beristirahat. Aku mencoba untuk bisa memejamkan mata.Dan akhirnya aku bisa tertidur.Keesokan paginya.Rutinitas ku seperti biasa, menyiapkan sarapan untuk Mas Seno. Sedangkan Mbok Sumi membersihkan rumah.Setelah selesai sarapan Mas Seno berangkat ke toko.Setelah Kepergian Mas Seno. Aku menghubungi mbah Pon, untuk menanyakan progres pembangunan rumah petak ku."Mbah... Bagaimana

  • Bagaikan Menu Warteg   BAB 27

    Bagaikan Menu WartegBAB 27Karena melihat kondisi ku yang tidak memungkinkan. Mas Seno lalu mengajak ku untuk pulang ke rumah.Setelah sampai rumah aku langsung masuk kedalam kamar untuk menenangkan diri. Jujur aku masih sangat terkejut. Mas Seno meminta Mbok Sumi untuk membuatkan teh hangat untuk ku. Setelah itu Mas Seno kembali ke toko.Ketika aku sedang mencoba menenangkan diri, tiba-tiba hp ku berbunyi.Aku segera mengangkatnya karena penasaran siapa yang menghubungi ku dengan nomor baru."Hallo.""He! Perempuan kampung! Enyah kamu dari kehidupan Seno!""Ria! Ooo... Jadi kamu yang tadi mau menabrak ku.""Ha...ha...ha... Itu baru permulaan. Ingat jika kamu tidak segera pergi dari kehidupan Seno. Maka aku akan melakukan yang lebih parah dari itu.""Kamu pikir aku takut dengan ancaman mu!""OOO... Kamu nantangin aku!""Sebenarnya apa sich mau mu itu. Ha!""Aku mau rujuk sama Seno. Tapi karena ada kamu. Seno tidak mau.""Ha...ha...ha... Kamu gak malu sebagai wanita? Sudah di tolak m

  • Bagaikan Menu Warteg   BAB 26

    Bagaikan Menu WartegBAB 26"Mas. Memang usia Dewi saat itu berapa?"tanyaku penasaran karena Mas Seno tadi mengucapkan jika waktu itu Dewi dibawah umur dan itu juga yang di pake senjata untuk memeras Mas Seno."Sembilan belas tahun Dek. Waktu itu pas ulang tahun Dewi."jawabnya "Mas! Itu bukan di bawah umur. Jika usia Dewi delapan belas atau tujuh belas tahun. Itu baru di bawah umur."ucapku dengan emosi"Masak kamu gak ngerti akan hal itu Mas! Atau semua ini hanya rekayasa kamu saja agar tetap bisa menikmati tubuh Dewi!"bentakku"Dek. Mas tahu. Tapi setiap Mas ngomong seperti itu keluarga Dewi selalu mengatakan jika Dewi di bawah umur. Karena Mas malas ribut dan Mas juga salah jadi Mas mengalah. Tapi Dek. Mas berani bersumpah, Mas tidak pernah menjanjikan Dewi sebuah pernikahan. Mas juga bingung kenapa Dewi tiba-tiba minta Mas nikahin. Padahal selama ini kami berkomunikasi baik dan setiap bulan Mas kirim uang ke Dewi dan bahkan Dewi juga bercerita kepada Mas jika dia sudah memiliki pa

  • Bagaikan Menu Warteg   BAB 25

    Bagaikan Menu WartegBAB 25Setelah Paman mendatangi kertas kosong itu. Aku segera menyimpan sertifikat dan kertas tadi. Lalu aku membujuk Paman agar bisa meminjam kan sertifikat rumah Bik Sari."Paman. Bisa tolong Tutik sekali lagi."ucapku"Mau minta tolong apa lagi?"tanyanya sambil menghitung uang"Tolong bantu Tutik untuk meminjam sertifikat rumah Bik Sari. Karena pihak Bank maunya harus dua sertifikat kalau mau pinjaman cepat cair."jawabku."Kalau Paman. Tidak bisa bantu Tutik terpaksa harus menjual rumah baru itu."imbuh ku"Apa sertifikat rumah Paman masih belum cukup."tanyanya"Pihak Bank meminta dua sertifikat sebagai jaminan. Karena pinjaman Tutik cukup besar dan paman tahu sendiri kalau rumah di kampung pasti di hargai murah oleh mereka."jawabku."Paman tenang saja. Nanti kalau Bibik bersedia meminjamkan sertifikat rumahnya. Ada bonus sepuluh juta untuk Paman."imbuhku.Paman semakin berbinar mendengar aku akan memberinya bonus."Ambil saja Mas tawaran Tutik. Hari gini siapa y

  • Bagaikan Menu Warteg   BAB 24

    Setelah kepergian bayiku. Aku begitu kehilangan, aku benar-benar terpuruk. Hampir setiap hari aku menangisi kepergian anakku. Tapi aku sadar jika waktu terus berjalan, aku sadar ada Mas Seno yang butuh aku. Tiga bulan aku meratapi kepergian bayiku dan meratapi nasibku yang selalu kehilangan orang-orang yang aku sayangi. Mbah Pon, Ibu, Bapak, Bibik dan Mas Seno selalu menyemangati ku, menghibur ku.Setelah makan malam kami semua sedang berkumpul di ruang keluarga."Nduk, katanya kamu ingin membuat rumah petak."ucap Ibu mertua"Iya Bu. Tapi..."Jawabku"Nduk. Kamu harus ikhlas dengan kepergian anak mu. Kamu harus bangkit. Cari kesibukan agar kamu tidak selalu memikirkan anak mu."ucap Ibu"Iya, Nduk. Kamu harus cari kesibukan. Kamu mau bangun rumah petak di daerah mana? Nanti Mbah bantu carikan tanah yang di jual."imbuh Mbah Pon"Bener itu Nduk. Kami semua mendukung mu. Carilah kesibukan untuk mengobati luka bathinmu."imbuh BibikBibik langsung datang ketika mendengar tentang kematian b

  • Bagaikan Menu Warteg   BAB 23

    Bagaikan Menu WartegBAB 23Aku semakin tercengang mendengar penuturan Ibunya Susi. Bagaimana bisa seorang Ibu membiarkan anaknya menyerahkan hal yang sangat berharga kepada laki-laki beristri. Jujur sebenarnya aku kasihan melihat Susi. Tapi aku tidak boleh lemah. Dia harus di berberi pelajaran.Aku tidak lagi menggubris apapun yang mereka katakan. Aku pergi dengan menaiki motor itu. Susi dan Ibunya berteriak-teriak memanggil namaku. Namun tak ku hiraukan.Setelah sampai rumah. Mbok Sumi terkejut aku pulang mengendarai motor."Lho. Non habis beli motor?"tanyanya"Iya Mbok. Tadi Mas Seno ngasih kejutan."Jawabku berbohong"Lha itu mobil nganggur Non."tunjuknya kearah garasi"Biar saja Mbok. Nanti kalau sudah lahiran aku baru belajar nyetir. Kalau mengendarai motor aku bisa. Karena di kampung aku kemana-mana pake motor."jawabku."Mbok. Aku ke kamar dulu ya."imbuhkuLalu aku masuk kedalam kamar. Setelah sampai di dalam kamar aku langsung beristirahat.Entah mengapa aku tidak lagi menang

  • Bagaikan Menu Warteg   BAB 22

    Bagaikan Menu WartegBAB 22Tidak aku tidak boleh berpikir buruk dulu. Karena selama ini Mas Seno selalu perhatian dan penuh kasih sayang kepada ku. Jadi tidak mungkin Mas Seno menghianati ku.Aku masih pura-pura tidur ketika Mas Seno naik keatas ranjang. Mas Seno mengecup kening ku. Dan setelah itu dia tidur di samping ku sambil memelukku.Keesokan paginya Mbok Sumi sudah menyiapkan sarapan. Namun Mas Seno tidak mau sarapan katanya mau ketemu sama distributor karena banyak barang yang akan di pesan."Mas. Sarapan dulu."ajakku"Maaf Dek. Mas tidak bisa sarapan karena Mas mau ketemu sama distributor. Barang di toko banyak yang habis."jawabnya sambil merapikan rambut.Sebenarnya hatiku berkata jika mas Seno sedang berbohong.Tapi karena aku tidak mau merusak suasana hatiku. Maka aku biarkan saja Mas Seno pergi tanpa aku bertanya lebih jauh.Setelah mencium kening ku, Mas Seno langsung berangkat.Setelah kepergian Mas Seno . Aku lalu menghubungi Mbah Pon."Assalamualaikum Mbah.""Waalai

DMCA.com Protection Status