Wanita itu adalah Lira . Telinganya berdengung, terasa nyeri sekali ketika mendengar suara beberapa orang di dekatnya tertawa.Bulu kuduknya meremang. Dia merasa ketakutan saat ini. Tubuhnya telah menyalakan sinyal waspada meski kedua matanya tertutup.“Siapa kalian? Jangan coba macam-macam denganku!” teria Lira memberi peringatan.“Wanita ini seperti galak sekali. Sepertinya akan sangat panas jika kita bisa bermain dengannya di atas ranjang.” Salah satu dari mereka tertawa terbahak. Dari suara yang berat serta gaya bicara sensual, sepertinya mereka adalah beberapa orang kaki dewasa.“Jangan ngaco kamu! Apa kamu mau mendapat bogem dari si Bos? Kita tunggu saja dia. Bukankah dia dalam perjalanan menuju ke sini? Setelah itu kita lakukan apa yang dia perintahkan,” protes salah seorang dari mereka.“Kamu ini polos banget kalo kerja. Sekali-kali kita juga harus cari untung,” tepis yang lain sembari memukul udara karena merasa gemas.Di saat keduanya masih berdebat, datang seseorang yang me
“Apa yang kau lakukan di sini?” teriak wanita itu terlihat panik.“Seharusnya aku yang bertanya seperti itu. Untuk apa kau menculik seseorang yang tidak bersalah dan akan berniat jahat padanya?” cecar Anjar tidak mau kalah.“Bukan urusan kamu. Sebaiknya kamu pergi dari sini!” sentak Viona dengan suara meninggi.Menyadari Anjar berada di sana, Lira berani bersuara.“Pak … Pak Anjar. Tolong saya. Wanita gila ini akan berbuat jahat sama saya.” Viona mendelik ketika mendapat umpatan dari Lira.“Kurang ajar kau. Kamu juga sama jahatnya denganku!”“Pergilah, Nona, sebelum saya melaporkan pada pihak yang berwajib.” Ancaman Anjar yang terdengar datar itu justru membuat Viona tertawa terbahak.“Kau hanya seorang kacung. Beraninya melaporkan istri dari majikanmu ke polisi,” hardik wanita itu dengan sombongnya.“Kenapa tidak? Anda dan suami Anda sudah mencelakai saya. Bagaimana mungkin saya membiarkan orang jahat seperti Anda masih berkeliaran?”Benar rupanya Anjar telah mengetahui kejahatannya
Anjar lebih dulu meminta anak buahnya untuk segera sampai di sana. Hal itu dia lakukan karena lamanya perjalanan mereka sampai ke tempat itu. Keduanya takut jika Viona bergerak lebih cepat sehingga mereka akan kehilangan jejak Nayla lagi.Terjadi perkelahian di dalam rumah sakit itu. Tempat itu tidak layak dikatakan sebagai rumah sakit. Bangunan yang seperti rumah model Belanda itu memiliki banyak lorong dan beberapa kamar. Memang ada beberapa pasien, tetapi tidak sebanyak pada rumah sakit pada umumnya.Beberapa orang suruhan Anjar yang awalnya tidak diperkenankan masuk memilih tidak mengindahkan peringatan mereka. Para pria berpakaian serba hitam serta kacamata berwarna senada melenggang masuk, bergerak menuju ruangan Nayla. Sebelumnya, mereka telah berhasil mengalahkan penjaga depan, resepsionis, dan perawat lain yang ingin menghalangi langkahnya.Sesampainya tiba di lorong Nayla. Mereka segera berlari ketika melihat para ajudan Viona akan membawa paksa Nayla melalui pintu lain. Jum
Alvaro mendatangi sebuah gedung perkantoran, dia membuka pintu ruangan Alvin dengan kasar. Matanya menyiratkan sorot kebencian. Rahangnya mengeras menahan amarah dibarengi gigi yang gemeletuk. Tangannya mengepal kuat menampilkan otot-otot yang menonjol kebiruan.Alvin yang tidak siap seketika terkejut mendengar suara pintu yang berdebam keras. Dia segera menurunkan seorang wanita dengan penampilannya yang seksi dari atas pangkuannya.Matanya membeliak melihat kedatangan sang kakak tanpa raut wajah ramah. Dia tahu jika Alvaro tengah dikuasai amarah.“Tidak sopan!” seru Alvin atas perbuatan Alvaro.Tidak lama, sekertaris Alvin datang tergopoh menyusul Alvaro. Wanita dengan setelan blazer kerja itu menundukkan kepalanya karena merasa gagal menahan Alvaro. Terlebih, ketika mengingat kondisi Alvin yang sedang bersama wanita sewaan. Sekretaris itu tahu jika Alvin tidak ingin diganggu jika sedang bersama tamu-tamu sewaannya.“Maaf, Pak, saya sudah berusaha mencegah Pak Alvaro. Tetapi beliau
“Bagaimana semuanya?” Ada rasa senang sekaligus panik di wajah Alvaro.Pria itu datang dengan terburu-buru, bahkan saking merasa senangnya Alvaro hampir saja menabrak Anjar.Saat menelpon tadi, Anjar mengatakan jika Nayla mengalami kontraksi. Bayinya akan segera lahir, mengingat usia kandungan yang sudah memasuki bukannya.Wanita itu terus berteriak sembari mengeluhkan rasa sakit. Ada cairan bening mengalir dari bawah tubuhnya. Meski wanita itu sama-sama berada di rumah sakit, tetapi peralatan di sana tidak memadai untuk wanita hamil.Anjar segera meminta sopir keluarga Alvaro untuk menjemput Mbok Asih. Walaupun di rumah sakit akan banyak suster, tetapi peran orang tua lebih tau bagaimana mengurus bayi.“Semuanya baik-baik saja, Den. Alhamdulillah bayinya sehat,” jawab Mbok Asih yang kebetulan saat itu sudah berada di sana. Raut wajahnya pun terlihat bahagia.“Di mana … di mana jagoanku?”“Dia sedang dibersihkan Suster, Den. Si Mbok saja sudah tidak sabar ingin bertemu.”Raut wajah Al
Rumah keluarga Rayes semakin bertambah ramai sejak kehadiran bocah laki-laki yang saat ini berusia satu bulan. Ada saja aksi menggemaskan darinya yang semakin membuat semua orang menyayanginya.Alvaro yang kini tidak ingin lembur sampai pulang larut malam seperti sebelumnya. Pria itu lebih memilih pulang tepat waktu hanya ingin bermain dengan bocah berkulit putih yang dia berinama Keanu.Bukan hanya Alvaro yang merasa dengan atas kehadiran Keanu, orang tuanya yang saat ini masih berada di luar negeri pun sesekali menyempatkan menelpon via video hanya ingin melihat cucu yang mereka nantikan.“Mama sangat merindukan kalian. Mama ingin memeluk cucu mama yang menggemaskan itu,” pinta sang mama yang saat baru saja selesai menjalani terapi.“Mama cepat sembuh, biar bisa menggendong Keanu. Dia juga pasti merindukan Omanya,” balas Alvaro menghibur, “dia bertambah pintar, Ma. Udah bisa ngoceh, ngobrol sama Varo, sepertinya sebentar lagi akan Varo ajak main bola.”Sepasang Ibu dan anak itu kemb
Rumah keluarga Alvaro kembali ricuh. Mbok Asih sedari tadi masih berusaha menahan orang itu agar tidak naik ke lantai atas di mana ada baby Keanu di sana.Namun, pria itu tetap bersikeras ingin bertemu bayi Nayla. Setelah dirinya berhasil melawan para penjaga di depan kini dia dibuat riweh oleh Mbok Asih, wanita yang sudah dianggap sebagai Ibu kedua karena telah merawatnya sedari kecil.Ya, dia adalah Alvin. Setelah mengetahui jika Nayla sudah melahirkan, pria itu menjadi tidak sabar ingin bertemu anak laki-lakinya.Ada tujuan lain yang dia inginkan untuk mengambil hak asuh anak itu. Bukankah kata Alvaro Nayla sedang sakit? Orang yang sakit tidak boleh berdekatan dengan anak bayi, hal itu menjadi kesempatan penting untuk Alvin. Dia bisa mengambil bayi itu dengan leluasa.Bukan untuk sekadar merawat, dia bisa menjadikan bayi itu sebagai penerusnya sekaligus agar bisnisnya tetap aman di tanah Nayla karena tanah itu dihibahkan padanya. Alvin bisa mengelola usaha itu dengan bebas.Selain
Semua mata terkejut ketika melihat siapa orang yang berani memotong ucapan Alvin.Wanita itu berdiri dari kursi rodanya. Tatapan matanya tajam menghunus Alvin yang masih menggendong bayi dalam dekapannya. Perlahan dia menghampiri pria yang masih berstatus sebagai suaminya.Ada rasa berdebar dari Alvin ketika melihat Nayla berjalan ke arahnya. Bukan rasa cinta yang dia rasa. Sebab, Alvin tidak melihat sorot mata penuh damba dari wanita yang kini telah menjadi seorang Ibu.Raut wajahnya sungguh berbeda. Wanita itu tidak sama ketika masih bermanja padanya. Sorot matanya selalu teduh, sehingga enak untuk dipandang.Alvaro dengan sigap mengambil Keanu dari Alvin. Pria itu meminta pengasuh dan Mbok Asih untuk segera mengurus bayi itu yang sedari tadi menangis.“Seorang anak akan lebih aman tinggal bersama ibunya. Jangan menjadi seolah pahlawan untuk mengurusnya.” Ucapannya begitu tajam dan menyayat hati.Sungguh Alvin maupun Alvaro sampai tidak mengenali Nayla yang ada di depannya. Wanita y