Bab 52Tiba-tiba sekelompok polisi datang, dan siap menangkap para tersangka, tadi di telepon Izzah sudah melaporkan semuanya."Tolong tangkap mereka berempat, Pak! Mereka yang telah membunuh Papaku, dan berencana ingin menghabisi nyawaku juga," ucap Izzah pada polisi sambil menunjuk para benalu itu.Melihat kedatangan para polisi itu, Widodo langsung mengambil langkah seribu. Dia lari menuju keluar, dan dengan sigap, tiga orang polisi mengejarnya.Sementara petugas lain, langsung dengan sigap menangkap Bu Citra, Desi dan Alif. Desi hanya bisa menangis."Ingat Zah, hidupmu tak akan bisa tenang!" teriak Bu Citra mengancam Izzah.Dan tentu saja hanya di jawab oleh Izzah dengan senyum kecut."Zah, aku nggak bersalah, kenapa aku ikut ditangkap juga!" protes Alif, sambil terus meronta."Jelaskan nanti saja di kantor polisi!" ucap petugas.Izzah tak banyak berkata lagi, meski Alif dan Bu Citra terus berucap, dan membiarkan petugas membawa keluarga benalu itu.Dorrr!Sebuah suara tembakan da
Bab 53Pov VenaSungguh lega karena akhirnya aku bisa pergi dari rumah si Izzah yang sombong itu! Iya sih dia itu emang kaya, tapi kan itu cuman harta warisan, harusnya nggak usah sombong gitu juga dong. Siapa pun bisa kata jika punya banyak warisan seperti dia.Jika saja dulu ayahku tak seting membantu dia saat sekolah SMA, pasti saat ini si Izzah itu bakalan kere juga kan? Hal ini lah sebenarnya membuatku sedikit kecewa pada Ayah. Sitik bersikap menjadi pahlawan, hasilnya malah Sekarang mengecewakan keluarganya sendiri. Jadinya aku sebel kan?"Kamu itu masih sekolah loh, Ven. Kalau bisa jangan berpenampilan seperti itu dong. Yang sopan sedikit gitu loh." Izzah pernah berkata seperti ini padaku."Nggak sopan gimana sih? Ini sopan tau! Malah ini yang mengikuti trend OOTD anak muda jaman sekarang. Kamu saja Mbak yang kuno!" jawabku dengan malas."Boleh saja mengikuti perkembangan zaman, tetapi juga harus tetap menyaring mana yang baik dan mana yang benar. Ingat loh, Ven. Pakaian itu m
Bab 54Pov VenaJika ibu dan Mbak Desi memiliki untuk tetap tinggal di rumah itu, hanya demi katanya bisa merebut semua harta yang dimiliki oleh si Izzah itu. Maka aku lebih memilih untuk pergi saja. Hidup disana rasanya seperti di penjara saja. Awalnya sih aku pun berpikir jika nanti akan enak dan seperti di surga, nyatanya malah lebih parah dari pada di neraka!Karena memang ibu yang biasanya punya insting selalu benar, saat ini malah salah seribu persen! Memang sih wajah si Izzah ini antara lembut dan cantik, bahkan mungkin semua orang akan terkena ketika melihat wajahnya. Seakan dia itu orang yang lemah dan gampang sekali untuk ditindas. Tetapi nyatanya, dia itu seperti seekor singa betina yang siap menerkam siapa saja yang menganggu dirinya.Jika sudah seperti ini, menurutku akan sulit sekali untuk mendapatkan apa yang kami inginkan. Istilahnya sih hanya akan membuang waktu belaka.Apa Lagi Izzah itu kan punya banyak uang, tentu dengan mudah dia bisa menyuruh siapa saja dan mela
Bab 55Setelah penangkapan para keluarga benalu itu, sebenarnya hati Izzah pun menjadi dilema tak karuan. Bukan karena menyesal telah memasukkan mertua pembunuh ayah kandungnya itu, tetapi karena dia memikirkan tentang Alif. Sesungguhnya memang karena emosi yang terlewat tinggi, hingga dia gelap mata. Izzah amat tahu jika Alif, Widodo dan juga Desi tak ikut bersalah."Bi, sudah dibersihkan semua barang-barang milik keluarga Bu Citra?" tanya Izzah pada asisten rumah tangganya dengan lembut."Semua sudah siap saya letakkan di teras, sesuai dengan instruksi dari Neng Izzah kemarin," jawab Bi Karmi dengan sangat sopan.Izzah hanya mengangguk segera berlalu ke luar rumah. Seperti yang telah dia katakan kemarin, memang semua barang milik keluarga benalu itu akan dikeluarkan dari rumah ini. Tetapi Izzah tak terlalu kejam juga, dia telah menyewa sebuah rumah untuk menampung semua barang itu, karena rumah yang dibangun belum selesai. "Maafkan Izzah, Pa. Semoga saja Papa bisa mengerti dengan k
Bab 56Awalnya Izzah memang merasa kasihan kepada Alif karena harus berada dalam jeruji besi juga meski tak bersalah. Tetapi setelah pertemuan itu tadi, Izzah malah menjadi semakin emosi saja. Emosi wanita cantik itu langsung terpatik tatkala Alif meminta dia untuk melepaskan Bu Citra."Gampang sekali Alif berucap seperti itu! Coba dia saat ini berada di posisiku, pasti yang akan dia lakukan lebih ekstrem dari ini! Aku yakin itu!" Izzah masih berucap penuh emosi saat ini meski sudah berada di dalam mobil.Sebenarnya dia pun masih tak menyangka jika hidupnya akan menjadi berantakan seperti ini setelah kepergian Pak Hasan."Seharusnya dulu aku dengan keukeuh tak mau menerima perjodohan itu! Jika aku tak menikah dengan Alif, pasti saat ini Papa itu masih hidup! Aku ini memang bodoh!" Izzah merasa amat kecewa pada dirinya sendiri.Wanita itu pun kemudian menangis sejadi-jadinya di dalam mobil, tangisan yang telah dia tahan selama beberapa hari ini.Di depan para keluarga benalu dan di de
Bab 57Pov Bu Citra"Bu, aku nggak mau terus disini, banyak nyamuk nya nih!" Sejak tiba disini Desi terus saja merengek seperti anak kecil."Ya sudah pukul saja!" jawabku sekenanya."Sudah aku pukul, tapi nggak kena juga! Mereka tuh gesit banget deh, habis gigit langsung saja pergi. Bentol dan gatal semua ini loh!" Desi kembali merengek kali ini malah puteri sulungku itu mirip seperti anak usia lima tahun."Desi, kamu itu jangan manja begitu dong. Kamu itu sudah besar!" ucapku dengan kesal.Sebenarnya tentu bukan hanya Desi saja yang merasa kesal di tempat ini, tetapi aku juga. Malam ini adalah malam kedua yang harus kami lewati sebagai seorang pesakitan. Rasanya sungguh sangat menyakitkan, jika boleh memilih tentu lebih enak di rumahku dulu yang peot dari pada di hotel prodeo ini."Bu ayo dong kita pulang! Aku nggak mau disini terus." Desi kembali berucap sambil menangis.Karena jengkel aku pun langsung memukul kepalanya dengan sandal. "Aduh, ibu ini apaan sih!" protes Desi seketika.
Bab 58Pov Bu CitraKetika sudah bisa masuk ke dalam rumah Pak Hasan, saat itu aku sebenarnya sudah bisa merasakan sebuah aura kemenangan. Tetapi ada sedikit yang membuat aku kecewa saat itu. Nyatanya Izzah hanya lembut di penampilannya saja. Padahal dia malah lebih garang dari singa betina! Sebenarnya sih dia tetap seorang gadis cantik yang lemah lembut pada semua orang, tapi ketika ada yang mengusiknya atau berbuat tak satu paham dengannya, tentu dia akan langsung bertindak dengan tegas.Namun hal itu tak begitu menjadi masalah bagiku, toh Pak Hasan tetaplah orang yang paling baik yang pernah kukenal. Suatu kali aku pernah berbincang hanya berdua dengan Desi."Bu, sepertinya Pak Hasan itu hatinya baik banget loh. Apa nggak lebih baik jika ibu mendekati dia? Kalau misal nih ibu menikah sama dia, maka nggak perlu susah payah menyingkirkan si Izzah yang sombong itu!" ucap Desi dengan sangat entengnya."Sepertinya ide kamu itu bagus sekali deh Des. Tapi ... Apa dia mau sama ibu yang suda
Bab 59Proses hukum pada Bu Citra tetap berjalan untuk saat ini. Tetapi hari ini memang Izzah kembali datang ke kantor polisi bersama sang pengacara untuk mencabut tuntutan pada Alif, Widodo dan juga Desi. Serta memberikan surat gugatan cerai dari suaminya itu.Sebenarnya sang pengacara telah mengurus surat pencabutan itu sejak kemarin, jadi hari ini ketiganya sudah bisa menghirup udara bebas.Sebelum membebaskan ketiga orang itu, saat ini Izzah lebih dulu ingin bertemu dengan Bu Citra. Ada beberapa Hal yang ingin dia sampaikan. Sementara sang pengacara mengurus berkas.Bu Citra datang dengan langkah gontai, karena dia tahu jika menantunya itu membiarkan dia mendapatkan hukuman yang setimpal. Wanita setengah baya itu pun duduk sambil menunduk."Bu, tolong maafkan saya ya. Karena meski telah mencoba, nyatanya saya tetap tak bisa membiarkan ibu melenggang bebas setelah menghabisi nyawa Papa," ucap Izzah yang berusaha sekuat tenaga menahan emosi.Bu Citra langsung mendongak demi mendeng