Wyatt membuka matanya lebar-lebar sekarang. Langit-langit kamarnya tampak sedikit gelap. Di dalam kamar ini ia mendengar suara napas orang lain dan merasa sakit. Seharusnya Anna-lah yang ada di sana bukan orang lain. Tetapi, Anna tidak ada di samping Wyatt melainkan di dalam tanah.Dengan hati-hati Wyatt berdiri dari atas tempat tidur. Lampu telah dimatikan sebelum ia memutuskan untuk tidur tadi. Dari sisa-sia cahaya yang berasal dari luar, Wyatt bisa melihat Yulia yang terlelap tenang. Wanita yang baru dinikahi oleh Wyatt ini pasti lelah sekali seharian ini.Wyatt beringsut ke tepi tempat tidur, menarik menyibak selimut dengan hati-hati supaya Yulia tidak terbangun dan turun. Ia berjalan dalam kegelapan dan sampai di pintu. Di luar lampu masih menyala. Mungkin para pekerja yang kebetulan bertugas untuk membereskan perkakas yang disewa telah datang. Memang katanya mereka akan datang pada malah hari setelah acara resepsi kecil-kecilan ini selesai. Wyatt sama sekali tidak peduli dilihat
Yulia sengaja keramas di pagi hari, tidak peduli dengan tidak terjadi apa-apa di dalam kamar. Selepas berganti pakaian, ia keluar kamar dan menemukan Albert, kakek suaminya ada di ruang tengah, tengah mengecek sesuatu di surat kabar pagi.“Maaf, Kek, saya terlambat bangun!” Sedikit bergegas Yulia menghampiri pria tua itu, menatap dengan khawatir kalau-kalau pria tua yang membesarkan Wyatt seorang diri tersebut akan marah, mengatakan kalau ia wanita yang tidak berguna.“Tidak masalah! Aku dan mendiang istriku tidak keluar dari kamar setelah malam pertama kami!” Albert mengerling jahil pada Yulia.Yulia merasa sangat malu, walau tidak melakukan apapun kemarin. Ia bergegas melewati Albert begitu saja dan sampai di dapur. Pembantu rumah tangga rumah itu menyapa Yulia dengan sebutan Nyonya dan membiarkannya mengecek kulkas.“Apa yang biasa di mana Pak Albert dan Wyatt?”Ia tidak tahu kesukaan kedua pria yang tinggal di rumah itu. Padahal seharusnya ia mencari tahu terlebih dahulu dengan be
“Anna, maafkan aku!” Wyatt meringkuk di atas ranjang Anna, merasa nyaman dan aman.Keributan di luar, orang-orang yang sedang membuka seluruh tenda dan mengangkat kursi-kursi tidak berarti apa-apa buatnya. Ia memejamkan mata dan samar-samar mendengar tawa Anna dari segala arah. Suara Anna yang berkata betapa bodoh Wyatt karena jatuh cinta padanya.“Tidak apa. Biar saja aku bodoh! Yang penting kamu tidak meninggalkanku.”Tak lama Wyatt tertidur. Ia tidak memimpikan apapun. Ia hanya melihat kegelapan tanpa akhir dengan suara-suara Anna mengema di mana-mana. Ia kemudian terbangun ketika pintu rumah diketuk dengan heboh. Ia tahu pelakunya dan tidak bisa melakukan apa-apa.“Meninggalkan istrimu sendiri di rumah dan malah ada di sini! Tidakkah kamu keterlaluan?”Wajah kakeknya langsung menyapa ketika Wyatt telah membuka pintu sedikit.“Aku akan segera kembali!” kata Wyatt.Albert, kakek Wyatt menghela napas keras dan berbalik pergi ke dalam rumah.Halaman rumah tempat tenda kemarin berdiri
Dominic berhenti tepat di depan kubikel tempat asisten dan sekretarisnya duduk. Ia menatap seorang pria yang tengah menyusun sesuatu di sana dan menyadari kalau sudah seminggu sejak ia datang ke acara pernikahan pria itu.“Rupanya sudah waktunya kamu masuk,” kata Dominic sehingga pria yang diajaknya bicara mengangkat kepala dan berdiri.“Selamat pagi, Pak!” sapa pria itu pada Dominic.“Aku tidak menyangka kalau kamu benar-benar akan masuk!” Dominic membuang muka. “Atur pekerjaanmu dengan baik. Tolong panggilkan Azzar ke dalam ruanganku!” suruh Dominic. Ia masuk ke dalam ruangannya setelah itu.Dominic melepaskan jasnya. Ia kemudian duduk dan memutar kursi putarnya melihat ke luar jendela. Jalanan tampak ramai di luar sana. Ia merasa kesal hanya dengan memikirkan keberadaan asisten baru yang direkomendasikan oleh tunangannya. Andai saja ia bisa mengingkari janjinya dengan suatu alasan yang kuat, tetapi untuk sekarang Dominic tidak bisa malakukan hal itu.“Tuan, ini saja Azzar!” Pelayan
Esme, jika aku jatuh cinta pada orang yang kamu cintai, apa yang akan kamu lakukan?Esme terbangun dan langsung duduk karena kaget. Sudah hampir tiga bulan sejak Anna ditemukan meninggal tergantung di dalam kamarnya. Wyatt, teman Anna sejak kecil sudah menikah. Kecuali saat hari Esme ada di tempat yang sama di tempat penemuan tubuh Anna, ia tidak lagi melihat Anna di dalam mimpinya.Lalu hari ini tiba-tiba saja Esme melihat Anna kembali menanyakan pertanyaan yang sama dengan yang ditanyakan oleh gadis itu sesaat sebelum ia dengan terang-terangan mengejar Dominic.“Nona, saya akan masuk sekarang!” Pelayan Esme mengetuk pintu dan memberitahukan kedatangannya.Esme merengangkan tubuhnya sedikit sebelum kemudian duduk di atas ranjang. “Masuklah!” suruhnya.Pintu diketuk lagi, si pelayan sekali lagi mengatakan kalau minta izin untuk masuk dan kemudian muncul dengan nampan berisi sarapan pagi. “Sarapannya mau ditaruh di mana, Nona?’ tanya si pelayan pada Esme.“Taruh saja di sana!” tunjuk E
“Azzar, Esme akan datang sekitar pukul 12 siang. Tolong awasi dia sampai aku datang. Dia pasti mendatangi bajingan itu dulu untuk mengucapkan selamat!”Azzar telah menerima perintah. Setelah memeriksa jadwal Dominic yang menjadi tuannya, melaporkan jadwal yang waktunya paling dekat, Azzar turun ke lobi dan tetap di sana untuk mengawasi pergerakan Wyatt.Ia berpura-pura membaca buku, tetapi matanya terus awas dengan kemunculan Wyatt yang masuk ke berbagai ruang yang menangani beberapa pekerjaan. HRD telah menyerahkan tugas yang membuat Wyatt sibuk.“Tidakkah membuang-buang waktumu?” Azzar mengangkat kepala karena yakin kalau Wyatt mengajaknya bicara. Ia menutup buku, tetapi membatasi halaman yang dibaca dengan jari telunjuknya. “Kamu sedang bicara denganku?” tanya Azzar ingin tahu.“Apa kamu sudah menunggu Nona Esme? Aku selalu penasaran dengan hubunganmu dan Esme. Kalian tidak seperti majikan dan bawahannya. Apa ini hubungan yang rahasia?”Rasanya Azzar ingin memukul Wyatt keras-kera
Wyatt hanya curiga saja awalnya. Itu pun karena tindak-tanduk Azzar juga. Jika mereka kebetulan bertemu dan ada Esme di sana, mata Azzar tidak akan berhenti memperhatikan Esme. Sesekali walau tidak kentara senyum terbit di bibir Azzar. Rasanya seperti melihat seorang penjahat yang jatuh cinta pada musuhnya. Tatapan yang diberiakn Azzar kepada Esme bukan sebuah penghormatan, tetapi keinginan untuk mengingat bagian diri Esme yang dicintai.“Dia adalah pria yang bodoh!” gumam Wyatt pelan.Ia kemudian menyadari kalau sama bodohnya dengan Azzar dan merasa bersimpati di detik kemudian. Mereka adalah dua pria bodoh yang tidak bisa mendapatkan cinta. Yang lebih menyiksa adalah melihat wanita yang dicintai malah bersama dengan pria lain.Wyatt pikir mungkin keinginan Azzar bisa dimanfaatkan. Akan tetapi, akan butuh waktu untuk melakukannya. Karena bukankah sebelum ini sudah begitu banyak kesempatan untuk Azzar mendekati Esme? Tetapi, pria bodoh lainnya itu hanya berdiri di pagar pembatas saja.
“Tuan Muda, makan malam telah siap!” Pelayan yang mengepalai para pelayan lain memberitahukan Dominic dari luar kamarnya.Ia telah selesai mandi, sedang mengeringkan kepalanya dengan handuk. “Ya, baiklah! Aku akan turun!” serunya tampak bermaksud untuk membuka pintu sedikit pun.Dominic tidak punya siapapun lagi di dunia ini. Kedua orang tuanya telah meninggal. Kakek dan neneknya ada di luar negeri setelah mengetahui Dominic bisa mengurus semua perusahaan mereka seorang diri. Yang ada di sekelilingnya hanya orang-orang kepercayaan dari kedua orang tuanya dulu.“Tuan Muda, keluarga Nona Esme kemarin telah mengirimkan pesan dan menyetujui rencana pernikahan yang Anda ajukan!”Senyum terbit di bibir Dominic. Selama ini rencana pernikahnnya ditolak karena keluarga Esme menilai putri mereka sampai kekanak-kanakan. Esme masih belum bisa menjadi nyonya besar Dominic.“Baguslah! Aku akan memberitahu Esme juga!” kata Dominic senang.Ia pastinya tidak akan kesepian lagi di rumah besar ini. Ada
“Pak, Ibu membenciku, kan?”Azzar benar-benar tidak tahu harus menjawab apa. Ia tahu kalau Esme menyayangi putranya. Ia juga tahu kalau bagi Esme William adalah dunianya sekarang. Tetapi, ada begitu banyak alasan yang membuatnya tidak menjawab.“Kenapa Pak Azzar diam saja?” tanya William.“Anda harus makan sekarang Tuan! Kalau Anda sehat, kita akan pergi menemui ibu Anda!”***Orang-orang itu hanya menginginkan kekuasaan saja. Setelah Dominic meninggal, Esme didatangi oleh banyak sekali pria yang menyampaikan duka cita padanya. Ia bahkan tidak kenal dengan salah seorang pun dari tamu-tamu tersebut. Ia muak harus bertemu dengan mereka semua.“Mereka sama persis seperti hyena, Wyatt!” kata Esme.“yah, seperti itulah! Bagaimana pun Anda adalah janda kaya yang kesepian sekarang. Jadi mereka datang untuk menghibur dan mendaftarkan diri sebagai kandidat wali untuk Tuan Muda juga!”Dahi Esme berkerut mendengarnya. Dan untuk pertama kalinya setelah kehilangan waktu untuk tersenyum karena kese
“Ayah mana?”Sudah setahun Dominic meninggal karena kecelakaan. Tetapi, setiap kali melihat foto pria tersebut di tengah ruangan William akan bertanya tentang ayahnya. Hingga Esme merasa kalau Dominic masih ada di sini, begitu sehat untuk berkeliaran di sekeliling rumah. Hanya saja tidak terlihat di mata Esme.“Ayah tidak ada di sini!” Suara Esme tercekat saat mengatakannya. Rasanya dada Esme direngut keluar dengan sekuat tenaga. Menyakitkan, tetapi anehnya ia masih saja tetap hidup setelah semua kekerasan yang ditujukan padanya.“Kenapa Ayah tidak ada di sini?” tanya William lagi.Usianya empat tahun lebih sekarang. Sebentar lagi William akan dimasukan ke taman kanak-kanak. Dengan begitu intensitasnya berada di sekitar Esme berkurang. Mungkin dengan begitu William tidak akan terus-terusamn bertanya tentang ayahnya yang bahkan tidak dilihat Esme pemakamannya.“Will ... tolong ke sini sebentar!” Suara Wyatt membuat anak laki-;laki Dominic itu cemberut.Ia menghentakan kaki sebanyak dua
“Mil, ini bisa saja hanya karena cahaya. Kita tidak bisa langsung ke sana dan mendobrak Arul!”Alan mencoba untuk memberi pngertian pada istri dan juga mamanya. Akan tetapi, tampaknya sama sekali tidak berhasil. Kedua wanita ... ralat, ketiga wanita yang ada di sana, sang mama, istrinya dan Delilah tampaknya tidak dengar apa yang baru saja Alan katakan.Alan hanya bisa menghela napas dan kemudian mengelengkan kepalanya lembah. Saat akan minta bantuan pada papanya yang juga ada di ruangan itu dan lebih sibuk dengan Arion, Alan tahu kalau tidak ada yang bisa menghentikan ketiga orang tersebut dengan alasan biasa-biasa saja.Otak Alan berpikir keras untuk bisa menemukannya. “Kalau kita melakukan kesalahan dengan datang ke sana dan menuduh, kemungkinan kita akan dilarang untuk bertemu dengan Nazril!”Keheningan mencekam ruangan seketika. Rencana separatis yang disusun mamanya mengambang di udara, senyap. Lalu para wanita yang penuh semangat tadi duduk dengan manis di kursi sofa masing-mas
“Ah, aku kecewa sekali!” Suami Yulia mengeluh untuk kesekian kali. Ia memegang erat-erat setir mobil dan wajah cemberutnya mampu membuat orang yang menangis tertawa terbahak-bahak.Putri mereka Amanda telah tertidur setelah menganggu ayahnya dengan pertanyaan seperti jalan apakah ini, atau siapa orang yang hidungnya bengkok itu? Selama setengah perjalanan.“Hei ... ini kan hari refreshingku! Kan kamu sendiri yang bilang kalau aku boleh memilih tempat yang ingin kutuju hari ini. Ya, kan?” tanya Yulia sambil mengedip.Suaminya masih saja cemberut. “Ya, aku memang mengatakan yang seperti itu sih! Tapi aku sama sekali tidak yakin kalau mengatakan itu perjalanan ke rumah temanmu. Siapa namanya? Esme? Mantan suamimu juga bekerja di sana, kan?” tanya suami Yulia dengan nada tidak senang.Yulia menjulurkan tangannya untuk menyentuh punggung tangan sang suami yang saat ini di atas setir mobil. Ia menepuknya beberapa kali untuk bisa mendapatkan perhatian.“Aku akan memberitahumu sekali lagi. Ba
Tangan wanita itu merangkul leher suaminya. Lipstik yang mewarnai bibir merah wanita itu sama sekali tidak cantik lagi. Seolah sesuatu telah menghapusnya dengan cepat, membuat wanita itu kewalahan untuk sekedar mempertahankan warna di bibirnya.“Esme?” Pria yang dipeluk oleh wanita itu terkejut, malahan melebih perasaan Esme yang menyaksikan.Mendengar namanya disebut, Esme hanya tertawa kecil. Ia merasa kalau kejadiannya akan lebih seru seandainya ia terlambat datang sedikit lagi. Ia membiarkan William pergi memeluk kaki ayahnya dan berbalik pergi.Begitu tak dapat lagi melihat wajah Dominic, Esme merasakan perih di dadanya tiba-tiba. Ia berhenti berjalan dan menunduk lebih dalam. Kenapa rasanya ia seperti sendirian sekarang ini.“Nyonya, Anda baik-baik saja, kan?”Esme mengangkat kepalanya, terpana selama beberapa saat dan kemudian berdiri dengan tiba-tiba. Ia lekas memeluk pria yang menunduk bertanya itu. Lalu menangis layaknya anak kecil yang dijahati oleh semua orang.Rasanya leb
“Nyonya, Tuan menolak menerima makanan yang Anda kirimkan lagi!” Pelayan yang diutus oleh Esme ke kantor Dominic kembali membawa rantang yang sama sekali tidak disentuh sedikit pun.William yang mendengar suara seseorang mendekat berhenti dan menaruh perhatian pada ibunya beberapa saat sebelum kemudian sibuk dengan permainannya kembali.“Jam berapa Pak Azzar biasanya kembali ke pavilliun?” tanya Esme.“Sekitar jam 7 malam, Nyonya! Apa saya perlu menghubungi beliau untuk menemui Nyonya saat pulang?” tanya si pelayan. Ia lebih gelisah dibandingkan biasanya.“Tidak! Tolong panggilkan Pak Wyatt kemari. Ada yang mau aku katakan padanya!”Si pelayan pergi dengan rantang yang belum disentuh Dominic. Esme hanya memandanginya sampai menghilang dan membelai kepala putranya saat anak itu mendekat dengan langkah lambat.Sudah hampir tiga bulan Dominic tidak berada di rumah. Langkah kaki William yang awalnya ragu-ragu sudah menjadi sangat mantap. Kalau dibiarkan terus maka anaknya keburu pandai be
William menangis tiba-tiba malam tadi. Padahal William adalah anak paling tenang yang diketahui oleh semua orang. Ia tidak menjerit saat jatuh sendiri dan suka bertualang di kebun mawar tempat Esme minum teh.“Mungkin karena Nyonya gelisah, makanya Tuan Muda jadi tidak tenang!” Pengasuh yang didatangkan dari rumah kedua orang tuanya berpendapat seperti itu.Pikiran Esme memang tidak tenang. Sejak sore tadi ia merasa sudah mengatakan sesuatu yang salah. Apalagi Wyatt yang seharusnya belum pulang, tiba-tiba saja minta izin untuk keperluan mendadak.Jika saja ada Yulia di rumah, maka esme pasti akan percaya. Namun, wanita yang mencintai Wyatt itu tidak ada di rumah asistennya itu sekarang. Mereka telah bercerai.“Mungkin kamu benar!” katanya pasrah. “Bagaimana aku menenangkan diri?” tanya Esme bingung.Biasanya ia akan menanyakan hal ini pada Wyatt. Asistennya itu selalu tahu apa-apa yang diinginkan Esme bahkan sebelum bicara. Seolah Wyatt membaca pikirannya yang tidak dipahami sendiri.
“Bagaimana aku bahagia kalau kamu tidak ada di sini?” bisik Wyatt pelan.Wyatt lekas tersadar kalau bukan hanya dirinya saja yang ada di ruangan ini saat ini. Begitu sadar ia langsung memeluk nampan dan tersenyum seolah tidak ada hal yang buruk yang pernah terjadi padanya.“Kamu bilang apa?”Wyatt tetap tersenyum dan tanpa mengatakan apa-apa ia pergi. Begitu ia melewati pintu ruangan tempat Esme duduk dan minum teh, Wyatt berlari sekuat tenaga. Dengan napas yang terengah-engah ia meletakan nampan yang tadi didekap. Para tukang masak yang tengah istirahat memandangnya dengan terheran-heran.“Ada masalah, Wyatt?”Dengan tubuh gemetar, Wyatt menutup mulutnya. Ia penasaran dengan seperti apa tampangnya sekarang. Pasti tidak bisa baik-baik saja.“Wyatt!” Tukang masak yang paling tua menghampiri dirinya. Disentuhnya bahu Wyatt perlahan. “Apa kamu benar baik-baik saja? Kamu tampak terguncang!”Wyatt menelan ludah. Ia tidak akan bisa bertemu dengan Esme saat ini. Ia tidak akan bisa bersikap n
“Bagaimana kamu ada di sini?” tanya Dominic.Hampir seminggu ia tak mengunjungi rumah utama. Ia lebih nyaman berada di rumah yang dibelinya secara rahasia. Dan mengatasi masalah dari sana. Kepalanya terasa damai karena tidak perlu melihat Esme untuk sementara. Walau hatinya masih tetap panas setiap kali pergi ke kantor dan kemudian bertemu dengan Azzar. Rasanya ia ingin mendepak pria itu secepat kilat dari kehidupan, hanya saja belum mendapatkan alasan yang tepat.Lalu sore ini ia melihat seseorang duduk berjongkok di depan rumah pribadinya yang disembunyikan> Rumah yang terlarang untuk dimasuki Esme dan Azzar kini. Ia pikir mungkin itu adalah gelandangan yang tersesat, tetapi menyadari dengan cepat saat membuka jendela mobil kalau yang datang adalah si sekretaris yang dimanfaatkan untuk membuat Esme marah besar seminggu lalu.Dominic tidak turun dari mobil. Hanya jendela kaca mobilnya saja yang sengaja dibuka. Ia menatap si sekretaris dari atas sampai bawah, kelihatannya ia baru saja