Sharon menenangkan emosinya dan berkata sambil tersenyum, "Jangan khawatir, tapi... emosinya berubah terlalu drastis. Apa kalian nggak mempertimbangkan untuk bawa dia ke psikiater?"Jesse menggelengkan kepalanya tak berdaya. "Nggak ada gunanya. Nona Tammy sebelumnya udah pekerjakan banyak psikiater terkenal untuknya. Dia ikutin rencana perawatan tapi nggak efektif sama sekali. Seiring berjalannya waktu, dia juga mulai nolak perawatan psikologis."'Dia nggak terima perawatan psikologis dan cuma bergantung pada wewangian yang aku buat... Ini terlalu sulit untuk ditangani.'"Anda harus kembali dan istirahat. Saya rasa Nona Tammy akan coba dan bicara sama dia. Saya rasa dia akan setuju untuk ketemu Anda lagi."Sharon merasakan sensasi mati rasa di kulit kepalanya. Kali ini, ialah yang tidak mau bertemu dengannya. Namun, demi mendapatkan berita tentang Simon, ia tidak punya pilihan selain melanjutkan kasus sulit ini."Kenapa kamu nggak kasih tau aku apa yang dia alami dan kenapa dia j
Tammy memandang Sharon tetapi menolak untuk memberitahunya."Aku nggak bisa kasih tau kamu."Mata Sharon menjadi redup. "Kenapa nggak? Bukannya kita udah sepakat aku akan datang ke Chester Manor untuk bantu Henry buat wewangian dan kamu akan kasih tau aku keberadaan pemilik cincin kawin itu?""Iya, aku emang janji padamu tapi dengan syarat kamu udah membuat wewangian untuk Henry dan memperbaiki tidur dia. Tapi kamu nggak melakukan apa-apa. Jadi, aku nggak berkewajiban kasih tau kamu," kata Tammy sebagai sebenarnya."Kamu nggak rasional. Bukannya aku nolak bekerja untuk kamu. Kamu yang maksa aku untuk menghentikan pekerjaan aku." Sharon tidak bisa menahan diri untuk tidak marah. 'Dia nyalahin sekarang?''Sekarang aku yang dimainin sama mereka!'Tammy sudah frustasi dengan kondisi Henry. Ditambah dengan sifat buruknya karena diperlakukan seperti seorang putri sejak muda, sikapnya berubah menjadi buruk ketika ia ditanyai oleh Sharon.“Karena aku bisa mempekerjakanmu untuk datang ke
"Apa kamu yakin banget wewangian kamu akan efektif ke dia?" tanya Tammy.Sharon tahu Tammy mulai yakin dan segera berkata, "Karena botol wewangian dari sebelumnya, yang nggak dibuat khusus untuk dia, sudah efektif, aku percaya kalau aku buat satu khusus untuk dia, efeknya akan jauh lebih baik. "Tammy terdiam selama beberapa detik sambil menatap Sharon. Kemudian, ia tersenyum dingin. "Kamu benar-benar jago bicara. Tapi izinin aku ingatin kamu, hal-hal kayak gini nggak akan berhasil cuma dengan kata-kata kamu. Kalau hasil yang kami mau nggak tercapai, takutnya kamu nggak akan bisa hadapin konsekuensinya.”"Jadi maksudnya kamu akan kasih aku kesempatan?" Sharon tersenyum dan kemudian berkata, "kamu harus yakin kalau wewangian aku akan berguna." Sharon sangat percaya diri.Mungkin karena ia terpengaruh oleh kepercayaan diri Sharon, tapi Tammy berkata, "Bagus, kalau gitu aku akan kasih kamu kesempatan lagi. Sebaiknya kamu nggak kecewain aku. Atau, jangan datang ngeluh padaku karena ng
Pada akhirnya, Sharon masih bisa meyakinkan Tammy dan mengizinkan dia bertemu Henry lagi.Lagi pula, jika ia tidak bekerja sama dengan aromaterapi, itu akan sia-sia bahkan jika ia menciptakan wewangian yang paling cocok untuknya.Sharon memberi tahu Tammy jika ia gagal meyakinkannya, ia akan segera meninggalkan Chester Manor.Pada saat itu, Tammy secara pribadi membawanya ke tempat Henry menginap.Di pintu masuk ruangan, mereka berdua menghentikan langkah mereka."Nona Tammy, tolong tetap di sini. Biarin aku masuk sendiri." Sharon ingin menghadapi Henry sendirian dan membujuknya sendiri.Tammy masih belum yakin. "Kalau dia mulai ngamuk lagi dan nggak bisa berhenti, kamu harus langsung pergi!""Ngerti. Aku nggak akan buat dia marah lagi." Sharon cukup percaya diri."Aku akan tunggu kamu di sini. Hubungi aku segera kalau terjadi sesuatu." Tammy masih memasang ekspresi tegang.Sharon mengangguk. "Iya." Setelah mengatakan ini, ia berbalik dan mendorong pintu terbuka untuk masuk.
Semakin Henry ingin Sharon pergi, semakin Sharon ingin mendekatinya.Wajah Sharon tiba-tiba muncul di hadapannya. Aroma di tubuhnya tercium padanya dan seolah-olah Henry menjadi lebih gugup. Seluruh tubuhnya menjadi kaku. Dengan nafas berat, ia meraung, "Pergi! Pergi!"Sharon menggunakan kedua tangannya untuk menekan sandaran tangan di kedua sisi kursi rodanya seperti gangster yang mendominasi. Ia ingin mendekatinya dan melarangnya melarikan diri!Ia menatap matanya pada jarak yang begitu dekat. 'Sepasang mata gelap seperti elang ini terlihat mirip dengan mata Simon.'Ada saat singkat ketika ia linglung, tetapi segera, Sharon tersentak. Ia bisa melihat dari sorot matanya Henry benar-benar ingin ia segera pergi. Namun, itu bukan karena ia menyimpan dendam padanya. Henry hanya mencoba untuk menolaknya dan ingin ia pergi.“Tuan Henry, tolong tenang. Ayo kita bicara. Kalau kamu masih nggak mau terima terapiku setelah dengerin aku dan bersikeras untuk aku pergi, maka aku akan dengerin
Hanya ada suara lembut Sharon di ruangan itu. Ia memberi tahu Henry tentang masalahnya dengan Simon.Sharon mengambil waktu sendiri untuk berbicara. Suaranya masih enak didengar dan setiap kata yang terngiang di telinganya terasa seperti menghantam jantungnya.Matanya yang awalnya tertutup sekarang terbuka, dan ia tidak tahu kapan itu terjadi. Ia hanya diam dan menatap wanita yang duduk di lantai.Ketika ia berbicara tentang bagaimana Simon terjebak dalam ledakan ketika ia menyelamatkan Sharon di villa Howard, ia melihat matanya memerah. Ada kilatan di dalamnya.'Sharon sangat sedih ...'Sharon tersedak dan tiba-tiba, ia tidak bisa melanjutkan. Ia mengungkapkan senyum padanya. "… maafin aku. Aku nggak bisa kendaliin diriku. Aku… aku kangen banget sama dia…"Sharon menghapus air matanya. Awalnya, ia ingin mengendalikan emosi sedihnya, tetapi ia tidak berharap dirinya gagal. Lebih banyak air mata mulai mengalir."Maafin aku, biarin aku menangis sebentar. Biarin aku menangis sebent
"Nggak, itu nggak mungkin. Aku yakin dia masih hidup. Kamu akan terbukti salah. Kalau kamu nggak percaya sama aku, ayo taruhan." Sharon mengangkat kepalanya dengan ringan dan menatap tepat ke matanya.Henry hanya bertemu tatapannya selama beberapa detik sebelum ia dengan cepat berbalik, ekspresinya dingin dan tidak sabar."Aku akan anggap kamu setuju taruhan, kalau gitu. Kalau kamu mau menang, kamu sebaiknya kerja sama dengan aku mau dirawat." Ia mengatakan pada dirinya sendiri bahwa ia tidak akan kalah.Henry menutup matanya sekali lagi dan mengabaikannya. Ia sama sekali tidak tertarik untuk bertaruh melawannya.Melihatnya berperilaku seperti ini, Sharon tidak berpikir ia terlalu sulit untuk bergaul. Ia hanya sedikit dingin dan sombong, lebih suka menjaga jarak dengan orang lain.…"Apa Henry benar-benar setuju untuk kerja sama dengan kamu dan terima perawatan?" Tammy menatap Sharon tak percaya."Iya, aku udah bicarain sama dia."Tammy bahkan lebih terkejut. "Gimana kamu bisa
Tammy menatap pria di depannya dengan tatapan tajam. Ia membutuhkannya untuk memberikan jawaban yang tepat.Franky sedikit menundukkan kepalanya, mengalihkan pandangannya ke kakinya. Hal ini membuat Tammy tidak bisa menebak apa yang ia pikirkan.“Nona Tammy, orang yang dia cari… itu saya,” akhirnya ia berkata setelah sekian lama."Apa? Kamu?" Tammy terkejut."Iya, justru karena akulah orang yang dia cari, makanya aku punya cincin kawin itu. Itu juga kenapa aku sangat kenal dia," kata Franky dengan sangat tenang.Tammy menatapnya dengan heran. Mengerutkan alisnya, ia berkata, "Kamu bilang ke aku kamu itu kekasih dia dan dia kehilangan kamu karena ledakan itu? Itu sebabnya dia cari kamu?""Itu benar," Franky mengakui dengan anggukan.Tammy terdiam sejenak sebelum ia bisa mencerna semuanya. Semuanya tampak masuk akal. "Jadi gitu. Nggak heran kamu bilang dia akan ikut aku kalau dia lihat cincin kawin." Ia berhenti sejenak sebelum bertanya lagi, "Kalau kamu udah tahu dia cari kamu, k
“Sekarang aku udah selesaikan semua permintaan terakhir dia." Yvonne melirik Quincy untuk terakhir kalinya, yang diliputi keterkejutan. Dia kemudian meninggalkan ruangan.Quincy tidak mengatakan apa pun untuk membuatnya tetap tinggal. Dia terus menatap kotak abu itu. Dia menatap kotak abu dalam diam untuk waktu yang sangat lama. Terry bertanya padanya, "Nona, apa kamu percaya kalau ini abu Dayton Night?" Dia berbalik untuk melihat Terry. Sejujurnya, dia tidak terlalu percaya. "Kenapa kamu nggak lihat dulu aset yang dia transfer ke kamu dan lihat apa itu asli?" Terry menyarankan. "Bantu aku cek ini." Dia menyerahkan tumpukan tebal dokumen kepadanya sehingga dia bisa memverifikasinya. "Aku akan cek sekarang." Terry segera meninggalkan kantor. Quincy menatap kotak abu dan bergumam pelan, "Dayton Night, kamu mau ngapain lagi sekarang?" Dia terkejut ketika Terry memberitahunya bahwa Dayton benar-benar telah mentransfer semua aset dan keuangannya kepadanya setelah memverifikas
Quincy masih tenggelam dalam pikirannya ketika sekretarisnya meneleponnya melalui saluran telepon internal. Sekretarisnya memberi tahu dia bahwa seorang wanita bernama Yvonne Leif ada di sini untuk menemuinya.Dia mengerutkan kening. Yvonne Leif?Setelah memikirkannya sebentar, dia akhirnya ingat. Apakah Yvonne Leif bukan wanita yang waktu itu dengan Dayton? Kenapa dia mencarinya sekarang? Jika dia tidak mati, maka Dayton Night... Jantung Quincy tergopoh-gopoh. Dia meminta sekretarisnya untuk membawanya masuk sekaligus. Setelah beberapa saat, sekretarisnya membawa Yvonne ke kantor. Sejak Yvonne muncul di kantornya, Quincy terus menatapnya. Dia masih punya bayangan. Dia bukan hantu atau roh…Yvonne baik-baik saja dari ujung kepala sampai ujung kaki. Dia tidak terlihat terluka sama sekali.Apakah dia berhasil menghindari pengeboman di pulau itu?Yvonne mengenakan kacamata hitam dan memegang sebuah kotak. Dia membawa tas tangannya di pergelangan tangannya. Setelah beberapa
Ekspresi Dayton terlihat gelap saat dia menatap pulau itu dengan tatapan suram. Dia mengerucutkan bibirnya. Dia tidak punya niat untuk mengatakan apa-apa.Dia tidak ingin meninggalkan pulau itu. Yvonne dan anak buahnya adalah orang-orang yang dengan paksa membawanya pergi."Aku lebih suka tinggal di pulau itu." katanya setelah beberapa saat.Yvonne menatapnya dengan kaget. Setelah beberapa detik, dia tertawa terbahak-bahak. “Kamu memang tahu dia akan bom kamu sampai mati, kan? Itu akan lebih baik dari pada mati setelah melalui semua siksaan penyakit kamu, kan?”Setelah hening sejenak, dia berkata, "Aku berhutang budi sama dia."Bagaimanapun, dia tidak akan bisa hidup lama. Dia hanya harus memenuhi keinginan Quincy dan membiarkannya mengakhiri hidupnya secara pribadi.Dia tidak akan menyesal jika dia mati di tangannya.Yvonne tidak bisa menahan diri untuk tidak menampar wajahnya. Dia kemudian memarahi dirinya sendiri dengan keras, “Kenapa aku terlalu ikut campur?! Kenapa aku bers
Quincy mengarahkan pandangan dinginnya ke arah itu. Setelah beberapa saat, dia berkata, "Ayo pergi."Terry tidak tahu apa yang dia lihat barusan. Dia hanya memperhatikan ekspresi tidak menyenangkan di wajah Quincy..Dia mengikutinya dan bertanya, “Nona, di mana bajingan itu, Dayton Night? Apa Nona mau saya tangkap dia dengan tangan saya sendiri?” Dia tidak berpikir bahwa dia akan membiarkan Dayton pergi.Quincy tidak berhenti berjalan. "Nggak usah. Aku tahu gimana hadapin dia.”Ada sedikit kebrutalan dalam suaranya yang dingin. Terry sedikit terkejut. Dia sepertinya mengerti sesuatu. Dia berhenti berbicara dengannya setelah itu. Helikopter sudah menunggu mereka di luar. Quincy dan Terry naik ke helikopter.Di bawah mereka, pulau itu dalam kekacauan besar. Tidak ada yang bisa menghentikannya pergi sekarang."Nona, bisa kita pulang sekarang?" tanya Terry.Quincy melirik situasi di bawah dan menatapnya. Ada ekspresi yang sangat tenang di wajahnya. "Kamu bawa banyak bahan peleda
“Dokter Leif, datang dan lihat Tuan Muda. Dia muntah darah lagi,” salah satu anak buah Dayton memberitahunya begitu mereka melihatnya.Yvonne berjalan di depan Dayton. Dia melihat darah yang dimuntahkannya ke lantai. Dia tidak lagi terganggu akan hal itu. “Kalian harus belajar membiasakan diri dengan hal seperti ini. Lagi pula, itu akan sering terjadi nanti.”Anak buah Dayton tercengang. Apa artinya itu? Tuan Muda akan sering muntah darah nanti? Dayton bersandar di sofa di belakangnya dan memejamkan mata. Dia tidak punya tenaga untuk bicara lagi. Yvonne tidak ingin menghukumnya setelah melihat kondisinya saat ini. Dia jelas tahu bahwa dia telah menyerah pada dirinya sendiri sejak lama. Dia hanya menunggu kematiannya sendiri. Karena itu, dia tidak buru-buru untuk melakukan pengobatan akupuntur pada dirinya. Grhhhh…Grrrhhrh…Grrrrhhhh…. Gemuruh suara keras terdengar dari luar. Dayton segera membuka matanya. Kedengarannya seperti sebuah pesawat terbang?Dia segera memberi ta
Quincy sangat marah hingga wajahnya memerah. Jika dia tidak ditahan oleh pengawalnya, dia pasti akan mencekiknya sampai mati sekarang!Yvonne, yang mengawasi mereka di samping, tidak bisa memaksa dirinya untuk terus menonton mereka lagi. Dia merasa sangat canggung sebagai orang luar. Karena itu, dia bangkit dan berkata, "Kalian harus makan pelan-pelan." Dia meninggalkan ruangan setelah berbicara.Dia benar-benar tidak bisa memahami seseorang seperti Dayton Night. Mengapa dia begitu gigih mendapatkan Quincy Lane?Sebenarnya, dia memang pria yang gigih. Namun, dia pasti malah sebuah mimpi buruk bagi Quincy.Dia bisa tahu betapa Quincy membencinya. Kalau tidak, dia tidak akan menyandera Lennon. Dia ingin meninggalkan pulau ini.Mungkin cinta bukan hanya tentang memberi. Beberapa jenis cinta didefinisikan oleh belenggu dan pemenjaraan juga. Dayton tidak hanya menjebak Quincy, tetapi dia juga melakukannya pada dirinya sendiri. Namun, mungkin ini adalah keinginan terakhirnya dalam h
Yvonne menatapnya. Dia tiba-tiba kehilangan kata-kata.Quincy didorong kembali ke kamarnya. Pintu kamarnya kemudian ditutup rapat. Dia mendengar suara kunci terkunci di luar. Sialan, Dayton Night. Dia menyuruh anak buahnya untuk menguncinya. Dia benar-benar kehilangan kebebasannya. Quincy tidak punya ide lagi. Dia hanya bisa berpuasa. Dia lebih baik mati daripada dipenjara olehnya.Dia mulai berpuasa.Anak buah Dayton segera melaporkan situasi ini kepadanya. Dia ingin pergi untuk melihatnya, tetapi dia benar-benar tidak punya energi sekarang.“Bawa dia.” Dia tidak punya pilihan selain meminta mereka membawa Quincy ke kamarnya. Sebelum Quincy tiba, dia meminta Yvonne untuk membantunya ke sofa agar dia bisa duduk. Dia tidak bisa membiarkan Quincy melihatnya terbaring di tempat tidur dengan begitu sakit. Yvonne mau tidak mau bertanya, “Kenapa kamu harus melakukan ini? kamu berusaha keras untuk pura-pura baik-baik aja di depan dia. Nggak bisa apa kamu kasih tahu dia soal penyak
Quincy mau tidak mau merasa terkejut setelah melihat penampilan Dayton. Dia menatapnya dengan tatapan yang membuatnya tampak seperti akan memakannya hidup-hidup!"Kamu di pulau?" dia bertanya padanya. Mengapa anak buahnya menipunya? "Apa kamu coba sandera anak buah aku untuk kaburi karena kamu ngira aku nggak ada di sini?" Dayton dipenuhi amarah. "Dayton Night, apa yang kasih kamu hak untuk menjebak aku di sini?" Seharusnya dia yang marah padanya.Saat itu, Yvonne mengejarnya.“Kamu harus kembali.” Dia mengingatkan Dayton setelah berjalan ke sisinya. Namun, pikiran Dayton hanya dipenuhi dengan pikiran tentang Quincy. Seolah-olah dia tidak mendengar apa yang dikatakan Yvonne.Kilatan mengejek muncul di tatapan Quincy ketika dia melihat Yvonne juga ada di pulau itu. Tidak heran anak buahnya tidak mau memberitahunya bahwa dia sudah berada di pulau itu. Dia telah membawa wanita lain. Mustahil baginya untuk tidak mengenali wanita ini. Dia adalah wanita yang dia permainkan di rum
Saat itu, Lennon mendeteksi nada mengejek dalam suaranya. Dia sama sekali tidak peduli apakah mereka lelah atau tidak.Dia menundukkan kepalanya dan mengupas apel dengan saksama. Dia tidak berniat untuk terus berbicara dengannya lagi. “Biarin aku kupas sendiri. Tangan kamu nggak bersih.” Quincy secara alami meraih pisau itu. Lennon tidak terlalu memikirkannya. Dia hanya merasa sedikit ketakutan. Dia menyerahkan pisau dan apelnya sekaligus. Namun demikian, Quincy hanya mengambil pisau buah itu. Dia tidak mengambil apel darinya. Sementara dia bertanya-tanya apakah dia pikir tangannya kotor, dia memegang pisau buah dan mendekatinya. Dia segera meletakkan pisau di lehernya. “Nyonya Muda, kamu…” Lennon akhirnya menyadari apa yang sedang terjadi. Ini adalah tujuan sebenarnya. Quincy menatapnya dengan dingin dan berteriak dengan dingin, “Jalan!"Lennon tidak punya pilihan selain mematuhinya dan berjalan keluar.Orang-orang yang berdiri di dekat pintu terkejut ketika mereka meli