Bantu vote like dan berikan hadiah juga ya kakak
“Bi, saya ingin kamu mengantarkan ini ke kampungku. Aku akan memulihkan nama baik keluargaku yang pernah dihina dan direndahkan keluarga Regi. “Bagaimana dengan Pak Regi. Apa dia tidak datang dengan anak-anak? Bagaomana kalau mereka mencari Bu Erina?" “Tenang Bi dia juga lagi betah di hotel karena dia juga bersama perempuan lain,” ucap Gemma. “Apa dia juga selingkuh?” “Dia lelaki brengsek Bi, selain pembohong, penipu, tukang selingkuh juga. Tolong bibi antarkan, ini alamatnya.” Gemma menyodorkan kertas. “Tapi kenapa Bu Gemma tidak pernah keluar?” tanya Bu Ina. Wanita pruh baya itu tidak tahu kalau Gemma menghinda dari Zevan, beberapa hari ini ia tidak pernah menunjukkan dirinya pada Zevan, ia tahu lelaki itu mengawasinya dari rumah karena itulah Gemma tidak mau keluar dari pintu rumah. Setelah Bi Ina keluar tiba-tiba Zevan menyelinap masuk ke dalam rumah. “A - - apa yang kamu lakukan?” tanya Gemma panik. “Melihatmu.” “Pak Zevan kamu gila? Bagaimana kalau ada orang yang m
Sudah beberapa hari Erina dikurung dalam gudang, tidak ada keluarga yang tahu kalau ia disembunyikan di sana. Gemma tidak ingin melibatkan anak-anaknya dalam aksi balas dendamnya. Biar bagaimanapun mereka hanyalah anak-anak. Gemma ingin mereka dijauhkan dari keluarga supaya ia lebih bebas memberi kedua suami istri itu pelajaran “Mas, kita perlu bicara,” ucap Gemma, ia meminta Regi bicara di luar agar Genta dan Kayana tidak mendengar pembicaraan mereka. “Ada apa?” “Kamu harus memasukkan Kayana dan Genta ke pesantren.” “Memang ada apa dengan mereka?” “Sepertinya kamu terlalu sibuk Mas dengan pekerjaanmu dan mengabaikan kehidupan anak- anak.” Gemma menceritakan kalau ia melihat hubungan yang tidak biasa antara Genta dan Kayana. Awalnya Gemma tidak ingin ikut campur tentang hubungan anak remaja tersebut karena ia juga marah pada mereka, saat Gemma dikurung ia tahu Genta melihat dirinya di sana tapi tidak ada niat menolong. Tapi ia kembali memikirkan ulang kalau ia tidak ingin mel
‘Apa yang disembunyikan di ponsel Regi, aku belum sempat membaca pesan masuk tadi. Kenapa dia sangat ketakutan saat ponselnya ketinggalan pasti ada sesuatu yang besar disembunyikan' Gemma membatin. Tidak ingin Regi curiga padanya, Gemma pura-pura mencari dan menemukannya. "Ini dia, aku menemukannya." Regi tersenyum puas. Lalu pergi lagi. Saat sedang berdiri memikirkan apa penyebab Regi panik sebuah telepon terdengar di dapur dan Bu Ina mengangkat. "Cari siapa Pak?" Gemma melirik jam, ia tahu kalau itu Zevan, tadi ia sudah berjanji akan bicara padanya. Gemma memberi syarat kalau dia sudah tidur. "Aduh Maaf Pak, Bu Gemma sudah tidur dari tadi," jawab Bu Ina terpaksa berbohong atas permintaan Gemma. Gemma ke kamarnya lalu melihat Zevan. “Ada hal yang lebih penting dari kamu,” ucap gemma meningtip rumah Zevan menggunakan teropong. Di sisi lain, Zevan menahan rasa kesal karena Gemma menolaknya. “Kamu mengingkar janji untuk ke sekian kalinya. Kamu belum tahu siapa aku Gemma,”
Malam itu saat Gemma masih duduk di meja dapur dengan Bu Ina, melalui alat yang menempel di kuping ia bisa mendengar pembicaraan Regi. “Bi, aku tidur duluan.” Gemma masuk ke dalam kamar, ia penasaran dengan siapa Regi bicara. “Jangan membawa ke pesantren, dia akan sekolah ke luar negeri," ucap seorang wanita yang mengobrol dengan Regi. Gemma semakin penasaran dengan siapa laki-laki itu bicara. “Dari dulu dia menolaknya Bu.” “Kali ini dia harus mau, paksa dia." “Bagaimana caranya Bu?” “ Kamu Papinya, harusnya kamu yang lebih tau tentang anakmu,” bentak wanita itu dengan suara tegas. Gemma semakin penasaran. “Apakah itu neneknya Genta? Ibunya Erina? Kalau dia ibunya Erina kenapa dia tidak bertanya tentang putrinya?” Gemma masih mendengarkan pembicaraan Regi dengan wanita yang di yakini neneknya Genta. “Genta tidak boleh tahu tentang Zevan,” ucapnya lagi. Tiba-tiba Gemma terdiam, ia merasa tidak asing dengan suara wanita yang bersama Regi. “Tunggu … bukanlah suara itu Ibu
Gemma keluar dari gudang. Apa yang dikatakan Erina barusan menjawab rasa penasarannya. akhirnya Gemma tahu kenapa kedua anak remaja itu nekat melakukan adengan ranjang karena mereka bukan sudara, ia merasa tenggorakannya kering lalu berjalan ke dapur dan menuangkan minuman ke dalam Gelas meneguknya sampai tandas. “Walau bukan anak kandung. Apa harus ditelantarkan seperti itu, kalau dia tidak mampu merawat anak. Kenapa harus mengadopsinya?” tanya Gemma bergumam pelan. Kayana sangat cantik, entah kenapa Gemma merasa sayang kalau gadis remaja itu sampai rusak karena Genta. Mendengar Gemma belum tidur Bu Ina juga duduk di sana. “Ada apa Bu?” “Apa Bibi juga tau kalau mereka bukan suadara kandung?” “Iya, Genta pernah bilang padaku kalau Kayana akan jadi istrinya nanti.” “APA?” Gemma melonggo. “Saat itu Bibi menasihatinya saat Genta menyeret adiknya ke kamar dan memaksanya melayaninya.” “Apa seperti itu,Bi?” “Ya, setahu saya Gentalah yang selalu memaksa Non Kayana, sayang ya
Gemma masih mematung ia tidak merespon apa yang dilakukan Zevan, kedatangan lelaki itu ke rumahnya, membuatnya shock. Otak cantiknya belum mampu mencerna bagaimana Zevandra datang ke rumah dan saat ini di kamar mandi, bahkan sedang mencumbu bibirnya ‘Kami melakukannya di rumah suamiku, di kamar kami? Bersama pria lain?’ pekik Gemma dalam hati, ia berusaha bangkit. Ia mencoba memulihkan harga dirinya yang pernah di rendahkan Zevan dan keluarganya ‘Dia memang menolongku dan dia banyak membantuku, tapi bukan berarti melakukannya di kamar ini’ Gemma menolak, ia mengalihkan wajahnya ke arah lain. “Kenapa?” tanya Zevan, ia tak terima saat Gemma menolaknya. “Ini tidak benar Pak, aku tidak bisa melakukan itu di rumah kami bersama pria lain.” Gemma berdiri. “Apa kamu takut sama suamimu yang berengsek itu sekarang?” “Bukan sama dia. Hatiku menolak untuk melakukan perselingkuhan di kamar yang aku tempati dengan suamiku,” tutur Gemma dengan suara bergetar, sesungguhnya demi apapun i
Zevan memastikan apakah Gemma benar menerimanya dirinya masih dengan tanganterluka Zevan masih menikmati bibir Gemma, mengulum bibir merah dengan lahap, Hati Gemma menolak, tapi tubuhnya tidak mampu bertindak. Walau suaminya berengsek tapi ia tidak ingin membalasnya dengan cera seperti itu, Gemma masih punya sedikit kewarasan ia tidak ingin melakukannya dengan pria lain di kamar yang ia tempati dengan suaminya. Tapi itulah tujuan Zevan, ia ingin menegaskan kalau Gemma miliknya. Zevan menurunkan bibirnya ke cerukan leher jenjang Gemma, lalu melepaskan badrobes yang dikenakan Gemma. “Pak Zevan, lukamu mari kita obatti dulu," ucap Gemma untuk menghentikan kegilaan Zevan. Zevan tidak menghiraukannya, ia meneruskan aksinya melemparkan handuk berbentuk pakaian itu lalu, melepaskan pengaman bagiand dada Gemma. Mata Gemma membulat karena panik. “Pak Zevan … Lu-luka di tanganmu,” Suara Gemma bergetar, tiba-tiba merasa takut melihat tatapan dingin Zevan. Pria itu terus diam lalu men
“Pak Zevan, cepat bangun,” bisik Gemma, mengoyangkan bahu pria berotot di sampingnya. “Gemma diamlah ini baru jam lima,” sahut Zevan melirik jam di pergelangan tangannya. “Cepat pergi dari sini sebelum semua orang bangun.” “Nanti saja, aku masih ngantuk.” “Aiiis! Aku bisa gila kalau sudah seperti ini,” desis Gemma ia mengaruk kepalanya dengan putus asa sambil berjalan ke lemari, ia mengeluarkan beberapa potong pakain lengkap dengan perkakas bagian dalamnya. Saat berjalan ke kamar mandi , ia terdiam ruangan tersebut sangat berantakan pecahan kaca masih berserak di lantai noda darah dari luka tangan Zevan sudah mengering di lantai. “Apa yang harus aku lakukan?” Gemma menghebuskan napas kasar dari mullutnya, ia berjinjit dengan langkah hati-hati ke kamar mandi setelah membuang ampas dan membersihkan tubuh yang lengket, ia keluar hanya melilitkan handuk. Sayangnya handuk itu terlalu pendek hanya mampu menutupi bagian sensitifnya saja, memperlihatkan pahanya yang mulus, ia berj
Semua keluarga syok dan sedih melihat kemarahan Gemma, mereka bisa mengerti kemarahan sang menantu, dibohongin suami selama empat tahun itu tidak mudah. Deyra hanya bisa mengusap dada.Besok harinya setelah Gemma merasa sedikit tenang, ia menemui Zevan di ruang kerjanya Zevan duduk melamun. Sepanjang malam, ia bahkan tidak bisa memejamkan mata ia juga tidak makan. Gemma mengetuk pintu.“Masuk!”“Boleh aku bicara?”“Gemma ….” Zevan langsung berdiri dengan wajah khawatir.“Aku sudah memikirkannya. Saat di tenda penampungan kamu pernah bertanya apa hukumannya kalau aku tidak jujur. Aku ingin memberi jawabannya sekarang,” ucap Gemma.“Gemma … kamu terlihat sangat pucat kita ke dokter ya,” bujuk Zevan.“Aku ingin memberikan jawaban Zevan.”“Baiklah.”“Mari kita berpisah.”Zevan langsung mematung menatap Gemma dengan mata berkaca-kaca, ia mengeleng sambil mengusap air matanya.“Jangan lakukan itu Gemma, aku memang salah, tapi aku akan memperbaiki dan tidak melakukannya.”“Kamu yang menga
Beberapa Minggu kemudianSemua orang masih suasana bahagia.Deyra mengajak Gemma berbelanja dan kesalon kecantikan."Bu, kalau ibu ulang tahun kado apa yang ingin kamu minta?" tanya Gemma."Aku ingin cucu kembar," ucap Deyra tertawa."Baiklah. bagaimana kalau aku bilang Ibu sudah punya cucu." Deyra hanya tertawa ia berpikir kalau Gemma akan mengungkapkan tengtang Moes anaknya. Deyra tidak ingin salah, jadia ia mengalihkan pembicaraan.Saat tiba di rumah Gemma membawa kotak di tangannya, tapi ia ragu-ragu menunjukkanya pada Zevan dan Deyra, karena di sana ada Mahesa dan keluarga yang lain.Setelah rumah sakit berjalan normal , Mahesa mengmpulkan anak-anaknyanya. Ia mengumumkan menyerahkan rumah sakit secara resmi secara tertulis pada Zevan. Ia juga mewariskan hartanya dalam jumlah besar pada Moes Mahesa. Hal itu menimbulkan kemarahan pada kedua putri Mahesa, karena Moes bukan darah daging Zevan. Dalam rapat keluarga besar itu hadir juga pengacara dan saksi yang akan melihat.“Dia cucu
Tidak ingin terjadi hal buruk pada Gemma, Zevan meminta kakeknya mengirim helikopter. Namun, cuaca buruk tidak memungkinkan helikopter bisa datang.Saat Zevan bondar bandir, Kai datang.“Dok, Istrinya ditempatkan saja di tenda saya,” usul Kai.Zevan memincingkan kedua alis matanya saat Kai menyebut istri.“Apa Bapak tahu dia istriku?”“Dia mengatakannya. Oh jangan salah paham. Leo memang rada gila karena menjodohkan aku dengan istrimu, tapi aku dan Gemma sudah sepakat untuk berteman,” tutur Kai.Rasa panas dalam hati Zevan sedikit berkurang saat Kai memgatakan hal seperti itu, ia mengendong Gemma ke dalam tenda milik Kai, di sana lebih nyaman karena ada kasur lipat, setelah memberi infus dan pengobatan pada sang istri Zevan keluar. Ia dan Kai duduk mengobrol diluar tenda."Gemms wanita yang baik Pak, saya tidak begitu mengenalnya, tapi saya berteman sama Lian saudara laki-laki Gemma."Setelah mendengar langsung dari Kai tidak ada lagi kesalapahaman.“Besok pagi-pagi sekali saya akan
Karena Zevan masih marah padanya, Gemma akhirnya menghidari Zevan. Setiap kali ia melihat Zevan datang mendekat ia akan menjauh“Tidak seharusnya aku marah padanya, aku marah karena khawatir.” Zevan ingin mengajak Gemma pulang bersamanya. Tapi sayang setiap kali ia datang Gemma akan menghilang, akhirnya ia tidak melihat Gemma selama berjam-jam.Zevan panik mencari ke semua tempat, saat itu sedang hujan lebat di lokasi penampungan tenda-tenda pada bocor semua orang sibuk membantu. Sonia bersembunyi di dalam mobil petugas, Zevan juga tidak tahu harus berbuat apa, dia berteduh di dalam mesjid. Matanya sibuk mencari Gemma, ia sangat khawatir.“Gemma kamu dimana kamu membuatku gila,” ucap Zevan mencari ke dalam mesjid. Ia melihat Gemma dan team dokter dan para tentara menyelamatkan obat-obatan dan persedian makanan dari tenda yang bocor. Tanpa pikir panjang Zevan ikut menerobos hujan dan ikut membantu menyelamatkan persedian obat-obatan menyimpan di dalam mesjid. Setelah selesai Gemma
Zevan dan Deyra baru saja turun dari parkiran, tapi suasana berbeda terlihat dari rumah sakit. Semua orang tampak sibuk. Padahal beberapa minggu belakangan rumah sakit itu nyaris tutup karena kehabisan stok obat-obatan. Zevan harus mengimpor obat-obatan dari luar negeri dengan harga dua kali lipat agar rumah sakit bisa beroperasi. Namun, saat barang dalam pengiriman kembali terjadi masalah dibeacukai . Zevan dan kakeknya kehabian ide.Tapi kali ini, rumah sakit terlihat sangat sibuk .“Ada apa?” tanya Zevan.‘ Apa Gemma berhasil membujuk saudaranya untuk memasukkan pasokan obat?’ Deyra tersenyum.“Mari kita cari tahu.” Ibu anak itu berjalan ke lobby, parkiran pasien VIP yang tadinya kosong kini berisi walau tidak penuh.“Dok, selamat pagi.” Simon muncul dengan wajah sumbringah, dokter bertubuh tambun itu batal cari pekerjaan baru.“Ada apa?” tanya Zevan.“Kita dapat pasokan obat lagi,” ucapnya dengan senyum lebar.“Dari mana?”“Ceo baru Filan Farma setuju menjalin kerja sama dengan
Gemma menatap wajah sang suami, ingin rasanya ia memeluk Zevan dan meluapkan semua perasaannya, tapi Gemma takut iditolak lagi. Hanya menatap bebera denit ia kembali menunduk dan meremas jemari tangannya“Kenapa?” tanya Zevan, kali ini ia menatap Gemma dengan tatapan lembut.“Zevan, a-apa kamu masih percaya padaku kalau aku bicara terus terang?” tanya Gemma semakin meremas jemarinya. Gemma bukan tipe wanita yang lemah ataupun manja, ia wanita kuat, bahkan keras tetapi kali ini ia terlihat sangat takut bahkan tidak berani menatap Zevan.‘Apa yang sebenarnya yang kamu lakukan Gemma kenapa kamu ketakutan begitu’“Baiklah katakan.”“Sebenarnya-”“Gemma! Katanya mau bicara sama Ibu.” Deyra tiba-tiba datang membuyarkan semuanya.Gemma berdiri. “ Nanti saja, aku bicara sama ibu dulu.” Ia berjalan menghampiri Deyra dan meninggalkan Zevan.Zevan masih duduk di bangku taman, ia penasarn kenapa Gemma tiba-tiba bersikap aneh dan takut padanya. *Gemma duduk bersama ibu mer
Setelah bicara dengan Zevan Gemma tidak banyak bicara lagi, ia lebih banyak diam.“Aku ingin ke kamar dulu.”“Apa kamu tidak akan mengatakan apa-apa?”“Tidak ada.”Zevan langsung diam, Zevan menyadari setelah penolakan malam itu Gemma banyak berubah.“Lalu bagaimana dengan paspor di tanganmu?””Itu milik teman. Aku mau ke kamar dulu.”Gemma masuk ke dalam kamar, ia membuka laci dan membawa beberapa berkas, saat memasukkan ke dalam tas Zevan masuk.“Aku akan tidur di restoran,” ucap Gemma sembari melepaskan penutup kepala yang ia pakai.“ Itu artinya kamu sudah menyerah?”Gemma hanya terseyum kecil tidak menjawab pertanyaan Zevan, sikap diam Gemma membuat Zevan merasa gelisah.“Aku sudah mengatakan padamu jangan membuang-buang waktu, kamu tidak percaya.”‘Setidaknya aku berusaha’ balas Gemma dalam hati.Saat sedang mengobrol dengan Zevan Leo menelepon, raut wajah Gemma berubah. Ia menjauh dari Zevan sembari mengangkat telepon.“Apa kamu gila?” Apa maksudnya?”Terdengar suara tawa meng
Setelah kejadian itu Gemma tidak pulang ke rumah Zevan, ia memilih tidur di restoran miliknya, di sana ia jauh lebih tenang tidak ada yang mengusik tidak ada yang menatapnya dengan tatapan dingin.Pagi itu Zevan masuk ke kamar mereka, tempat tidur masih rapi, Gemma sudah dua hari tidak pulang ke rumahnya.“Baiklah itu lebih baik, pergilah itu jauh lebih baik untuk kita berdua,” ucap Zevan. Mulut bicara tidak tetapi hatinya sedih karena tidak melihat Gemma.Saat ingin berangkat ke rumah sakit Zevan sengaja mampir ke restorannya, ia menoleh ke lantai dua, di sana duduk seorang wanita cantik, duduk melamun menatap jalanan ibu kota.“Akhirnya kamu menyerah juga.” Zevan menghidupkan mobilnya kembali dan meninggalkan restoran Gemma. Di rumah sakit ia banyak melamun dan pikirannya kemana-mana.Setelah semua yang terjadi pada keluarganya Zevan memutuskan kembali bekerja di rumah sakit keluarganya, setelah dr. Deyra berangkat ke luar negeri bersama suaminya Zevan yang mengantikan posisi sang i
Mata Gemma melotot kaget mendengar kata-kata penghinaan itu. Ia menahan rasa sesak di dada, Gemma tidak mau menangis di depan Zevan. Ia berdiri lalu memungut dan mengenakan piyama tidurnya.“Baiklah terimakasih untuk malam ini, selamat malam.” Gemma bergegas lalu kembali ke kamarnya.Zevan mengepal tangannya dengan kuat, Gemma masuk ke kamar mandi dan menangis keras di sana, ia merasa seperti jalang yang meminta dipuaskan sama seorang pria. Zevan datang ia mendengar Gemma menangis di kamar mandi. Ia tidak tahan mendengar Gemma menangis, ia kembali ke kamar Moes dan memukul dinding kamar itu beberapa kali, saat Gemma menangis seperti itu ia juga merasa terluka, tapi kekecewaan masih menyelimuti hatinya, ia masih marah sama Gemma.“Kenapa? Kenapa harus ada seperti ini. Aku berharap kamu pergi biar kamu tidak terluka,” ucap Zevan. *Saat Gemma bangun pagi, ia merasa tubuhnya terasa remuk, Zevan benar-benar menghajarnya malam itu. Ia malas bangun dari tempat tidur, melihat