Chapter 39Where is Your Baby?Sebelum melihat keadaan Charlie, Beck meminjam telepon di meja resepsionis rumah sakit untuk menghubungi Arnold agar asistennya membawakan keperluan Jessie, juga mengurus kepentingannya karena pukul sepuluh di kantor Beck harus menghadiri pertemuan dan yang pastinya Beck juga menghubungi keluarga Danish untuk memberitahu keadaan Charlie.Empat puluh menit kemudian Beck kembali ke tempat Jessie berada, ia mendapati seorang pelayan pribadi Jessie berdiri di sana. Istrinya juga sepertinya sudah lebih hangat dengan syal berwarna cokelat melingkar di lehernya sembari memegangi botol minuman berisi cokelat panas. Bibirnya mengulas senyum, puas dengan cara kerja Arnold yang selalu dapat diandalkan dalam keadaan apa pun."Apa kau merasa lebih baik?" tanya Beck seraya membungkuk dan menyingkirkan rambut yang menjuntai di sisi wajah Jessie.Jessie mengangguk. "Bagaimana keadaan sahabatmu?" Beck tersenyum. "Dokter sedang menanganinya." Jessie memberikan botol di
Hola, happy reading and enjoy this chapter!Chapter 40Big Secret and Little PunishmentEkspresi Beck berubah murung. "Dia tidak datang di hari pernikahan kami dan setelah itu dia mengalami keguguran." "Keguguran?" tanya Jessie dan nadanya melunak. Beck menunduk beberapa detik kemudian menatap Jessie dengan muram. "Apa lagi yang ingin kau tahu?" "Apa yang membuat Charlotte meninggalkanmu?""Itu kesalahanku yang sangat fatal, saat itu hubunganku bersama Sophie baru saja berakhir dan dia menjebakku. Sophie mengaku mengandung anakku." Beck menatap Jessie yang tampak serius mendengarkannya. "Tapi, itu bukan anakku, setelah lahir bayi itu berkulit hitam." "Tetapi, Charlotte tetap meninggalkanmu?" tanya Jessie dengan muram.Beck mengangguk. "Dia meninggalkanku sebelum bayi Sophie lahir." Jessie membasahi bibirnya dengan lidah. "Kenapa dia tidak bisa bersabar sedikit saja untuk memperbaiki hubungan kalian?" "Aku... saat itu kesalahanku memang pantas untuk tidak mendapatkan kesempatan d
Hola, happy reading and enjoy!Chapter 41Surprised!Dua hari kemudian Beck berdiri tidak jauh dari pintu ruangan tempat Jessie kursus memasak dan saat istrinya keluar dari sana, Beck yakin sesuatu berjalan tidak seperti keinginan Jessie. Ia menyongsong Jessie dan mendaratkan kecupan di bibir istrinya. "Bagaimana kursusmu hari ini?" tanyanya. "Jujur saja aku tidak suka memasak," kata Jessie seraya melingkarkan lengannya di pinggang Beck. Beck sudah menduganya sejak kemarin karena setelah kembali dari kursus, Jessie tidak menunjukkan antusiasme apa pun. "Jadi, ini hari terakhirmu?" Jessie memajukan bibirnya. "Kenapa kau sepertinya sangat keberatan jika aku belajar sesuatu yang berguna?" Sejujurnya Beck lebih tenang jika Jessie duduk manis di rumah dibandingkan istrinya melakukan kegiatan di luar rumah yang membuatnya khawatir tidak berkesudahan, tetapi Beck tidak ingin terlalu terlihat jika dirinya ingin merantai wanita itu. "Kau tidak perlu memaksakan dirimu untukku," ucap Beck
Hola, happy reading and enjoy!Jangan lupa untuk follow akun author dan akun Instagram author : cherry.blossom0311Chapter 42Awkward MomentPandangan Jessie dan Beck tidak tertuju kepada Charlie, tetapi pada sesosok wanita yang berdiri di samping ranjang pasien. Sunshine dapat merasakan keterkejutan pada diri Beck disusul dengan ketegangan yang melingkupi suasana ruangan itu.Charlotte memang sepatutnya berada di sana karena Charlie adalah kakaknya, tetapi kenapa harus saat yang bersamaan? Baik Beck dan Jessie berprasangka jika Charlie sengaja mengatur waktu guna mempertemukan Beck dan Charlotte."Yang Mulia," sapa Charlie diiringi senyum ramah kepada Jessie.Jessie membalas keramahan Charlie. "Tuan Danish, senang sekali melihat keadaan Anda yang tampaknya sudah lebih baik." "Terima kasih karena Anda datang ke sini," kata Charlie. "Kau berutang budi pada istriku, dia yang memanggil ambulans untukmu," ucap Beck seraya mengelus-elus punggung telapak tangan Jessie. "Anda yang memangg
Hola, enjoy this chapter!Chapter 43I Don't Care!Charlotte tersenyum dan mendekati suaminya yang sedang menggantikan pakaian Eros yang tampaknya baru selesai dimandikan, sedangkan Aneesa terlihat rapi dengan pakaian yang tebal dan hangat duduk sambil menatap layar iPad yang menampilkan video kartun anak-anak bernyanyi. Pemandangan itu terlihat menyenangkan andai saja Aneesa adalah putri kandung Duncan, atau mungkin jika suaminya sekarang adalah Beck. Karena dengan begitu, tidak perlu ada ganjalan yang membuat setiap tarikan napasnya penuh dengan kepanikan seperti sekarang."Hai, apa kalian memiliki rencana untuk pergi dan aku tidak tahu?" tanya Charlotte dengan senyum merekah di bibirnya. "Kami berencana pergi berkeliling kota kemudian makan malam di luar," jawab Duncan."Oh, ya? Apa kalian tidak mengajakku?" Eros melambaikan tangannya seolah ingin menjangkau Charlotte dan Duncan mengangkat bocah itu lalu memberikannya kepada Charlotte. "Tentu saja karena kami memerlukan pemandu
Enjoy this chapter 🥰Chapter 44Let Me Tell You, Amor!Jessie tersenyum sinis. "Aku tidak tahu.""Kalau kau tidak tahu, kenapa kau tidak mencoba untuk mengenaliku?"Jessie mengangkat dagunya. "Sudah kukatakan jika aku tidak ingin peduli." "Biar kuberi tahu kau, Sayang...," ucap Beck diiringi senyum mengancam. "Aku adalah pria keras kepala. Jika aku sudah berkomitmen pada sesuatu, bahkan jika seluruh dunia ini mementang, itu tidak akan menggoyahkan tekadku." Seperti saat ia begitu yakin jika Sophie adalah yang terbaik untuknya, memilikinya adalah kebanggaan tersendiri karena saat itu Sophie adalah salah satu gadis tercantik di kampus dan di fakultasnya. Gayanya yang anggun, tutur katanya yang lembut dan sopan benar-benar membuat Beck terpesona hingga apa pun yang Vanilla dan ibunya katakan sama sekali tidak dapat mempengaruhinya. Jessie melihat kilatan serius di mata Beck, tetapi ia tidak mengerti dengan ucapan suaminya itu. Meskipun begitu, Jessie tidak ingin meminta penjelasan da
Chapter 45Wife in Black Hari itu juga, Beck dan Jessie bersiap-siap pergi ke rumah duka untuk melihat Charlie yang terakhir kalinya di rumah duka. Jessie celana panjang model standar berwarna hitam hitam dipadukan dengan blus tanpa lengan dengan potongan kerah V yang tidak terlalu rendah di dadanya yang disiapkan oleh pelayan pribadinya.Saat pemakaman Dimitri, Jessie mengenakan gaun hitam bergaya khas bangsawan wanita Eropa lengkap dengan veil-nya, saat itu kesan anggun terpancar pada Jessie. Kemudian saat berkabung, Jessie juga mengenakan pakaian hitam sepanjang hari, tetapi hari ini pakaian serba hitam yang dikenakan Jessie di pandangannya terlihat berbeda. "Kuharap pakaianku tidak terlalu mencolok," kata Jessie seraya menilai dirinya di depan cermin.Beck yang sedang mengancingkan lengan kemejanya menghentikan gerakannya dan memandangi istrinya. Jessie mengenakan pakaian apa pun, bahkan pakaian sederhana sekali pun, di mata orang-orang akan tetap terlihat mencolok karena status
Chapter 46A Little Girl Satu jam kemudian Jessie dan Beck berada di rumah duka, beberapa orang yang mereka jumpai mengangguk dan menyapa Beck dengan ramah. Tetapi, itu bukan berarti dirinya adalah orang penting melainkan mereka bersikap ramah karena keberadaan Jessie berada di sampingnya. Setelan serba hitam yang dikenakan Jessie dipadukan dengan sepatu tinggi dan mantel hitam sebatas lutut yang diletakkan di pundak tanpa memasukkan lengannya ke dalam mantel. Rambutnya digelung dengan sederhana kemudian ditambahkan topi yang memiliki renda di bagian depan menutupi wajahnya seolah menegaskan bahwa meskipun dirinya tidak lagi berstatus seorang Putri kerajaan, Jessie tetaplah berjiwa aristokrat. Beberapa pria tidak segan-segan mengamati seolah sedang terkagum-kagum karena Sang Putri yang mungkin selama ini hanya dapat mereka saksikan di halaman berita berada di depan mereka dengan penampilan yang luar biasa. Mereka mendekati peti mati yang terbuka dilapisi kain tilai transparan untu
EpilogueJessie keluar dari kamar mandi dengan handuk melilit di dadanya dan rambut basah yang digulung handuk, matanya tertuju pada Beck di atas tempat tidur dan sepertinya tertidur. Bibirnya mengulas senyum bahagia, tiga hari di pondokan bersama suaminya benar-benar bulan madu yang luar biasa. Mereka berada di dalam pondokan hanya berdua, bertelanjang hampir sepanjang malam di atas tempat tidur, terkadang mereka bercinta di mana saja mereka menginginkan seperti di sofa, di meja dapur bahkan di meja makan. Itu benar-benar luar biasa seperti fantasi liar Jessie selama ini.Setiap waktu Beck memasak untuk kebutuhan mereka dan tentu saja Jessie membantu pekerjaan suaminya meskipun hanya memotong wortel atau memisahkan daun basil dari tangkainya. Sesekali Nyonya Carmen datang untuk membersihkan pondokan dan berbelanja kebutuhan makanan.Jessie duduk di tepi tempat tidur, matanya mengawasi Beck, mengagumi wajah dan dada telanjang suaminya yang dipenuhi dengan otot yang tersusun kencang.
EndSehari sebelum pesta pernikahan yang dilakukan di hari pertama bulan Maret, Jessie sedang mencoba gaun pengantinnya ketika Aneesa masuk ke dalam rumah diikuti Beck, pengawal, dan Nanny-nya. Gadis kecil itu tersenyum riang dan berlari kecil menghampiri Jessie."Bagaimana perjalananmu, Sayang?" tanya Jessie seraya mengelus rambut Aneesa.Ia tidak dapat membungkuk terlalu dalam dikarenakan gaunnya terlalu ketat di bagian perut."Aku menyukai perjalanan ke sini," kata Aneesa. "Senang mendengarnya. Lalu bagaimana kabarmu?" tanya Jessie kemudian ia menerima kecupan di bibirnya dari Beck. "Aku merindukan Rocky." Rocky adalah anak anjing Alaska milik Nick yang diinginkan Jessie dan seperti dugaan Beck, dengan senang hati Nick memberikannya kepada Jessie.Jessie terkekeh. "Kau tidak merindukanku?" "Aku juga merindukanmu. Jessie, kenapa kau mengenakan gaun pengantin?" "Kami akan menggelar pesta pernikahan," kata Jessie. "Menikah?" "Ya. Aku akan menikah." "Dengan siapa kau akan menik
Chapter 51Be Friend?"Mommy bilang jika kau adalah ayahku," ucap Aneesa dengan nada ragu-ragu seraya waspada menatap Beck.Beck tersenyum dan mengangguk, air mata yang sejak tadi ditahan akhirnya terdorong keluar. "Ya, aku ayahmu." Aneesa mendongak menatap Duncan, terlihat kebingungan kemudian menatap Beck sambil mengulurkan tangannya menyentuh wajah Beck. "Sebenarnya aku tidak mengerti." Beck memejamkan matanya, merasakan sentuhan kulit lembut dari tangan gadis mungil di pipinya. "Kelak saat kau menjadi dewasa, kau akan mengerti, Sayang." Kemudian ditatapnya mata Aneesa, seperti yang Jessie ucapkan, mata Aneesa adalah matanya. Ia mengecup kedua tangan Aneesa dengan lembut agar Aneesa tidak ketakutan kemudian ia berucap, "Boleh aku memelukmu?" Aneesa mengangguk. Dipeluknya Aneesa, di belainya rambut Aneesa dengan penuh kasih sayang, dikecupnya beberapa kali rambut di kepala Aneesa. Perasaannya bahagia, tetapi dadanya terasa sangat sesak karena khawatir jika kelak putrinya akan m
Chapter 50Everything You WantSatu hari sebelum Natal tiba, setelah memasang dekorasi Natal di tempat tinggal mereka, keduanya terbang menuju Athens Internasional Airport menggunakan jet pribadi yang dipinjamkan oleh Nick."Apa kau akan terus memeluk bunga itu?" tanya Beck karena hingga pesawat telah terbang dengan sempurna di atas ribuan kaki, Jessie masih memeluk buket bunga. Jessie tersipu dan menghirup aroma mawar merah di pelukannya. "Akhirnya kau memberiku bunga." Beck mengusap-usap rambut di kepala Jessie. "Aku sudah memastikan jika durinya sudah tidak ada, barangkali kau ingin menamparku menggunakan bunga lagi." Jessie terkekeh dan kembali menghirup aroma mawarnya. "Ini bunga pertamaku darimu, aku tidak ingin merusaknya."Beck memeriksa jam tangannya. "Jadi, selama tiga jam penerbangan kita, kau memilih untuk mengagumi bunga itu dari pada menikmati penerbangan denganku?" Jessie meletakkan kepalanya di pundak Beck dan mengangkat buket bunga agak tinggi. "Jika iya?" "Aku b
Chapter 49Four ChildrenXaviera, ibu Vanilla menceritakan kepada Beck dan Jessie bagaimana kisah cintanya dengan Rafael. Wanita itu pernah menyembunyikan kehamilannya dan Rafael baru mengetahuinya setelah Vanilla lulus dari bangku universitas, sedangkan Vanilla baru mengetahuinya saat merencanakan pernikahannya dengan Nick. Namun, cerita Xaviera menyembunyikan kehamilannya tentunya berbeda dengan alasan Charlotte. Saat berhubungan dengan Rafael, dirinya tidak tahu jika Rafael adalah pria beristri dan ketika melarikan diri ke Barcelona, Xaviera tidak menyadari jika dirinya dalam keadaan mengandung. "Menurutku, kau beruntung karena tahu lebih cepat," ucap Rafael kemudian memandangi wajah Vanilla. "Aku bahkan hanya bisa mendengar kelucuan masa kecil putriku dari ibunya." Xaviera tersipu karena Rafael mengecup punggung tangannya. "Ya. Kalian bisa membesarkan Aneesa bersama-sama. Kalian hanya harus menyikapi masalah ini dengan kepala dingin dan lebih dewasa." "Apa kau sudah menghubung
Chapter 48 What's the Plan?Beck dan Jessie tiba di rumah Nick, mereka disambut oleh Marcello yang melompat-lompat kegirangan karena Jessie memberikan dua kotak coklat yang digemari anak-anak. "Beck, bisakah kau bukakan coklatnya untukku?" pinta Marcello kepada Beck."Biar aku kubukakan untukmu," kata Jessie karena Beck memegangi dua botol sampanye."Terima kasih, mi amor," ucap Beck seraya menatap Jessie dan tersenyum bahagia."Beck! Lihat mainan baruku!" ucap Marcello memamerkan mainan di tangannya yang berupa sebuah mobil-mobilan kecil dengan daya baterai.Beck membungkuk untuk melihat apa yang Marcello tunjukkan padanya. "Wow, bagus sekali.""Kemarin Yang Mulia mengirimkannya untukku.""Keren, kau menyukainya?" tanya Jessie.Marcello mengangguk kemudian berjongkok, menekan tombol di bagian bawah lalu meletakkannya di lantai dan mobil-mobilan itu melaju kencang di lantai. Mercello berteriak kegirangan dan berlarian ke mengejarnya. Beck tersenyum melihat tingkah bocah itu dan di b
Chapter 47Big SurprisedDelapan hari setelah kepergian Charlie, Beck dan Jessie berniat hendak pergi ke rumah Nick dan Vanilla, mereka mengadakan pesta keluarga. Tetapi, keduanya terkejut manakala mendapati Arnold berada di ruang tamu bersama pengacara keluarga Danish.Beck mengerutkan alisnya. "Ini hari Sabtu dan aku tidak mengundang kalian ke sini." "Aku hanya diminta untuk mengantarkannya ke sini," kata Arnold karena tatapan Beck seperti meminta penjelasan kepadanya."Besok adalah peringatan hari ke sembilan Charlie meninggalkan kita," ucap Mr. Harcourt. "Ya. Aku mengingatnya," kata Beck."Dan dia berpesan agara hari ini aku menyampaikan pesan padamu," ucapnya.Beck mendengus, bagaimana bisa sahabatnya itu mengatur waktu seperti itu. Apa dia mengirim pesan dari kubur?"Pesan? Tentang 20% perkebunan yang diberikan padaku? Nilainya terlalu besar, aku tidak bisa menerimanya. Berikan saja itu pada orang tuanya atau Charles." Mr. Harcourt mengedikkan bahunya. "Ini bukan sekedar 20%
Chapter 46A Little Girl Satu jam kemudian Jessie dan Beck berada di rumah duka, beberapa orang yang mereka jumpai mengangguk dan menyapa Beck dengan ramah. Tetapi, itu bukan berarti dirinya adalah orang penting melainkan mereka bersikap ramah karena keberadaan Jessie berada di sampingnya. Setelan serba hitam yang dikenakan Jessie dipadukan dengan sepatu tinggi dan mantel hitam sebatas lutut yang diletakkan di pundak tanpa memasukkan lengannya ke dalam mantel. Rambutnya digelung dengan sederhana kemudian ditambahkan topi yang memiliki renda di bagian depan menutupi wajahnya seolah menegaskan bahwa meskipun dirinya tidak lagi berstatus seorang Putri kerajaan, Jessie tetaplah berjiwa aristokrat. Beberapa pria tidak segan-segan mengamati seolah sedang terkagum-kagum karena Sang Putri yang mungkin selama ini hanya dapat mereka saksikan di halaman berita berada di depan mereka dengan penampilan yang luar biasa. Mereka mendekati peti mati yang terbuka dilapisi kain tilai transparan untu
Chapter 45Wife in Black Hari itu juga, Beck dan Jessie bersiap-siap pergi ke rumah duka untuk melihat Charlie yang terakhir kalinya di rumah duka. Jessie celana panjang model standar berwarna hitam hitam dipadukan dengan blus tanpa lengan dengan potongan kerah V yang tidak terlalu rendah di dadanya yang disiapkan oleh pelayan pribadinya.Saat pemakaman Dimitri, Jessie mengenakan gaun hitam bergaya khas bangsawan wanita Eropa lengkap dengan veil-nya, saat itu kesan anggun terpancar pada Jessie. Kemudian saat berkabung, Jessie juga mengenakan pakaian hitam sepanjang hari, tetapi hari ini pakaian serba hitam yang dikenakan Jessie di pandangannya terlihat berbeda. "Kuharap pakaianku tidak terlalu mencolok," kata Jessie seraya menilai dirinya di depan cermin.Beck yang sedang mengancingkan lengan kemejanya menghentikan gerakannya dan memandangi istrinya. Jessie mengenakan pakaian apa pun, bahkan pakaian sederhana sekali pun, di mata orang-orang akan tetap terlihat mencolok karena status