Eugene akhirnya melepaskan kekhawatiran di hatinya setelah mendaftarkan kata-kata dokter.Saat itu, Fern dibawa keluar, dia masih terbaring tempat tidur pasien. Wajahnya sangat pucat. Dia masih tidak sadarkan diri.“Perawat akan bawa dia ke ruangan lain untuk observasi. Kita akan bahas lebih lanjut kalau ada kondisi lain yang muncul.” kata dokter."Terima kasih, dokter." kata Eugene.Tatapannya masih tertuju pada Fern. Selama dia baik-baik saja, semuanya akan baik-baik saja. Pada saat yang sama, penyelamatan darurat juga dilakukan di Sydney. Ada kabar bahwa operasi itu berhasil. Eugene menyipitkan matanya mengancam. Tentu saja, Sydney tidak bisa mati begitu saja. Akan menjadi hukuman yang terlalu ringan untuknya jika dia mati begitu saja.Fern membuka matanya dan bertemu dengan pemandangan langit-langit putih. Bau antiseptik yang digunakan di rumah sakit masih tercium di indranya. Apakah dia ... belum mati? Dia bergerak dan berjuang untuk sementara waktu sebelum berhasil d
Fern merasakan dingin dalam tatapannya. Tiba-tiba, dia mengerti mengapa Sydney melakukan tindakan gila seperti itu.Dia terlalu bersikap dingin dan tidak peduli terhadap Sydney. Sama sekali tidak seperti bagaimana seorang suami harusnya memperlakukan istrinya.Dia menatapnya dan bertanya, "Apa kamu ceraikan dia karena aku?" Apakah dia tanpa sadar sudah menjadi orang yang berdosa? Tatapan Eugene menjadi gelap saat dia menatapnya dengan tatapan menakutkan. Setelah hening sejenak, dia berkata, "Ya." Satu kata itu memiliki kekuatan untuk membuat hati Fern bergetar. Dia menatapnya dengan tidak percaya. “Kamu…” Kok bisa? Dia menghela napas sekali lagi. Tidak heran jika Sydney ingin mengambil nyawanya. Jika dia adalah Sydney, dia juga tidak akan bisa menerima kenyataan bahwa suaminya meninggalkannya untuk wanita lain. "Karena kamu dulu sudah putuskan untuk nikah sama dia, kenapa kamu mau cerai sekarang?" Dia akhirnya percaya bahwa dia tidak punya perasaan untuk Sydney. Baru ti
“Aku nggak mati… Fern Thompson juga nggak mati…” Sydney terus mengulangi kata-kata ini saat dia tiba-tiba kehilangan kendali atas emosinya. Dia melemparkan semua yang ada di meja samping tempat tidur ke lantai."Kenapa? Siapa yang minta kamu selametin kami? Kamu bajingan bodoh! Aku nggak butuh kamu untuk selametin aku. Aku yang ngeracunin diri aku sendiri karena aku nggak mau hidup lagi. Siapa yang izinin kalian ngurusin urusan orang lain begitu?!” Yang paling kacau, Fern Thompson tidak mati!Perawat hampir tertabrak oleh barang-barang yang jatuh di lantai. Dia secara refleks mundur beberapa langkah dan bertanya, “Kamu masih muda banget. Kenapa kamu mau mau bunuh diri?” Dia hanya ingin memberi Sydney beberapa nasihat.“Suami aku direnggut sama wanita jalang itu. Nggak ada lagi arti hidup aku." teriak Sydney keras. Saat dia menangis, dia tiba-tiba memikirkan sesuatu. Dia mengangkat kepalanya dan menatap perawat. “Di mana Eugene? Di mana dia?" Dia bertanya. Apakah dia menjaga Fern
Sydney menatap pria jangkung, kuat, dan dingin di hadapannya dengan takjub. Setelah memprosesnya sebentar, dia akhirnya mengerti apa yang dia maksud.Bahkan jika dia setuju untuk bercerai sekarang, itu tidak berguna. Dia harus masuk penjara, dan mereka pasti akan bercerai. Kebencian melonjak di dalam hatinya. “Eugene Newton! Kok kamu bisa melawan kata-kata kamu sendiri? Waktu kita masih baik-baik aja, kamu bilang ke aku kalau kamu akan kasih aku kehidupan yang layak dan melindungi aku sehingga aku nggak akan punya kekhawatiran seumur hidup! Tapi sekarang kamu kirim aku ke penjara!” Bukan saja dia terburu-buru untuk menceraikannya hanya karena dia ingin kembali bersama dengan Fern, tetapi dia juga ingin mengirimnya ke penjara. Dengan begitu, dia bisa menghabiskan seluruh waktunya bersama Fern Thompson! Eugene hendak pergi, tetapi dia menatapnya sekali lagi setelah mendengar keluhannya. “Kamu ingat semuanya dengan jelas. Lalu apa kamu masih ingat aku pernah kasih tahu kamu kalau
“Lihatlah situasi mengerikan yang kamu alami. Nggak… Kamu hampir mati! Kamu hampir diracun sampai mati!” Asher sangat marah. Pada saat yang sama, hatinya terluka untuknya.Fern terkekeh saat melihat ekspresi kaku di wajahnya. "Lihat aku. Aku baik-baik saja. Jangan terlalu mengkhawatirkanku.” "Aku khawatir? Hmph, apa gunanya aku khawatir sama kamu? Aku sudah kasih tahu kamu untuk nggak berhubungan dekat dengan Eugene Newton sejak awal. Untung aja kamu selamat, kamu sampai ngalamin semua ini karena dia. Apa kamu masih berniat untuk balik sama dia?” Asher semakin marah semakin dia memikirkannya. “Kamu nyari mati kalau punya hubungan sama dia. Mungkin istrinya akan cari kamu dua hari kemudian untuk coba ambil nyawa kamu lagi.” Fern tidak tahu apakah Sydney akan mencarinya lagi, tapi dia percaya bahwa dia membencinya sampai mati. “Jadi, kamu harus jauhin Eugene sekarang. Dia pria yang udah nikah. Kamu harusnya nggak berpikir untuk kembali sama dia kecuali kamu nggak takut mati.” D
Hati Sydney sudah dipenuhi dengan kebencian tetapi menjadi lebih buruk ketika dia melihat betapa protektifnya Eugene terhadap Fern dan bagaimana dia mengirim pengawalnya untuk melindunginya!Mereka berdua dirawat di rumah sakit. Mengapa dia tidak mengirim pengawalnya untuk melindunginya? Dia masih menjadi istri sahnya! Apakah dia takut dia akan meracuni Fern lagi?Dia menekan amarah dan kebencian dalam dirinya saat dia berjalan ke pintu kamar Fern. Dia mengabaikan pengawal dan mencoba masuk. "Nyonya, kamu nggak bisa masuk." Pengawal Eugene mengenalinya, tetapi mereka masih menghentikannya. “Beraninya kamu hentiin aku, kamu tahu siapa aku? Enyahlah!” teriak Sydney.“Maaf, Nyonya. Presiden Eugene kasih instruksi kalau nggak ada orang lain yang diizinkan masuk selain staf medis di rumah sakit, terutama…” “Terutama siapa?” Sydney menatapnya dengan dingin. "Terutama kamu." Suara pengawal itu menjadi jauh lebih lembut.Meskipun dia tahu bahwa Eugene kemungkinan besar telah meng
Mengapa dia sangat memuja Rue sekarang?Dia nggak tampak seperti pria kejam yang akan meninggalkan anaknya. Fern akhirnya membuka pintu. Dia bertemu dengan pemandangan Sydney, yang menyebabkan keributan di luar pintu. Rambutnya berantakan, dan ada ekspresi liar di wajahnya. Dia tampak agak menakutkan. Sydney tertawa sinis setelah melihatnya. "Hah, aku tahu kamu pasti bakal keluar!" Fern tetap diam. Dia menatapnya dengan dingin dan bertanya, "Apa yang kamu bilang barusan?" “Apa yang aku bilang? Apa kamu nggak dengar semuanya dengan jelas? Kalau nggak, kenapa kamu keluar?” Sydney menatap dingin padanya saat dia tersenyum dingin.“Kalau ada sesuatu yang ingin kamu bilang, bilang sekarang. Kalau nggak, aku akan minta mereka untuk bawa kamu pergi.” Dia menginginkan kedamaian dan ketenangan.“Tsk tsk, apa kamu pikir kamu istri Eugene? Kenapa kamu sombong begini?” Beraninya dia memerintahkan pengawal Eugene untuk mengusirnya? “Biarin aku kasihi tahu kamu ini, Fern Thompson. Aku i
"Eugene ..." Sydney telah jatuh ke lantai dengan memalukan. Ketika dia melihat dia bertindak begitu dingin dan kejam seperti dia tidak ingin apa-apa selain membunuhnya, dia akhirnya menyadari bahwa Fern bukan hanya orang yang dia sayangi!Eugene berbalik dan memperhatikan bahwa pisau bedah telah membuat luka di lengan Fern. Alisnya berkerut erat sekaligus.“Bukankah aku perintahin kalian untuk melindunginya? Apa yang kalian lakukan?” Eugene, yang biasanya sopan dan mulia, kehilangan kesabaran di depan para pengawal. Dia memancarkan aura yang menakutkan.Para pengawal itu menundukkan kepala mereka. Mereka bahkan tidak berani mengeluarkan satu napas pun."Halo, bisa ke sini? Tolong obatin luka dia!" Dia berteriak pada seorang perawat. Perawat itu pasti sangat terkejut dengan sikap dinginnya sehingga dia tidak datang dan membantu Fern mengobati lukanya lebih cepat. Dia segera bergegas. Sydney melihat betapa dia peduli pada Fern. Di sisi lain, dia dengan kasar menjatuhkannya ke lan