Wajah Azzar terlihat lumayan buruk saat ia kembali dengan rantang kosong dari kantor suami Esme. Tidak ada senyuman yang muncul di wajah itu bahkan saat mereka berpapasan. Ada apa? Ia jadi bertanya-tanya karena tidak nyaman. Walau gosip tentang dirinya dan Azzar sudah menghilang dengan sepenuhnya setelah pergantian pelayan di rumah. Esme sama sekali tidak mau membuat siapapun menjadi salah paham lagi. Makanya, kalau tidak untuk kegiatan yang bisa dilihat oleh banyak orang, Azzar tidak akan dipanggil.“Di mana Azzar?” Pikiran Esme menjadi kalut karena perasaan tidak nyaman yang datang padanya.Pelayan yang sedang menuangkan teh ke dalam cangkirnya terdiam sebentar dan kemudian memerintahkan salah seorang juniornya untuk mengecek di mana Azzar yang lebih seperti asisten semua orang itu. Tak lama junior yang ditugaskannya kembali dengan langkah kecil cepat dan napas sedikit sesak.“Pak Azzzar ada di paviliunnya! Saat saya berkata kalau Anda mencari, dia bilang sudah mengantarkan makan
Saat Dominic bertanya pada Azzar, Esme memalingkan wajahnya ke arah lain. Kondisinya jelas tidak baik-baik saja. Tampaknya Esme telah mendengar nama pelaku dan tertekan karena hal itu.“Azzar, apa aku kenal dengan bajingan ini?” tanya Dominic sekali lagi hanya untuk memastikan saja.“Ya, Tuan, Anda kenal dengan bajingan ini!” katanya dengan nada datar layaknya robot yang telah diprogram.Dominic lalu memanggil pelayan yang tetap berada di taman pavilliun. Bergegas semua pelayan tersebut mendekat, menunduk sedikit untuk menanyakan apa yang dibutuhkan oleh Dominic sebagai tuan mereka.“Ada apa, Tuan?” tanya salah satu pelayan yang tampak lebih senior dibandingkan dengan yang lain.“Tolong bawa istriku ke kamarnya. Tampaknya dia sedikit lelah dengan pembicaraan ini.” Dominic melirik wajah pucat Esme yang tampak tidak terima karena harus meninggalkan pavilliun Azzar. “Aku akan memberitahu apa yang ingin kamu ketahui nanti, oke? Bisakah kamu mematuhiku, Esme?” tanya Azzar.Walau masih saja
“Ah, Wyatt, kamu disuruh masuk cepat sama Pak Dominic. Aku tidak tahu, tapi wajahnya seram sekali tadi!” Sekretaris yang seharusnya menyerahkan dokumen kemarin pada Wyatt berbisik begitu ia menghampiri.Ah, wajah yang seram? Tentu saja Dominic telah mendengar apa yang terjadi di kantor dari Azzar. Bagaimana pria yang seperti bos bijaksana itu bersikap? Apakah ia akan meneriaki Azzar di depan Wyatt ataukan dirinya yang akan disingkirkan? Yang mana pun tindakan yang dipilih oleh Dominic tidak akan mengagalkan rencananya. Ia telah mempersiapkan ini sejak lama. Mencari jalan yang bahkan tidak dipikirkan oleh pebisnis seperti Dominic tentu saja.Ia meninggalkan meja sekretaris secepat yang Wyatt bisa kemudian mengetuk pintu kantor bosnya yang menjadi tempatnya bekerja pula. Tempat duduknya masih sama seperti saat ditinggalkan kemarin sore, suram.“Baguslah kalau kamu langsung kemari setelah mendengar pesanku!” Dominic terdengar dingin, sedikit datar dan tampaknya seperti pemangsa yang siap
Saat Wyatt sampai di halaman dengan motornya, Azzar baru saja akan berangkat menuju kantor untuk memenuhi posisi sebagai asisten Dominic yang baru saja diambil dari Wyatt.“Kamu akan bersenang-senang, Azzar!” Wyatt menyapanya. Ia sama sekali tidak merasa bersalah dengan perbuatannya yang sebelumnya dan itu membuat Azzar merasa sangat kesal.“Ah, ya, kamu juga akan bersenang-senang!” Wyatt mengangkat tangan, melangkah malas ke atas tangga teras. Ia menguap dan bersikap sangat malas. “Di mana bosmu? Bukankah seharusnya kamu berangkat bersamanya?” tanya Wyatt.“Tuan Dominic sudah pergi dari tadi. Aku menyelesaikan instruksi untukmu terlebih dahulu! Aku tidak mau ada kekacauan!” jawab Azzar. Ia memerintahkan dirinya untuk tidak terganggu dengan sikap pria di depannya yang menyebalkan.“Instruksi untukku? Yang benar saja! Memang pekerjaan apa yang kamu lakukan di sini?” Wyatt menatap sekeliling. “Kamu hanya diminta untuk menemani Esme yang sedang hamil, kan?” Wyatt mengangkat bahu.Ia mela
Esme bisa merasakannya, sebuah sindiran yang ditujukan padanya. Ia tergoda untuk marah, mengatakan sumpah serapah pada pria yang tiba-tiba saja menjadi menyebalkan. Dulu saat Yulia masih menjadi istri pria ini, Wyatt bisa dimengerti. Semua tindakannya mendadak menjadi mudah dipahami. Ia bertindak bagaikana orang dewasa yang memahami sangat baik rasa sakit orang lain. Hingga Esme merasa iba pada kisah cinta Wyatt dan Anna.Tetapi kini, pria ini menjadi sangat menyebalkan. Terkesan tidak peduli dengan perasaan orang lain. Peduli setan dengan semua hal bernama cinta dan kesetiaan. Tiba-tiba saja ia menjelma menjadi setan.Esme pernah mendengar kisah Loki, dewa perusuh, tipu daya, kebohonga. Dewa yang suka meniupkan beberapa kebohongan pada sekitarnya, menyebabkan peperangan. Permusuhan dianggap sebagai sebuah hiburan untuknya. Esme melihat hal itu di diri Wyatt. Pria ini, yang menyindir dan berkata-kata manis sedang berusaha membuatnya dan Dominic bertengkar.“Kalau komentarmu supaya aku
Walau tampaknya Dominic berusaha menerangkan kepada Esme kalau pemilihan waita sebagai sekretarisnya itu di luar kuasa dirinya sendiri, wajah Esme yang dilihat Wyatt di lobi tampak masih buruk saja. Ia tidak bertanya, hanya mengambil rantang yang ada di tangan Esme yang sudah kosong dan kemudian pergi lebih dulu ke mobil. Rantang diletakan di atas tempat duduk di samping sopir. Ia kemudian menunggu dengan tenang Esme sampai ke mobil.Setelah memastikan Nyonya yang dilayaninya itu telah duduk dengan baik, Wyatt melajukan kendaraan menjauh dari tempat parkir. Ia masih tidak bertanya apa yang terjadi antara Esme dan Dominic setelah ditinggalkan.Yang jelas wanita yang bekerja di depan sama sekali tidak akan memberikan kesempatan kepada Dominic untuk baik-baik saja. Syukurlah.“Dia menyebalkan!” seru Esme akhirnya. “Kamu juga!”“Kenapa aku jadi salah disini?” Wyatt akhirnya bicara juga. Ia sudah menunggu dengan sabar untuk saat-saat seperti ini. Karena itu ia ingin tahu apakah yang bisa d
Pembicaraan bisnis ini berlangsung dengan sangat baik. Padahal ia cukup tidak senang dengan keberadaan sekretaris dengan jenis kelamin wanita yang diterima oleh pihak HRD. Malahan gadis itu lebih membantu dibandingkan dengan sekretarisnya yang sebelumnya.“Pembicaraan kita berjalan dengan sangat lancar, ya, Pak? Kemampuan sekretaris Anda dalam menanggani dokumen sangat baik. Yah, tidak lebih baik dengan asisten Anda hari itu. Siapa namanya?” tanya kolega baru Dominic.“Wyatt ... maksud Anda pasti Wyatt!” jawab Dominic.Sekali lagi mau tak mau Dominic harus mengakui kemampuan Wyatt yang bagus. Memang benar kalau pria itu bisa dengan mudah menyelesaikan semuanya dengan baik. Bahkan Dominic yakin kalau Wyatt bisa menyelesaikan pembicaraan bisnis ini sendiri. Selain Dominic, Wyatt juga telah diajarakan cara berbisnis sedari kecil. Dan kuliah di tempat yang bagus juga.“Kapan-kapan saya ingin mengundang Anda berdua makan malam!”“Ya, saya dan Wyatt tentu sangat senang dengan undangan terse
Azzar menghela napas dalam. Apa yang sebenarnya diharapkan? Wyatt bukan tipe orang yang akan tiba-tiba berubah dan berhenti untuk balas dendam. Ia bahkan telah menceraikan Yulia supaya bisa membalas dendam dengan bebas. Namun, setitik harapan di dalam hati Azzar bersinar. Tidak ada salahnya mencoba begitu kata otaknya pada Azzar.“Dia tidak ada di kantor! Sekarang dia menjadi asisten Esme, mengantikan aku!”“Oh, begitu?” Wajah tegang Yulia yang sejak tadi dilihat Azzar sedikit menghilang.Tampaknya wanita yang tengah hamil ini bersyulur karena tak harus bertemu dengan Wyatt di kantor. Atau ia bersyukur karena tidak harus bertemu dengan pria itu saat ini.“Apa kamu mau ke rumah Esme sekarang?” tanya Azzar.Apapun yang ada di dalam kepala Yulia, ia harus sedikit berbasa-basi menawarkan bantuan. Etah pada akhirnya apakah Yulia akan menolak ataukan dengan senang hati menerimanya.“Ya!” jawab Yulia.“Kalau begitu kamu bisa ikut denganku! Aku juga tinggal di pavilliun di kediaman Pak Domini
“Pak, Ibu membenciku, kan?”Azzar benar-benar tidak tahu harus menjawab apa. Ia tahu kalau Esme menyayangi putranya. Ia juga tahu kalau bagi Esme William adalah dunianya sekarang. Tetapi, ada begitu banyak alasan yang membuatnya tidak menjawab.“Kenapa Pak Azzar diam saja?” tanya William.“Anda harus makan sekarang Tuan! Kalau Anda sehat, kita akan pergi menemui ibu Anda!”***Orang-orang itu hanya menginginkan kekuasaan saja. Setelah Dominic meninggal, Esme didatangi oleh banyak sekali pria yang menyampaikan duka cita padanya. Ia bahkan tidak kenal dengan salah seorang pun dari tamu-tamu tersebut. Ia muak harus bertemu dengan mereka semua.“Mereka sama persis seperti hyena, Wyatt!” kata Esme.“yah, seperti itulah! Bagaimana pun Anda adalah janda kaya yang kesepian sekarang. Jadi mereka datang untuk menghibur dan mendaftarkan diri sebagai kandidat wali untuk Tuan Muda juga!”Dahi Esme berkerut mendengarnya. Dan untuk pertama kalinya setelah kehilangan waktu untuk tersenyum karena kese
“Ayah mana?”Sudah setahun Dominic meninggal karena kecelakaan. Tetapi, setiap kali melihat foto pria tersebut di tengah ruangan William akan bertanya tentang ayahnya. Hingga Esme merasa kalau Dominic masih ada di sini, begitu sehat untuk berkeliaran di sekeliling rumah. Hanya saja tidak terlihat di mata Esme.“Ayah tidak ada di sini!” Suara Esme tercekat saat mengatakannya. Rasanya dada Esme direngut keluar dengan sekuat tenaga. Menyakitkan, tetapi anehnya ia masih saja tetap hidup setelah semua kekerasan yang ditujukan padanya.“Kenapa Ayah tidak ada di sini?” tanya William lagi.Usianya empat tahun lebih sekarang. Sebentar lagi William akan dimasukan ke taman kanak-kanak. Dengan begitu intensitasnya berada di sekitar Esme berkurang. Mungkin dengan begitu William tidak akan terus-terusamn bertanya tentang ayahnya yang bahkan tidak dilihat Esme pemakamannya.“Will ... tolong ke sini sebentar!” Suara Wyatt membuat anak laki-;laki Dominic itu cemberut.Ia menghentakan kaki sebanyak dua
“Mil, ini bisa saja hanya karena cahaya. Kita tidak bisa langsung ke sana dan mendobrak Arul!”Alan mencoba untuk memberi pngertian pada istri dan juga mamanya. Akan tetapi, tampaknya sama sekali tidak berhasil. Kedua wanita ... ralat, ketiga wanita yang ada di sana, sang mama, istrinya dan Delilah tampaknya tidak dengar apa yang baru saja Alan katakan.Alan hanya bisa menghela napas dan kemudian mengelengkan kepalanya lembah. Saat akan minta bantuan pada papanya yang juga ada di ruangan itu dan lebih sibuk dengan Arion, Alan tahu kalau tidak ada yang bisa menghentikan ketiga orang tersebut dengan alasan biasa-biasa saja.Otak Alan berpikir keras untuk bisa menemukannya. “Kalau kita melakukan kesalahan dengan datang ke sana dan menuduh, kemungkinan kita akan dilarang untuk bertemu dengan Nazril!”Keheningan mencekam ruangan seketika. Rencana separatis yang disusun mamanya mengambang di udara, senyap. Lalu para wanita yang penuh semangat tadi duduk dengan manis di kursi sofa masing-mas
“Ah, aku kecewa sekali!” Suami Yulia mengeluh untuk kesekian kali. Ia memegang erat-erat setir mobil dan wajah cemberutnya mampu membuat orang yang menangis tertawa terbahak-bahak.Putri mereka Amanda telah tertidur setelah menganggu ayahnya dengan pertanyaan seperti jalan apakah ini, atau siapa orang yang hidungnya bengkok itu? Selama setengah perjalanan.“Hei ... ini kan hari refreshingku! Kan kamu sendiri yang bilang kalau aku boleh memilih tempat yang ingin kutuju hari ini. Ya, kan?” tanya Yulia sambil mengedip.Suaminya masih saja cemberut. “Ya, aku memang mengatakan yang seperti itu sih! Tapi aku sama sekali tidak yakin kalau mengatakan itu perjalanan ke rumah temanmu. Siapa namanya? Esme? Mantan suamimu juga bekerja di sana, kan?” tanya suami Yulia dengan nada tidak senang.Yulia menjulurkan tangannya untuk menyentuh punggung tangan sang suami yang saat ini di atas setir mobil. Ia menepuknya beberapa kali untuk bisa mendapatkan perhatian.“Aku akan memberitahumu sekali lagi. Ba
Tangan wanita itu merangkul leher suaminya. Lipstik yang mewarnai bibir merah wanita itu sama sekali tidak cantik lagi. Seolah sesuatu telah menghapusnya dengan cepat, membuat wanita itu kewalahan untuk sekedar mempertahankan warna di bibirnya.“Esme?” Pria yang dipeluk oleh wanita itu terkejut, malahan melebih perasaan Esme yang menyaksikan.Mendengar namanya disebut, Esme hanya tertawa kecil. Ia merasa kalau kejadiannya akan lebih seru seandainya ia terlambat datang sedikit lagi. Ia membiarkan William pergi memeluk kaki ayahnya dan berbalik pergi.Begitu tak dapat lagi melihat wajah Dominic, Esme merasakan perih di dadanya tiba-tiba. Ia berhenti berjalan dan menunduk lebih dalam. Kenapa rasanya ia seperti sendirian sekarang ini.“Nyonya, Anda baik-baik saja, kan?”Esme mengangkat kepalanya, terpana selama beberapa saat dan kemudian berdiri dengan tiba-tiba. Ia lekas memeluk pria yang menunduk bertanya itu. Lalu menangis layaknya anak kecil yang dijahati oleh semua orang.Rasanya leb
“Nyonya, Tuan menolak menerima makanan yang Anda kirimkan lagi!” Pelayan yang diutus oleh Esme ke kantor Dominic kembali membawa rantang yang sama sekali tidak disentuh sedikit pun.William yang mendengar suara seseorang mendekat berhenti dan menaruh perhatian pada ibunya beberapa saat sebelum kemudian sibuk dengan permainannya kembali.“Jam berapa Pak Azzar biasanya kembali ke pavilliun?” tanya Esme.“Sekitar jam 7 malam, Nyonya! Apa saya perlu menghubungi beliau untuk menemui Nyonya saat pulang?” tanya si pelayan. Ia lebih gelisah dibandingkan biasanya.“Tidak! Tolong panggilkan Pak Wyatt kemari. Ada yang mau aku katakan padanya!”Si pelayan pergi dengan rantang yang belum disentuh Dominic. Esme hanya memandanginya sampai menghilang dan membelai kepala putranya saat anak itu mendekat dengan langkah lambat.Sudah hampir tiga bulan Dominic tidak berada di rumah. Langkah kaki William yang awalnya ragu-ragu sudah menjadi sangat mantap. Kalau dibiarkan terus maka anaknya keburu pandai be
William menangis tiba-tiba malam tadi. Padahal William adalah anak paling tenang yang diketahui oleh semua orang. Ia tidak menjerit saat jatuh sendiri dan suka bertualang di kebun mawar tempat Esme minum teh.“Mungkin karena Nyonya gelisah, makanya Tuan Muda jadi tidak tenang!” Pengasuh yang didatangkan dari rumah kedua orang tuanya berpendapat seperti itu.Pikiran Esme memang tidak tenang. Sejak sore tadi ia merasa sudah mengatakan sesuatu yang salah. Apalagi Wyatt yang seharusnya belum pulang, tiba-tiba saja minta izin untuk keperluan mendadak.Jika saja ada Yulia di rumah, maka esme pasti akan percaya. Namun, wanita yang mencintai Wyatt itu tidak ada di rumah asistennya itu sekarang. Mereka telah bercerai.“Mungkin kamu benar!” katanya pasrah. “Bagaimana aku menenangkan diri?” tanya Esme bingung.Biasanya ia akan menanyakan hal ini pada Wyatt. Asistennya itu selalu tahu apa-apa yang diinginkan Esme bahkan sebelum bicara. Seolah Wyatt membaca pikirannya yang tidak dipahami sendiri.
“Bagaimana aku bahagia kalau kamu tidak ada di sini?” bisik Wyatt pelan.Wyatt lekas tersadar kalau bukan hanya dirinya saja yang ada di ruangan ini saat ini. Begitu sadar ia langsung memeluk nampan dan tersenyum seolah tidak ada hal yang buruk yang pernah terjadi padanya.“Kamu bilang apa?”Wyatt tetap tersenyum dan tanpa mengatakan apa-apa ia pergi. Begitu ia melewati pintu ruangan tempat Esme duduk dan minum teh, Wyatt berlari sekuat tenaga. Dengan napas yang terengah-engah ia meletakan nampan yang tadi didekap. Para tukang masak yang tengah istirahat memandangnya dengan terheran-heran.“Ada masalah, Wyatt?”Dengan tubuh gemetar, Wyatt menutup mulutnya. Ia penasaran dengan seperti apa tampangnya sekarang. Pasti tidak bisa baik-baik saja.“Wyatt!” Tukang masak yang paling tua menghampiri dirinya. Disentuhnya bahu Wyatt perlahan. “Apa kamu benar baik-baik saja? Kamu tampak terguncang!”Wyatt menelan ludah. Ia tidak akan bisa bertemu dengan Esme saat ini. Ia tidak akan bisa bersikap n
“Bagaimana kamu ada di sini?” tanya Dominic.Hampir seminggu ia tak mengunjungi rumah utama. Ia lebih nyaman berada di rumah yang dibelinya secara rahasia. Dan mengatasi masalah dari sana. Kepalanya terasa damai karena tidak perlu melihat Esme untuk sementara. Walau hatinya masih tetap panas setiap kali pergi ke kantor dan kemudian bertemu dengan Azzar. Rasanya ia ingin mendepak pria itu secepat kilat dari kehidupan, hanya saja belum mendapatkan alasan yang tepat.Lalu sore ini ia melihat seseorang duduk berjongkok di depan rumah pribadinya yang disembunyikan> Rumah yang terlarang untuk dimasuki Esme dan Azzar kini. Ia pikir mungkin itu adalah gelandangan yang tersesat, tetapi menyadari dengan cepat saat membuka jendela mobil kalau yang datang adalah si sekretaris yang dimanfaatkan untuk membuat Esme marah besar seminggu lalu.Dominic tidak turun dari mobil. Hanya jendela kaca mobilnya saja yang sengaja dibuka. Ia menatap si sekretaris dari atas sampai bawah, kelihatannya ia baru saja